Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan

Kritis Emboli Paru

ISS 2 Case Methode 3


Definisi
Emboli adalah gumpalan atau sumbatan
gumpalan darah atau bahan lain yang berpindah
dari satu pembuluh darah ke pembuluh darah lain
yang lebih kecil. Gumpalan bersarang dipembuluh
yang lebih kecil dan menghalangi aliran darah.
Emboli dalam pembuluh darah paru disebut
emboli paru (Sole, Klein, & Moseley, 2013).

Emboli Paru adalah suatu keadaan yang


terjadi ketika trombus terlepas dan bermigrasi ke
arteri pulmonalis menyumbat bagian dari cabang
vaskular paru. Emboli paru biasanya hasil dari Deep
Vein Thrombosis (DVT) yang telah terbentuk di
ekstremitas bawah. (Morton & Fontaine, 2013)
ETIOLOGI

Trombosis Vena Perubahan Kerusakan


atau DVT koagulabilitas dinding vena
darah

(Morton & Fontaine, 2013; Sole, Klein, & Moseley, 2013).


Con’t..

Tromboemboli Emboli udara Emboli lemak


- Kegemukan - Bedah saraf - Patah tulang panjang
- Riwayat tromboemboli - Transplantasi hati - Trauma tumpul pada hati
sebelumnya - Penyisipan batang - Pankreatitis
- Usia lanjut Harrington - Infus lipid
- Keganasan - Operasi jantung terbuka - Krisis sel sabit
- Estrogen - Artroskopi - Luka bakar
- Imobilitas - Pemasangan alat pacu - Bypass kardiopulmoner
- Kelumpuhan jantung - Pemberian siklosporin
- Gagal jantung - RJP
- Postpartum - Gastroskopi
- Pascabedah - Ventilasi tekanan positif
- Pascatrauma - Scuba diving
- Status hiperkoagulabilitas - Pemasangan infus
- Kateter vena sentral dan PA intravena atau pelepasan
kateter vena sentra
Patofiologi
TRIAS VIRCHOW

Statis vena Hiperkoagubilitas


Kerusakan pembuluh darah

Faktor faktor resiko

Trombus dari deep Timbul bekuan darah


vein, terjadi krn
Trombus dari arteri krn
perlambatan di
ada kerusakan di bagain
akiran vena tanpa
P.D
kerusakan P.D

Trombus semakin besar


Con’t..
Trombus menuju jantung kanan

Masuk ke arteri pulmonalis dan


menyumbatnya

Gangguan di ruang fungsional paru

Alveolus tidak mampu ventilasi

Hiperventilasi
Tekanan arteri Penurunan aliran darah
pulmonal naik ke paru
Takipnea
Kerja ventrikel kanan Perfusi Kerusakan
berat Pola napas tidak
jaringan tidak pertukaran gas
efektif
efektif
Con’t..

Gagal ventrikel kanan

Tekanan darah sistemik


turun

Penurunan cardiac output


TANDA & GEJALA

 Dispnea  Hemoptisis
 Nyeri dada pleuritik  Takipnea
 Batuk  Demam
 Rales  Takikardia
 Ketakutan  Sinkop
 Diaforesis  Hipoksia
 Bukti DVT  Hipotensi

Burns, Suzanne. M. (2014)


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Angiografi Pemeriksaan Ekokardiografi

Elektrokardiografi Pemeriksaan Ventilation


Perfusion Scanning

Pemeriksaan Computed
Pemeriksaan Foto Toraks Tomography Pulmonary Angiogram
(CTPA)

Analisa Gas Darah (AGD)


D-Dimer dan Fibrinogen
Prinsip Penatalaksanaan Emboli Paru

Meningkatkan
Oksigenasi dan Ventilasi Meningkatkan fungsi
Kardiovaskular

Mencegah Mencegah Tromboli


Reemboilisasi Vena (VTE)
(emboli berulang)

(Burns, 2014)
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus VI
Ibu yuli (54) BB 87 kg, dirawat di ICU hari kedua dengan diagnose Ca
Ovarium. Hasil pengkajian awal di ICU: airway clear, breathing spontan
menggunakan otot ekstra. Respirasi rate 42x/menit dengan Oksigen NRM 15
liter/menit. HR 120x/menit. Tekanan darah 115/70 mmHg. Keluhan saat ini
pasien tidak sadar, GCS E2M3V2. pasien mendapat terapi Heparin 5000iu.
Pasien Hasil AGD pH 7.34, PaCO2 49 mmHg. PaO2 80 mmHg. BE-2. SaO2
90%. Rencana selanjutnya intubasi dan pasang ventilator, periksa D-Dimer
ulang. Nilai D-Dimer sebelumnya 8000. Periksa Pt aPTT.
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 Do : Gangguan difusi gas
- Pasien tidak sadar GCS E2M3V2
- HR : 120 x/menit Takikarda
- RR : 42 x/menit dengan Oksigen
NRM 15 L/menit
- TD : 115/70 mmHg
- pH : 7.34
- PaCO2 : 49 mmHg (meningkat)
asidosis respiratorik
- SaO2 90%.
- Nilai D-Dimer 8000

2. Masalah kolaborasi : Potensial gagal napas ( rr : meningkat )


3. Masalah kolaborasi : Potensial infark paru ( mendapat terapi heparin, nilai d dimer 8000 )
4. intoleransi aktivitas
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Gangguan pertukaran gas NOC: NIC:


Do :
• Pasien tidak sadar GCS Setelah dilakukan tindakan • Posisikan pasien untuk
E2M3V2 keperawatan selama …. memaksimalkan
• HR : 120 x/menit Gangguan pertukaran pasien ventilasi
Takikarda teratasi dengan kriteria hasil : • Pasang mayo bila perlu
• RR : 42 x/menit dengan • Lakukan fisioterapi dada
Oksigen NRM 15 L/menit • Mendemo nstrasikan jika perlu
• TD : 115/70 mmHg peningkatan ventilasi • Keluarkan sekret
• pH : 7.34 dan oksigenasi yang dengan batuk atau
• PaCO2 : 49 mmHg adekuat
(meningkat) asidosis
suction
• Memelihara kebersihan • Auskultasi suara nafas,
respiratorik paru paru dan bebas
• SaO2 90%. catat adanya suara
dari tanda tanda tambahan
• Nilai D-Dimer 8000
distress pernafasan • Barikan pelembab udara
• Mendemonstrasikan batuk efektif • Atur intake untuk cairan
dan suara nafas yang bersih, mengoptimalkan keseimbangan.
tidak ada sianosis dan dyspneu • Monitor respirasi dan status O2
(mampu mengeluarkan sputum, • Catat pergerakan dada, amati
mampu bernafas dengan mudah, kesimetrisan, penggunaan otot
tidak ada pursed lips) tambahan, retraksi otot
• Tanda tanda vital dalam rentang supraclavicular dan intercostal
normal • Monitor suara nafas, seperti
• GD dalam batas normal dengkur
• Status neurologis dalam batas • Auskultasi suara nafas, catat
normal area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
• Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
status mental
• Observasi sianosis khususnya
membran mukosa
Referensi :

• Sole, M. L., Klein, D. G. K., & Moseley, M. J. (2013). Introduction to Critical


Care Nursing, ed. 6. Elsevier Saunders
• Morton, P. G., & Fontaine, D. K. (2013). Critical Care Nursing: A Holistic
Approach, ed. 10. Wolter Kluwer Health: Lippincot William & Walkins
• Burns, Suzanne. M. (2014). AACN Esentials of Critical Care Nursing 3 Ed.
New York : Mc Graw Hill Education Medical.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai