0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
174 tayangan19 halaman
Makalah ini membahas tentang mentega sebagai sumber lipid. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, dan memiliki peran sebagai sumber energi dan pelindung organ tubuh. Mentega merupakan salah satu sumber lipid yang sering digunakan sebagai bahan pangan. Makalah ini membahas pengertian lipid, kerusakan yang dapat terjadi pada lipid seperti oksidasi yang menimbulkan bau dan rasa tak
Makalah ini membahas tentang mentega sebagai sumber lipid. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, dan memiliki peran sebagai sumber energi dan pelindung organ tubuh. Mentega merupakan salah satu sumber lipid yang sering digunakan sebagai bahan pangan. Makalah ini membahas pengertian lipid, kerusakan yang dapat terjadi pada lipid seperti oksidasi yang menimbulkan bau dan rasa tak
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Makalah ini membahas tentang mentega sebagai sumber lipid. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, dan memiliki peran sebagai sumber energi dan pelindung organ tubuh. Mentega merupakan salah satu sumber lipid yang sering digunakan sebagai bahan pangan. Makalah ini membahas pengertian lipid, kerusakan yang dapat terjadi pada lipid seperti oksidasi yang menimbulkan bau dan rasa tak
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Disusun Oleh: Kelompok 3 1. nggar Pradini (0810920032) 2. Fikka Kartika W. (0810920034) 3. Iin Sundariani (0810920036) 4. Ike Oktaviana (0810920038) 5. Irma Citra R. (0810920040) 6. Kartika Chandra R.A. (0810920044) 7. M. LutIi S. (0810920049) 8. Monica .S. (0810920051) 9. Nerista Hardiyanti (0810920052)
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN ALAM UNIVRSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan binatang. Lipid merupakan golongan senyawa oranik kedua yang menjadi sumber makanan yang dimakan sehari-hari, dan bahan baku bagi banyak komoditi penting seperti sabun. Akhir-akhir ini peranan lipid dalam makanan banyak menarik perhatian sebab terdapat hubungan antara konsumsi lemak jenuh dan kadar kolesterol darah dengan penyakit pembuluh darah. Lipid sebagaimana yang diketahui merupakan tempat menyimpan energi yang paling penting pada tubuh binatang. Berbeda dengan tumbuhan, energi disimpan dalam bentuk karbohidrat, terutama pati. Sebagai tambahan, lipid merupakan pembalut untuk alat vital yang menjaganya dari gangguan mekanik dan mempertahankan suhu optimum badan (Tarigan, 1983). Di dalam tubuh, lipid digunakan sebagai bahan bakar oleh tubuh, tiap gram menghasilkan kalori lebih tingi kira-kira sembilan ribu kalori pergram sedangkan karbohidrat atau protein memberikan hanya empat ribu kalori per gram bahan. Lemak dalam tubuh juga untuk tempat penyimpanan energi untuk tubuh yang disimpan pada jaringan lemak. Pada lapisan luar tubuh, lemak bekerja sebagai isolasi panas membantu menjaga agar badan tetap hangat pada udara dingin (Tarigan, 1983). Pada bab selanjutnya di dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai salah satu lemak yang juga sering digunakan oleh manusia sebagai bahan pangan dalam kehidupan sehari-hari yakni mentega. 1.2Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan lipid? 2. Apa yang menyebabkan kerusakan pada lipid? 3. Bagaimana klasiIikasi atau penggolongan lipid? 4. Apa saja bahan pangan yang mengandung lipid? 5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan mentega sebagai sumber lipid?
1.3Tujuan 1. Dapat mengetahui pengertian dan siIat lipid 2. Dapat mengerti dan memahami hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada lipid 3. Dapat memahami klasiIikasi atau penggolongan lipid 4. Dapat mengetahui bahan pangan apa saja yang mengandung lipid 5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan mentega sebagai sumber lipid
BAB II PMBAHASAN
2.1 Pengertian dan SiIat Lipid Lipid merupakan salah satu komponen utama bahan pangan selain karbohidrat dan protein. Oleh karena itu peranan lipid dalam menentukan karakteristik bahan pangan cukup besar. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Fungsi lipid adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Anonim, 2011). Lipid memiliki siIat-siIat berikut ini (Anonim, 2011): Tidak larut air, tapi larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroIorm 95 berbentuk trigliserida (TG), sisanya berbentuk monogliserida, digliserida, asam lemak bebas, IosIolipid, dan sterol Menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan karbohidrat dan protein Waktu pengosongan lambung lebih lama karena lebih sulit dicerna sehingga memberikan rasa kenyang yang lebih lama daripada bahan makanan sumber karbohidrat dan protein Makin jenuh lemak di dalam suatu bahan makanan , makin padat bentuk bahan makanan tersebut dan lebih tinggi titik cairnya Memberikan lemak di dalam makanan memberikan rasa yang lebih enak pada makanan tersebut Dalam bahan pangan, lipid termasuk minyak yang didapatkan dari biji-bijian seperti jagung, kacang kedelai, lemak hewani, dan sebagainya. Lipid dapat pula diperoleh dari susu dan daging. Lipid dalam bahan pangan adalah pelarut vitamin; lipid membawa vitamin sejak berada di dalam bahan pangan hingga diserap di dalam tubuh (Rajman dan Kusumah, 2011).
2.2 Kerusakan pada Lipid .Kerusakan lemak bahan pangan yang terutama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Hasil oksidasi lemak dalam bahan makanan bukan hanya menimbulkan bau dan rasa tengik, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi, karena kerusakan vitamin terutama karoten dan tokoIerol serta asam lemak esensial dalam lemak (Ketaren, 1986). O Penyerapan bau Lemak bersiIat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang menyebabkan seluruh lemak menjadi rusak. O Ketengikan Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya baud an rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Ketengikan disebabkan oleh dua Iaktor, yaitu ketengikan oksidatiI, yaitu ketengikan yang diakibatkan adanya reaksi lemak dengan oksigen di udara. OII Ilavour dihasilkan oleh reaksi hidrolisis yang dikatalis oleh enzim-sehingga disebut ketengikan hidrolisis. Reaksi hidrolisis dan eIek absorpsi dapat dikurangi dengan penyimpanan dingin, transportasi yang baik, pengemasan yang hati-hati dan sterilisasi sementara ketengikan oksidatiI tidak dapat dikurangi dengan merendahkan temperatur ruang penyimpanan. - Ketengikan Hidrolisis Ketengikan hirdrolisis disebabkan oleh hidrolisis trigliserida karena adanya uap air. Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam- asam lemak bebas dengan rantai pendek (C4 - C12) dan gliserogliserida. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim (Lipase).
- Oksidasi ketengikan Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh Iaktor-Iaktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas. Reaksi oksidasi ini dapat juga berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak. Reaksi ketengikan terjadi dalam 3 tahap (Mappiratu, 2005): 1. Inisiasi Tahap inisiasi terjadi karena adanya Iaktor penginduksi seperti oksidator, logam (besi, tembaga), atau enzim lipoksigenase (pengurai lemak). Tahap ini dipercepat dengan adanya cahaya, panas, dan radikal bebas. Proses ini terjadi karena adanya panas atau cahaya yang berinteraksi dengan lemak menghasilkan molekul yang sangat reaktiI. RH merupakan asam lemak tidak jenuh. H bersiIat labil karena terletak pada atom karbon yang berdekatan dengan ikatan rangkap. RH R H ROOH O 2 RO OH ROOH O 2 ROO H
2. Propagasi Proses dimana radikal bebas yang dihasilkan pada proses inisiasi bereaksi dengan oksigen diudara atau lemak tak jenuh membentuk radikal peroksida aktiI dan alkoksi yang dapat bereaksi dengan asam lemak dalam produk pangan menghasilkan radikal bebas baru. Pada tahap ini akan banyak terjadi autooksidasi (mengoksidasi sendiri) sehingga timbul zat radikal yang makin banyak. RO O 2 ROO RO RH ROH R
3. Terminasi Proses dimana peroksida aktiI yang terbentuk membentuk hidroperoksida yang bersiIat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi , energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam asam lemak, aldehida aldehida dan keton yang bersiIat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak.
R R R R R ROO ROOR ROO ROO ROOR O 2
Pencegahan ketengikan Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Antioksidan berIungsi sebagai pemangsa radikal atau yang bisa bereaksi dengan radikal, seperti senyawaan Ienolik, BHA, dan BHT. Derivat Ienolik sebagai antioksidan dapat memberikan satu atom hidrogen kepada radikal bebas lemak R' , RO' atau ROO' menjadi molekul yang lebih stabil RH, ROH, atau ROOH, sehingga dengan demikian penghentian reaksi rantai oksidasi lemak dapat terjadi (Srikumalaningsih, 2007). Ada dua macam antioksidan,yaitu antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal yang melepaskan hydrogen. Zat zat yang termasuk golongan ini dapat berasal dari alam dan dapat pula buatan. Antioksidan alam antara lain tokoIerol, lesitin, IosIatida, sesamol, gosipol, dan asam askorbat (Srikumalaningsih, 2007). Antioksidan sekunder adalah suatu zat yang dapat digunkanan mencegah kerja prooksidan sehingga dapat digolongkan sebagai sinergik. Beberapa asam organic tertentu, biasanya asam di atau trikarboksilat, dapat mengikata logam lagam. Misalnya satu molekul asam sitrat akan mengikat prooksidan Fe seperti sering dilakukan pada minyak kacang kedelai. DTA (tilendalium tetraasetat) adalah sequestran logam yang sering digunakan dalam minyak salad (Srikumalaningsih, 2007).
2.3 KlasiIikasi Lipid Lipid diklasiIikasikan sebagai berikut (Anonim b , 2009): Lipid sederhana Lipid sederhana adalah ester dari asam lemak. Yang termasuk dalam lipid sederhana adalah lemak dan minyak yang pada hidrolisisnya memberikan asam lemak dan gliserol. Sedangkan malam pada hidrolisis menghasilkan asam lemak dan alkohol berantai panjang. Lipid majemuk Yang termasuk ke dalam lipid majemuk adalah IosIolipid dan glikolipid, dimana IosIolipid pada hidrolisisnya menghasilkan asam lemak, gliserol, asam IosIat, dan senyawa nitrogen organik. Sedangkan glikolipid pada hidrolisisnya menghasilkan asam lemak, alkohol yang mengandung nitrogen dan karbohidrat. Lipid campuran Yang termasuk ke dalam lipid campuran adalah sterol, misalnya kolesterol, vitamin D, garam empedu. Selain itu terdapat vitamin larut lemak, diantaranya vitamin A, , dan K.
Minyak dan Lemak beserta turunannya Merupakan ster dari Asam lemak rantai panjang dengan gliserol. Komponen utamanya adalah Gliserida. Gliserida dibagi menjadi tiga bagian yaitu Trigliserida, Monogliserida, dan Digliserida (Mappiratu, 2005). a. Asam Lemak 1enuh (Saturated Fatty Acid) Merupakan Rantai atom C yang tidak terdapat ikatan rangkap. Titik lebur asam lemak jenuh tinggi. Contoh asam lemak jenuh adalah asam butirat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, dan asam stearat. Berdasarkan panjang atom C dikelompokkan menjadi 3 yakni : Short Chain Fatty Acid: Sampai atom C 8
Medium chain Fatty Acids: C 10 -C 14 Long Chian Fatty Acids: ~ C 16 b. Asam lemak Tidak 1enuh (Unsaturated Fatty Acid) MUFA (Monounsaturated Fatty Acids) Rantai atom C nya mengandung satu ikatan rangkap. Contoh: Asam Oleat. PUFA (Polyunsaturated Fatty Acids) Rantai atom C nya mengandung lebih atau sama dengan 2 ikatan rangkap. Contoh: Asam linoleat, PA, DHA. Asam Lemak tidak jenuh memiliki titik lebur yang relatiI rendah. Contohnya adalah asam palmitoleat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. c. Asam Lemak Essensial Asam lemak ini dibutuhkan oleh tubuh dimana tubuh tidak bisa mensintesanya sendiri. Asam lemak ini terdiri dari: Omega-3 n-3 e-3 Contoh: Asam AlIa linolenat, PA, DHA Omega-6 n-6 e-6 Contoh: Asam linoleat
2.4 Sumber Minyak dan Lemak Lemak hewani mengandung asam lemak jenuh lebih banyak, dan pada temperatur kamar berbentuk padat. Contohnya adalah Butter, lard, tallow, shortening, dan lemak dalam susu, keju, daging. Sedangkan lemak nabati memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak, dan dalam temperatur kamar berbentuk cair. Contohnya adalah Minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak kelapa, minyak sawit, minyak olive (olive oil) (Tarigan, 1983). Dalam mengukur derajat ketidakjenuhan suatu lemak, digunakan bilangan iod, yaitu jumlah iodium yang digunakan untuk mengadisi ikatan rangkap dari 100 gram lemak. Total energi yang diberikan lemak adalah 9 kilokalori per gram. Lemak berguna untuk membentuk sel otak dan membran sel, sebagai cadangan energi, pengatur suhu tubuh, dan pelindung organ (Ketaren, 1986). Berikut ini merupakan beberapa contoh bahan pangan yang mengandung lipid (Tarigan, 1983): Mentega (butter) Merupakan Lemak dari susu yang diproduksi melalui proses churning, yaitu pengocokan yang bertujuan untuk memisahkan skim susu dari air susu. Mentega adalah sistem koloid yang berupa emulsi yakni emulsi air dalam minyak. Margarin Margarin adalah pengganti mentega dengan bentuk, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama, lemak ~ 80 yang diperoleh dari sumber nabati. Prosesnya adalah melalui tahapan sebagai berikut : Lemak dimurnikan hidrogenasi emulsi susu skim inokulasi bakteri Selain itu, dalam prosesnya terdapat penambahan emulsiIier, Na benzoat, dan Vitamin A. Shortening atau mentega putih Shortening adalah lemak padat yang mempunyai siIat plastis dan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil pencampuran dua atau lebih lemak dengan cara hidrogenasi. Mentega putih ini banyak digunakan dalam pembuatan cake dan kue yang dipanggang. Fungsinya adalah untuk memperbaiki cita rasa, struktur, tekstur, keempukan, dan memperbesar volume roti/kue. Lemak gajih Merupakan jaringan lemak ternak sapi, babi, atau kambing pada rongga perut. BersiIat mudah tengik, plastis, dan daya shorteningnya baik. Minyak goreng Minyak goreng berIungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Makin tinggi titik asap, makin baik mutu minyak goreng tersebut. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas
2.5 Mentega sebagai Sumber Lipid Mentega adalah /,iry pro/uct yang diperoleh dengan proses churning (pengadukan) krim susu sampai mengeras. Lemak susu di dalam susu berbentuk butiran mikro yang diselimuti membran IosIolipid yang memisahkan butiran lemak susu satu dengan yang lain. Proses churning ini menghancurkan lapisan membran sehingga butiran-butiran lemak susu bergabung membentuk padatan. Warna mentega diperoleh dari karoten dengan range kuning pucat sampai keemasan. Cl,rifie/ Butter adalah mentega yang kandungan air dan susu padat di dalamnya telah dibuang, dan dapat digunakan dalam pemanggangan pada temperatur tinggi tanpa kehilangan kualitasnya. Nilai gizi mentega terletak pada lemak yang mudah dicerna, kandungan vitamin A dan D. Secara komersial mentega biasanya mengandung 80- 85 lemak susu, dan 12-16 air. Menurut Departemen Pertanian Amerika Serika, 63 dari lemak susu tersebut adalah hidrokarbon jenuh dari asam lemak. Dengan kata lain komponen terbanyak di dalam mentega adalah lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (dikenal sebagai kolesterol jahat). Akibatnya mentega dianggap sebagai penyebab obesitas dan mampu meningkatkan resiko serangan jantung (Anonim, 2011). Skema/cara pembuatan mentega dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Bila cre,2 sep,r,tor tidak ada, pemisahan krim dapat dilakukan dengan cara berikut: susu segar dimasukkan kedalam wadah yang bermulut lebar dan disimpan di lemari pendingin yang bersuhu 5-10 o C selama 12 jam. Lapisan krim yang berwarna kuning akan berada di bagian permukaan, krim ini dapat diambil dengan sendok atau dengan memasukkan selang plastik kedasar wadah dan menyedot serumnya hingga yang tertinggal hanya krimnya (niza, 2004).
Susu segar
Pemisahan krim
Netralisasi krim dengan basa
Pasteurisasi 85 o C selama 15 detik
Didinginkan sampai 7 o C
Pewarnaan (bila perlu)
Churning
Penggaraman (bila perlu)
Peremasan
MNTGA
(niza, 2004)
Mentega susu atau mentega yang dibuat dari krim susu (kepala susu) banyak mengandung lemak susu. Dengan memakai alat pemisah, cream (separator) dan kepala susu dipisahkan dan 40 kepala susu diolah untuk membuat mentega (niza, 2004).
Cara Pembuatan (Agromaret, 2009): 1. Kepala susu (skim) yang telah dipisahkan lalu dipasteurisasi pada suhu 700C selama 30 menit atau pada 800C selama 1 menit. Kemudian didinginkan hingga mencapai suhu kamar. 2. Tambahkan starter berupa bakteri asam laktat sebanyak 3 dan diaduk hingga rata. Biarkan pada suhu kamar hingga kepala susu menjadi asam, biasanya memerlukan waktu sekitar 6 jam, dan disimpan dalam lemari es, didinginkan hingga suhu mencapai minus 40C. 3. Setelah dingin dan kental lalu diaduk (churning) untuk memisahkan bahan mentega dari susu tumbuknya (buttermilk). Bahan mentega dicuci dengan air dingin (air es) beberapa kali untuk membersihkan sisa-sisa susu tumbuk. 4. Kemudian bahan mentega yang masih tinggi kadar airnya itu diuli untuk mengeluarkan air yang berlebih, dan mengkompakkan butir-butir mentega menjadi suatu massa yang lebih padat (juga ditambahkan emulsiIier). Kadar air yang diperlukan dalam mentega sekitar 16-17. Pengulian dilakukan beberapa kali hingga kadar air yang dipersyaratkan tercapai. 5. Setelah kadar air memenuhi, lalu ditambah garam (garam halus), 0,5-2 diaduk hingga rata. Setelah selesai penggaraman mentega dibungkus. Warna mentega alami didapat, karena sapi-sapi di Indonesia umumnya cukup mendapat makanan hijauan yang banyak mengandung karoten yang berwarna kuning dan larut dalam lemak. Pada pembuatan mentega, penambahan emulsiIier berIungsi untuk (1) mengurangi daya percik produk apabila digunakan untuk menggoreng karena air yang ada di dalam produk diikat oleh lemak, (2) memperpanjang daya simpan, sebab produk dinyatakan rusak apabila terjadi pemisahan komponen lemak dan air, (3) memperkeras tekstur agar tidak meleleh pada suhu kamar, dan (4) mempertinggi titik didih untuk memenuhi tujuan penggorengan (Mahan and Stump, 2008). Produk butter/mentega, biarpun terbuat dari lemak hewani, sebenarnya bisa diminimalisir eIek negatiInya dengan memilih 'Unsalted Butter' - karena garam yang ditambahkan ke dalam mentega tersebut sebenarnya tidak kita perlukan sama sekali. Produsen justru yang memerlukannya sebagai pengawet menteganya disamping untuk menutupi bau dan rasa yang kurang baik pada produk mentega yang berkualitas rendah. Sebenarnya ada cara lain yang lebih mudah dan aman dengan tetap menggunakan mentega/butter yaitu dengan mencampurkan mentega/butter uns,lte/ yang dilembutkan dengan minyak zaitun murni atau setidaknya dengan margarin extra lembut yang berkualitas (Mahan and Stump, 2008). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3744-1995), mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal mengandung 80 persen lemak susu. Selain garam dapur, ke dalam mentega juga ditambahkan vitamin, zat pewarna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat). mulsi pada mentega merupakan campuran 18 persen air yang terdispersi pada 80 persen lemak, dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi (Anonim,2011). Dilihat dari baunya yang wangi dan tajam, mentega Wijsman kemungkinan besar juga dibuat melalui jalur satu atau tiga yang melibatkan Iermentasi. Masalahnya, kehalalan mentega yang dibuat dengan melibatkan proses Iermentasi ini diragukan mengingat media tumbuh bakteri asam laktat rawan kehalalannya dan media ini bisa tercampur ke dalam mentega (Anonim, 2011). Sebagian dari kita menghindari mentega karena takut pada kandungan lemaknya. Padahal, banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan makanan ini. Selain vitamin A dan D, juga terdapat zat besi, IosIor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6. Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih eIektiI dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal. Lemak memiliki komposisi terbesar dalam mentega jika dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Kandungan protein dan karbohidrat pada mentega sangat rendah, yaitu sekitar 0,4-0,8 gram per 100 gram. Lemak mentega berasal dari lemak susu hewan, dikenal sebagai butter Iat. Mentega mengandung sejumlah asam butirat, asam laurat, dan asam linoleat. Asam butirat dapat digunakan oleh usus besar sebagai sumber energi, juga dapat berperan sebagai senyawa antikarsinogenik (antikanker). Asam laurat merupakan asam lemak berantai sedang yang memiliki potensi sebagai antimikroba dan antiIungi. Asam linoleat pada mentega dapat memberikan perlindungan terhadap serangan kanker (Anonim a , 2009). Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk pada mentega masing-masing 47,35; 26,10; dan 2,24 g per 100 gram. Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk pada margarin masing-masing 29,02; 34,61; dan 13,78 g per 100 gram. Meski sedikit, mentega juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6. Selain itu, mentega mengandung glycospingolipid, yaitu suatu asam lemak yang dapat mencegah inIeksi saluran pencernaan, terutama pada anak-anak dan orangtua (Zuhra, 2006). Karena terbuat dari krim susu, tentu saja kandungan kolesterol mentega relatiI tinggi. Kadar kolesterol tinggi tidak selalu berdampak buruk bagi kesehatan. Bahkan sebaliknya, kolesterol memegang peran penting dalam Iungsi organ tubuh (Zuhra, 2006). Dalam 1 sendok makan (14 gram) mentega mengandung 30 miligram kolesterol dan 7 gram lemak jenuh yang menjadi sumber kolesterol. Untuk alasan inilah mentega dianggap menjadi salah satu penyebab masalah kesehatan, khususnya penyakit jantung. Margarin direkomendasikan sebagai pengganti mentega karena lemak tak jenuhnya yang tinggi dan rendah kolesterol (Zuhra, 2006). Kolesterol berguna untuk menyusun empedu darah, jaringan otak, serat saraI, hati, ginjal, dan kelenjar adrenalin. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon steroid, yaitu progestron, estrogen, testosteron, dan kortisol. Hormon-hormon tersebut diperlukan untuk mengatur Iungsi dan aktivitas biologis tubuh. Kadar kolesterol yang sangat rendah dapat mengganggu proses menstruasi dan kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan, baik pada pria maupun wanita (Zuhra, 2006). Mentega kaya vitamin yang mudah diserap, yaitu vitamin A yang sangat dibutuhkan tubuh dalam Iungsi Iisiologis dan pemeliharaan sistem endokrin. Mentega juga mengandung semua vitamin larut lemak lainnya, yaitu vitamin D, , dan K. Vitamin A bersumber dari betakarotenoid atau pigmen karoten lainnya yang sengaja ditambahkan sebagai pewarna kuning. Supaya dapat menyamai kadar vitamin A dan D yang ada pada mentega, ke dalam margarin dipersyaratkan adanya penambahan kedua jenis vitamin tersebut . Standar Nasional Indonesia tentang margarin telah dengan tegas mensyaratkan penambahan vitamin A dan D ke dalam margarin, khususnya untuk margarin meja. Kadar vitamin A yang diharuskan pada mentega dan margarin 1.400-3.500 IU per 100 gram, sedangkan kadar vitamin D 250-350 IU per 100 gram (Zuhra, 2006). Komposisi gizi mentega asin dan mentega manis sama saja. Satu-satunya pembeda yang paling mencolok adalah kadar natrium yang pada mentega asin jauh lebih banyak (843 mg per 100 g) dibandingkan dengan mentega manis (8 mg/100 g). Hal tersebut sangat terkait dengan adanya penambahan garam dapur (NaCl) pada pembuatan mentega asin (Zuhra, 2006). Selain natrium, mineral yang banyak terkandung pada mentega adalah besi, kalium, dan IosIor. Natrium berguna untuk menjaga keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh serta terlibat dalam permeabilitas sel. Kalium berguna untuk pengaturan keseimbangan cairan sel, kontraksi sel otot, dan terlibat dalam permeabilitas sel. Fungsi besi adalah untuk pembentukan sel darah merah, transpor oksigen, serta mencegah anemia. FosIor berperan untuk pembentukan tulang dan gigi, terlibat dalam absorpsi glukosa dan gliserol, serta dalam transpor asam lemak (Zuhra, 2006).
BAB III PNUTUP Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Lipid merupakan salah satu komponen utama bahan pangan selain karbohidrat dan protein. Oleh karena itu peranan lipid dalam menentukan karakteristik bahan pangan cukup besar. Salah satu siIat lipid adalah 95 berbentuk trigliserida (TG), sisanya berbentuk monogliserida, digliserida, asam lemak bebas, IosIolipid, dan sterol. Penggolongan atau klasiIikasi lipid adalah lipid sederhana, majemuk dan campuran. Beberapa bahan pangan sebagai sumber lipid diantaranya shortening atau mentega putih, margarin, lemak gajih, minyak goreng dan mentega. Lipid juga dapat mengalami kerusakan seperti penyerapan bau dan ketengikan. Salah satu bahan pangan yang menjadi sumber lipid adalah mentega, dimana kandungan terbesar dalam mentega adalah lemak. Selain itu mentega juga mengandung vitamin dan mineral. Namun karena terbuat dari krim susu, tentu saja kandungan kolesterol mentega relatiI tinggi. Kadar kolesterol tinggi tidak selalu berdampak buruk bagi kesehatan. Bahkan sebaliknya, kolesterol memegang peran penting dalam Iungsi organ tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Agromaret, 2009, CARA PMBUATAN MNTGA SUSU, diakses dari http://www.agromaret.com/artikel/534/carapembuatanmentegasusu pada tanggal 20 Maret 2011
Anonim a , 2009, KANDUNGAN LMAK DALAM BAHAN PANGAN, diakses dari http://teknologipangan64.blogspot.com/2010/12/kandungan-lemak-dalam-bahan- pangan.html pada tanggal 20 Maret 2011
Anonim b , 2009, LMAK, diakses dari http://bidangku.wordpress.com/2009/03/21/lemak/ pada tanggal 20 Maret 2011
Anonim, 2011, LIPID, diakses dari http://www.scribd.com, diakses pada tangal 20 Maret 2011
niza,S., 2004, TKNOLOGI PNGOLAHAN SUSU DAN HASIL IKUTAN TRNAK, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/806/1/ternak- eniza.pdI) pada tanggal 20 Maret 2011
Ketaren, S., 1986, PNGANTAR TKNOLOGI MINYAK DAN LMAK PANGAN, Cetakan Pertama, Jakarta, UI-Press
Mahan and scott-Stump, 2008, KRAUSS FOOD & NUTRITION THRAPY 12 TH D, Mc Graw Hill, London
Mappiratu, 2005, LIPIDA PANGAN, Tadulako university press, Palu
Rajman dan kusumah, 2011, LIPID, diakses dari http://www.rajman.co.cc/2009/11/lipid.html pada tanggal 20 Maret 2011
Srikumalaningsih, 2007, LMAK DAN MINYAK, diakses dari http://srikumalaningsih.Iiles.wordpress.com/2007/11/ii-lemak-dan-minyak.ppt pada tanggal 20 Maret 2011
Tarigan, 1983, KIMIA ORGANIK BAHAN MAKANAN, IKAPI pers, Bandung
Zuhra, C. F., 2006, FLAVOR (CITA RASA), UNSUT PRSS, Medan