Hasil Penelitian Laboratorium Lapang PHT – Panyingkiran, Karawang, JaBar.
SUNDEP dan BELUK
Dalam fase pertumbuhan penggerek batang padi putih dari telur hingga kupu-kupu (ngengat), fase ulatlah yang berpotensi besar sebagai perusak tanaman. Serangan ulat pada fase persemaian hingga sebelum bunting, tunas tanaman terlihat berwarna merah, menggulung dan mudah dicabut. Gejala ini disebut sundep. Selanjutnya tanaman masih bisa dipanen walaupun hasilnya berkurang, karena tanaman mampu membentuk anakan baru. Sedangkan pada fase setelah bunting dinamakan beluk, yang ditandai dengan malai tidak berisi, berwarna putih dan mudah dicabut. Tanaman sudah tidak dapat dipanen lagi nantinya. Kecuali serangan pada tanaman yang sudah tua atau menjelang panen, tidak akan berpengaruh pada hasil panenan. Namun akan sangat berbahaya pada musim tanam berikutnya. Ulat yang bersembunyi pada tunggul tanaman pada masa istirahat akan menjadi ngengat dan bertelur lagi. SIKLUS HIDUP SIKLUS HIDUP NORMAL SIKLUS HIDUP MASA ISTIRAHAT PENGGEREK BATANG PADI PUTIH SIKLUS HIDUP NORMAL • Masa bertelur hingga menetas (hari 1-6); • Masa menetas hingga ulat dewasa (hari 6-28); • Masa ulat hingga kepompong (hari 28- 37); • Masa kepompong hingga jadi ngengat (hari 37-45); • Masa ngengat bertelur (hari 45-49).
SIKLUS HIDUP MASA ISTIRAHAT
• Masa ulat hingga kepompong dalam masa istirahat (3 bulan atau lebih) • Masa kepompong hingga ngengat pada masa istirahat (1 bulan atau lebih) BIOLOGI Ngengat keluar dan terbang pada malam hari untuk meletakkan telurnya dipertanaman pada pagi harinya. Setiap kelompok telur mampu menghasilkan 7 – 300 ulat. Setelah menetas ulat masuk kedalam tanaman padi dan menggerak tunas bagian dalam tanaman. Ulat dapat berpindah dari tunas satu ke yang lain hingga 3 tunas. Selama hidup ulat berganti kulit sebanyak 5 kali setiap akan bertambah besar. Saat pergantian kulit 1-5, ulat masih memakan tunas. Setelah itu ulat tidak makan lagi dan tinggal menunggu menjadi kepompong untuk seterusnya menjadi ngengat. Dalam musim kemarau, ulat dapat bertahan didalam tunggul padi dekat perakaran (masa istirahat) selama 3 bulan. Bila ada air hujan maka ulat akan menjadi kepompong dan ngengat. Pada malam hari, karena ngengat menyukai sinar lampu, maka mereka akan terbang dan berkumpul di sekitarnya. Hal itu bisa dipergunakan sebagai petunjuk bahwa akan adanya serangan. Selama hidupnya ngengat meletakkan 3 kelompok telur dalam 3 hari, setelah itu akan mati. MUSUH ALAMI Telur penggerek dapat dimakan oleh parasit (sejenis serangga kecil) yang hidup didalam telur penggerek. Bila terserang parasit telur tidak akan menetas jadi ulat, tetapi setelah 7 – 10 hari akan keluar parasitnya. Capung dapat memakan ngengat penggerek, sedangkan laba-laba dan kumbang predator dapat memakan kelompok telur serta ulat yang baru menetas. PENGENDALIAN CARA PHT • Memasang lampu petromak sebagai perangkap dipinggir jalan / Saluran air; • Tujuannya untuk memudahkan mengumpulkan ngengat dan kelp telurnya; • Lakukan Pengumpulan segera setelah pasang lampu. • Ngengat yang tidak tertangkap lampu perangkap akan bertelur di pertanaman sekitar lampu. Kumpulkan dan masukkanlah kedalam kantong – kantong plastik. • Bila dari kelompok telur yang disimpan keluar serangga kecil berwarna hitam, bersayap dan bisa terbang, lepaskan ! karena itu parasit yang membantu petani. Tetapi bila ulat yang keluar, maka harus dimusnahkan. Lepaskan parasit - parasit itu ke persemaian atau pertanaman Salah satu cara adalah menggunakan bumbung (bambu) yang dibuat berlubang diatasnya Kelompok telur yang terkumpul masukkanlah kedalamnya. Olesilah bambu tersebut dengan Stempet atau oli bekas. Usahakan agar tetap basah terus. Setelah 3 hari atau lebih, parasitoid akan keluar dan terbang. Sedangkan ulatnya tidak bisa. Setelah 7 – 10 hari, kelompok telur bisa diganti dengan yang baru. Pasanglah pelindung (seng) di ujung atas bumbung. Bumbung parasit ini bisa dipasang di pojok persemaian ataupun pertanaman. Pada areal persawahan yang luas cara ini membantu memudahkan pengendalian. • Pada saat panen, potonglah tanaman padi rata dengan tanah agar tidak dijadikan tempat masa istirahat.