Anda di halaman 1dari 9

RONDE KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TONSILITIS DIRUANG KEMUNING (T.H.

T) RSUD ULIN BANJARMASIN Topik Sasaran Waktu Hari/tanggal : Perawatan klien dengan Tonsilitis : Klien An. B : 60 Menit (Pukul 11.00 12.00 wib) : Jumat, 6 Juli 2012

1. Tujuan Ronde Keperawatan a. Tujuan Umum : Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi. b. Tujuan Khusus : 1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi. 2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain. 2. Sasaran Klien An. B 3. Materi a. Teori Perawatan Tonsilitis b. Masalah-masalah Keperawatan yang muncul pada klien dengan Tonsilitis 4. Metode Diskusi + Bed side teaching 5. Media a. Papan White Board b. Spidol c. Penghapus d. Materi yang disampaikan secara lisan. 6. Proses Ronde NO TAHAP 1 Pra Ronde: Menentukan kasus & topik Menentukan Tim ronde Informed Consent Membuat Pra planning Diskusi Mencari Sumber Literatur Ronde : Penyampaian Masalah Diskusi WAKTU PENANGGUNG JAWAB Kepala Ruangan Kepala Ruangan PP PP PP PP & Konselor

6 Juli 2012 ( 08.00 08.30 )

6 Juli 2012 (08.30 09.00)

PP & PA

Post Ronde : Evaluasi Pelaksanaan Ronde Revisi & Perbaikan

6 Juli 2012 09.00 09.45 wib

PP & Konselor

7. Kriteria Evaluasi Bagaimana Koordinasi persiapan dan pelaksanaan Ronde Bagaimana peran PP saat Ronde Bagaimana PA berperan dalam pelaksanaan ronde keperawatan. 8. Pengorganisasian Perawat Primer : Rizqi R Perawat Associated : Hadi K, Hilda A, Multi H, Octavia Suci, Anita Rahmah, M. Reza noor 9. Kepustakaan Gillies (1989). Managemen Keperawatan suatu pendekatan Sistem. EGC. Jakarta PPNI Propinsi Jawa Timur (2000). Materi Pelatihan Kepemimpinan dan Managemen Keperawatan. PPNI. Surabaya Sjamsuhidajat.R; De Jong, Wim (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah.ed. Revisi.EGC. Jakarta Sobiston (1994). Buku Ajar Bedah.Buku 2. EGC.Jakarta

Banjarmasin, Kepala Ruangan

Juli 2012 Perawat Primer

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN SURAT PERSETUJUAN


Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Umur Jenis Kelamin No.KTP/SIM/lainnya Alamat Untuk Nama Klien Umur Jenis Kelamin Alamat : : : : : : Diri sendiri Anak : : : Isteri Orang Tua Suami Lainnya

Ruangan : Rekam Medis No. : Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah : Memberikan Persetujuan dan telah mendapatkan penjelasan yang sejelasnya tentang maksud dilakukan Ronde keperawatan dan tidak akan melakukan tuntutan/ gugatan dikemudian hari atas tindakan tersebut. Demikianlah persetujuan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana mestinya. Banrjarmasin, Perawat Yang Menerangkan Juli 2012

Nama Perawat

Nama Jelas

Saksi-saksi : 1. .. 2. ..

Tanda Tangan 1. 2..

KONSEP DASAR TEORI KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINUSITIS A. Tinjauan Teoritis Tonsilitis 1. Pengertian Tonsilitis adalah suatu infeksi yang merupakan komplikasi tersering dari infeksi saluran pernafasan bagian atas, terutama faringitis Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1997 : 486). Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil atau amandel (dr. Sri Herawati JPB, SpTHT, 2000 : 32). Tonsilitis adalah infeksi akut pada tonsil (Black, 1993 : 1079). Tonsilitis terbagi 2 menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (1997 : 486), yaitu : a. Tonsilitis Akut Merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam, lemah, nyeri tenggorokan, nyeri dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat radang akut. b. Tonsilitis Kronis Merupakan infeksi yang paling sering ditemui diantara infeksi daerah faring. Ini sering dijumpai pada anak dan dewasa. Bila serangan akut tonsilitis sering kambuh meskipun penderita telah mendapat pengobatan yang adekuat harus diingat kemungkinan Tonsilitis Kronis. 2. Etiologi Kuman penyebab Tonsilitis akut dan kronis adalah kuman golongan Streptococcus Beta Hemolitikus, Streptococcus Virridans dan Streptococcos Pyogenesses yang merupakan penyebab pada 50% dari kasus (Henderson, 1997 : 108). Sisanya disebabkan oleh infeksi virus yaitu Adenovirus Echo, Virus Influenza serta Hervez. Cara infeksinya adalah percikan ludah (droplet infection) Penyakit ini ada kecendrungan residif secara berulang tetapi kadangkadang berubah menjadi kuman golongan gram negatif (Henderson, 1997 : 108). (R.

Faktor predisposisi timbulnya radang kronik adalah rangsangan yang menahun (rokok, makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat, hygiene mulut yang buruk (Soepardi, 1997 : 176177). 3. Patofisiologi Pada Tonsilitis Akut, kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear (Arif Mansjoer, 1999 : 119). Pada Tonsilitis Kronis, karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akat diisi oleh detritus. Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. (Arif Mansjoer 1999 : 120). Skema Proses Terjadinya Tonsilitis Akut Kuman menginfiltrasi lapisan epitel

Epitel terkikis

Jaringan limfoid superfisial bereaksi

Pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear Skema Proses Terjadinya Tonsilitis Kronis Proses radang berulang

Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis

Proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut

Jaringan mengerut, ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan di isi oleh detritus

Proses ini meluas hingga menembus kapsul

Timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris Cara penilaian pembesaran tonsil menurut Rukmini (1999 : 45), adalah : a. b. c. d. e. T 0 = Tonsil telah diangkat. T 1 = Bila besarnya 1/4 jarak arkus anterior dan ovula. T 2 = Bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan ovula. T 3 = Bila besarnya 3/4 jarak arkus anterior dan ovula. T 4 = Bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih.
ovula

Tonsil Arkus anterior

T1

T2

T3

T4

4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada Tonsilitis Akut menurut Arif Mansjoer (1999 : 118) adalah : Suhu tubuh naik sampai 400C. Rasa gatal atau kering di tenggorokan. Lesu dan nyeri sendi. Anorexia. Otalgia. Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis. Tonsil membengkak dan hiperemis. Terdapat detritus atau tonsilitis folikularis, kadang detritus berdekatan menjadi satu atau tonsilitis lakunaris atau berupa membran semu. j. Kelenjar submandibula dan nyeri tekan terutama pada anak-anak. a. b. c. d. e. f. g. h. i. Tanda dan gejala pada Tonsilitis Kronis menurut Arif Mansjoer (1999 : 120) adalah : a. Klien mengeluh ada penghalang di tenggorokan. b. Tenggorokan teras kering. c. Pernafasan berbau.

d. Pada pemeriksaan, tonsil membesar dengan permukaan tidak rata. e. Kriptus membesar dan terisi detritus. 5. Pemeriksaan Penunjang Menurut Arif Mansjoer (1999 : 118) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah : a. Kultur tenggorokan. b. Uji resistensi kuman. c. Sediaan apus tonsil. 6. Penatalaksanaan Medis Menurut John Jacob Ballenger (1994 : 346), penatalaksanaan medis pada Tonsilitis adalah : Jika ditemukan Streptokokkus grup A, segera diobati dengan Penisillin atau Eritromisin selama 10 hari. Jika ditemukan bakteri pathogen atau bakteri selain Streptokokkus grup A, terapi yang tepat harus segera diberikan. Seringkali hanya diberi terapi umum ditambah terapi simtomatis jika tidak ditemukan bakteri, dan etiologinya dianggap karena virus. Menurut Arif Mansjoer (1999 : 118), penatalaksanaan medis pada Tonsilitis Akut adalah Antibiotik golongan Penisillin atau Sulfanamida selama 5 hari, Antipiretik, dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan. Bila alergi pada Penisillin dapat diberikan Eritromisin atau Klindamisin. Menurut Arif Mansjoer (1999 : 120), penatalaksanaan medis pada Tonsilitis Kronis adalah : a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau isap. b. Terapi radikal dengan tonsiliktomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil. Indikasi Tonsilektomi menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (1997 : 486) adalah : Tonsil hipertrofik sering ditemukan pada anak-anak, keadaan ini tidak merupakan kelainan. Tonsilektomi baru dilakukan bila ada penyulit korpulmonalel akibat obstruksi kronik jalan nafas yang jarang terjadi, abses faringeal atau peritonsiler, atau pembesaran tonsil mengakibatkan disfagia dengan penurunan berat badan. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa, merupakan indikasi untuk pemeriksaan hystopatologik. Indikasi khusus anak adalah Tonsilitis rekurens yang kambuh lebih dari 3 kali, tonsil hypertropik yang menyebabkan obstruksi misalnya ganguan menelan, hyperplasia setelah infeksi mononukleosis, dan riwayat demam

reumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan Tonsilitis Kronik yang sukar diatasi dengan antibiotik. Penanganan tonsilitis lebih lanjut dilakukan pengangkatan tonsil atau tonsilektomi. Teknik yang digunakan pada operasi tonsilektomi yaitu: a. Pada anak Sluder Guillotine b. Pada dewasa Diseksi Jerat

A. Diagnosa Keperawatan (Pre Operasi) 1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan badan panas. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan klien Nampak kesakitan. 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi ditandai dengan ekspresi wajah tegang dan gelisah. (Post operasi) 4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai nafsu makan menurun 5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuitas jaringan ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi dan terdapat luka bekas operasi di kedua tonsil. B. Persiapan Perawatan klien dan informed consent C. Prosedur tindakan keperawatan yang dilakukan 1. DP : hipertermi Intervensi : 2. DP : Nyeri Intervensi : Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan Pantau suhu lingkungan Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien Berikan kompres hangat Berikan cairan yang banyak ( 1500 2000 cc/hari ) Kolaborasi pemberian antipiretik menggigil atau tidak

3. DP :

Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi ) Kaji TTV Berikan posisi yang nyaman Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan pelan melalui mulut Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak Kolaborasi pemberian analgetik

perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia Intervensi : Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit Timbang BB tiap hari Berikan makanan dalam keadaan hangat Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang menarik Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan

4. Kepustakaan Carpenito.Lynda Juall (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed.8.EGC. Jakarta Doenges.Marilynn. E (2000).Rencana asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan PendokumentasianPasien.Ed 3. EGC.Jakarta Rothrock.Jane C (2000).Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC. Jakarta. Sjamsuhidajat.R; De Jong, Wim (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah.ed. Revisi.EGC. Jakarta Sobiston (1994). Buku Ajar Bedah.Buku 2. EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai