1. Ketergantungan yang tinggi pada pusat 2. Sulit mencari titik temu antara model perencanaan 3. 4.
dari atas (top down) dan dari bawah (bottom up) Pendekatan birokratis yang berlebihan pada aturan dan prosedur (Rules driven) Gabungan ke tiganya menghasilkan pelayanan yang lambat dan kurang memuaskan, ketidakpastian waktu dan biaya, sehingga menimbulkan transaction cost
3.
4.
1. 2. 3. 4. 5.
Ruang Lingkup
1. Perubahan Pembuatan Kebijakan 2. Perombakan Struktural 3. Perombakan Budaya Organisasi (sikap dan
perilaku) 4. Teknologi Administrasi
3. Strategi Coercieve
a. Strategi yang bersifat paksaan, ditandai oleh
penentuan tujuan reformasi secara sepihak. b. Menekankan pada sanksi-sanksi tertentu untuk sanksidapat melaksanakan reformasi c. Menekankan jalur hierarkhi dalam melakukan reformasi d. Dalam melakukan reformasi seringkali dilakukan melalui stress induction (dilakukan menurut kehendak reformer
4. Strategi Normatif
a. Memanfaatkan sumber-sumber legitimasi dalam sumberreformasi (makin tinggi legitimasinya, makin besar acceptable) b. Ketaatan bawahan karena pelembagaan (institusional building) dari reformasi itu sendiri c. Proses penentuan objek reformasi mengikut sertakan seluruh anggota organisasi d. Memperkenalkan value baru (reformasi administrasi) dilakukan sedemikian rupa agar nilainilainilai baru seolah-olah sesuai dengan nilai lama seolah-
5. Strategi Utilitarian
a. b. c. d.
Desentralisasi Privatisasi Perampingan (rightzising) birokrasi Manajemen Pembangunan yang modern (Good Governance dan Clean Governance)