Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN

TERKAIT IRIGASI
PERTANIAN
Kebijakan merupakan suatu hal yang Irigasi adalah usaha penyediaan, Peraturan dan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pembungaan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
masyarakat. Setiap negara, organisasi, jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah
atau bahkan individu memiliki
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
kebijakan yang menjadi landasan dalam
mengambil keputusan dan mengatur
tindakan yang dilakukan. .
PENGELOLAAN
INFRASTRUKTUR IRIGASI
DALAM KERANGKA
KETAHANAN PANGAN
NASIONAL

Pembangunan irigasi di Indonesia telah berlangsung ribuan tahun namun ada


periode-periode tertentu yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan infrastruktur
irigasi untuk dapat dijadikan pelajaran pada masa yang akan datang. Khususnya
dalam kerangka pembangunan dan pengelolaan infrastruktur untuk mencapai
tujuan ketahanan pangan nasional..

Perkembangan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur irigasi dari perspektif sejarah Ada empat periode yang perlu diperhatikan dengan masing
sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan nasional dan politik ekonomi dalam
suatu kawasan atau suatu negara. Walaupun pembangunan irigasi di Indonesia telah
masing periode mengandung ciri ciri tertentu. Keempat
berlangsung ribuan tahun ada periode-periode tertentu yang perlu diperhatikan dalam periode tersebut adalah periode prakolonial, kolonial, periode
pengelolaan infrastruktur irigasi untuk dapat dijadikan pelajaran pada masa yang akan
perang dingin, dan periode globalisasi (Barker and Molle,
datang..
2005).
lanjut...

Pada periode kolonial komitmen periode perang dingin adalah munculnya


Pada periode prakolonial pembangunan irigasi dilakukan
pemerintah dalam membangun irigasi teknologi revolusi hijau yang dihasilkan
oleh masyarakat tani sendiri. Pada umumnya
mulai muncul yaitu tatkala terjadi oleh lembaga-lembaga penelitian
pembangunan irigasi mengikuti pembangunan
persawahan dan dalam periode ini salah satu ciri yang kelaparan besar yang menyebabkan internasional antara lain IRRI yang
menonjol adalah terbangunnya kapital sosial yang kuat kematian sekitar duaratus ribu orang menghasilkan varitas varitas padi unggul
dalam pengelolaan irigasi yang diwariskan dan sebagai akibat musim kemarau yang terik (Barker and Molle, 2005). an.
dikembangkan lebih lanjut dari satu generasi kegenerasi dan panjang pada tahun 1848 di
berikutnya (Pasandaran, 2006). Kabupaten Demak Jawa tengah (Vlughter,
Untuk melaksanakan revolusi hijau secara luas melalui program
intensifikasi produksi (BIMAS) diperlukan dukungan pembangunan
infrastruktur dan pengelolaan irigasi yang menyedot dukungan
pendanaan yang relatif besar. Seperti yang dikemukakan oleh
Pasandaran and Rosegrant (1995) pada tahun 1980-an pangsa
investasi publik untuk irigasi lebih dari separoh pengeluaran
pemerintah untuk sektor pertanian. Tulisan ini berupaya membahas
pelajaran yang diperoleh dalam pembangunan dan pengelolaan
irigasi dalam hubungannya dengan masalah ketahanan pangan pada
berbagai periode tersebut diatas dan membahas masalah dan
tantangan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur dalam
menghadapi era globalisasi serta menyarankan arah dan langkah-
langkah yang perlu ditempuh.
adapun Kebijakan yang terjadi saat ini pada pertanian yaitu dapat bervariasi

perlu untuk diperhatikan berdasarkan negara dan wilayah. Di banyak negara, kebijakan pertanian sering
mencakup subsidi untuk petani, pengembangan infrastruktur pertanian, promosi

adanya dalam kebijakan praktik pertanian berkelanjutan, dan perlindungan terhadap keamanan pangan.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kebijakan pertanian di suatu
negara atau wilayah tertentu, disarankan untuk menghubungi kementerian
pertanian atau lembaga terkait setempat.
Adapun isu yang
terjadi ada dalam
Yaitu Terjadinya perang antar Rusia-Ukraina telah memberikan dampak besar bagi ketersediaan dan stabilitas harga
pupuk dunia. Hal ini disebabkan kedua negara tersebut merupakan negara terbesar pemasok unsur terpenting dalam
produksi pupuk, yaitu Fosfat (P) dan Kalium (K). Isu global lainnya seperti Covid-19 yang telah menjadi wabah
selama dua tahun terakhir tentu telah mengguncang perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Maka dari itu, untuk

irigasi menjaga ketersediaan dan stabilitas pupuk bersubsidi, pemerintah telah melakukan pembaharuan kebijakan dengan
menetapkan Permentan No. 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk
Bersubsidi Sektor Pertanian. Permentan tersebut ditetapkan pada tanggal 6 Juli 2022 oleh Menteri Pertanian Republik
Indonesia Syahrul Yasin Limpo.

Perubahan kebijakan yaitu

Terdapat beberapa perubahan kebijakan yang perlu diketahui dan diperhatikan oleh
masyarakat luas, terutama para petani. Diantaranya, komoditas yang disubsidi
sebelumnya berjumlah lebih dari 60 jenis, sedangkan Permentan No. 10 Tahun 2022
kini mengatur penyaluran pupuk bersubsidi diprioritaskan pada 9 komoditas utama
berdasarkan kebutuhan pangan pokok negara. Sembilan komoditas utama yang
dimaksud adalah Padi, Jagung, Kedelai, Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, Kopi,
Tebu, dan Kakao, dengan luas kepemilikan lahan maksimal 2 Ha per petani.
Penetapan alokasi pupuk bersubsidi di tingkat kabupaten dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu a) Data spasial lahan milik petani; b) Usulan alokasi pupuk dari kecamatan melalui e-RDKK; dan c)
Alokasi pupuk bersubsidi kabupaten. Alokasi pupuk bersubsidi tingkat kabupaten akan lebih dirinci berdasarkan
kecamatan, jenis pupuk, jumlah, CPCL, serta sebaran bulanan. Para petani penerima pupuk bersubsidi harus
merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani, terdaftar di dalam SIMLUHTAN (Sistem Informasi
Manajemen Penyuluhan Pertanian) dan e-alokasi, serta memiliki kartu tani yang dapat digunakan untuk
membeli pupuk subsidi di kios-kios tersedia.

Tantangan yang terjadi dalam kebijakan irigasi pertanian adalah meliputi beberapa
kebijakan diantaranya yaitu kebijakan dalam pemeliharaan infrastruktur yang tua dan
rusak, alokasi sumber daya air yang adil dan berkelanjutan, manajemen air yang
efisien untuk menghindari kekurangan air, serta integrasi teknologi untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan air dalam pertanian.

Begitu pula perubahan pada jumlah jenis pupuk bersubsidi yang semula
terdapat 6 jenis pupuk yaitu ZA, Urea, SP-36, NPK, Pupuk Organik, dan
Pupuk Organik Cair, berubah menjadi 2 jenis pupuk saja yaitu Urea dan NPK.

lanjut...
Urea dan NPK dipertimbangkan sebagai pupuk yang mengandung unsur hara
makro esensial yang harus selalu tersedia karena berfungsi dalam proses
metabolisme dan biokimia sel tanaman. Maka dari itu, kedua pupuk tersebut
dijadikan sebagai pupuk prioritas dan dianggap cukup untuk mendongkrak
produktivitas 9 komoditas utama yang disubsidi.
kesimpulan
Pengelolaan infrastruktur irigasi untuk menunjang
irigasi masa depan diperlukan untuk terlaksananya
multifungsi pertanian yaitu terwujudnya proses
diversifikasi pertanian secara meluas, meningkatnya
fungsi konservasi sistem irigasi, dan terpeliharanya
warisan nilai-nilai budaya berupa kearifan lokal dan
kapital sosial dalam pengelolaan irigasi.
Kecenderungan kecenderungan seperti penundaan
pemeliharaan dan kooptasi pengelolaan irigasi yang
dikelola oleh masyarakat hendaknya dihindari karena
akan mempercepat degradasi sistem irigasi dan
memperlemah kemampuan masyarakat tani dalam
pengelolaan irigasi. Untuk maksud tersebut kapital
sosial dalam memelihara irigasi perlu dipulihkan dan
disiplin birokrasi dalam pemeliharaan infrastruktur
irigasi perlu diperkuat
SEKIAN DAN
TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai