Imam Tarmiji
Biodata
IMAM TARMIJI, M.Pd.
Guru SMA Negeri 1 Jasinga
Guru SMA Muhammadiyah Puraseda
08561954856
imam@gws.my.id
S1. PAI imam.sman1jasinga@gmail.com
S2. PAI
Guru - Organisator
Makna Ibadah
Ibadah dari segi bahasa: Menurut al-Qamus (‘abada):
Ketaatan.
Menurut kamus al-Shihah: Asal-usul ‘Ubudiyyah ialah
ketundukan dan kehinaan. Asal Ibadah: al-tazlil
(penghinaan).
Ibadah dari segi istilah syara’: Menurut Syeikh
Muhammad Abduh ibadah ialah: Ketaatan dengan
puncak ketundukan. (Tafsir al-Manar: al-Fatihah)
Ibn Taimiyyah menyatakan ibadah dalam Islam itu mengandungi unsur
ketundukan/ ketaatan yang digabungkan dengan unsur kecintaan.
Ibadah dalam Islam mengandungi makna kemuncak ketundukan,
puncak ketaatan dan puncak kecintaan.
Seorang hamba harus mencintai Allah SWT melebihi segala kecintaan
yang lain. Allah berfirman yang artinya: “Katakanlah (wahai
Muhammad): Jika ibu bapa (nenek moyang) kamu, anak-anak kamu,
saudara-saudara kamu (adik beradik), isteri-isteri kamu, harta-harta
yang kamu kumpulkan, perniagaan yang kamu takut kerugiannya dan
tempat kediaman yang kamu ridhai lebih enegkau cintai dibanding
Allah dan Rasul-Nya dan juga jihad Fi Sabillah, maka tunggulah
sehingga Allah SWT mendatangkan urusan sesuai dengan perintah-
Nya.” (Surah al-Taubah: 24)
SALAH FAHAM TERHADAP KONSEP IBADAH
Ada dua golongan manusia yang salah faham tanggap tentang konsep ibadah
Golongan Pertama:
Melampaui batas dalam mencintai Allah SWT, sehingga mendorongnya
melakukan sesuatu yang keluar dari makna ibadah, dan memasukkan
manusia dalam lingkungan Rububiyyah (ketuhanan) yang tidak layak bagi
manusia. Bahkan ada yang melebihi batasan para nabi dan para Rasul,
contohnya adalah:
(1) Anggapan mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan semua
pengikutnya dari neraka memasukkan mereka ke surga.
(2) Anggapan mempunyai kemampuan untuk menghalang (menyelamatkan)
semua pengikutnya dari memasuki neraka.
(3) Anggapan mendapat kelonggaran melaksanakan kewajiban syariat
karena ia dianggap hanya untuk golongan awam.
(4) Anggapan mencintai Allah SWT sehingga Allah SWT dianggap berada di
dalam sakunya atau dalam jubahnya sehinggakan Allah SWT dianggapnya
berada bersamanya sepanjang masa dan di dalam sakunya.
Golongan kedua
Golongan orientalis yang mencoba menggambarkan ibadah dalam Islam
sebagai ibadah yang berdiri atas dasar ketundukan dan ketaatan semata-
mata tanpa digandengkan dengan perasaan cinta dan rela.
Mereka mengatakan bahwa umat Islam tidak mengenali unsur kecintaan
dalam ibadah, kecuali hanya apabila golongan Tasawwuf mengimportnya dari
sumber asing (agama Kristian dan agama-agama budaya).
Pandangan ini juga menyimpang dari hakikat ibadah Islam. Dalam al-Quran
dijelaskan unsur kecintaan antara muslim dan Allah SWT dalam banyak
tempat, di antaranya ialah Allah berfirman artinya: “Dia (Allah) mencintai
mereka dan mereka mencintai Allah SWT” (Surah al-Maidah: 54.)
Nabi berSabda artinya: "Tidak beriman (yaitu tidak sempurna iman) salah
seorang diantara kamu sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari
segala sesuatu selain keduaduanya” [Hadis Muttafaq ‘alaihi]
Ibn al-Qayyim (Madarij al-Salikin: 99) berkata:
Asal-usul ibadah itu ialah kecintaan kepada
Allah SWT, bahkan mentauhidkan-Nya dengan
kecintaan, dan bahwa segala cinta itu hanya
bagi Allah SWT, maka janganlah dia (mukmin)
mencintai orang lain selain-Nya. Sesungguhnya
dia hanya boleh mencintai (orang lain) karena-
Nya dan pada-Nya (pada perkara yang diridhai
Allah SWT).
RUANG LINGKUP IBADAH DALAM ISLAM
1. Syumuliyah (Ibadah Merangkum Agama Seluruhnya)
Ruang lingkup ibadah dalam Islam amat luas. Oleh karena manusia dicipta
supaya beribadah kepada Allah SWT, maka sudah tentu dalam Islam, seluruh
kegiatan manusia adalah ibadah kepada Allah SWT
Ibn Taimiyyah (al-‘Ubudiyyah: 38) berkata: Ibadah ialah kata-nama yang
merangkumi segala sesuatu yang disukai oleh Allah SWT dan yang diridhai-
Nya baik perkataan, perbuatan, yang zahir dan batin. karena itulah; shalat,
zakat, puasa, haji, jujur dalam kata-kata, menunaikan amanah, melakukan
kebajikan kepada ibu bapa, menunaikan janji, amar maaruf, nahi mungkar,
berjihad menentang orang-orang kafir dan munafiqin, melakukan kebaikan
kepada tetangga, anak yatim, orang fakir miskin, doa, zikir dan bacaan al-
Quran, semuanya adalah ibadah.”
2. Ibadah Merangkumi Seluruh Aspek Kehidupan
Ibadah Islam memenuhi seluruh ruang hidup seorag
Muslim dan mengatur kehidupan mereka seluruhnya, baik
dari cara atau adab makan minum, buang air, hingga
kepada cara membangun negara, politik pemerintahan,
keuangan dan ekonomi, urusan muamalat dan undang-
undang, serta dasar perhubungan antara bangsa baik saat
kondisi aman maupun saat terjadi peperangan.
3. Ibadah Merangkumi Seluruh Anggota Manusia
Di antara keistimewaan ibadah Islam ialah bahwa ia
merangkumi
seluruh anggota tubuh manusia. Karena itu ia merupakan
a. Ibadah Hati.
b. Ibadah Lidah.
c. Ibadah Pendengaran (Telinga).
d. Ibadah Penglihatan (Mata).
e. Ibadah Perasaan (Lidah/ Tangan).
f. g. Ibadah Tangan dan Kaki.
h. Ibadah Kemaluan.
KENAPA HARUS BERIBADAH?
Mungkin ada orang akan bertanya: “Kenapa kita harus beribadah
kepada Allah SWT?
KenapaAllah SWT mewajibkan atas manusia supaya beribadah kepada-
Nya? Sedangkah Dia adalah Tuhan terkaya dari ibadah itu, dan Dia tidak
memerlukan khidmat manusia terhadap-Nya? Apakah faedahnya kita
beribadah kepada Allah SWT?”
Hakikatnya, Allah SWT tidak berkepentingan dari ibadah hamba-Nya.
Dia juga tidak akan sengsara akibat keengganan hamba- dari menyembah-
Nya. Keagungan kerajaan-Nya tidak bertambah oleh sebab ibadah, zikir dan
tahmid mereka kepada-Nya.
Dia adalah Tuhan yang Maha Kaya, dan kita adalah hamba-hamba-Nya yang
fakir. Allah berfirman yang artinya: “Dan barangsiapa yang bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang
kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya dan Pemurah.” (Surah al-
Naml: 40)
JADI TUJUAN IBADAH ADALAH
1. Bahwa tujuan ibadah adalah meraih kemuliaan dari yang diibadahi.
Hal keadaan manusia yang paling sempurna ialah apabila dia sibuk dengan
beribadah kepada Allah SWT, karena hatinya akan bersinar dengan cahaya
Ilahiyyah. Lidahnya akan mendapat kemuliaan dengan kemuliaan zikir dan
bacaan al-Qur’an. Anggota-anggotanya akan kelihatan indah dengan
keindahan berkhidmat kepada Allah SWT
Maka dengan kondisi seperti ini merupakan kemuliaan martabat insaniyyah
dan derajat kemanusiaan. Tercapainya martabat dan derajat ini adalah
puncak kebahagiaan manusia di dunia. Dan apabila puncak kebahagiaan di
dunia sudah diperoleh, maka sudah tentu ia juga akan memperoleh
kebahagiaan yang paling sempurna yaitu di akhirat kelak.
Oleh karenanya, barangsiapa yang telah mencapai martabat dan derajat ini,
hilanglah segala kepenatan dan keberatan beribadah, dan niscaya dia akan
memperoleh halawah atau manisnya ibadah di dalam hatinya.
2. Ibadah adalah suatu amanah.
Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah
bentangkan amanah ke atas langit, bumi dan gunung-
ganang, lalu mereka tidak sanggup memikulnya, dan
mereka takut menerimanya, lalu manusia memikulnya”.
Menunaikan ibadah adalah suatu sifat kesempurnaan
yang disukai oleh jiwa.
Menunaikan ibadah kepada Allah SWT adalah penunaian
separuh dari amanah, dan ia akan menjadi sebab kepada
penunaian separuh lainnya.
3. Kesibukan beribadah beribadah adalah suatu
perpindahan dari alam al-ghurur kepada alam al-
surur, ialah perpindahan dari alam tipu-daya
kepada alam suka-ria.
Ia juga merupakan perpindahan dari kesibukan bersama
makhluk kepada kesibukan bersama Allah SWT.
Hal ini sudah tentunya membawa kepada kelezatan dan
kegembiraan yang sempurna.
INTI IBADAH
1. shalat
Di sini, dipaparkan secara ringkas beberapa rahasia shalat. Di antaranya ialah:
• shalat sebagai penyuci dosa
• shalat sebagai cara menjaga kebersihan dan kecantikan
• shalat sebagai Riyadhoh Badaniyyah (senam jasmani)
• shalat sebagai sumber kekuatan roh
• shalat kekuatan akhlak
2. Menyuburkan harta.
• Penyuburan jiwa oranga kaya.
• Penyuburan jiwa dan keperibadian fakir miskin.
• Penyuburan harta itu sendiri .
3. Pemeliharaan terhadap harta. Nabi bersabda: Artinya: “Pertahankanlah (Bentengilah)
harta-harta kamu dengan mengeluarkan zakat.”
4. Mewujudkan masyarakat penyayang.
5. Zakat sebagai cara menghilangkan jurang kekayaan dan kemiskinan.
4.Haji