Anda di halaman 1dari 50

13 Adab berdoa

Pertama, mencari waktu yang mustajab. Diantara waktu yang mustajab adalah hari arafah, ramadhan, sore hari jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, : Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta-Ku, Aku beri, dan siapa yang minta ampunan pasti Aku ampuni. (H.r. Muslim) Kedua, memanfaatkan keadaan yang mustajab untuk berdoa. Diantara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka. Abu Hurairah radliallahu anhu mengatakan, Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika; jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu. (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327) Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak . (H.r. Abu Daud, Nasai, danTurmudzi) Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa. (H.r. Muslim) Ketiga, Menghadap kiblat dan mengangkat tangan Dari Jabir radliallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berada di padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (H.r. Muslim) Dari Salman radliallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan). (H.r. Abu Daud & Turmudzi dan beliau hasankan)
Cara mengangkat tangan dalam berdoa:

Ibn Abbas radliallahu anhu mengatakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (H.r. Thabrani) Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa. Keempat, dengan suara lirih dan tidak dikeraskan.

Allah berfirman, Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu. (Q.s. Al-Isra: 110) Allah memuji Nabi Zakariya alaihis salam, yang berdoa dengan penuh khusyu dan suara lirih, )2( (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Q.s. Maryam: 2 3) Allah juga berfirman, Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.s. Al-Araf: 55) Dari Abu Musa radliallahu anhu bahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan, Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat. (H.r. Bukhari) Kelima, Tidak dibuat bersajak. Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunnah. Allah juga berfirman, Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.s. Al-Araf: 55) Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak. Keenam, khusyu, merendahkan hati, dan penuh harap. Allah berfirman,

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. (Q.s. Al-Anbiya: 90) Ketujuh, memantapkan hati dalam berdoa dan berkeyakinan untuk dikabulkan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah. (HR. Bukhari & Muslim) Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu. (H.r. Ibn Hibban dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth) Diantara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya). (H.r. Turmudzi dan dishahihkan Al-Albani) Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya. Kedelapan, mengulang-ulang doa dan merengek-rengek dalam berdoa. Misalnya, orang berdoa, Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah. Dia ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa. Ibn Masud mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (H.r. Muslim). Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: Mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan: Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan. (H.r. Bukhari dan Muslim) Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, : : . Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?. Beliau bersabda: Orang yang berdoa ini berkata: Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa. (H.r. Muslim dan Abu Daud) Sebagian ulama mengatakan: Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufik untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting bagiku. Kesepuluh, memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul Husna). Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda: Orang ini terburu-buru. kemudian Beliau bersabda, Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya. (H.r. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan al-Albani) Kesebelas, memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah. Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Diantara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar. Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, .

Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi (H.r. Bukhari) Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan taubat Kedua belas, hindari mendoakan keburukan, baik untuk diri sendiri, anak, maupun keluarga. Allah berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk, Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Q.s. Al-Isra: 11) Allah juga berfirman, Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa). (Q.s. Yunus: 11) Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan. Dari Jabir radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan. (H.r. Abu Daud) Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim. (H.r. Muslim dan Abu Daud) Ketiga belas, menghindari makanan dan harta haram. Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa. Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

) ( ) ( . Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan Allah juga berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan doanya? (H.r. Muslim). Allahu alam Disadur dari: http://www.islamino.net/play.php?catsmktba=11483 (Dengan beberapa penambahan dari Redaksi Konsultasi Syariah) Artikel www.KonsultasiSyariah.com Pembahasan: Adab-adab berdoa. Read more about doa-doa by www.konsultasisyariah.com

Ini Doanya jika Ingin Mendoakan Anak Anda


, :,
Doa mempunyai kedudukan yang sangat agung di dalam agama Islam, ditambah lagi jika doa tersebut berasal dari orangtua untuk anaknya: Hal ini dijelaskan di dalam hadits:

- - .
Artinya: Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tiga doa yang dikabulkan, tidak diragukan pengabulannya; doanya orangtua (maksudnya untuk anaknya), doanya seorang musafir dan doanya yang terzhalimi. HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 596. Tunggu apa lagi wahai para orangtua Masihkah Anda lupa atau malas untuk mendoakan anak-anak Anda yang sangat anda cintai. Sungguh, mereka sangat butuh kepada doa Anda! Jangan pernah meremehkan doa! Karena Doa dapat merubah apa yang telah ditakdirkan Karena doa dapat melawan bala dan musibah, bahkan sampai hari kiamat!

, : .
Artinya: Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak akan bermanfaat sikap hati-hati dari takdir Allah dan doa akan bermanfaat dari sesuatu yang telah terjadi dan dari yang akan terjadi, sesungguhnya bala akan benar-benar turun lalu dihadang oleh doa, lalu keduanya saling dorong mendorong sampai hari kiamat. HR. Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami. No. 7739. Di bawah ini beberapa doa diambilkan dari Al Quran dan As Sunnah: Doanya Nabi Zakariyya 'alaihissalam ketika menginginkan anak:

(Rabbi Habli min ladunka dzurriyyatan thayyibatan innaka samiud dua) Artinya: Wahai Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Lihat Al Quran Surat Ali Imran:38.

Doanya Nabi Ibrahim 'alaihissalam ketika meminta anak:


(Rabbi habli minash shalihin) Artinya: Wahai Rabbku, berilah aku keturanan yang shalih. Lihat Al Quran surat Al Qashshash: 110. Doanya Istri Imran ketika setelah melahirkan Maryam:

)(
(Rabbi) Inni uidzuha bika wa dzurriyyataha minasy syaithanir rajim) Artinya: Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." Lihat Al Quran surat Alim Imran: 3436. Doanya hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih


(Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata ayun wajalna lilmuttaqina imama) Artinya: Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Lihat Al Quran surat Al Furqan:74. Doanya Nabi Ibrahim 'alaihissalam:

)(
(Rabbi) ujnubni wa baniyya an nabudal ashnam) Artinya: (Wahai Rabbku), jauhkanlah aku dan keturunanku dari menyembah berhalaberhala. Lihat Al Quran Surat Ibrahim: 35.


(Rabbij alni muqimash shalah wa min dzurriyyati wa taqabbal dua)

Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Lihat Al Quran surat Ibrahim:40. Doanya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk meruqyah Al Hasan Al Husein radhiyallahu anhuma:


(Audzu bikalimatillahit tammah wa min kulli syaithanin wa hammah wa min kulli ain lammah) Artinya: Aku melindungkan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan penyakit yang beracun dan dari setiap mata yang menyakiti. Lihat hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Doanya beliau shallallahu alaihi wasallam untuk Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma.

dan
(Allahumma faqqihhu fid din) (Allahumma faqqihhu fid din wa allimhut tawil) Artinya: Wahai Allah, Fahamkanlah dia perkara agama. Lihat hadits riwayat Bukhari. Artinya: Wahai Alla, fahamkanlah dia perkara agama dan ajarkanlah tafsir Al Quran. Lihat hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2589. Doa beliau shallallahu alaihi wasallam untuk Anas bin Malik radhiyallahu anhu:


(Allahumma Aktsir malahu wa waladahu wa barik lahu fima athaitahu) Artinya: Wahai Allah, perbanyaklah harta dan anaknya serta berkahilah selalu baginya apa yang telah Engkau berikan kepadanya. Lihat hadits riwayat bukhari. Doa-doanya bukan ini saja, masih banyak yang lainsemoga bermanfaat bagai para orangtua.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin Selasa, 6 Syaban 1433H Dammam KSA.

Do'a-do'a dari Al-Qur'an


Friday, 12 November 2010 18:02


1. Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orangorang yang merugi. (QS. Al-A'raf: 23)


2. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS: Hud: 47)


3. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (QS. Nuh: 28)

.
4. Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 127-128)

5. Ya Rabbi, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku. (QS. Ibrahim: 40)


6. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim: 41)

. .. .
7. Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh keni'matan, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (QS. Asy-Syu'ara: 83-85 dan 87)


8. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash-Shaffat: 100)


9. Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. (QS. Al-Mumtahanah: 4)


10. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al-Mumtahanah: 5)


11. Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai. dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hambahamba-Mu yang saleh. (QS. An-Naml: 19)

12. Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a. (QS. Ali 'Imran: 38)


13. Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. (QS. Al-Anbiya': 89)


14. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (QS. Al-Anbiya': 87)

. . .
15. Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (QS. Thaha: 2528)


16. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku. (QS. Al-Qashash: 16)


17. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah). (QS. Ali 'Imran: 53)

. .
18. Ya Tuhan kami. janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang'zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir. (QS. Yunus: 85-86)

19. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihlebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Ali 'Imran: 147)


20. "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS: Al-Kahfi: 10)


21. Ya Tuhanku, tambahkan ilmu kepadaku. (QS. Thaha: 114)

. .
22. Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. (QS. AlMu'minun: 97-98)


23. Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik. (QS. Al-Mu'minun: 118)


24. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Baqarah: 201)


25. Kami dengar dan kami ta'at "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. (QS. Al-Baqarah: 285)


26. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana

Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami. ampunilah kami. dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 286)


27. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (Ali 'Imran: 8)

. . . .
28. Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orangorang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (QS. Ali 'Imran: 191-194)


29. Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. (QS. Al-Mu'minun: 109)

. .

30. Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (QS. Al-Furqan: 65-66)


31. Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74)


32. Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). (QS. Al-Ahqaf: 15)


33. Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10)


34. Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. At-Tahrim: 8)


35. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali 'Imran: 16)


36. Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam). (QS. Al-Mai'dah: 83)


37. Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim: 35)


38. Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (QS. Al-Qashash: 24)


39. Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu. (QS. Al-'Ankabut: 30)


40. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu. (QS. Al-A'raf: 47)


41. Cukuplah Allah bagiku. tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung. (QS. At-Taubah: 129)


42. Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar. (QS. Al-Qashash: 22)


43. Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu. (QS. Al-Qashash: 21)

Disadur dari: Buku karya Syaikh Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani berjudul Sembuh dan Sehat cara Nabi

Jangan Malas untuk Berdoa


Kategori: Tazkiyatun Nufus 2 Komentar // 24 April 2012 Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Taala. Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa beribadah tanpa pertolongan dari Allah Taala.

Sebagian manusia terlalu sombong, jarang berdoa, seakan kekuatan manusiawinya lah yang dapat mewujudkan seluruh asa dia tanpa pertolongan dari Allah Taala. Coba perhatikan hal-hal berikut, niscaya kita akan semangat selalu berdoa kepada Allah Taala atas keperluan dunia dan akhirat kita. Seorang yang tidak berdoa adalah orang sombong {60 :] { ] Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (QS. Al Mukmin: 60). Asy Syaukani rahimahullah berkata, Ayat ini memberikan faedah bahwa doa adalah ibadah dan bahwa menginggalkan berdoa kepada Rabb yang Maha Suci adalah sebuah kesombongan, dan tidak ada kesombongan yang lebih buruk daripada kesombongan seperti ini, bagaimana seorang hamba berlaku sombong tidak berdoa kepada Dzat yang merupakan Penciptanya, Pemberi rezeki kepadanya, Yang mengadakannya dari tidak ada dan pencipta alam semesta seluruhnya, pemberi rezekinya, Yang Menghidupkan, Mematikan, Yang Memberikan ganjarannya dan yang memberikan sangsinya, maka tidak diragukan bahwa kesombongan ini adalah bagian dari kegilaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah Taala. (Lihat kitab Tuhfat Adz Dzakirin, karya Asy Syaukani). Seorang yang berdoa adalah orang yang paling dimuliakan oleh Allah taala - - Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa. (HR. At Tirmidzi). Para ulama mengatakan kenapa doa sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Taala dibandingkan yang lainnya: Karena di dalam doa terdapat bentuk sikap perendahan diri seorang hamba kepada Allah dan menunjukkan kuasanya Allah Taala. Allah Taala sangat, sangat, sangat menyukai hamba-Nya merendah diri kepada-Nya dan menunjukkan bahwa hanya Allah Taala satu-satu-Nya Yang Berkuasa, Yang Maha Pengatur, yang Maha Pencipta, tiada sekutu bagi-Nya. Dengan doa kita melawan, menahan, meringankan bala dan musibah : : . Aisyah radhiyallahu anha berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sikap kehati-hatian tidak menahan dari takdir, dan doa bermanfaat dari apa yang terjadi (turun) ataupun yang belum terjadi (turun) dan sesungguhnya bala benar-benar akan turun lalu dihadang oleh doa, mereka berdua saling dorong mendorong sampai hari kiamat. (HR. Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami, no. 7739).

Seorang yang berdoa tidak pernah rugi - - . . Abu Said radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah dosa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya, para shahabat berkata: Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa? Beliau menjawab: Allah lebih banyak (pengabulan doanya) (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633). Ibnul Qayyim rahimahullah menjelasakan tentang ajaibnya doa Dan demikian pula doa, sesungguhnya ia adalah salah satu sebab yang paling kuat menahan keburukan, mewujudkan permintaan, akan tetapi berbeda pengaruh doanya, baik karena lemahnya pada doa tersebut yaitu doanya merupakan sesuatu yang tidak dicintai Allah karena di dalamnya terdapat permusuhan, maka doanya seperti busur yang tipis sekali, maka anak panah keluar darinya sangat lemah, atau karena terdapat yang menahan dari pengabulan doa, seperti; makan harta yang haram, perbuatan zhalim, dosa-dosa yang menutupi hati, terlalu lalai, penuh hawa nafsu dan kelalaian. Sebagaimana yang di sebutkan di alam kitab Al Muastdarak akrya Al Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak menerima sebuah doa dari hati yang lalai, maka (doa seperti) ini adalah doa yang bemanfaat, menghilangkan penyakit akan tetapi lalainya hati terhadap Allah membatalkan kekuatannya dan begitujuga memakan yang haram membatalkan kekuatannya dan mengguranginya. Abu Dzarr radhiyallahu anhu berkata, Cukup doa disertai dengan amalan yang baik sebagaimana makanan disertai dengan garam. Beliau juga berkata, Dan doa termasuk obat yang paling manjur, ia adalah musuhnya bala, melawannya, melarang turunya dan mengangkat dan meringankannya jika ia turun, dan ia adalah senjatanya orang beriman. Doa berhadapan dengan bala tiga keadaan; 1-Doanya lebih kuat daripada bala maka ia menolaknya. 2-Doanya lebih lemah daripada bala, maka akhirnya bala yang menang, dan mengenani hamba akan tetapi terkadang meringankannya jika ia lemah. 3-Doa dan bala saling berlawanan dan manahan setiap salah satu dari keduanya. Lihat kitab Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim rahimahullah. *) Kamis, 7 Jumadal Ula 1433 H, Lombok Indonesia Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc Artikel Muslim.Or.Id Dari artikel Jangan Malas untuk Berdoa Muslim.Or.Id by null

Doamu Tak Kunjung Terkabul? Mungkin Ini Penyebabnya

Saudariku, semoga Allah menyayangi diriku dan juga dirimu. Melakukan kesalahan dalam berdoa bisa menjadi salah satu penyebab sehingga doa tak kunjung terkabul. Mengenali berbagai kesalahan dalam berdoa merupakan salah satu bentuk ikhtiar agar Allah berkenan mengabulkan doa kita. Saudariku, semoga Allah memberi ilmu yang bermanfaat kepada diriku dan juga dirimu. Tahukah engkau apa saja kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam berdoa? 1. Menyepelekan kekhusyukan dan perendahan diri di hadapan Allah ketika berdoa. Allah taala berfirman, Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. (Q.S. AlAraf:55) Allah taala juga berfirman, Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) segala kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (Q.S. Al-Anbiya:90) Seseorang yang berdoa seharusnya bersikap khusyuk, merendahkan diri di hadapan Allah, tawadhu, dan menghadirkan hatinya. Kesemua ini merupakan adab-adab dalam berdoa. Seseorang yang berdoa juga selayaknya memendam keinginan mendalam agar permohonannya dikabulkan, dan dia hendaknya tak henti-henti meminta kepada Allah. Seyogianya, dia selalu ingin menyempurnakan doanya dan memperbagus kalimat doanya, agar doa tersebut terangkat menuju Al-Bari (Dzat yang Maha Mengadakan segala sesuatu), dan itu dilakukannya hingga Allah mengabulkan doa itu. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, yang sanadnya dinilai hasan oleh Al-Mundziri, dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika kalian berdoa kepada Allah maka berdoalah kepada-Nya dengan penuh keyakinan bahwa doa tersebut akan dikabulkan. Sesungguhnya, Allah tidaklah mengabulkan doa seorang hamba, yang dipanjatkan dari hati yang lalai. 2. Putus asa, merasa doanya tidak akan terkabul, serta tergesa-gesa ingin doanya segera terwujud. Sikap-sikap semacam ini merupakan penghalang terkabulnya doa. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, Doa yang dipanjatkan seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa. Dirinya berkata, Aku telah berdoa namun tidak juga terkabul.

Telah diketengahkan, bahwa seseorang yang berdoa sepatutnya yakin bahwa doanya akan dikabulkan, karena dia telah memohon kepada Dzat yang Paling Dermawan dan Paling Mudah Memberi. Dan Rabbmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Q.S. Al-Mumin:60) Barang siapa yang belum dikabulkan doanya, jangan sampai lalai dari dua hal:

Mungkin ada penghalang yang menghambat terkabulnya doa tersebut, seperti: memutus hubungan kekerabatan, bersikap lalim dalam berdoa, atau mengonsumsi makanan yang haram. Secara umum, seluruh perkara ini menjadi penghalang terkabulnya doa. Boleh jadi, pengabulan doanya ditangguhkan, atau dia dipalingkan dari keburukan yang semisal dengan isi doanya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu,

: : : : Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak pula pemutusan hubungan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya salah satu di antara tiga hal: doanya segera dikabulkan, akan disimpan baginya di akhirat, atau dirinya akan dijauhkan dari keburukan yang senilai dengan permohonan yang dipintanya. Para shahabat berkata, Kalau begitu, kami akan banyak berdoa. Rasulullah menanggapi, Allah lebih banyak (untuk mengabulkan doa kalian). (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Yala dengan sanad jayyid; hadits ini berderajat sahih dengan adanya beberapa hadits penguat dari jalur Ubadah bin Shamit yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim, serta dari jalur Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya.) 3. Berdoa dengan kedudukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, serta bertawasul dengannya. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk bidah dan bentuk kelaliman dalam berdoa. Dasarnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mengajarkan cara berdoa semacam itu kepada seorang shahabat pun. Ini membuktikan bahwa berdoa dengan menggunakan kedudukan beliau shallallahu alaihi wa sallam dan bertawasul dengan para pemilik kedudukan adalah amalan bidah, serta merupakan sebuah cara ibadah baru yang dikarangkarang tanpa dalil. Demikian juga dengan segala bentuk sarana yang berlebih-lebihan (ghuluw) yang menyebabkan doa terhalang untuk terkabul. Adapun riwayat,

Bertawasullah dengan kedudukanku! Sesungguhnya, kedudukan sangat mulia di sisi Allah, maka riwayat ini merupakan sebuah kedustaan besar atas nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tidak sahih disandarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 4. Bersikap lalim dalam berdoa, misalnya: doa yang isinya perbuatan dosa atau pemutusan hubungan kekerabatan. Sebagaimana tiga perkara yang disebutkan, perkara keempat ini juga menjadi salah satu penghalang terkabulnya doa seorang hamba. Sungguh, Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Akan muncul sekelompok orang yang lalim dalam berdoa. (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan yang lainnya; hadits hasan sahih) Allah taala berfirman, Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. (Q.S. AlAraf:55) Contoh sikap lalim: berdoa agar bisa melakukan dosa, agar bencana ditimpakan, atau supaya hubungan kekerabatan terputus. Sebagaimana hadits riwayat At-Tirmidzi dan selainnya dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Di muka bumi ini, tidak ada seorang muslim pun yang memanjatkan doa kepada Allah melainkan Allah pasti akan memberi hal yang dipintanya atau Allah akan memalingkannya dari keburukan yang senilai dengan isi doanya, sepanjang dia tidak memohon doa yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan kekerabatan. (H.r. Turmudzi dan Ahmad; dinilai sebagai hadits hasan-shahih oleh Al-Albani) Saudariku, bersabarlah dalam menanti terkabulnya doa, perbanyak amalan saleh yang bisa menjadi sebab terwujudnya doa, dan jauhi segala kesalahan yang bisa menyebabkan doa tidak kunjung terkabul. Semoga Allah merahmati kita . Kita pungkasi tulisan ini dengan memohon kepada Allah, agar Dia tidak menolak doa kita. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, juga dari doa yang tidak terkabul. (H.R. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai; hadits sahih)

*** muslimah.or.id Penulis: Ummu Asiyah Athirah Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits Maraji (referensi):

Al-Minzhar fi Bayani Katsirin min Al-Akhtha Asy-Syaiah, karya Syekh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syekh, terbitan Jamiah Al-Imam Muhammad bin Suud AlIslamiyyah, tahun 1413 H. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, karya Syekh Al-Albani, Maktabah Asy-Syamilah.

Doa dengan Lafazh Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah-, berdoa merupakan suatu amal ibadah yang agung. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Doa adalah ibadah. (HR. Abu

Dawud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah). Ketika kita berdoa tentu kita berharap agar doa kita dikabulkan oleh Allah Taala. Tidak ada diantara kita yang berdoa tetapi dia ingin doanya tidak terkabul. Akan tetapi tidak semua doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba lantas dikabulkan oleh Allah Taala. Bahkan terkadang ada orang yang berdoa dengan doa yang dilarang oleh syariat. Ya, ia ingin beribadah, tetapi malah terjatuh kedalam perkara yang haram. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini, Abu Hurairah radhiyallah anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah salah seorang diantara kamu berdoa, Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki atau berdoa, Ya Allah, limpahkanlah rahmatMu kepadaku jika Engkau menghendaki, tetapi hendaklah ia berkeinginan kuat dalam permohonan itu, karena sesungguhnya Allah tiada sesuatupun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu. (HR. Bukhari dan Muslim) Allah Subhanahu wa Taala tentu tidak bisa disamakan dengan makhluk. Seseorang akan mengabulkan permintaan orang lain karena sebab-sebab tertentu. Boleh jadi karena ia memiliki kepentingan dengan si peminta, atau karena ia takut kepadanya atau karena punya harapan dengannya, lalu orang itu memberi apa yang diminta dengan terpaksa. Lain halnya dengan Allah Subhanahu wa Taala, Dia Maha Suci, tidak mungkin bagi-Nya hal seperti itu karena kesempurnaan sifat tidak butuh-Nya terhadap makhluk, kesempurnaan kedermawanan dan kemuliaan-Nya, pemberian-Nya tiada habis-habisnya, Dia sama sekali tidak butuh kepada makhluk, bahkan makhluk-lah yang butuh kepada-Nya dengan kebutuhan yang tidak putus sekejap matapun. Diriwayatkan dalam sebuah hadits Tangan kanan Allah penuh, tidak akan membuatnya berkurang sebuah nafkahpun, terbuka siang dan malam. Tahukah kalian apa yang telah diinfakkan semenjak penciptaan langit dan bumi? Itu semua tidak mengurangi apa yang ada di tangannya. Dan pada tangan yang lain ada neraca keadilan, Allah merendahkannya dan mengangkatnya. (HR. Bukhari -diberbagai tempat dalam Al Jami-, dan Muslim dari Abu Hurairah). Allah Taala memberi karena hikmah dan menahan karena hikmah, dan Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Maka seharusnya bagi orang yang meminta kepada Allah, hendaklah ia berkeinginan kuat dalam permohonannya karena sesungguhnya Allah tidak memberikan sesuatu kepada hamba-Nya dalam keadaan terpaksa ataupun menganggap besar permintaan itu. Allah memiliki sifat kedermawanan, kedermawanan yang terus menerus dan tiada pernah henti. Bahkan Allah memberi karunia kepada hamba-Nya sebelum hamba tersebut meminta. Marilah kita perhatikan penciptaan manusia, sejak air mani diletakkan di dalam rahim, nikmat-nikmat-Nya didalam perut ibunya terus mengalir, Dia mengurusnya dengan sebaikbaiknya. Jika ibunya telah melahirkannya, Dia menjadikan orang tuanya merasa menyayangi dan mengurusnya dengan nikmat-nikmat-Nya sehingga anak itu tumbuh menjadi besar dan dewasa. Ia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah sepanjang hidupnya. Jika hidupnya selalu dalam keimanan dan ketakwaan, maka bertambahlah nikmat-nikmat Allah kepadanya. Apabila ia meninggal, maka ia memperoleh kenikmatan yang berlipat ganda daripada kenikmatan yang ia peroleh ketika di dunia. Ia memperoleh kenikmatan yang hanya Allah yang bisa

menghitungnya, nikmat yang Allah persiapkan khusus bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Semua kenikmatan yang diperoleh seorang hamba didunia ini pada hakekatnya adalah karunia dari Allah Taala. Meskipun sebagian kenikmatan tersebut ia peroleh melalui perantaaran orang lain, tapi ketahuilah bahwa nikmat tersebut tidak akan pernah sampai kepadanya kecuali dengan izin, kehendak dan kebaikan dari Allah Taala. Dengan demikian, Allah-lah yang berhak dipuji atas segala nikmat tersebut. Dialah yang menghendakinya dan menentukannya serta mengalirkannya dengan kebaikan, kedermawanan dan karunia-Nya. Hanya milik-Nya segala nikmat, karunia dan sanjungan yang baik. Allah Taala berfirman, Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya, dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kamu minta pertolongan. (Qs. AnNahl (16) : 53) Terkadang Allah Taala menahan pemberian kepada hamba-Nya jika ia memohon kepadaNya, karena adanya suatu hikmah dan pengetahuan-Nya tentang yang terbaik bagi hambaNya, dan terkadang dia mengakhirkan apa yang diminta hamba-Nya untuk waktu yang telah ditentukan atau untuk memberinya dengan pemberian yang lebih banyak. Maha Suci Allah Tuhan Semesta Alam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda, Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan silautarahmi, melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan ; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atau dia akan menyimpan baginya di akhiat kelak,atau dia akan menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya. Maka para sahabat pun berkata, Kalau begitu kita memperbanyaknya. Beliau bersabda, Allah lebih banyak lagi ( memberikan pahala). (HR. Ahmad III/8, al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad,dan lainnya. Lihat Doa dan Wirid Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut al-Quran dan as-Sunnah hal 37-38, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas) Hendaknya kita membesarkan harapan kita kepada Allah ketika berdoa, karena sesungguhnya Allah memberi permintaan yang besar karena kedermawanan, karunia dan kebaikan. Allah Taala tidak merasa diberatkan dengan apa yang Dia berikan, maksudnya tidak ada sesuatu yang berat bagi-Nya walaupun terasa berat bagi makhluk. Karena orang yang meminta kepada makhluk, ia tidak memintanya kecuali sesuatu yang mudah baginya untuk dikabulkan. Lain halnya dengan Rabb Semesta Alam, sesungguhnya pemberian-Nya terwujud sesuai dengan Firman-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya,Jadilah! maka jadilah ia. (Qs. Yaasiin: 82). Maha Suci Allah yang makhluknya tidak dapat mengagungkan-Nya dengan sebenar-benar pengagungan, tidak ada Tuhan yang Haq selain-Nya dan tidak ada Rabb selain-Nya. Penyusun: Ummu Maryam Ismiyanti Diringkas dari Fathul Majid karangan Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh cetakan Pustaka Azzam. Dimurojaah oleh Ustadz Jamaludin, Lc.

Berburu Doa Mustajab

Hidup ini tak lekang dengan masalah, silih berganti dari masalah satu ke masalah lain. Akan tetapi jika kita mau berfikir sebenarnya dibalik masalah tersebut ada pelajaran yang berharga yang dapat kita petik. Rugilah kita tatkala menyia-nyiakan masalah, berlari dari masalah ataupun pura-pura mengaburkan masalah tersebut. Saudariku, sebagai wanita dengan kodrat yang mempunyai beragam peran tentunya tak jauh dari masalah. Terlebih lagi secara fitrah, wanita sering mengedepankan hati atau perasaan untuk menilai sesuatu. Dengan demikian hendaknya kita mencari cara agar kita dapat mensiasati kelemahan itu agar menjadi lebih tegar tatkala kita dirundung masalah. Saudariku, berdoalah kepada Allah karena itulah kunci dari segala masalah kita, Allah telah berfirman: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al Baqarah: 186) Apa susahnya kita mengadu kepada Allah yang telah mentakdirkan semua masalah yang telah menghampiri kita? Segala masalah akan ada kunci jawabnya meskipun entah kapan waktunya. Kita hanya bisa serahkan kepada Allah dan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkannya. Ingatlah saudariku apapun masalahnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (Qs Ar-Rad: 28) Saudariku doa adalah kunci yang sangat ampuh dan mujarab untuk melepaskan kepenatan hati, rasa was-was ataupun segala masalah yang sedang kita hadapi. Ingatlah bahwa doa adalah inti ibadah. Kita percaya bahwa dengan terus dan terus memohon kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusan kita. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: Jika Allah akan memberi kunci kepada seorang hamba, berarti Allah akan membuka (pintu kebaikan) kepadanya dan jika seseorang disesatkan Allah, berarti ia akan tetap berada di depan pintu tersebut. Tentu saja tidak semua doa dapat diterima. Oleh karena itu pandai-pandailah dalam mensiasati agar doa terkabul. Dalam kesempatan kali ini akan kami jelaskan orang-orang yang beruntung karena doanya terkabul dan waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Akan tetapi hal ini tidak berarti memvonis orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan di atas, doanya tidak dikabulkan, Wallahu alam bishawab. Serahkan semua usaha kita kepada Allah, karena Allah yang berhak menentukan hasil dari proses yang kita usahakan.

Rasulullah Shalallahualaihi wasallam bersabda: Allah Subhanahu wataala berfirman, Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut Nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutkan dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat. (HR Bukhari Muslim) Ada beberapa golongan manusia yang doanya terkabul, antara lain;

Doa seorang muslim terhadap saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya Dari Abu Darda Radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa Nabi Muhammamad Shalallahualaihi Wasallam bersabda: Tidak seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya kecuali ada seorang malaikat yang ditugaskan berkata kepadanya:Aamiin, dan bagimu seperti yang kau doakan. (HR Muslim)

Orang yang memperbanyak berdoa pada saat lapang dan bahagia Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shalallahualaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang. (HR At-Tirmidzi, Dishahihkan oleh Dzahabi dan dihasankan oleh Al-albani)

Orang yang teraniaya Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shalallahualaihi wa sallam bersabda: Hati-hatilah dengan doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan). (HR Bukhari & Muslim)

Doa orangtua kepada anaknya dan doa seorang musafir Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda: Tiga orang yang doanya pasti terkabullkan; doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orangtua terhadap anaknya. HR Abu Daud dan dihasankan oleh Al-Albani

Doa orang yang sedang berpuasa Dari Anas bin Malik Radhiyallahuanhu, dia Rasulullah Shalallahualaihi wasallam bersabda:

Tiga doa yang tidak ditolak; doa orangtua terhadap anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa seorang musafir. HR Baihaqi dan dishahihkan oleh AlAlbani Kemudian lebih baik lagi tatkala kita tahu waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa sehingga kita bisa maksimal dalam berdoa. Antara lain:

Sepertiga Akhir Malam Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu bahwasanya Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga akhir malam terakhir, lalu berfirman: Barangsiapa yang berdoa, pasti akan Kukabulkan, barangsiapa yang memohon pasti akan Aku perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti akan Ku ampuni. (HR Bukhari)

Tatkala berbuka puasa bagi orang yang berpuasa Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahuanhu, dia mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak. (HR Ibnu Majah)

Pada setiap dubur shalat fardhu (sesudah tasyahud akhir, sebelum salam) Dari Abu Umamah Radhiyallahuanhu, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahualaihi wasallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wataalla, beliau menjawab: Dipertengahan malam yang akhir dan pada setiap dubur shalat fardhu. (HR At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Pada saat perang berkecamuk Dari Sahl bin Saad Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahualaihi wasallam bersabda: Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk. (HR Abu Daud dishahihkan oleh Imam Nawawi dan AlAlbani)

Sesaat pada hari Jumat Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Abul Qasim Shalallahualaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pada hari Jumat ada sesaat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan dikabulkan. Beliau berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sebentarnya waktu tersebut. (HR Al Bukhari)

Pada waktu bangun tidur malam hari bagi orang yang bersuci dan berdzikir sebelum tidur Dari Amr bin Anbasah Radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya. (HR Ibnu Majah)

Diantara adzan dan iqamah Dari Anas bin Malik Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah. (HR Abu Daud, dishahihkan AlAlbani)

Pada waktu sujud dalam shalat Dari Ibnu Abbas Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda: Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab doa saat itu sangat diharapkan untuk terkabul. (HR Muslim)

Pada saat sedang turun hujan Dari Sahl bin Saad Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda: Dua doa yang tidak pernak ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu turun hujan. (HR Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Pada saat ada orang yang baru saja meninggal Dari Ummu Salamah Radhiyallahuanha, Rasulullah Shallallahualahi wasallam bersabda tatkala Abu Salamah sakaratul maut: Susungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda:Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat meng-amini apa yang kamu ucapkan. (HR Muslim)

Pada malam lailatul qadr Allah Subhanahu wataalla berfirman: Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikatmalaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. (Qs Al Qadr: 3-5)

Doa pada hari Arafah Dari Amr bin Syuaib Radhiyallahuanhu dari bapaknya dari kakeknya, Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah. (HR At Tirmidzi dishahihkan AlAlbani) Semoga bermanfaat dan dapat mengoptimalkan agar doa terkabul. Wallahu alam. *** Artikel muslimah.or.id Penyusun : Ummu Hamzah Galuh Pramita Sari Murojaah : Ust Abu Ukasyah Aris Munandar Rujukan: Doa dan wirid penerbit Pustaka Imam Syafii Kesalahan dalam Berdoa penerbit Darul Haq

Adab Doa Nabi Ibrahim alaihissalam

Saudariku, bukalah sejenak mushaf Al-Quran dan pergilah untuk menyelami surat AsSyuaraa ayat 78-81 dan ayat 83-86. Didalam surat itu terdapat doa Nabi Ibrahim kepada sang pencipta Al-Khaliq. Betapa indahnya dan santunnya nabi kita Ibrahim alaihissalam sang kekasih Allah ketika berdoa dan meminta kepada-Nya. Nabi Ibrahim alaihissalam memulai doanya dengan memberikan lima sanjungan kepada Sang Pengabul Permintaan. Allah-lah yang telah menciptaka aku, dan Dialah yang memberi hidayah kepadaku, dan Dialah zat yang memberi makanan untukku dan memberi minuman kepadaku, dan apabila aku sakit maka Dia juga yang menyembuhkan sakitku, dan Allah-lah zat yang mematikan aku, dan juga zat yang menghidupkan aku (kembali), dan Dia pulalah zat yang aku berharap akan mengampuni dosa-dosaku pada hari pembalasan. (Qs. Asy-Syuara: 78-80) Dalam ayat ini terdapat contoh bagaimana Nabi Ibrahim alaihissalam berdoa. Beliau memulai doanya dengan memberikan lima sanjungan kepada sang Khaliq. Sanjungan pertama mengatakan bahwa Allah adalah sang pencipta sekaligus sang pemberi petunjuk (hidayah dalam masalah agama), yang kedua adalah Dia-lah yang memberikan makanan dan minuman, yang ketiga adalah yang memberi kesembuhan dari berbagai penyakit, yang keempat adalah yang menghidupkan dan mematikan dan yang kelima adalah zat yang mengampuni dosa. Kemudian beliau mengajukan lima permohonan. Ya Allah berilah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku dari bagian orang-orang sholeh. Dan jadikanlah untukku menjadi manusia yang dipuji-puji banyak orang pada generasi setelahku. Ya Allah jadikan aku penghuni surga yang penuh kenikmatan. Dan ya Allah ampunilah ayahku, sesungguhnya dia orang yang tersesat. Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari manusia dibangkitkan. (Qs. Asy-Syuara 83-86) Allah mengabulkan semua permohonan nabi Ibrahim kecuali satu saja. Berkaitan dengan permohonan pertama yaitu meminta ilmu maka Allah berfirman dalam surat An-Nisaa ayat 54 yang artinya, Maka sungguh telah kami berikan kepada keluarga Ibrahim kitab suci yaitu ilmu. Demikian pula Allah telah berfirman dalam surat Yusuf ayat 101 yang artinya, Sesungguhnya Ibrahim di akhirat termasuk orang-orang yang sholeh. Kemudian permohonan yang kedua telah Allah jelaskan dalam surat Shaafaat ayat 108 yang artinya, Dan kami tinggalkan Ibrahim pujian yang baik dan ucapan yang baik bagi orangorang setelahnya. Permohonan yang ketiga telah Allah respon positif pula yaitu dalam surat Huud ayat 73 yang artinya, Rahmat Allah dan keberkahan Allah untuk kalian wahai keluarga Ibrahim. Akan tetapi berkaitan dengan permohonan yang keempat, Allah nyatakan tidak dapat dikabulkan yaitu diterangkan dalam surat At-Taubah ayat 114 yang artinya Dan Ibrahim meminta maaf pada Allah tentang permohonan ampunan untuk ayahnya. Maka tatkala telah jelas bagi Ibrahim bahwa ayahnya adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri darinya. Kesimpulan Maka adab doa nabi Ibrahim alaihissalam yaitu:

Menyanjung dan memuji Allah sang pencipta alam semesta sebelum memulai doanya. An-Nawawii dalam kitabnya al-Adzkaar menyebutkan bahwasanya perjalanan Nabi dan Rasul serta orang-orang sholeh jika meminta hajat kepada Allah subhanahu wa taalaa, sebelum berdoa mereka bersegera untuk berdiri di hadapan Robbnya, lalu merapatkan telapak kaki mereka kemudian menghamparkan telapak tangan mereka dan mereka meneteskan air mata di pipi mereka. Maka mereka memulai dari bertobat dari maksiat dan membebaskan dari penyimpangan dari aturan syariat dan mereka sembunyikan kekhusyuan dari hati mereka. Dan mereka merendahkan diri di hadapan Allah subhanahu wa taalaa. Lalu mereka menyanjung sesembahan mereka, mensucikan-Nya, dan mengagungkan-Nya, dan menyanjung dengan sanjungan-sanjungan yang menjadi hak-Nya. Baru setelah itu mereka bersemangat untuk berdoa. Tidak menisbatkan keburukan pada Allah subhanahu wa taalaa. Sebagaimana nabi Ibrahim tidak menisbatkan sakit yang merupakan ciptaan Allah kepada Allah. Hal ini karena nabi Ibrahim merupakan hamba yang sangat santun, sopan serta beradab terhadap Robb-nya, sehingga dapat dilihat pada doa diatas bahwa nabi Ibrahim tidak menisbatkan sakit kepadaNya. Beliau berkata Dan jika aku sakit, maka Alallah yang menyembuhkan aku, tidak berkata dan Ia lah Zat yang maha memberi sakit. Walaupun senyatanya hal ini adalah benar, bahwasanya Allah-lah yang menciptakan kebaikan dan keburukan. Namun, hendaklah seorang hamba mengetahui dapat bersikap sopan, santun dan beradab terhadap Robb-nya. Allah telah memuliakan umat ini dengan mengajari umat ini doa semisal doa nabi Ibrahim. Allah turunkan surat al-Fatihah untuk umat Muhammad shallallaahhu alaihi wa sallam yang Allah mulai surat ini dengan sanjungan dan pengagungan sampai waiyaaka nastain ,sedangkan sisanya adalah doa. Maka surat al-Fatihah adalah dalil diantara adab berdoa adalah menyanjung Allah dahulu baru berdoa dan meminta kepada Allah. Duhai saudariku, seorang muslimah yang sholihah selalu memperhatikan amal dan perbuatan yang ia lakukan. Terlebih lagi dalam masalah berdoa. Hendaknya kita beradab dalam melakukan doa kepada Rabb Kita Tuhan Pencipta Alam Semesta, Penguasa Hari Pembalasan, dengan mencontoh doa yang telah Allah ceritakan dalam Al-Quran. Semoga Allah beri taufik kepada kita semua agar dapat mengamalkan ilmu yang telah kita dapat ini. Penyusun: Ummu Zubaidah Putrisia Hendra Ningrum Adiaty Murojaah: Ust. Aris Munandar Maroji:

Al-Quran Al-Karim Syarah Hisnul Muslim min Adkaari Alkitaabi wa Assunnati, buah karya Said bin Ali bin Wahf Al-Qathani dengan pensyarah Majdi bin Abdul Wahab Ahmad. hal. 22-23 Rekaman Kajian Sabtu-Minggu pagi Syarah Hisnul Muslim oleh Ustadz Aris Munandar dengan penyelenggara takmir Masjid Al-Ashri Pogung Rejo

Bingkisan Paling Berharga Untuk si Kecil Adalah Aqidah


Penulis: Ummu Ayyub Dimurojaah oleh: Ustadz Subhan Khadafi Fase kanak-kanak merupakan tempat yang subur bagi pembinaan dan pendidikan. Masa kanak-kanak ini cukup lama, dimana seorang pendidik bisa memanfaatkan waktu yang cukup untuk menanamkan dalam jiwa anak, apa yang dia kehendaki. Jika masa kanak-kanak ini dibangun dengan penjagaan, bimbingan dan arahan yang baik, dengan izin Allah subhanahu wataala maka kelak akan tumbuh menjadi kokoh. Seorang pendidik hendaknya memanfaatkan masa ini sebaik-baiknya. Jangan ada yang meremehkan bahwa anak itu kecil.

Mengingat masa ini adalah masa emas bagi pertumbuhan, maka hendaknya masalah penanaman aqidah menjadi perhatian pokok bagi setiap orang tua yang peduli dengan nasib anaknya. Penanaman Aqidah Aqidah islamiyah dengan enam pokok keimanan, yaitu beriman kepada Allah subhanahu wataala, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, serta beriman pada qadha dan qadar yang baik maupun yang buruk, mempunyai keunikan bahwa kesemuanya merupakan perkara gaib. Seseorang akan merasa hal ini terlalu rumit untuk dijelaskan pada anak kecil yang mana kemampuan berfikir mereka masih sangat sederhana dan terbatas untuk mengenali hal-hal yang abstrak. Sebenarnya setiap bayi yang lahir diciptakan Allah subhanahu wa taala di atas fitrah keimanan. Allah berfirman dalam QS. Al rof: 172 yang artinya, Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) Bukankah Aku ini Rabb-mu? Mereka menjawab, Betul (Engkau Rabb kami), kami menajdi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah). Adalah bagian dari karunia Allah subhanahu wataala pada hati manusia bahwa Dia melapangkan hati untuk menerima iman di awal pertumbuhannya tanpa perlu kepada argumentasi dan bukti yang nyata. Dengan demikian, menanamkan keyakinan bukan dengan mengajarkan ketrampilan berdebat dan berargumentasi, akan tetapi caranya adalah menyibukkan diri dengan al Quran dan tafsirnya, hadits dan maknanya serta sibuk dengan ibadah-ibadah. Kita perlu membuat suasana lingkungan yang mendukung, memberi teladan pada anak, banyak berdoa untuk anak, dan hendaknya kita tidak melewatkan kejadian seharihari melainkan kita menjadikannya sebagai sarana penanaman pendidikan baik itu pendidikan aqidah maupun pendidikan lainnya. Teladan Kita Jika kita perhatikan para rasul dan nabi, mereka selalu memberikan perhatian yang besar terhadap keselamatan aqidah putera-putera mereka. Perhatian nabi Ibrahim, diantaranya adalah sebagaimana terdapat dalam firman Allah subhanahu wataala yang artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. (Ibrahim berkata): Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam. (QS. Al Baqoroh: 132) Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim: 35) Demikian juga Lukman mempunyai perhatian yang besar pada puteranya sebagaimana wasiatnya yang disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa taala yang artinya:

(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Luqman: 16) Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu dia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (QS. Luqman: 13) Sejak Masih Kecil Perhatian terhadap masalah aqidah hendaknya diberikan sejak anak masih kecil. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam memberikan perhatian kepada anak-anak meski mereka masih kecil. Beliau membuka jalan dalam membina generasi muda, termasuk diantaranya Ali bin Abi Thalib yang beriman kepada seruan nabi ketika usianya kurang dari sepuluh tahun. Begitu juga dalam menjenguk anak-anak yang sakit pun beliau memanfaatkan untuk menyeru mereka kepada Islam yang ketika itu di hadapan kedua orang tua mereka. Kita juga bisa melihat bagaimana Rosulullah shallallahu alaihi wasalam mengajarkan permasalahan aqidah pada Ibnu Abas radhiyallahu anhu yang pada saat itu dia masih kecil. Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa ia berkata: Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah lalu beliau bersabda, Wahai anak muda, sesungguhnya aku mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan kemanfaatan kepadamu mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan kemudharatan terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan kemudharatan itu terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering. Jika para teladan kita begitu perhatian dengan anak-anak sejak mereka masih kecil, maka sangat mengherankan jika kita membiarkan anak-anak kita tumbuh dengan kita biarkan begitu saja terdidik oleh lingkungan dan televisi. Masih banyak kita dapati bahwa oleh banyak orang, anak kecil dianggap tidak layak untuk diberi penjelasan mengenai Al Quran dan maknanya, dianggap tidak berhak untuk diberi perhatian terhadap mentalitasnya. Terkadang dengan berdalih Kemampuan berfikir anak kecil masih sederhana, maka tidak baik membebani mereka dengan hal-hal yang rumit dan berat. Tidak baik membebani anak di luar kesanggupan mereka. Atau kita juga banyak mendapati ketika anak terjatuh pada kesalahan-kesalahan, mereka membiarkan begitu saja dengan berdalih Ah tidak apa-apa, mereka kan masih kecil. Dalih yang disampaikan memang tidak sepenuhnya salah, namun sayangnya tidak diletakkan pada tempatnya. Wallahu alam. Maroji: Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Tilf (terj. Mendidik Anak Bersama Nabi) ***

Artikel www.muslimah.or.id

Hukum Berdoa Di Kuburan


Kamis, 26 Juli 2012 06:49:25 WIB HUKUM BERDOA DI KUBURAN Oleh: Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA

Sebagaimana telah maklum bahwa doa merupakan salah satu ibadah yang amat agung dalam agama Islam. Allh telah memotivasi umat manusia untuk memohon pada-Nya dan berjanji untuk mengabulkan permohonan mereka. Namun di lain sisi Dia telah mensyariatkan

berbagai adab dalam berdoa. Di antaranya: menentukan tempat dan waktu pilihan, yang lebih mustajab. Namun, setan berusaha menyesatkan para hamba dengan mengiming-imingi mereka tempat dan waktu yang diklaim mustajab, padahal tak ada petunjuk agama tentangnya. Tidak sedikit manusia yang terjerat ranjau tersebut. Sehingga mereka lebih memilih berdoa di kuburan dan tempat-tempat keramat, dibanding berdoa di masjid. Lebih parah lagi, ada yang begitu khusyu menghiba dan memohon kepada sahibul kubur! Alih-alih mendoakan si mayit, malah berdoa kepadanya! Padahal mestinya peziarah mendoakan si mayit bukan memohon kepada si mayit. SENGAJA BERDOA UNTUK DIRI SENDIRI DI KUBURAN ADALAH BIDAH Diantara dalil yang menunjukkan akan hal itu adalah : Pertama: Doa merupakan salah satu ibadah mulia, dan sebagaimana telah diketahui bersama bahwa ibadah apapun tidak akan diterima Allh Azza wa Jalla kecuali jika memenuhi dua syarat; ikhlas dan mengikuti tuntunan Nabi Shallallahualaihi wa sallam. Andaikan berdoa di kuburan merupakan ibadah, mengapa Nabi Shallallahualaihi wa sallam tidak mengajarkannya kepada umat? Kenapa pula para assalafus salih tidak mempraktekkannya? Tidak ada dalil dari al-Quran maupun hadits sahih yang menunjukkan bahwa kuburan merupakan tempat favorit untuk berdoa. Ditambah dengan begitu banyaknya kitab yang ditulis para ulama guna menjelaskan adab berdoa, tidak ada satupun di antara assalafus salih dan ulama yang mutabar yang mengatakan disyariatkannya berdoa di kuburan. Ini menunjukkan bahwa praktek tersebut adalah bidah. Andaikan itu baik, niscaya mereka ada di garda terdepan dalam mempraktekkannya. Kedua: Usaha para sahabat untuk melarang praktek doa di kuburan dan segala sesuatu yang bisa mengantarkan ke sana. Berikut fakta nyatanya: a. Para Sahabat Radhiyallahu anhum ketika menaklukkan negeri Syam, Irak dan yang lainnya, jika menemukan kuburan yang sengaja diziarahi oleh orang-orang untuk berdoa di situ, mereka akan menutupnya. [1] b. Para Sahabat Radhiyallahu anhum ketika menaklukkan Baitul Maqdis, mereka tidak bergegas untuk menuju makam Nabi Ibrahim Alaihissalam atau nabi lainnya, guna berdoa atau shalat di situ. Begitu pula para ulama salaf sesudah mereka berbuat. Imam Ibn Waddhah (w. 286 H) menerangkan, Sufyan ats-Tsaury (w. 161 H) jika masuk masjid Baitul Maqdis, beliau shalat di dalamnya. Dan beliau tidak menuju situs-situs itu ataupun shalat di sana. Begitu pula praktek para imam panutan selain beliau rahimahullah. Waki (w. 197 H) juga pernah mendatangi masjid Baitul Maqdis, dan yang dilakukannya tidak lebih dari apa yang dilakukan Sufyan. Hendaklah kalian mengikuti para imam yang telah diketahui

(kebaikannya). Orang terdahulu bertutur, Betapa banyak praktek yang hari ini dianggap biasa, padahal dahulu dinilai mungkar. (Sekarang) disukai padahal dulu dibenci. (Sekarang) dianggap taqarrub (ibadah yang bisa mendekatkan kepada Allah Azza wa Jalla) padahal justru sejatinya menjauhkan (pelakunya dari Allh). Setiap bidah selalu ada yang menghiasinya. [2] c. Para Sahabat Radhiyallahu anhum ketika menaklukkan kota Tustur dan mendapatkan jasad Nabi Danial Alaihissalam, mereka menggali tiga belas liang kubur di berbagai tempat, lalu memakamkan Danial Alaihissallam di salah satunya di malam hari. Setelah itu seluruh kuburan tersebut disamakan, agar orang-orang tidak tahu manakah makam beliau. [3] Ketiga: Para ulama salaf membenci tindak menyengaja berdoa di kuburan dan menilainya sebagai bentuk bidah. Berikut buktinya: a. Diriwayatkan bahwa suatu hari Zainal Abidin (w. 93 H) melihat seseorang masuk ke salah satu pojok di makam Rasul Shallallahu alaihi wa sallam lalu berdoa di situ. Zainal Abidin rahimahullah pun memanggilnya seraya berkata, Maukah kuberitahukan padamu suatu hadits yang aku dengar dari bapakku, dari kakekku, dari Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam? Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kalian jadikan kuburanku ied (tempat yang dikunjungi rutin secara berkala) dan rumah kalian kuburan. Bershalawatlah untukku, sesungguhnya shalawat dan salam kalian akan sampai padaku di manapun kalian berada. [4] b. Suhail bercerita bahwa di suatu kesempatan ia datang ke makam Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam untuk mengucapkan salam pada beliau. Saat itu al-Hasan bin alHasan (w. 97 H) sedang makan di salah satu rumah Nabi Shallallahu alaihiwasallam. Beliau memanggilku dan menawariku makan. Namun aku tidak makan. Beliau bertanya, Mengapa aku tadi melihatmu berdiri?. Aku berdiri untuk mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam jawabku. Beliau menimpali, Jika engkau masuk masjid, ucapkanlah salam kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya beliau telah bersabda, Shalatlah di rumah dan jangan kalian jadikan rumah seperti kuburan. Allh melaknat kaum Yahudi, lantaran mereka menjadikan kuburan para nabi mereka menjadi masjid. Bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai padaku di manapun kalian berada. [5] Dua atsar di atas menunjukkan bahwa menyengaja memilih makam Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebagai tempat berdoa, termasuk perwujudan dari menjadikannya sebagai ied. Dan ini terlarang. Cermatilah bagaimana tabiin paling afdhal dari kalangan Ahlul Bait; Zainal Abidin rahimahullah, melarang orang yang menyengaja berdoa di makam Rasul Shallallahu alaihi wa sallam, dan berdalil dengan hadits yang ia dengar dari bapaknya dari kakeknya. Beliau rahimahullah tentu lebih paham akan makna hadits tersebut, dibanding orang lain. Begitu pula keponakannya; al-Hasan bin al-Hasan; salah satu pemuka Ahlul Bait memahami hal serupa.

Keterangan di atas bersumber dari Ahlul Bait dan penduduk kota Madinah. Nasab dan tempat tinggal mereka lebih dekat dengan Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Mereka jelas lebih cermat dalam memahami permasalahan ini, karena mereka lebih membutuhkan ilmu tentang itu dibanding yang lainnya. [6] c. Di antara fakta yang menunjukkan bahwa ulama salaf menilai perbuatan menyengaja berdoa di kuburan termasuk bidah, mereka telah menyatakan bahwa jika seseorang telah mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di makamnya lalu ingin berdoa untuk dirinya sendiri, hendaklah ia berpaling dan menghadap kiblat serta tidak menghadap makam beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Dan ini merupakan pendapat empat imam mazhab dan ulama Islam lainnya. [7] Padahal Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merupakan manusia yang paling mulia. Bagaimana halnya dengan makam selain beliau Shallallahu alaihi wa sallam yang kemuliaannya jauh di bawah beliau??! Abul Hasan az-Zafarany (w. 517 H) menerangkan, Barangsiapa bermaksud mengucapkan salam kepada mayit, hendaklah ia mengucapkannya sambil menghadap ke kuburan. Jika ia ingin berdoa hedaklah berpindah dari tempatnya dan menghadap kiblat. [8] Keempat: Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam melarang shalat di kuburan atau menghadap ke arahnya. Hikmahnya agar orang tidak terfitnah dengan kuburan. Doa di kuburan lebih pantas untuk dilarang, sebab peluang untuk menimbulkan fitnahnya lebih besar. Orang yang berdoa di kuburan dalam keadaan terpepet karena dililit masalah besar dan begitu berharap untuk dikabulkan, lebih besar peluangnya untuk terfitnah kuburan, dibanding orang yang shalat di situ dalam keadaan sehat wal afiat. Karena itu harus lebih dilarang agar orang tidak terjerumus ke dalam penyimpangan. [9] Kelima: Di antara kaidah syariat yang telah disepakati para ulama; kaidah saddu adz-dzari (mencegah timbulnya kerusakan dengan menutup pintu yang menghantarkan kepadanya). Dan berdoa di kuburan sebagaimana telah maklum bisa mengantarkan kepada tindak memohon kepada sahibul kubur, dan ini merupakan kesyirikan. Jadi pintu yang menghantarkan ke sana harus ditutup rapat-rapat. [10] BERBAGAI JENIS ORANG YANG BERDOA DI KUBURAN DAN HUKUM MASINGMASING Doa di kuburan ada beberapa jenis: Pertama: Doa untuk meminta hajat kepada penghuni kubur, baik dia seorang nabi, wali atau yang lainnya. Ini jelas syirik akbar. Allh Azza wa Jalla memerintahkan, "." "Mohonlah pada Allh sebagian dari karunia-Nya". [An-Nisa': 32]

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mewanti-wanti, "." "Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allh. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allh". [HR. Tirmidzi hal. 566 no. 2514 dan beliau berkomentar, "Hasan sahih"] Imam Ibn Abdil Hadi rahimahullah (w. 744 H) menerangkan bahwa berdoa memohon kepada selain Allh hukumnya adalah haram dan dikategorikan syirik, berdasarkan ijma para ulama. [11] Kedua: Menyengaja datang ke kuburan hanya untuk berdoa di situ, atau untuk ziarah kubur plus berdoa, dengan keyakinan bahwa doa di situ lebih mustajab, karena keistimewaan yang dimiliki tempat tersebut. Berdoa di situ lebih afdal dibanding berdoa di masjid atau rumah. Potret ini mengandung unsur kesengajaan memilih kuburan sebagai tempat untuk berdoa. Dan ini tidak akan dilakukan melainkan karena dorongan keyakinan akan keistimewaan tempat tersebut dan keyakinan bahwa tempat itu memiliki peran dalam menjadikan doa lebih mustajab. Karena itulah jenis kedua ini menjadi terlarang dan dikategorikan bidah. Tatkala berbicara tentang hukum shalat di kuburan, Imam as-Suyuthy rahimahullah menjelaskan, Jika seorang insan menyengaja shalat di kuburan atau berdoa untuk dirinya sendiri dalam kepentingan dan urusannya, dengan tujuan mendapat berkah dengannya serta mengharapkan terkabulnya doa di situ; maka ini merupakan inti penentangan terhadap Allh dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Menyimpang dari agama dan syariatnya. Juga dianggap bidah dalam agama yang tidak dizinkan Allh, Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam maupun para imam kaum muslimin yang setia mengikuti ajaran dan Sunnah beliau. [12] Ketiga: Berdoa di kuburan karena kebetulan, tanpa menyengaja. Seperti orang yang berdoa kepada Allh di perjalanannya dan kebetulan melewati kuburan. Atau orang yang berziarah kubur terus mengucapkan salam kepada sahibul kubur, meminta keselamatan untuk dirinya dan para penghuni kubur, sebagaimana disebutkan dalam hadits. Jenis doa seperti ini diperbolehkan. Hadits yang memotivasi untuk mengucapkan salam kepada penghuni kubur menunjukkan bolehnya hal itu. Dalam hadits Buraidah bin alHushaib Radhiyallahuanhu disebutkan, "." Aku memohon pada Allh keselamatan untuk kami dan kalian. [HR. Muslim (II/671 no. 975)].

Dalam hadits Aisyah Radhiyallahuanhuma disebutkan, "." Semoga Allh merahmati orang-orang terdahulu kami dan yang akan datang. [HR. Muslim (II/671 no. 974)] Doa yang tidak ada unsur kesengajaan biasanya pendek, sebagaimana disebutkan dalam dua hadits di atas. Jika ada yang ingin mempraktekkan doa jenis ketiga ini, sebaiknya ia mencukupkan diri dengan doa dan salam yang diajarkan dalam sunnah dan tidak menambahnambahinya. Karena para ulama salaf membenci berdiam lama di kuburan. Imam Malik rahimahullah (w. 179 H) berkata, Aku memandang tidak boleh berdiri untuk berdoa di kuburan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Namun cukup mengucapkan salam lalu berlalu. [13] Wallahu taala alam [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XV/Syaban 1432/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] _______ Footnote [1]. Minhj as-Sunnah karya Ibn Taimiyyah (II/438). Lihat: Ibid (I/480-481). [2]. Al-Bida wa an-Nahy anh (hal. 50). [3]. Kisah tersebut disebutkan oleh Ishaq rahimahullah dalam Sirahnya riwayat Yunus bin Bukair (hal. 49). Juga disebutkan Ibn Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah dan beliau menyatakan bahwa sanadnya hingga Abu al-Aliyah sahih. Lalu beliau menyebutkan jalurjalur periwayatan lain yang mengindikasikan bahwa kejadian tersebut benar adanya. Periksa: Al-Bidyah wa an-Nihyah (II/376-379), Iqtidh ash-Shirth al-Mustaqm (II/199-200) dan Ightsah al-Lahfn (I/377). [4]. Diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (V/177-178 no. 7624) dan ini adalah redaksi beliau. Juga diriwayatkan oleh Ismail al-Qadhy dalam Fadhl ash-Shalat (hal. 35 no. 20) dan Abu Yala dalam Musnadnya (I/361 no. 469). Ibn Abdil Hadi dalam ashShrim al-Munky (hal. 468) berkata, Kisah tersebut diriwayatkan Abu Yala dan al-Hafizh Abu Abdillah al-Maqdisy dalam al-Ahadts al-Mukhtrah. Ini merupakan hadits yang mahfzh dari Ali bin al-Husain Zainal Abidin rahimahullah dan memilik banyak syawhid (riwayat penguat). Syaikh al-Albany rahimahullah menilainya sahih. Lihat: Fadhl ash-Shalat (hal. 36). [5]. Diriwayatkan oleh Ismail al-Qadhy dalam Fadhl ash-Shalat (hal. 40 no. 30) dan ini adalah redaksi beliau. Diriwayatkan pula oleh Abdurrazzaq dalam Mushannafnya (III/577 no. 6726) dan Ibn Abi Syaibah al-Mushannaf (V/178 no. 7625). Dua atsar di atas memiliki syhid dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan Abu Dawud (II/366 no. 2042) dan Ahmad (XIV/403 no. 8804). Dalam al-Adzkr (hal. 173) Imam Nawawy

rahimahullah menilai sanad hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sahih dan diamini asSakhawy dalam al-Qaul al-Bad (hal. 312). Ibn Taimiyyah rahimahullah dalam ar-Radd al al-Akhniy (hal. 92) dan Ibn Hajar sebagaimana dalam al-Futht ar-Rabbniyyah (III/313) menyatakannya hasan. Adapun Ibn Abdil Hadi dan al-Albany menilainya sahih. Lihat: AshShrim al-Munky (hal. 490) dan Shahh al-Jmi (II/706 no. 3785). [6]. Periksa: Iqtidh ash-Shirth al-Mustaqm (II/245) dan Ightsah al-Lahfn (I/362). [7]. Cermati: Al-Majm (V/286), Iqtidh ash-Shirth al-Mustaqm (II/239), Ightsah alLahfn (I/374) dan ad-Du wa Manzilatuh min al-Aqdah al-Islmiyyah karya Jailan al-Arusy (II/614-616). [8]. Sebagaimana dinukil an-Nawawy dalam al-Majm (V/286). [9]. Lihat: Iqtidh ash-Shirth al-Mustaqm (II/196-197). [10]. Baca: Minhj as-Sunnah (II/439-440), Ightsah al-Lahfn (I/396, 398) dan ad-Du wa Manzilatuh (II/483-484). [11]. Cermati: Ash-Shrim al-Munky (hal. 543) dan Shiynah al-Insn karya as-Sahsawany (hal. 234). [12]. Al-Amr bi al-Ittib (hal. 139). Lihat pula: Iqtidh ash-Shirth al-Mustaqm (II/193). [13]. Asy-Syif karya al-Qadhi Iyadh (II/85).

Mengangkat Tangan Ketika Berdoa


Kategori: Fiqh dan Muamalah 14 Komentar // 26 Mei 2012 Mengangkat tangan ketika sedang berdoa adalah hal yang disyariatkan dalam Islam. Perbuatan ini merupakan salah satu adab dalam berdoa dan juga nilai tambah yang mendukung terkabulnya doa. Mari kita bahas secara rinci bagaimana hukum dan tata caranya. Hukum Asal Mengangkat Tangan Ketika Berdoa

Tidak kami ketahui adanya perbedaan diantara para ulama bahwa pada asalnya mengangkat tangan ketika berdoa hukumnya sunnah dan merupakan adab dalam berdoa. Dalil-dalil mengenai hal ini banyak sekali hingga mencapai tingkatan mutawatir manawi. Diantaranya hadist Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

: } { : } {
Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan kepada orang mukmin itu sama sebagaimana yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Taala berfirman, Wahai para Rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amalan shalih (QS. Al Mumin: 51). Alla Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik yang telah Kami berikan kepadamu (QS. Al Baqarah: 172). Lalu Nabi menyebutkan cerita seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang, hingga sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan berkata: Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku.. padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan? (HR. Muslim) Nabi Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda:


Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa (HR. Abu Daud 1488, At Tirmidzi 3556, di shahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jaami 2070) As Shanani menjelaskan: Hadits ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat kedua tangan ketika berdoa. Hadits-hadits mengenai hal ini banyak (Subulus Salam, 2/708) Demikianlah hukum asalnya. Jika kita memiliki keinginan atau hajat lalu kita berdoa kepada Allah Taala, kapan pun dimanapun, tanpa terikat dengan waktu, tempat atau ibadah tertentu, kita dianjurkan untuk mengangkat kedua tangan ketika berdoa. Hukum Mengangkat Tangan Ketika Berdoa Dalam Suatu Ibadah Banyak hadits-hadits yang menyebutkan praktek mengangkat tangan dalam berdoa dalam beberapa ritual ibadah, diantaranya: 1. Ketika berdoa istisqa dalam khutbah Sahabat Anas bin Malik Radhiallahuanhu berkata:

Biasanya Nabi Shallallahualaihi Wasallam tidak mengangkat kedua tangannya ketika berdoa, kecuali ketika istisqa. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat ketiaknya yang putih (HR. Bukhari no.1031, Muslim no.895) Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: maksudnya, dalam kondisi khutbah Nabi tidak pernah mengangkat kedua tangannya kecuali (jika dalam khutbah tersebut) beliau berdoa memohon hujan (istisqa) (Syarhul Mumthi, 5/215). Menunjukkan bahwa ini dilakukan ketika istisqa baik dalam khutbah istisqa, ataupun dalam khutbah yang lainnya. 2. Ketika berdoa qunut dalam shalat Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahuanhu:


Aku melihat Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam setiap shalat shubuh beliau mengangkat kedua tangannya dan mendoakan keburukan bagi mereka (HR. Ahmad 12402, dishahihkan oleh An Nawawi dalam Al Majmu 3/500) Juga banyak diriwayatkan tentang hal ini dari perbuatan para sahabat Nabi, diantaranya Umar bin Khattab, diceritakan oleh Abu Raafi :


Aku shalat di belakang Umar bin Khattab Radhiallahuanhu, beliau membaca doa qunut setelah ruku sambil mengangkat kedua tangannya dan mengeraskan bacaannya (HR. Al Baihaqi 2/212, dengan sanad yang shahih) 3. Ketika melempar jumrah Berdasarkan hadits:


Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam biasanya ketika melempar jumrah yang berdekatan dengan masjid Mina, beliau melemparnya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir pada setiap lemparan lalu berdiri di depannya menghadap kiblat, berdoa sambil mengangkat kedua tanganya. Berdiri di situ lama sekali. Kemudian mendatangi jumrah yang kedua, lalu melamparnya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir setiap lemparan, lalu menepi ke sisi kiri Al Wadi. Beliau berdiri mengahadap kiblat, berdoa sambil mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau mendatangi Jumrah Aqabah, beliau melemparnya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir setiap lemparan, lalu pergi dan tidak berhenti di situ (HR Bukhari 1753) 4. Ketika wukuf di Arafah

Diceritakan oleh Usamah bin Zaid Radhiallahuanhu:


Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam di Arafah. Di sana beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa (HR. An Nasai 3993, Ibnu Khuzaimah 2824, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan An Nasai) Dan masih banyak dalil yang lain. Adapun mengangkat tangan ketika berdoa yang terkait suatu ritual ibadah, hukumnya kembali pada dalil-dalil ibadah tersebut. Jika terdapat dalil bahwa Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bahwa mengangkat tangan dalam ibadah tersebut, maka dianjurkan mengangkat tangan. Jika tidak ada dalil, maka tidak disyariatkan mengangkat tangan. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz berkata: Banyak hadits shahih yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam mengangkat tangan ketika berdoa istisqa, ketika melempar jumrah yang pertama dan kedua, ketika di awal-awal hari tasyriq, ketika haji wada, dan pada tempat-tempat yang lain. Namun setiap ibadah yang dilakukan di masa Nabi Shallallahualaihi Wasallam, jika ketika melakukannya beliau tidak mengangkat kedua tangannya, berarti hal tersebut tidak disyariatkan kepada kita ketika melakukan ibadah tersebut. Ini dalam rangka meneladani Nabi Shallallahualaihi Wasallam. Contohnya ketika khutbah jumat, khutbah Ied, doa di antara dua sujud dalam shalat, doa-doa dzikir setelah shalat wajib, karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut. Yang disyariatkan kepada kita adalah meneladani Nabi Shallallahualaihi Wasallam dalam melakukan suatu atau meninggalkan suatu (dalam ibadah) (Majmu Fatawa Ibnu Baaz, 26/144). Karena dengan mengangkat tangan ketika berdoa yang ada dalam suatu ibadah, tanpa adanya dalil bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam ini berarti menambah tata cara ibadah tersebut. Contohnya, jika kita mengangkat tangan ketika membaca doa istiftah dalam shalat (yang dibaca sebelum Al Fatihah), padahal Nabi Shallallahualaihi Wasallam tidak mencontohkan demikian, maka kita menambah 1 tata cara dalam shalat.

Tata Cara Mengangkat Tangan Dalam Berdoa Banyak sekali tata cara mengangkat tangan dalam berdoa yang ada dalam riwayat-riwayat dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam dan para sahabat. Para ulama pun berselisih pendapat dalam sebagian tata cara tersebut namun khilaf ini merupakan khilaf tanawwu (variasi), dibolehkan mengambil mana saja dari variasi yang ada. Namun mengingkat banyak sekali praktek mengangkat tangan dalam berdoa yang beredar di masyarakat, hendaknya kita mencukupkan diri pada praktek-praktek mengangkat tangan yang dijelaskan oleh para ulama dan tidak mengikuti cara-cara yang tidak diketahui asalnya. Jika kita kelompokkan, praktek-praktek mengangkat tangan dalam berdoa bisa dibagi menjadi tiga. Sebagaimana pembagian dari sahabat Ibnu Abbas Radhiallahuanhuma :


Al Masalah adalah dengan mengangkat kedua tanganmu sebatas pundak atau sekitar itu. Al Istighfar adalah dengan satu jari yang menunjuk. Al Ibtihal adalah dengan menengadahkan kedua tanganmu bersamaan (HR. Abu Daud 1489, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami 6694) Jenis pertama: Al Masalah. Merupakan jenis yang umumnya dilakukan dalam berdoa. Bentuk ini juga yang digunakan ketika membaca doa qunut, istisqa dan pada beberapa rangkaian ibadah haji. Yaitu dengan membuka kedua telapak tangan dan mengangkatnya sebatas pundak, sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. Juga berdasarkan hadits:


Jika engkau meminta kepada Allah, mintalah dengan telapak tanganmu, jangan dengan punggung tanganmu (HR. Abu Daud 1486, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 595) Namun para ulama berbeda pendapat mengenai detail bentuknya:

Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa kedua telapak tangan dibuka namun kedua tidak saling menempel, melainkan ada celah diantara keduanya. (Lihat Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 45/266) Ulama Syafiiyyah mengatakan telapak tangan mengarah ke langit dan punggung tangan ke arah bumi, boleh ditempelkan ataupun tidak. Ini dilakukan dalam doa untuk mengharapkan terkabulnya sesuatu. Sedangkan untuk mengharapkan hilangnya bala, punggung tangan yang menghadap ke langit, telapak tangan mengarah ke bumi (yaitu Al Ibtihal). (Lihat Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 45/266) Sedangkan Hanabilah berpendapat kedua tangan ditempelkan berdasarkan hadits:


Biasanya Nabi Shallallahualaihi Wasallam ketika berdoa beliau menempelkan kedua telapak tangannya dan melihat pada kedua telapak tangannya (HR. Ath Thabrani 5226, sanad hadits ini dhaif sebagaimana dikatakan oleh Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya 1/326). (Lihat Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 45/266)

Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh menjelaskan lebih detil jenis ini: Mengangkat kedua tangannya dengan telapak tangan terbuka di depan dada, tepatnya di pertengahan dada. Umumnya bentuk ini yang digunakan oleh Nabi Shallallahualaihi Wasallam dalam berdoa. Namun terkadang beliau beliau berdoa di Arafah dengan cara begini: mengangkat kedua tangannya tepatnya dipertengahan dada lalu menengadahkannya sebagaimana orang yang meminta makanan, tidak meletakannya dekat wajah namun juga tidak jauh dari wajah dan masih dikatakan ada di pertengahan dada. Juga dengan membuka kedua telapaknya bagaikan orang miskin yang meminta makanan (Syarh Arbain An Nawawiyyah, 1/112)

Syaikh Bakr Abu Zaid menjelaskan cara lain: Boleh juga seseorang menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan kedua punggung tangannya menghadap kiblat (Tas-hih Ad Dua, 1/117)

Jenis kedua: Al Istighfar. Yaitu dengan mengangkat tangan kanan dan jari telunjuk menunjuk ke atas. Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh mengatakan: Cara ini khusus bagi khatib yang berdiri. Jika ia berdoa, cukup jari telunjuknya menunjuk ke atas. Ini simbol dari doa dan tauhidnya. Tidak disyariatkan bagi khatib mengangkat kedua tangannya (ketika berdoa) jika ia berkhutbah sambil berdiri di atas mimbar atau di atas benda lainnya, kecuali jika sedang berdoa istisqa (maka boleh mengangkat kedua tangan) (Syarh Arbain An Nawawiyyah, 1/112). Termasuk dalam jenis ini, khatib jumat yang membaca doa, yang sesuai sunnah adalah dengan mengacungkan telunjuknya ke langit ketika sedang berdoa. Dalil dari jenis ini diantaranya hadits:

: :
Dari Umarah bin Ruaybah, ia berkata bahwa ia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya (ketika menjadi khatib) di atas mimbar. Umarah lalu berkata kepadanya: Semoga Allah memburukkan kedua tanganmu ini, karena aku telah melihat Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam ketika menjadi khatib tidak menambah lebih dari yang seperti ini: (Umarah lalu mengacungkan jari telunjuknya) (HR. Muslim, 847) Jenis ketiga: Al Ibtihal. Yaitu dengan bersungguh-sungguh mengangkat kedua tangan ke atas dengan sangat tinggi hingga terlihat warna ketiak. Boleh juga hingga punggung tangan menghadap ke langit dan telapaknya menghadap ke bumi. Jenis ini dilakukan ketika keadaan benar-benar sulit, mendapat musibah yang sangat berat, sedang sangat-sangat mengharapkan sesuatu, atau berdoa dalam keadaan sangat berduka, atau ketika istisqa (memohon hujan). Diantara dalil dari jenis ini adalah hadits Anas bin Malik Radhiallahuanhu :


Biasanya Nabi Shallallahualaihi Wasallam tidak mengangkat kedua tangannya ketika berdoa, kecuali ketika istisqa. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat ketiaknya yang putih (HR. Bukhari no.1031, Muslim no.895) Juga dalam hadits lain dari Anas bin Maalik Radhiallahuanhu:


Pernah Nabi Shallallahualaihi Wasallam ber-istisqa (meminta hujan), beliau mengarahkan punggung tangannya ke langit (HR. Muslim 895) Semoga bermanfaat.

Penulis: Yulian Purnama Artikel Muslim.Or.Id

Anda mungkin juga menyukai