Anda di halaman 1dari 14

“Pemeriksaan Laboratorium Untuk Logam Berat dan Trace Element”

DEWI SETIYO WATI NIM. 231072007


ROSIANA HARIANTI NIM. 231072021
MATERI PEMBAHASAN
Pengertian Logam Berat dan Trace Element
Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk hidup. Sebagai trace element, logam berat yang
esensial seperti tembaga (Cu), selenium (Se), Besi (Fe) dan Zink (Zn) penting untuk menjaga metabolisme tubuh manusia dalam
jumlah yang tidak berlebihan, jika berlebihan akan menimbulkan toksik pada tubuh. Logam yang termasuk elemen mikro
merupakan kelompok logam berat yang nonesensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh. Logam tersebut
bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia yaitu: timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As)
dan cadmium (Cd).
Logam berat dibagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat esensial dan non-esensial. Logam berat esensial merupakan logam
berat yang keberadaannya dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh organisme hidup, sedangkan jika berlebihan dapat
menimbulkan efek toksik. Contoh logam esensial adalah Zn, Cu, Mn, dan lain-lain. Logam non-esensial merupakan logam yang
bersifat racun karena keberadaannya di dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya. Contoh logam non- essensial adalah Hg,
Cr, Cd, dan lain-lain. Logam digolongkan kedalam dua katagori, yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat ialah logam yang
mempunyai berat 5 g atau lebih untuk setiap cm3, dengan sendirinya logam yang beratnya kurang dari 5 g setiap cm3 termasuk
logam ringan
Jenis dan Sifat Logam Berat Dan Trace Element

1. Timbal (Pb)

2. Merkuri (Hg)

3. Arsenik (As)

4. Kadmium (Cd)
Pencemaran Logam Berat dan Trace Element

Logam berat ditemukan di lingkungan secara alami. Pencemaran mereka juga


ditemukan dalam obat-obatan, suplemen, dan makanan tertentu. Selain itu, bahan
kimia yang digunakan dalam industri dan pertanian juga mengandung logam berat,
yang dapat berakhir di udara, tanah dan air. Logam berat dapat masuk ke dalam
tubuh melalui berbagai cara. Mereka bisa dihirup, dimakan atau diserap melalui
kulit. Karena logam berat ditemukan di mana-mana, maka wajar jika logam berat ada
di dalam tubuh. Namun jika terlalu banyak logam berat yang masuk ke dalam tubuh
dapat menyebabkan keracunan logam berat.
Dampak dan Toksisitas Logam Berat Dan Trace Element

a. Dampak kontaminasi timbal (Pb)


b. Dampak kontaminasi Merkuri (Hg)
c. Dampak kontaminasi Arsenik (As)
d. Dampak kontaminasi Kadmium (Cd)
e. Toksisitas Logam Berat Dan Trace Element
Jenis-jenis logam berat yang jamak ditemui dalam perairan adalah: Mg,
Fe, Pb, Sn, Cu, Mn, Zn, Hg, Cd, Cr, As. Urutan kadar toksisitas logam
berat adalah: Hg2+> Cd2+ >Ag2+> Ni2+> Pb2+> As2+> Cr2+> Sn2+ >Zn2+.
Pemeriksaan Toksikologi Forensik

Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang ilmu forensik. Jadi toksikologi forensik dapat dimengerti
sebagai pemanfaatan ilmu tosikologi untuk keperluan penegakan hukum dan peradilan. Toksikologi forensik merupakan
ilmu terapan yang dalam praktisnya sangat didukung oleh berbagai bidang ilmu dasar lainnya, seperti kimia analisis,
biokimia, kimia instrumentasi, farmakologitoksikologi, farmakokinetik, biotransformasi. Secara umum tugas toksikologi
forensik adalah membantu penegak hukum khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun
kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi
ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup
terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagi bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan
mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis dan akhirnya menginterpretasikan
temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab keracunan dari suatu kasus.
Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah membuat suatu rekaan rekostruksi suatu peristiwa yang
terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya
kemampuan mengendarai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal atau tindak kekerasan dan kejahatan).
Sampel Pemeriksaan Laboratorium Logam Berat Dan Trace Element

a. Pada Sampel Darah, Urine dan Rambut


Logam berat yang paling umum diuji adalah: Timbal, Air raksa, Arsenik , Kadmium dan krom. Logam lain yang dapat
dianalisis antara lain aluminium, berilium, kobalt, tembaga, besi, mangan, nikel, platinum, selenium, silikon, perak dan
talium. Kita dapat melakukan pengujian logam berat berdasarkan jenis logam atau untuk sekelompok logam, yang disebut "uji
toksisitas logam berat". Pengujian toksisitas logam berat digunakan untuk mengetahui apakah pernah terpapar logam tertentu
dan berapa jumlahnya di dalam tubuh. Tes darah logam berat adalah sekelompok tes yang mengukur kadar logam berbahaya
dalam darah.
Metode analisa logam berat menggunakan sampel darah, urine dan rambut dapat diuji dengan menggunakan Atomic
Absorpsion Spectrofotometer (AAS). Kadar logam berat yang lebih tinggi dari normal dalam darah dapat berarti mengalami
keracunan logam berat, namun tidak selalu. Meskipun pasien tidak menunjukkan gejala apa pun, pasien mungkin perlu
menghindari paparan logam tersebut. Tergantung pada logam berat dan kondisi pasien.
Sampel Pemeriksaan Laboratorium Logam Berat DanTrace Element

b. Pada Sampel Air


Kualitas air baku atau yang jamak disebut baku mutu air didefenisikan sebagai ukuran kadar organisme, zat, energi atau unsur yang ada atau
harus ada dan/ atau komponen zat cemar yang ditoleransi kandungannya di dalam sebuah perairan. Definisi ini sesui dengan PP No. 82 Tahun
2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, yang menjelaskan bahwa apabila suatu
perairan telah memenuhi bahu mutu yang telah ditentukan sesuai peruntukannya maka perairan tersebut memiliki kualitas baik dan dapat
digunakan sesuai peruntukannya tersebut. Metode analisa logam berat pada sampel air dapat menggunakan Atomic Absorpsion
Spectrofotometer (AAS).

C. Pada Sampel Forensik


Sampel dari toksikologi forensik pada umumnya adalah spesimen biologi seperti: cairan biologis (darah, urin, air ludah), jaringan biologis atau
organ tubuh. Preparasi sampel adalah salah satu faktor penentu keberhasilan analisis toksikologi forensik disamping kehadalan penguasaan
metode analisis instrumentasi. Berbeda dengan analisis kimia lainnya, hasil indentifikasi dan kuantifikasi dari analit bukan merupakan tujuan
akhir dari analisis toksikologi forensik. Seorang toksikolog forensik dituntut harus mampu menerjemahkan apakah analit (toksikan) yang
diketemukan dengan kadar tertentu dapat dikatakan sebagai penyebab keracunan (pada kasus kematian). Spesimen untuk analisis toksikologi
forensik biasanya dikerok oleh dokter, misalnya pada kasus kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan oleh dokter forensik pada saat
melakukan otopsi. Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan, organ tubuh. Dalam pengumpulan spesimen dokter forensik memberikan
label pada masing-masing bungkus/wadah dan menyegelnya. Label seharusnya dilengkapi dengan informasi: nomer indentitas, nama korban,
tanggal/waktu otopsi, nama spesimen beserta jumlahnya. Pengiriman dan penyerahan spesimen harus dilengkapi dengan surat berita acara
menyerahan spesimen, yang ditandatangani oleh dokter forensik. Toksikolog forensik yang menerima spesimen kemudian memberikan dokter
forensik surat tanda terima, kemudian menyimpan sampel/spesimen dalam lemari pendingin “freezer” dan menguncinya sampai analisis
dilakukan. Prosedur ini dilakukan bertujuan untuk memberikan rantai perlindungan/pengamanan spesimen (chain of custody).
Tiga jenis metode teknologi yang paling sering digunakan untuk
menguji logam berat yaitu Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS), Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spetroscopy (ICP-
OES) atau Inductively Coupled Plasma - Mass Spectrometry (ICP - MS).
Pengambilan sampel air mengunakan acuan SNI 06-6989.8-2004.
(Badan Standarisasi Nasional, 2004)
a. Analisa kandungan logam
Masukkan 5ml sampel ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1ml larutan Na2S 10% b/v (berat per volum),
kocok dan amati. Apabila terjadi kekeruhan berarti mengandung logam.

b. Pemeriksaan Laboratorium Logam Berat Timbal (Pb)


1. Analisa Kualitatif
Masukkan 5 ml sampel dalam tabung reaksi, atur pH 8,5 dengan penambahan NH4OH 1N, tambah kristal
KCN, tambahkan 5ml larutan ditizon 0,005% b/v, kocok kuat, biarkan lapisan memisah lalu amati, apabila
terbentuk warna merah tua berarti sampel mengandung Pb.
2. Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

c. Pemeriksaan Laboratorium Logam Berat Merkuri (Hg)


1. Analisa Kualitatif
Sampel yang telah di preparasi sebanyak 3 tetes masukkan masing-masing sampel kedalam mangkok
sumur dan tambahkan K2CrO4 sebanyak 2 tetes kemudian diaduk dengan tangkai pengaduk secara
perlahan. Perhatikan warna yang terbentuk. Hasil (+) terbentuk warna kuning orange dan (-) tidak
terbentuk warna kuning orange.
2. Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
d. Pemeriksaan Laboratorium Logam Berat Arsen (As)
1. Metode kolorimetri
2. Metode AAS (Spektrometri serapan atom )
3. Pemeriksaan kadar arsen dengan metode ICP –MS (Inductively coupled Plasma – Mass Spectrometry).

e. Pemeriksaan Laboratorium Logam Berat Kadmium (Cd)


1. Uji Kualitatif
Masukkan 5 ml sampel dalam tabung reaksi, atur pH 6,5 dengan penambahan NH4OH 1N, tambahkan 5ml larutan ditizon
0,005% b/v, kocok dan biarkan lapisan memisah lalu amati, apabila terbentuk warna merah muda berarti sampel
mengandung Cd. (Octifani, 2021)
2. Metode AAS (Spektrometri serapan atom )
3. Pemeriksaan kadar arsen dengan metode ICP –MS (Inductively coupled Plasma – Mass Spectrometry).

f. Pemeriksaan Laboratorium Toksikologi Forensik


Pemilihan metode ekstraksi ditentukan juga oleh analisis yang akan dilakukan, misal pada uji penapisan sering dilakukan
ekstraksi satu tahap, dimana pada tahap ini diharapkan semua analit dapat terekstraksi. Bahkan pada uji penapisan
menggunakan teknik “immunoassay” sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu. Sampel urin pada umumnya
dapat langsung dilakukan uji penapisan dengan menggunakan teknik immunoassay. Namun tidak jarang harus
mendapatkan perlakuan awal, seperti pengaturan pH dan sentrifuga, guna menghilangkan kekeruhan. Pemisahan sel
darah dan serum sangat diperlukan pada persiapan sebelum dilakukan uji penapisan pada darah. Serum pada umumnya
dapat langsung dilakukan uji penapisan menggunakan teknik immunoassay. Tidak jarang sampel darah, yang diterima
sudah mengalami hemolisis atau menggupal, dalam hal ini darah dilarutkan dengan metanol, dan kemudian disentrifuga,
supernatannya dapat langsung dilakukan uji penapisan menggunakan teknik immunoassay.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai