Anda di halaman 1dari 43

Pendekatan Tes Bahasa

dan
Jenis-jenis tes (Part 1)
1. Tes Diskret
2. Tes Integratif
3. Tes Pragmatik

Pendekatan Tes Bahasa


• Adalah tes yang hanya menekankan pada satu aspek kebahasaan (misalnya tata bahasa
pada satu waktu), kemampuan yang akan diukur adalah tunggal atau satu komponen saja.

• Contoh 1:
- Pengenalan bunyi bahasa arab (fonologi), kosakata, dan bentukan kata.

Tes menyimak yang mengukur perbedaan bunyi yang mirip


- Kosakata berikut ini yang bunyi awalnya berupa ‫ ع‬adalah…
(guru memperdengarkan kosa kata berikut ini)

‫حليم‬ •
‫هليم‬ •
‫عليم‬ •
‫أليم‬ •

1. Tes Diskret
• Contoh 2 :

Tes Kosakata / Mufradat


- Pengenalan arti kata
Arti Kata ‫ الجامعة‬adalah…
a. Masjid
b. Perguruan tinggi
c. Lab. Bahasa
d. Yayasan

• Contoh 3

Tes Bentukan Kata / Sharf


- Mengubah (mentashrif) kata

- Isim Fa’il dari kata ‫ ضرب‬adalah…


‫َض اَرَب‬ •
‫ُضَرُب‬ •
Test Diskret ‫ضروٌب‬ •

‫َمْض ُرْو ٌب‬
• Terdapat penggabungan dari bagian-bagian terkecil pada suatu butir tes
(Djiwandono, 1996)
• Tes integratif yang baik menyangkut aspek kebahasaan (anasir lugah),
maupun keterampilan berbahasa (maharatullugah), antara lain:
a) Menyusun kalimat
b) Menafsirkan wacana singkat yang dibaca atau didengar
c) Memahami bacaan yang dibaca atau didengar, dan
d) Menyusun sebuah alinea berdasarkan kalimat-kalimat yang disediakan.

2. Tes Integratif
‫‪• Contoh 4‬‬
‫‪Tes menulis secara terbimbing‬‬
‫‪- Menyusun (merangkai) kata menjadi kalimat‬‬
‫رتب الكلمات اآلتية لتكون جملة كاملة‬
‫‪ -١‬شقة‪ ،‬في‪ ،‬أحمد‪ ،‬جميلة‪ ،‬يسكن‪.‬‬
‫‪ -۲‬تعمل‪ ،‬وجبات‪ ،‬زّينب‪ ،‬اليوم‪ ،‬في‬
‫‪ -۳‬عبد العزيز‪ ،‬اللغة العربية‪َ ،‬يْد ُرُس ‪ ،‬الثقافة اإلسالمية‪َ ،‬و ‪.‬‬

‫‪Tes Integratif‬‬
‫‪• Contoh 5‬‬
‫)’‪Memahami Wacana yang disimak (fahmul masmu‬‬
‫‪- Menemukan informasi tersurat dari teks lisan‬‬

‫إستمع الى النص االتية جيدا ‪ ،‬ثم أجب عن األسئلة األتية!‬


‫َزاَر َج ِم ْيٌل َوَج َالل َم ْع َرَض الهوايات في ُج دة‪ .‬في معرض الهوايات جناح جمع الطوابع‪،‬‬
‫وجناح الخط العربي‪ ،‬وجناح الصحافة‪ ،‬وجناح التدبير المنزلي‪ ،‬زجناح الرياضة‪.‬‬
‫‪ -١‬من زار معرض الهوايات؟‬
‫‪ -٢‬أين معرض الهوايات؟‬
‫‪ - ٣‬ماذا في معرض الهوايات؟‬

‫)‪Dikutip dari buku “Al arabiyah bayna yadaik”, Jilid 1‬‬

‫‪Tes Integratif‬‬
‫‪• Contoh 6‬‬
‫)‪Tes Qawa’id (Nahwu‬‬
‫‪- Menentukan kedudukan kata‬‬
‫موقع "جناح ‪ " ..‬في جملة " في معرض الهوايات جناح جمع الطوابع " ‪:‬‬
‫أ – خبر " في معرض "‬
‫ب – مبتدأ مقدم‬
‫ج – مبتدأ مؤخر‬
‫د – نعت موقع‬
• Contoh 4,5 dan 6 di atas bukan hanya mengukur satu aspek
kemampuan, melainkan mengukur lebih dari satu kemampuan
secara integratif. Seorang siswa (teste) tidak akan mampu
menjawab contoh tes 4 (menyusun kalimat), kalau dia hanya
bermodalkan kosakata, tetapi juga harus bermodalkan
kemampuan struktur, sama dengan tes 5 tidka hanya kosakata
dan struktur tetapi juga kemampuan memahami teks yang
diperdengarkan secara cermat dan mampu menghubungkannya
dengan informasi yang satu dan lainnya pada wacana, begitupula
tes 6.
• Sehingga, tea 4,5, dan 6 termasuk tes integratif
1. Dikte
2. Tes Cloze
3. Pemahaman Parafrase
4. Jawaban Pertanyaan
5. Wawancara
6. Menulis
7. Bercerita
8. Terjemah

3. Tes Pragmatik (tes


kompetensi komunikati)
• Dikte standar & dikte sebagian (Djiwandono, 1996)
• Dikte standar = dibacakan /diperdengarkan dan tugas teste
adalah menulis dan mentranskrip teks yang didiktekan.
• Dikte sebagian, wacana dibacakan sebagaimana dalam dikte
standar, kecuali kata-kata tertentu yang dihilangkan. Dalam hal
ini, teste menulis kata-kata atau bagian yang dihilangkan
tersebut. Dikte sebagian ini merupakan kombinasi antara dikte
dan tes cloze (Oller, 1979).

1. Dikte
Tugas teste adalah menulis kata-kata yang dihilangkan dalam tes yang dibagikan kepadanya.
Yang digaris bawahi dalam teks tersebut di atas merupakan kata / frase yang dihilangkan

Lanjutan, Contoh Dikte (sebagian)


• Salah satu teknik dalam tes bahasa untuk mengukur dan
menentukan kesulitan teks, mengukur tingkat kemampuan
dwibahasa, untuk menafsirkan atau memahami bacaan, untuk
mengkasi hambatan tekstual dan untuk menilai efektifitas
pembelajaran.
• Tes yang dipilih hendaknya sesuai dengan kemampuan teste
dan topik yang diangkat dalam teks tersebut adalah topik yang
menarik
• Biasa tes ini disebut tes rumpang (tes melengkapi)

2. Tes Cloze
Contoh di atas disediakan jawaban , contoh selanjutnya tidak disediakan jawaban

2. Tes Cloze dan C-Tes, contoh


Lanj.
• Merupakan suatu prosedur beruap tes autentik dari
penguasaan bahasa. Hampir sama dengan Cloze tes, intinya
adalah penghilangan. Formula penghilangannya adalah
beberapa huruf dalam kata, adalah kaidah serba dua,
• Artinya, penerapan formula ini berrupa penghilangan bagian ke-
2 (huruf-huruf yang membentuk kata) dari setiap 2 kata dan
dimulai pada kata ke-2 pada kalimat ke-2 (Djiwandono, 1996).
Kalimat pertama dan terakhir dibiarkan utuh sebagaimana yang
terdapat dalam cloze tes.

Tes –C
Contoh tes-C
• Contoh 9
• Dalam kasus Bahasa Arab, misalnya, guru memperdengarkan ungkapan:

: ‫ لكن لألسف ظّل وزنه تسعني كيال‬،‫• ترك حممد تناول السكريات‬
Teste diminta memilih salah satu jawaban yang paling benar dalam lembar
jawaban sbb:

3. Pemahaman Parafrase
• Jawaban pertanyaan merupakan salah satu contih bentuk tes
pragmatik yang meminta teste untuk memilih jawaban yang
paling sesuai dengan pertanyaan yang diperdengarkan secara
lisan (baik secara langusng maupun mendengrakan audio).
Alternatif jawaban (option) yang dimaksud terdapat dalam
lembar jawaban.
Contoh 10.

4. Jawaban Pertanyaan
4. Jawaban Pertanyaan
• Dalam tes bahasa, wawancara meruapakan salah satu bentuk
tes untuk mengukur kemampuan berbicara yang memiliki
unsur-unsur pragmatik. Menurut Oller (1979), teknik
penyelenggaraannya bervariasi,
• Teste diminta menjawab pertanyaan tertentu mengenai peritiwa
dalam gambar atau situasi nyata,
• Tidak menutup kemungkinan tema wawnacara berkaitan
dengan pengalaman dan cita-cita teste, maupun tema-tema lain
yang aktual dan menjadi isu publik dalam masyarakat

5. Wawancara
• Tes ini mengukur kemampuan teste dalam menuangkan
gagasan, pikiran, perasaan, maupun idenya dalam bentuk tulis.
• Teste bisa diminta untuk mendeskripsikan suatu objek, baik
melalui stimulus atau rangsangan maupun tanpa stimulus.
Stimulus pertama berupa sajian pernyataan oleh teste dapat
dijadikan pedoman untuk menulis surat idzin.
• Stimulus kedua, berupa gambar berseri yang berkaitan dengan
kehidupan siswa.

6. Menulis
6. Menulis
Contoh 13

Lanj.
7. Bercerita
7. Bercerita
Contoh 16, Menerjemahkan ke Bahasa Indonesian, Contoh 17, sebaliknya

8. Tarjamah
Jenis Tes Bahasa Arab (Ashari, Thohir, Ainin, 2014, h. 84-112)
1. Jenis Tes berdasarkan Cara Mengerjakan (tertulis & lisan)
2. Jenis Tes berdasarkan Bentuk Jawaban ((essay, tes pilihan
(benar-salah), dan pilihan ganda))
3. Jenis Tes berdasarkan Cara Penilaian (subjektif & Objektif)
Ruang Lingkup Bahasa Arab
4. Tes komponen Bahasa Arab (tes kosakata, struktur, & sharf)
5. Tes keterampilan Berbahasa Arab (menyimak, membaca,
berbicara, menulis, dikte, cloze tes, & C-tes)

Jenis Tes dan Ruang


Lingkup Bahasa Arab
Penyusunan Butir Soal
Bahasa Arab
Tahapan Penyusunan Soal Tes Bahasa Arab
1. Tahap Persiapan (kajian kurikulum, RPP, materi)
2. Pemilihan Materi Tes (menentukan komponen / maharah yang diteskan),
menentukan pokok bahasan yang diteskan harus representatif)
3. Menentukan Bentuk dan Jenis Tes (bisa bentuk objektif (misal PG) ataupun
subjektif (Essay)
4. Menentukan Jumlah Butir Tes (perhatikan proporsi item untuk jenis tes, biasa PG
sama dengan item salah-benar dan lebih banyak dari item soal Essay, serta
perhatikan alokasi waktu)
5. Menentukan Skor = x 100 (ket : = jumlah nilai riil yang diperoleh siswa)
6. Membuat Kisi-Kisi soal
7. Menyusun Butir Tes berdasarkan Kisi-Kisi
8. Uji Coba Tes Hasil Bahasa Arab

Tahap Penyusunan Tes Bahasa


Dalam penyusunan butir soal, ada rambu-rambu yang sebaiknya diperhatikan
oleh guru / pembuat tes
1. Bahasa yang digunakan jelas dan lugas
2. Stem (pernyataan pokok) pada setiap butir tes (terutama tes pilihan
ganda atau salah-benar) hanya berisi satu permasalahan
3. Panjang kalimat untuk setiap option (khusus untuk butir soal pilihan
ganda ) relatif sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
kemungkinan teste memilih option yang paling panjang sebagai jawaban
yang benar
4. Letak jawaban yang benar (khusus untuk butir soal PG maupun benar-
salah) disusun secara acak, tidak linear. Artinya, harus dihindari letak
jawaban benar yang berpola

Bagaimana menyusun /
membuat butir soal / tes?
1. Faktor yang berkaitan dengan instrumen soal : (1) Jumlah
butir soal, (2) tingkat kesulitan, dan (3) daya beda
2. Faktor yang berkaitan dengan individu: (1) Kemampuan
memahami cara mengerjakan, dan (2) Motivasi Individu /
peserta tes dalam mengerjakan soal.

Faktor yang
memengaruhi Realibitas
1. Analisis Tingkat Kesulitan (p)
2. Analisis Daya Beda (Kemampuan Diskriminasi) (D)
3. Analisis Reliabilitas
4. Analisis Validitas (Tes)

Analisis Hasil Tes


Bahasa Arab
• Dari segi jumlah butir soal, suatu instrumen yang berisi jumlah
butir yang lebih banyak dari instrumen lain cenderung
mempunyai tingkat realibilitas yang lebih tinggi.
• Akan tetapi, jumlah butir soal yang terlalu banyak dapat
mengakibatkan peserta tes terlalu lelah.
• Sehingga, jumlah butir tes disesuaikan dengan kemampuan
peserta tes, serta alokasi waktu, dan tingkat kesulitan
• Suatu tes yang baik idealnya tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Artinya, apabila suatu item dalam sebuah tes
dijawab benar oleh semua teste (peserta tes) atau semua teste
tidak mampu menjawab salah satu item soal, maka item
tersebut bukan merupakan suatu item soal yang baik.
• Maka untuk mengetahui apakah tes tersebut temasuk terlalu
mudah, sedang, dan terlalu sulit, maka dilakukan analisis
tingkat kesukaran / kesulitan.

1. Analisis Tingkat
Kesulitan
• Djiwandono (1996) , memberi tanda untuk tingkat kesulitan yang
dalam perhitungan berupa p, dinyatakan dengan persentase (%).
Rumus perhitungannya sangat sederhana:
P = (JJB : JPT ) x 100%
P = Tingkat Kesulitan Butir Tes
JJB = Jumlah jawaban benar
JPT = Jumlah Peserta Tes

• Contona:
Apabila suatu butir tes dijawab oleh 7 teste dari jumlah keseluruha
perserta sebanyak 30, maka tingkat kesulitan butir tes tersebut adalah
(7:30) x100 = 23 % atau 0.23. Kalau hanya 2 yang jawab benar
berarti ...??

Analisis Tingkat Kesulitan


• Untuk menentukan apakah 0,23 itu menunjukkan butir tes itu terlalu sulit
atau sebaliknya, maka dihubungkan dengan indeks tingkat kesulitan.
Menurut Oller (1979), suatu butir tes dinyatakan layak jika indeks kesulitannya
berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85.
Pendapat lain, Joni (1986), menyatakan suatu butir tes dianggap baik bila
mempunyai p antara 10 % sampai dengan 90%.
• Artinya, bila butir soal / tes nya di bawah angka di atas berarti terlalu sulit,
dan bila di atas angka (0,85 atau 0,90) diatas, berarti tergolong terlalu
mudah.
• Berdasarkan indeks tersebut di atas, maka 23% tergolong baik.
• Bila tingkat kesukarannya misalnya 0,067, berarti butir tes tersebut harus
direvisi atau tidak digunakan.

Apakah 23% atau 0,23 itu terlalu sulit /


sebaliknya?
• Suatu tes dikatakan baik, apabila ia dapat membedakan antara siswa kelompok
tinggi (upper group) dan kelompok rendah (lower group).
• Joni (1986) mengatakan, suatu soal dikatakan mempunyai kemampuan daya beda
yang benar apabila soal tersebut dijawab benar oleh lebih banyak anggota
kelompok pintar (upper group) dibandingkan dengan anggota kelompok tidak pintar
(lower group).
• Sebagai gambaran:
• Apabila sebuah kelas terdiri dari 30 testee, maka diambil 27% kelompok atas dan
27 % kelompok bawah. (30 x 27%) = 8,1
• maka ada 8 teste (dibulatkan)
• Teste peringkat 1-8 (kelompok atas)
• Teste peringkat 1-8 dari bawah = peringkat 23-30 (kelompok bawah)
• Semakin tinggi tingkat daya beda suatu butir tes, semakin tinggi pula
kemampuannya untuk membedakan peserta yang pandai dan yang kurang pandai.

2. Analisis Daya Beda


• Kemampuan diskriminasi (daya beda) dapat dinyatakan dengan % dengan
menggunakan simbol D (Joni, 1986)
• Untuk menentukan daya beda (D) dengan butir tes dapat digunakan rumus
berikut
x 100 %

• Dalam menentukan rentangan Indeks Daya Beda (D) dapat digunakan :


Indeks Daya Beda (Djiwandono, 1996, h. 144)
0,50 atau lebih : baik
antara 0,20 an 0,50 : sedang
di bawah 0,20 : kurang
0 : tidak ada diskriminasi
- (negatif) : negatif
• Contoh :
Sebagaimana contoh awal, jumlah teste 30 orang, kita ambil 27% nya menjadi 8
orang. Jadi 8 orang (upper group) 8 orang (lower group)
Apabila suatu butir soal dijawab benar oleh 6 teste dari kelompok atas dan seorang
(1) teste dari kelompok bawah, maka cara perhitungannya adalah :

x 100 %

x 100 = 0,63 atau 63%

Indeks daya beda menunjukkan 0,63(>0,50) , berarti butir tes ini dilihat dari D nya
tergolong butir tes yang baik, karena dapat membedakan kelompok atas dan bawah.

Contona (mencari Daya Beda)


• Contoh lain:
• Apabila suatu butir soal dijawab oleh 4 teste dari kelompok
atas, 3 teste dari kelompok bawah, maka, bagaimana Daya
beda butir soal tersebut?
• Coba anda jawab, sebelum ke slide selanjutnya.

x 100 %

Contoh lain mencari daya beda


x 100 %

• x 100 = 0,13
• Dengan demikian, butir soal tersebut memiliki daya beda kurang, karena
indeks daya beda menunjukkan angka 0,13 ( < 0,20). Ini artinya, bahwa butir
tes tersebut tidak mampu membedakan antara kelompok tinggi dan
kelompok rendah. Implikasinya, butir tes tersebut direvisi atau tidak
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai