Anda di halaman 1dari 49

KETENTUAN UMUM

&
TATA CARA PERPAJAKAN

CITRA ANDRIANI KUSUMAWATI, S.E.,M.M


081 805 800 900
MATERI:
 NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
 Pengukuhan PKP
 Surat Pemberitahuan ( SPT )
 Pembayaran Pajak & Pelaporan Pajak
 Sanksi yang terkait dengan pembayaran dan
pelaporan pajak
KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN

WAJIB PAJAK Pemeriksaan

ASSESMENT
OFFICIAL
Pendaftaran
Pendaftaran
SELF ASSESMENT

(NPWP-
(NPWP-NPPKP)
NPPKP) Penetapan
FISKUS
(SKP)
Pembukuan/
Pembukuan/
Pencatatan
Pencatatan
Keberatan

Pembayaran
Pembayaran (SSP)
(SSP) Banding BPP
( Badan Peradilan Pajak

Pelaporan
Pelaporan
(SPT)
(SPT) Kasasi MA
( Mahkamah Agung )
NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK)
WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI BADAN

MELIPUTI

PEMBAYAR PEMOTONG PEMUNGUT


PAJAK PAJAK PAJAK

YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN


SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
BADAN
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan BUT
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Kewajiban Mendaftarkan Diri
ORANG
BADAN PRIBADI
Syarat
Objektif
Syarat
Subjektif

Wilayah Wilayah
tempat tempat
kedudukan KANTOR tinggal
PELAYANAN
PAJAK /
ONLINE

Pasal 2
Syarat subjektif adalah bahwa ia adalah subjek pajak di Indonesia.

Subjek pajak di Indonesia dapat dibagi 2:


1. Subjek Pajak dalam Negeri
 orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
 badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan
 warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Subjek pajak luar negeri


 orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

 orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Syarat Objektif, punya penghasilan.


NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam


administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai:

TANDA IDENTITAS
PENGENAL WAJIB
DIRI PAJAK

DALAM MELAKSANAKAN
HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Wanita Kawin

Wanita Kawin yg Memiliki Penghasilan

Penghasilan isteri hidup terpisah berdasarkan keputusan


digabung dgn hakim atau dikehendaki secara tertulis
suami berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan & harta
NPWP isteri = NPWP suami
(Hak & kewajiban YA TIDAK
perpajakan digabung) ingin melaksanakan
hak & memenuhi
kewajiban perpajakan
bila telah memiliki NPWP terpisah dari hak &
sebelum kawin maka harus kewajiban perpajakan
mengajukan penghapusan suami

bila telah memiliki NPWP


sebelum kawin maka tidak
Isteri &suami masing-masing memiliki
perlu mendaftarkan diri NPWP,
lagi (Hak & kewajiban perpajakan terpisah)
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Anak yang Belum Dewasa

Sesuai UU PPh 1984 dan


anak yg belum perubahannya
dewasa belum berumur 18 tahun
&
belum pernah menikah

kewajiban perpajakan
digabung dgn orang tuanya

NPWP ikut dgn


orang tuanya

Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Warisan Yang Belum terbagi

Warisan yg belum terbagi


sebagai satu kesatuan
menggantikan yg berhak

menggunakan

NPWP dari orang pribadi yg


meninggalkan warisan

diwakili oleh

o salah seorang ahli waris;


o pelaksana wasiat; atau
o pihak yang mengurus harta
peninggalan.

Pasal 3
 Pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
Warisan Belum Terbagi menggunakan NPWP dari Wajib Pajak orang
pribadi yang meninggalkan warisan tersebut.

 Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan


belum memiliki NPWP, dan dari warisan tersebut diterima atau
diperoleh penghasilan, wakil dari Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi
wajib mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal dan tempat kegiatan usaha orang
pribadi yang meninggalkan warisan.

 Pendaftaran diri oleh wakil dilakukan paling lama pada akhir bulan
berikutnya setelah Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan
warisan tersebut meninggal dunia
Struktur Penomoran NPWP (SE Nomor 44 Tahun 2015):
1) NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
2) NPWP diberikan kepada Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.
3) NPWP diberikan oleh:
1) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal, tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak; atau
2) KPP sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
4) NPWP terdiri atas 15 (lima belas) digit dan merupakan satu
kesatuan utuh, dengan penjelasan sebagai berikut:
1 2 . 3 4 5 . 6 7 8 - 9 . 10 11 12 . 13 14 15

 9 (sembilan) digit pertama adalah identitas unik Wajib Pajak;


 3 (tiga) digit berikutnya adalah kode KPP, dengan ketentuan sebagai
berikut:
- untuk pendaftaran/pemberian NPWP baru, kode KPP adalah
kode KPP tempat Wajib Pajak pertama kali terdaftar;
- untuk Wajib Pajak yang sudah terdaftar, kode KPP adalah kode
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar pada saat Surat Edaran ini
mulai berlaku;
 3 (tiga) digit terakhir adalah kode status pusat dan cabang

5) NPWP diadministrasikan dalam sistem informasi secara terpusat


oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
UU HPP Bab II Pasal 2 ayat 1 dan 2 mengatur mengenai implementasi
integrasi NIK dan NPWP. Secara lebih spesifik, terkait teknis dan
mekanisme implementasi diatur lebih dalam di Perpres 83/2021. Wajib pajak
sendiri adalah mereka yang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sehingga, meskipun telah memiliki NIK, tidak semua masyarakat memiliki


kewajiban untuk membayar pajak.
PENGUKUHAN PKP ( PENGUSAHA KENA
PAJAK )
PENGUSAHA KENA PAJAK

PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN

BARANG JASA
KENA KENA
PAJAK PAJAK

YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
DAN PERUBAHANNYA
Kewajiban mendaftarkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PPN)
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/Pmk.03/2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/Pmk.03/2010
Tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai Yang dimaksud
Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun buku
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan
jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Pengusaha Kecil tidak wajib mendaftarkan Pengusaha Kena Pajak, kecuali


penjualan setahun belum 4.800.000.000 atas permintaan sendiri mendaftarkan
Pengusaha Kena Pajak ( Kena PPN)
Sanksi bagi yang tidak mendaftarkan dan melaporkan sebagai WP

Berdasarkan pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan, bagi wajib pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif dan
belum mendaftarkan diri maka Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan/atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, terkait Kewajiban
perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau yang
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib
Pajak dan/atau dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (6)

DIAJUKAN PERMOHONAN PENGHAPUSAN NPWP oleh WAJIB PAJAK


dan/atau AHLI WARISNYA apabila WAJIB PAJAK SUDAH TIDAK
MEMENUHI PERSYARATAN SUBJEKTIF DAN/ATAU OBJEKTIF
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

WAJIB PAJAK BADAN


DILIKUIDASI karena PENGHENTIAN atau PENGGABUNGAN USAHA

WAJIB PAJAK BENTUK USAHA TETAP


MENGHENTIKAN USAHANYA DI INDONESIA

DIANGGAP PERLU oleh DIRJEN PAJAK untuk MENGHAPUSKAN


NPWP dari WAJIB PAJAK yang SUDAH TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN SUBJEKTIF DAN/ATAU OBJEKTF
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
PENGHAPUSAN NPWP DAN/ATAU
PENCABUTAN PKP
Jabatan Permohonan WP

Catatan:
Dirjen Pajak Pemeriksaan
dapat juga
untuk
penerbitan
NPWP secara
jabatan
WP
TERTEN
Pemeriksaan TU

Penghapusan NPWP
dan/atau Pencabutan
Pengukuhan PKP
PMK-147/PMK.03/2017, PER - 04/PJ/2020
KEPUTUSAN atas PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (7)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN

PEMERIKSAAN
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU

6 BLN 12 BLN

WP OP WP BADAN

SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP


PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
Pasal 2 ayat (8)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN


PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

PERMOHONAN
JABATAN
WP

PEMERIKSAAN

KEPUTUSAN 6 BLN
SPT (SURAT PEMBERITAHUAN)
SPT
PASAL 1 ANGKA (10), (11), DAN (12)
Merupakan surat yang digunakan WP untuk melaporkan
penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban.

Untuk suatu masa pajak. Untuk suatu tahun pajak


atau bagian tahun pajak.

SPT Masa SPT Tahunan 26


Penyampaian SPT
benar benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam
penerapan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya;

lengkap memuat semua unsur-unsur yang berkaitan


dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan; dan

jelas melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak


dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan
Wajib Pajak Yang Dikecualikan Menyampaikan SPT

Wajib Pajak SPT Tahunan SPT Masa


Wajib Pajak orang pribadi yang dalam
satu Tahun Pajak menerima atau
memperoleh penghasilan neto tidak  Wajib  Wajib
melebihi PTKP (WP mengisi formulir
perubahan data menjadi Non Efektif)  Tidak Wajib  Tidak Wajib
dengan melampirkan dokumen 1721 A1
dibawah PTKP
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
menjalankan kegiatan usaha atau tidak  Wajib  Wajib
melakukan pekerjaan bebas (WP
mengisi formulir perubahan data  Tidak Wajib  Tidak Wajib
menjadi Non Efektif)

Pasal 18 PMK 243/PMK.03/2014 s.t.t.d PMK


9/PMK.03/2018
FUNGSI SPT PPH
PENJELASAN
Sarana pelaporan PASAL 3 AYAT (1)
dan pertanggungjawaban
penghitungan PPh terutang.

Sarana melaporkan tentang:

• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan


sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak
lain.
• Penghasilan yang merupakan objek dan bukan Objek Pajak.
• Harta dan kewajiban.
• Pembayaran dari pemotong atau pemungut.
29
FUNGSI SPT PPN
PENJELASAN PASAL 3 AYAT (1)
Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban
penghitungan PPN atau PPnBM terutang.

Sarana melaporkan tentang:

• Pengkreditan PPN Masukan terhadap PPN Keluaran.


• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri atau melalui pihak lain.
• Pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan
Pemungut PPN. 30
PELAPORAN PAJAK
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (3)

PALING LAMA 20 (dua puluh) HARI


SPT MASA
setelah AKHIR MASA PAJAK

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 3 (tiga) BULAN


WP OP setelah AKHIR TAHUN PAJAK

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 4 (empat) BULAN


WP BADAN setelah AKHIR TAHUN PAJAK

AKHIR MASA PAJAK atau AKHIR TAHUN PAJAK


Batas Waktu Penyampaian SPT
Disampaikan Jenis Setoran
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh
paling lama PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 25

20 hari PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur/agen
atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi
setelah bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
Akhir PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu sebagai
Pemungut Pajak
Masa Pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa
Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan
beberapa masa pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa
Batas Waktu Penyampaian SPT
PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri
PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud
paling lama
dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
akhir bulan PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
berikutnya Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
setelah
Akhir
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Masa Pajak Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk

paling lama pada


PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut
hari kerja terakhir minggu
oleh DJBC
berikutnya
paling lama
14 hari
paling lama
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
15
setelah
hari
Akhir
setelah UPLOAD FAKTUR PAJAK
Masa Pajak
Akhir
Masa Pajak
PEMBAYARAN PAJAK
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak
Paling Lama Jenis Setoran
PPh Pasal 4 ayat (2) Cabang diluar Jakarta
PPh Pasal 15
PPh Pasal 21 Cabang Diluar Jakarta
Tanggal 10 bulan
PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
berikutnya
PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
kepada penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai Pemungut Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
Tanggal 15 bulan PPh Pasal 25
berikutnya PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Disetor Paling Lama Jenis Setoran


Bersamaan dengan PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu satu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh
hari setelah pemungutan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
Tanggal tujuh bulan PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
berikutnya Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
terakhir dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
SPT Masa PPN (akhir bulan)
Sebelum SPT disampaikan
SPT Tahunan
PEMBAYARAN PAJAK

Jika hari libur hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional
termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara
nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya
Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ( E Billing ) ke kas negara
Pembayaran melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
SANKSI DAN DENDA YANG TERKAIT
DENGAN PEMBAYARAN PAJAK DAN
PELAPORAN PAJAK
DISAMPAIKANNYA SPT
PASAL 7 AYAT (1)

Keterlambatan atau tidak disampaikannya:

SPT Masa SPT Tahunan

SPT Masa PPN SPT WP Badan


Rp 500.000,00 Rp 1.000.000,00

SPT Masa Lain SPT WP OP 40

Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
UU CIPTA
KERJA
PASA
Pasal 9 ayat (2a) L

Pasal 9 ayat 2a UU KUP :


113
Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.

Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2020 :


Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dihitung dari tanggal
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
UU CIPTA
KERJA
PASA
Pasal 9 ayat (2b) L

Pasal 9 ayat 2b UU KUP :


113
Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya
batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2020 :


Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
UU CIPTA
KERJA
PASA
Penambahan Pasal 9 ayat (2c) L
113
Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2020 :

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh


Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2a) dan ayat (2b) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5%
(lima persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang
berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan
sanksi.
POKOK UU CIPTA
Pasal 19 ayat (1), ayat (2), & ayat (3) KERJA
PERUBAHAN PASA
L
113
*) Besaran sanksi administrasi berupa bunga
TARIF per bulan mengacu kepada suku bunga
PAJAK BUNGA
JUMLAH acuan yang ditetapkan oleh Menteri
SANKSI = KURANG X PER
X BULAN Keuangan dan yang berlaku pada tanggal
** dimulainya penghitungan sanksi dibagi
BAYAR BULAN
* 12, ditambah uplift factor sesuai tingkat
kesalahan Wajib Pajak.
**) maksimal 24 bulan.
Suku Pengenaan Sanksi Administratif Pajak
Tarif bunga + 0%
bunga = acuan atas:
per 12
bulan  Bunga penagihan;
 Angsuran/penundaan pembayaran pajak;
 Kurang Bayar (KB) penundaan penyampaian
SPT Tahunan.
Aturan sebelumnya

Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan dengan tarif tetap sebesar
2%.
POKOK
ILUSTRASI BESARAN SANKSI ADMINISTRASI – UU KUP
PERUBAHAN
 Apabila Menteri Keuangan menetapkan
Formula Besaran Tarif suku bunga acuan pada bulan April 2021
Sanksi: sebesar 4,96%; dan
 terdapat jumlah kurang bayar sebesar
Rp1.000.000
Sanksi /
Uplift Jenis Sanksi
Bulan
Self Assessment
+0%
Sanksi bunga KMK 0,41%  Bunga penagihan (Ps.19(1))  Kurang Bayar (KB)
Besaran Sanksi (Rp) Rp4.133  Angsuran/penundaan bayar penundaan SPT Tahunan
(Ps.19(2)) (Ps.19(3))
Self Assessment
+5%
Sanksi bunga KMK 0,83%  Pembetulan SPT (Ps.8(2);(2a))  Pajak tidak/kurang dibayar
 Terlambat bayar (Ps.9(2a); akibat salah tulis/hitung atau
Besaran Sanksi (Rp) Rp8.300
(2b)) PPh tahun berjalan (Ps.14(3))
Self Assessment
+10%
Sanksi bunga KMK 1,25%  Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT (Ps.8(5))
Besaran Sanksi (Rp) Rp12.46
POKOK ILUSTRASI PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI
PERUBAHAN PERPAJAKAN (UPLIFT + 5%)

“Tuan A menyampaikan SPT Tahunan PPh Sanksi bunga keterlambatan pembayaran


OP Tahun Pajak 2020 pada tanggal 17 Juli atas SPT Tahunan [Ps.9 ayat (2b) KUP]
2021. dihitung sejak berakhirnya jatuh tempo
Jumlah kurang bayar sebesar Rp1.000.000 penyampaian SPT Tahunan s.d. tanggal
pembayaran.
dilunasi Tuan A pada tanggal 16 Juli 2021.” 202
Tarif sanksi administratif (suku bunga acuan + 5%) 1
Maret April Mei Juni Juli Agustus
0,81% 0,83% 0,85% 0,87% 0,89% 0,91%

1 April 1 Mei 1 Juni 1 Juli 16 Juli 1 Agustus 2 Agustus

Bulan I + Bulan II + Bulan III + 16 hari = 4 bulan STP


(bagian bulan terbit
Sebagai contoh, Menteri Keuangan menetapkan suku bunga acuan untuk dihitung penuh
bulan April 2021 sebesar 4,96%, maka sanksi administrasi yang menjadi 1 bulan)
dihitung mulai bulan April 2021 dikenakan tarif sebesar 0,83% per
bulan ((4,96% + 5%)/12).
Gunakan tarif saat sanksi mulai dihitung 1 April
2021
= Rp1.000.000 x 0,83% x 4 bulan
= Rp8.300 x 4 bulan
= Rp33.200
SANKSI DENDA
TIDAK DILAKUKAN TERHADAP
Pasal 17 ayat (2) PMK 243/PMK.03/2014 s.t.t.d PMK 9/PMK.03/2018

1. WP ORANG PRIBADI yang TELAH MENINGGAL DUNIA;


2. WP ORANG PRIBADI yang SUDAH TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS; (NE)
3. WP ORANG PRIBADI yang BERSTATUS SEBAGAI WARGA NEGARA
ASING yang TIDAK TINGGAL LAGI DI INDONESIA;
4. BUT yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN LAGI DI INDONESIA;
5. WP BADAN yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA LAGI
TETAPI BELUM DIBUBARKAN SESUAI KETENTUAN YANG
BERLAKU; (NE)
6. BENDAHARA yang TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN LAGI;
7. WP yang TERKENA BENCANA, yang KETENTUANNYA DI ATUR
DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN; ATAU
8. WAJIB PAJAK LAIN yang DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
WAJIB PAJAK LAIN
Pasal 17 ayat (3) PMK 243/PMK.03/2014 s.t.t.d
PMK 9/PMK.03/2018

YANG DIMAKSUD DALAM KETENTUAN DI


ATAS
ADALAH :
• KERUSUHAN MASSAL,
• KEBAKARAN,
• LEDAKAN BOM ATAU AKSI
TERORISME,
• PERANG ANTAR SUKU, ATAU
• KEGAGALAN SISTEM KOMPUTER
ADMINISTRASI PENERIMAAN
NEGARA ATAU PERPAJAKAN.
• keadaan lain berdasarkan pertimbangan
MATUR
NUWUN
“Manungsa mung ngunduh wohing pakarti."
(Kehidupan manusia baik dan buruk adalah
akibat dari perbuatan manusia itu sendiri)

Anda mungkin juga menyukai