Anda di halaman 1dari 72

MODUL ASISTENSI AGAMA ISLAM (AAI)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA

PUSAT KOORDINASI PENGELOLA ASISTENSI AGAMA ISLAM PKP-AAI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

PRESENSI KEPEMANDUAN AAI

Kelompok Nama Pemandu Angkatan/jur

:.. :.. :..

NO

NAMA

NIM

HP

EMAIL

PUSAT KOORDINASI ASISTENSI AGAMA ISLAM PKP-AAI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

SILABUS KURIKULUM ASISTENSI AGAMA ISLAM UNIVERSITAS GADJAH MADA


Deskripsi singkat Asistensi Agama Islam Asistensi Agama Islam adalah program pendampingan bagi peserta mata kuliah pengembangan pendidikan agama islam (MPK PAI) di lingkungan Universitas Gadjah Mada. AAI ini memuat pembelajaran agama islam yang meliputi pengokohan karakter muslim, tsaqafah islamiyah serta aplikasi ilmu agama yang dilaksanakan pada semester satu pada tahun ajaran 2011/2012. pembelajaran ini dilakukan dalam bentuk utama adalah microteaching serta kegiatan lain berupa stadium general, training dan lain-lain. Pada bentuk pembelajaran secara microteaching terdiri beberapa kelompok yang didalamnya ada seorang pemandu/fasilitator dan 8-12 orang peserta. Durasi waktu yang diperlukan adalah 100 menit, dimulai dengan mebaca Al-Quran bergiliran di 15 menit pertama. Kemudian pemandu menyampaikan materi dengan metode bergantung pada rekomendasi silabus dan situasi pada saat kepemanduan, bisa berupa ceramah, dialog, diskusi, bedah buku, games, dan lain-lain.

Waktu/Tempat Status Pembelajaran

: Jumat atau Sabtu / sekitar FEB UGM : Wajib

Tujuan Pembelajaran a. b. c. d. Membangun kesadaran menjadikan agama sebagai sistem kontrol pribadi Membangun intelektualitas Membentengi diri dari pengaruh aliran sesat Mengokohkan Shalat Wajib lima waktu dan mempelancar kemampuan baca Al-Quran.

Metode Pelaksanaan dan Bentuk kegiatan Standar Operasional untuk tiap kepemanduan adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Pembukaan Tilawah Pembelajaran Tahsin Diskusi atau permainan (simulasi materi) Hafalan Bersama (12 surat terakhir, minimal tiap 1 surat) Penutup

Materi 1. Syahadatain 2. Marifatudien 3. Rukun Islam dan Prinsip Akhlak

4. 5. 6. 7. 8.

Shalat dan Thaharah Al Quran Minhajul Hayah Problematika Umat: Ghazwul Fikr Menjadi Pribadi Muslim yang Ideal Kenikmatan Berbisnis dengan Allah

G. Kriteria Penilaian Diberikan kepada dosen agama islam. Ruang lingkup penilaian : a. b. c. d. Partisipasi (presensi,tanya jawab,dll) 25% Tugas 25% Pretest 20% Post test 30%

Pertemuan Minggu ke-1 (23/24 Sept 2011) Minggu ke-2 (30 Sept/1 Okt 2011) Minggu ke-3 (7/8 Okt 2011) Minggu ke-4 (14/15 Okt 2011) Minggu ke-5 (21/22 Okt 2011) Minggu ke-6 (28/29 Okt 2011) Minggu ke-7 (4/5 Nov 2011) Minggu ke-8 (11/12 Nov 2011) Minggu ke-9 (18/19 Nov 2011) Minggu ke-10 (25/26 Nov 2011) Minggu ke-11 (2/3 Des 2011) Minggu ke-12 (9/10 Des 2011)

Topik

Bacaan

Keterangan Sharing/games/nonton film

TAARUF (PERKENALAN) Syahadatain Marifatuddien Rukun Islam dan Prinsip Akhlak Shalat dan Thaharah Al Quran Minhajul Hayah Materi I Materi II Materi III Materi IV Materi V

UJIAN TENGAH SEMESTER Problematika Umat: Materi VI Ghazwul Fikr Menjadi Pribadi Muslim Materi VII yang Ideal Kenikmatan Berbisnis Materi VIII dengan Allah POST TEST AAI

SYAHADATAIN

BAB 1

wahai ahli kitab ! marilah (kita) menuju satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kiat tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan bahwa kita tidak menjadikn satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
(kepada mereka), Saksikanlah bahwa kami adalah seorang muslim (Al-Imran ; 64 )

ATTENTION !
Materi Inti : Syahadatain Sub Pokok Materi : 1) Definisi dan syahadatain 2) Rukun Syahadah Diharapkan : - Peserta AAI memahami Syahadat dengan benar Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Syahadahtain
Lafadz Syahadah Makna Syahadah
Secara bahasa: 1. Al-Ilanu (pernyataan) QS 3:64 Sebuah pernyataan yang menyatakan tentang jati diri atau identitas seseorang tentang keimananya kepada Rabb. Allah berfirman ; Katakanlah (muhammad), wahai ahli kitab ! marilah (kita) menuju satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kiat tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan bahwa kita tidak menjadikn satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), Saksikanlah bahwa kami adalah seorang muslim (Al-Imran ; 64) 2. Al-Wadu (janji) QS 7:172 Apabila syahadah sama dengan janji dan jaji itu adalah hutang maka syahadahpun mestinya harus dibayar (dipenuhi) layaknya sebuah hutang. Allah berfirman ; Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), bukankah aku ini Tuhanmu ? mereka menjawab betul (Engkou Tuhan kami), kami bersaksi. (kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan, sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini (Al-Araf ; 172) 3. Al-Qosamu (sumpah) Secara istilah: Syahadah adalah suatu pernyataan yang mengandung janji dan juga sumpah tentang keimanan seseorang, dalam hal ini keimananya terhadap Islam yang diawali dengan mengikrarkan kalimat yang menjadi kunci masuknya keislaman ;Syahdah. Dengan cara : Membenarkan dalam hati (At-Tasdiiqu bil Qolbi) Dinyatakan dengan lisan (Al-Qoulu bil Usan) Dibuktikan dengan perbuatan (Al-Amalu bil Arkan)

Rukun Syahadah Syahadatain berarti dua kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah Uluhiyah dan Syahadah Risalah. 1. Syahadah Uluhiyah. Terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. (QS 12:40; 47:19; 7:59) Laa berfungsi sebagai Kalimatun-Nafii (kata yang menolak) Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak) Illa berfungsi sebagai Kalimatul-Itsbatu (kata yang ditolak) Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan)

Jadi, Syahadah Uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap seluruh bentuk Ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. (QS 14: 24- 26; Lih. Fatwa Ibnu Taimiyah). Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha pada dirinya maka akan tumbuh Al-Baro. Al-Baro berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap Bentuk Ilah selain Allah. Ilah adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah. Dengan membatalkan semua bentuk Ilah di luar Allah dan

mengacuahkannya hanya untuk Allah, akan tumbuh Al-Wala. Al-Wala berarti loyalitas, siap memantau perintah Allah dengan penuh kecintaan dan ketaatan, mengabdi sematamata kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah siapa pun, kapan pun, dimana pun juga, kecuali itu sesuai dengan perintah Allah. Jika seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak untuk diabdi kecuali Allah ( Laa mabuda bihaqqin Illa Allah) barulah dapat dikatakan seorang mukhlisin (orang yang ikhlas) sejati. Orang-orang yang ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaithan. (QS 38: 82-83)

2. Syahadah Risalah. Pengakuan persona garata (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan untuk menjadikan beliau sebagai examplia gratia (contoh/ uswah) dalam setiap aspek kehidupan. (QS 21:1O7 ; 33:21 ; 68:4) Jika seseorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai persona garata dan siap menjadikannya

sebagai examplia gratia maka barulah dikatakan dia berwala (loyal) kepada Rasulullah SAW. Berwala kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba (mengikuti) kepada beliau dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittibaur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan kepada nabi SAW. Syahadah Uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Seorang muslim tidak dapat menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah. Bila seseorang hanya menerima syahadah risalah saja berarti dia menjadi seorang

Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.

Syarat Diterimanya Syahadah


1. Ilmu yang menghilangkan kebodohan Seseorang yang bersyahadah hendaknya mengetahui ( memiliki pengetahuan ) tentang syahadatnya tersebut. Ia wajib memahami dua kalimah syahadah tersebut. Orang yang tidak memahami makna syahadahnya tidak mungkin akan dapat mengamalkannya. Allah berfirman ; maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Allah dan mohon ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin lakilaki dan perempuan . dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tinggalmu. ( Muhammad ;19) 2. Yakin yang menghilangkan keraguan Seseorang yang bersyahadah wajib meyakini apa yang telah diucapkannya. Ia tidak dianjurkan memberikan celah apalagi ruang untuk tempat bersemayamnya keragu-raguan. Keyakinan akan menghantarkan manusia pada keistiqomahan dan ragu hanya akan melahirkan kemunafikan. Allah berfirman ; Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orangorang yang benar. ( Al-Hujarat ; 15 )

3. Ikhlas yang menghilangkan kesyirikan Ucapan syahadah mestinya diiringi dengan a. Ucapan syahadah yang bercampur dengan riya atau kecendrungan tertentu selain Allah dan Rasul-Nya maka syahdahnya tersebut tidak akan diterima. Syahadah adalah awal dari diibadah, karena itu lakukanlah dengan ikhlas. Allah berfirman ; Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (mmenjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikianlah agama yang lurus ( Al-Bayinah ; 5 ) 4. Kebenaran yang menghilangkan kedustaan Dalam pernyataan syahadatain seorang muslim wajib membenarkan apa yang

diikrarkan, jangan sampai ada sedikitpun dusta. Benar adalah landasan iman sedangkan kufur adalah landasan kufur. Sikap shidiq akan melahirkan ketaatan dan amanah sedangkan dusta hanya akan menimbulakan kemaksiatan dan pengkhianatan. Allah berfirman ; Diantara mereka ada yang mengatakan; kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. ( Al-Baqarah ; 8) 5. Cinta yang menghilangkan kebencian Tak perlu panjang lebar menjelaskan makna cinta, yang jelas jika cinta ini sudah dimiliki oleh setiap insan segala tindakan meski membawa beban akan terasa ringan, jelek jadi indah, rasa bencipun akna berubah menjadi rasa suka. Atas dasar cinta pulalah hendaknya kita beribadah kepada-Nya, sebab seharusnya cinta itu adalah ruh dari segala ibadah kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah (Al-Baqarah ; 165) 6. Menerima yang jauh dari penolakan Mutlak bagi seorang muslim untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam syahadatain. Tidak ada keberatan atau rasa terpaksa sedikitpun atas perintah-

Nya. Ia senantiasa tunduk, mendengar, patuh dan taat terhadap perintiptaah Allah dan Rasul-Nya. Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka, maha suci Allah dan maha tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan dia) (Al-Qhashas ; 68) 7. Pengamalan yang menjauhkan diri dari sikap diam Ilmu tanpa amal sama saja dengan bohong, amal tanpa ilmu yang ada hanya kesiasiaan. Dalam kalimah syahadah itu bukan hanya mengandung pernyataan, ikrar, dan sumpah akan tetapi suatu perintah yang harus diamalkan, jika tidak hal ini dapat menggugurkan syahadah yang telah diucapkan. Kepercayaan hendaknya dibuktikan dengan amalan. 8. Ridha Ridha adalah perasaan rela, ikhlas, dalam hal ini ikhlas terhadap konsekuensi dari sebuah syahadah, ia senantiasa mengamalkan pesan-pesan spiritual yang terkandung didalamnya.

Hal-hal yang membatalkan Syahadah


1) Syirik dalam beribadah kepada Allah 2) Menjadikan suatu benda atau makhluk sebagi peraantara dia dengan Rabbnya 3) Tidak mengkafirkan orang musyrik yang sudah jelas kemusyrikannya dan membenarkan madzhab mereka 4) Lebih mengutamakan hukum taghut daripada hukum Allah dan petunjuk Rasul-Nya 5) Tidak menyukai bahkan membenci sunnah Rasulullah 6) Mengejek atau memperolok-olok dienullah (ISLAM) 7) Terpikat, mempelajari atau mengamalkan ilmu sihir 8) Membantu dan menolong orang musyrik yang memusuhi islam 9) Berkeyakinan bahwa ada sebagian manusia yang diberikan kebebasan untuk tidak menjalankan syariat Nabi Muhammad 10) Menjauhka diri dari apa-apa yang menjadi syariat utama seorang muslim

Dampak syahadatain dalam kehidupan


Bila kalimat syahadah ini difahami baik-baik maka seharusnya ini akan memberikan dampak yang positif dalam perjalanan hidup kita. Sebagai dampak dari syahadatain, tiga unsur pokok yang dimiliki manusia yaitu hati, akal dan jasad akan mendapatkan shibghoh (celupan) Allah. Allah berfirman ; Shibghoh Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghohnya dari pada Allah ? dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah (Al-baqarah ;138) Jika ketiga unsur yang dimiliki manusia sudah tershibghah, maka ; Dari hatinya akan lahir keyakinan yang benar dan seterusnya akan melahirkan motivasi (niat) yang ikhlas Dari akalnya akan lahirlah pikiran-pikiran islami dan selanjutnya akan

membuahkan syistem yang islami pula Dan dari jasadnya akan lahirlah amalan-amalan shalih

Misalnya seorang pedagang, pabila dia benar-benar memahami makna syahadah, maka semestinya dia melakukan semua transaksi jual belinya sesuai syariat agama islam. Dia meninggalkan apa yang dilarang dan mengamalkan apa yang diperintah.

EVALUASI PELAKSANAAN AAI


....../....................../...........

A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 14 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : ... materi/kitab : ...

MARIFATUDIEN

BAB 2

,,, Barang Siapa yang mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang yang merugi ,,, (A-Imran ; 85)

ATTENTION !
Materi Inti : Marifatudien Sub Pokok Materi : 1) 2) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Marifatudien
Ad-Dien Menurut Al-quran Ciri-ciri Dienullah/ Dienul Samawi
Bukan tumbuh dari masyarakat, tetapi diturunkan untuk masyarakat Disampaikan oleh manusia pilihan Allah, utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan Memliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia, sebagai bukti kebenaran firman Allah Konsep tentang Tuhannya Adalah Tauhid Pokok-poko ajaranya tidak pernah berubah dengan perubahan penganutnya Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia

Ciri-ciri dienul Ardh


Tumbuh dan lahir oleh masyarakat Tidak disampaikan oleh Rasul Allah Umumnya tidak memiliki kitab suci, walupun ada sudah memiliki perubahan-prubahan seiring perjalanan sejarah Konsep Tuahnnya dinamisme, animisme, polotheisme, dll Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan penganutnya Kebenaran ajarannya tidak universal yaitu, tidak berlaku bagi manusia, masa dan keadaan

Pengertian Islam
Secara Bahasa/ Ethimologis ; Tunduk patuh, berserah diri ( Al-Istislam ) maka apakah mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada dilangit dan pa yang ada dibumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka meupun terpaksadan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan ( Al-Imran ; 63 ) Damai ( As-Sulm ) Bersih ( As- Sulim ) Selamat ( AsSalam )

Secara terminologi/ Istilah ;


Menyerahkan diri sepenuhnya, tunduk dan patuh dalam menjalankan perintahNya, baik berupa perintah untuk melakukan sesuatu ataupun perintah untuk meninggalkan sesuatu dengan kesadaran, keikhlasan, dan ilmu.

Kelebihan Dienul Islam


1) Sesuai fitrah manusia QS. 30;10 2) Kepentingan seluruh manusia QS 34;28 3) Rahmat seluruh alam QS 21;107 4) Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179 5) Sangat sempurna QS. 5:3

Karakteristik Dienul Islam


Dienul Al-Islam memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan agama lain. Diantaranya yang sangat mendasar ialah :

1) Rabbaniyah (bersumber langsung dari Allah SWT)


Islam bukan rekayasa dari manusia, melainkan 100% merupakan manhaj Rabbani. Segi aqidah, ibadah, adab susila, moral, syariat, dan peraturannya itu bersumber dari Allah SWT. (QS. 6:115)

2) Insaniyah Alamiyah (humanisme yang bersifat universal)


Islam ditampilkan sebagai cahaya petunjuk bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan tertentu. Jadi Al Islam merupakan milik manusia yang ada di muka bumi ini, tanpa mengkhususkan bangsa Arab yang merupakan diturunkanya agama ini. (QS. Saba:28)

3) Syaamil Mutakamil (integral menyeluruh dan sempurna)


Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, dari mulai masalah atau pekerjaan yang kecil sampai yang sangat besar sekalipun, dan Al Islam telah memformat dengan sempurna melalui pengaturannyaserta menerangkan hukumnya. (QS. 16:89)

4) Al-Basathoh (mudah)
Al-Islam merupakan agama fitrah bagi manusia, sehingga manusia mampu melaksanakan tanpa adanya kesulitan, tetapi yang membuat kesulitan itu ialah manusai itu sendiri. (QS. 2:286) Jadi jelas, bahwa Islam merupakan solusi berbagai permasalahan bukan untuk membebani manusia dengan satu kewajiaban, kecuali sebatas akan kemampuan diri manusia itu.

5) Al Adalah (keadilan)
Al Islam datang untuk menegakan keadilan secara mutlak, untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta memelihara darah, kehormatan, harta dan akal mereka.

6) Tawadzun ( keseimbangan)
Al Islam dan seluruh ajaranya mengajarkan untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan dan kepentinagan umum, antara jasad dan ruh, serta antara dunia dan akhirat. (QS. 28:77)

7) Tsabat wa Murunah (perpaduan antara keteguhan prinsip dan fleksibilitas)


Diantara ciri khas dien Islam adalah perpaduan antara tsabat (tidak berubah oleh apapun) dan murunah (menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat). Tsabat pada pokok-pokok dan tujuannya. Murunah pada cabang-cabang dan sarana-sarana serta caracaranya sehingga dengan sifat murunahnya, dien Islam dapat menyesuaikan diri, dan dapat menghadapi perkembangan jaman serta dapat sesuai dengan setiap keadaan yang timbul. Dengan sifat tsabat pada pokok-pokok dan ajaranya, Islam tidak bisa larut dan tunduk terhadap setiap persoalan jaman dan perputaran waktu.

Saint dan Islam


Lewat sepuluh tahun terakhir semakin banyak kaum Muslim menyatakan Quran sebagai buku yang penuh berisi keajaiban-keajaiban ilmu pengetahuan. Banyak website, buku-buku dan video diproduksi yang menyatakan bahwa Islam adalah benar-benar suatu agama yang bersumberkan keilahian, menyebutkan pernyataanpernyataan yang kononnya secara ilmiah akurat dalam Quran dan Hadis. Banyak dari karya-karya ini memperkenalkan pernyataanpernyataannya dengan kalimat seperti, Satu dari hal yang paling luar biasa dalam Quran adalah bagaimana ia menguraikan ilmu pengetahuan. Quran yang dinyatakan kepada Muhammad SAW pada abad ke-7 berisikan fakta-fakta ilmiah menakjubkan yang sedang ditelusuri di abad ini. Para ahli ilmu pengetahuan terkejut dan kerap terbungkam saat mereka diperlihatkan betapa terperinci dan akuratnya beberapa ayat dalam Quran tentang ilmu pengetahuan moderen. Berikut ini merupakan contoh kejadian penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran dan dibuktikan dengan ilmu sains pada zaman sekarang. Dalam Al Quran, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, penciptaan alam semesta digambarkn sebagaimana berikut ini:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Al Quran, 21:30)
Kata ratq yang di sini diterjemahkan sebagai suatu yang padu digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan Kami pisahkan antara keduanya adalah terjemahan kata Arab fataqa, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari ratq. Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat fatq. Keduanya lalu terpisah (fataqa) satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk langit dan bumi yang saat itu

belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan ratq ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi materi yang dikandungnya untuk fataqa (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Peristiwa Big

Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah SWT telah menciptakan jagat raya
dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20. Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: AlQuran adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui dimasa itu, dinyatakan dalam ayatayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa AlQuran bukanlah perkataan manusia. Al Quran adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Quran ;

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (Al-Quran, 4:82)
Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al Quran semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari.

EVALUASI PELAKSANAAN AAI


....../....................../...........

A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 14 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : ... materi/kitab : ...

RUKUN ISLAM DAN PRINSIP AKHLAK

BAB 3

Islam didirikan diaatas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tida Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa di bulan ramadhan (HR. Bukhari Muslim )

ATTENTION !
Materi Inti : Rukun Islam dan Prinsip Akhlak Sub Pokok Materi : 1) 2) 3) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Rukun Islam dan Prinsip Akhlak


Islam dan Prinsip Akhlak Rukun Islam ;
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat, menuntut kejujuran dan keikhlasan 2. Menegakan sholat, untuk mencegah kejahatan dan kemungkaran 3. Mengeluarkan zakat, dapat menghilangkan penyakit pelit dan menumbuhkan sikapa solidaritas 4. Puasa di bulan ramadhan, dapat mengendalikan syahwat dalam diri 5. Menunaikan haji ke tanah suci, membentuk totalitas beribadah kepada Allah

Rasulullah telah menjelasakan tujuan utama diutusnya beliau menjadi rasul dan minhaj yang jelas melalui sabdanya, Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia (HR. Malik) Agama adalah akhlak yang baik (HR. Hakim) Begitu pentingnya akhlak dalam islam seakan tidak ada ajaran lain dalam agama islam selain akhlak. Oleh karena itu akhlak menjadi landasan hidup dan pijakan dalam bicara, bersikap dan berprilaku, sebagaimana firman Allah ; Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Al-qalam ; 3) Rukun islam yang lima sangat erat kaitanya dengan akhlak ; dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa dan naik haji tidak dapat dipisahkan dari prinsip-prinsip dan nilai akhlak. Harusnya setisp rukun dari rukun islam yang lima bisa berdampak positif pada perubahan prilaku dan gaya hidup seorang muslim. Dan ibadah yang disyariatkan islam adalah sebagai pilar-pilar keimanan bukan

sekedar ritual semu yang menghubungkan manusia dengan alam ghaib yang misterius. Memberinya dengan amal yang serba semu dan gerak gerik tanpa makna. Tidak, sekali lagi tidak, berbagai kewajiban yang dibebankan islam kepada setiap muslim merupakan latihan yang berulang-ulang agar terbiasa dengan akhlak yang benar dan senantiasa komitmen dengan akhlak tersebut apapun kondisi yang dialaminya. Ia tak ubahnya seperti senam yang banyak diminati orang. Dengan melakukannya secara kontinu, ia berharap badanya sehat dan hidupnya sejahtera.

1) Syahdatain dan akhlak Mengucapakan dua kalimah syahadah bukan kegiataan formalitas untuk menjadi seorang muslim akan tetapi lebih jauh dan lebih dalam dari itu adalah bukti keyakinannya yang kuat dan kejujuranya yang sempurna serta keikhlasan yang mendalam dalam menerima islam sebagai syistem hidup. Oleh karena itu Rasulullah menegaskan barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan hati yang jujur maka ia masuk syurga ; tidak ada seorang hamba yang mengucapkan laa ilaaha illallah kemudia mati dengan komitmen padanya melainkan ia masuk syurga (HR. Bukhari) barang siapa yang menghadap Allah dengan dua kalimat syahadat tanpa meragukan sedikitpun maka ia masuk syurga (HR. Ahmad) Dari dua hadits diatas, sangat jelas bahwa mengucapkan dua kalimat

syahadat bukan hanya sekedar ucapan lisan akan tetapi disertai dengan keyakinan akan keberadaan-Nya, kejujuran (membenarkan ucapannya) dan keikhlasan menjalankan konsekuensinya.

2) Shalat dan Akhlak


Al-Quran Al-Karim dan As-sunnah Al-Muthahharah menyikap hakikat ini. Shalat wajib misalnya, saat Allah memerintahkan melaksanakannya Dia juga menjelaskan apa hikmahnya. Allah berfirman ; Bacalah apa yang telah dwahyukan kepaadamu, yaitu Al-kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan munkar. Dan sesunggunghny mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaan dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yng kamu kerjakan (Al-Ankabut ; 45) Menjauhkan diri dari keburukan dan mensucikan diri dari semua perkataan serta amal buruk adalah hakikat shalat. Nabi meriwayatkan dari Rabbnya ; sesunguhnya aku menerima shalatnya seseorang yang tawadhu karena keagungan-Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, tidak terus-menerus melakukan maksiat terhadap-Ku, menhabiskan siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, menyayangi orang miskin, ibnu sabil dan janda serta menyantuni orang yang terkena musibah (HR. Al-Bazzar)

3) Zakat dan Akhlak Zakat wajib bukan kas yang diambil dari kas. Namun, pertama-tama ia merupakan bentuk penanaman perasaan kasih sayang, penguat hug bungan antar orang-orang yang saling menegenal, serta penyatuan lintas strata masyarakat. Al-Quran menybutkan tujuan dikeluarkannya zakat ; Ambilah zakat dari sebagian rizqi mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu adalah ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui (At-Taubah ; 103) Membersihkan dari daki-daki kekurangan dan mengangkat masyarakat ke tingkat keluhuran merupakan hikmah uatama zakat. Oleh karena itu nabi memeperluas pemahaman sedekah agar seorang muslim melakukannya, senyum untuk saudaramu adalah sedekah, kamu memerintahkan yang maruf dan mencegah yang munkar adalah sedekah. Kamu membeimbing seseorang di tempat tersesatnya adalah sedekah, serta kamu menunjukan jalan bagi yang lemah penglihatannya adalah sedekah, mengosongkan embermu dengan mengisi ember soudaramu adalah sedekah. Menuntun orang buta adalah sedekah. (HR. Bukhari) Ajaran semacam ini bagi masyarakat gurun pasir yang selama berabadabad berada dalam permusuhan dan pertikaian mengisyaratkan tujuan yang dipaparkan oleh islam, yang membeimbing masyarakat arab jahiliyyah yang gelap gulita itu. 4) Puasa dan Akhlak Islam juga mengisyaratkan puasa. Ibadah ini tidak dipandang sebagai larangan makan dan minum pada rentang waktu tertentu namun ia dianggap sebagai tahapan larangan bagi jiwa manusia untuk memenuhi syahwatnya yang berbahaya serta keinginannya yang bejat. Rasulullah bersabda ; Barang siapa yang tidak meninggalkan persaksian palsu dan tidak meninggalkan perbuatan (karena persaksian palsu itu) maka Allah tidak punya kepentingan apapun ketika ia meninggalkan makanan dam meminumnya (HR. Buhari) Bukanlah puasa itu hanya sekedar tidak makan dan minum. Puasa itu adalah meninggalkan ucapan sia-sia dan kata-kata jorok. Jika seseorang mencacimu atau berbuat jahil kepadamu maka katakan saja, Aku sedang puasa (HR. Ibnu Khazanah) Al-Quran pun menyebutkan buah dari puasa, yaitu ;

diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa (Al-baqarah ;183) 5) Haji dan Akhlak Haji bukan hanya wisata ibadah saja, jauh didalamnya ada maksud agung, maksud luar biasa yang memang sengaja disyariatkan bagi yang mampu. Pesan moral yang ingin diajarkan Allah sebagaiman firmannya adalah ; (musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya pada bulan itu akan mengerjakan haji maka tidak boleh rafats. Berbuat fasik dan berbuat bantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji, dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesugguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (Al-Baqarah : 197)

Inilah paparan ringkas tentang sebagian ibadah populer dalam islam dan dikenal sebagai rukun-rukun utamanya. Jelaslah kiranya hubungan antara agama dengan akhlak. Ibadah berbeda inti dan tampilannya. Namun ia bertemuju pada tataran tujuan sebagaimana yang digambarkan Rasulullah dengan sabdanya ; sesungguhnya aku di utus untuk meyempurnakan akhlak mulia (HR. Malik)

Kelemahan Akhlak adalah Bukti Lemahnya keimanan


Iman adalah kekuatan yang memelihara seseorang dari dunia dan mendorongnya mencapai kemuliaan. Oleh karena itu ketika Allah menyeru hambanya menuju kebaikan atu mewanti-wantinya melakukan kejahatan. Allah menjadikannya sebagai konsekuensi keimanan yang kokoh tertancap didalam hati mereka. Sadarkah kita, betapa sering Allah mengucapkan hal ini di dalam kitab-Nya, hai orang-orang beriman ,,,, stelah itu Allah menyebutkan tugas yang dibebankan kepada kita, Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (At-Taubah ; 119) Pemandu risalah menjelaskan bahwa keimanan yang kuat akan melahirkan akhlak yang kuat pula. Dan kemerosotan akhlak disebabkan oleh lemahnya keimanan atau mungkin imannya memang telah hilang.

Rasa malu dan keimanan saling terikat satu sama lainnya. Jika slah satunya hilang hilang pula yang lain (HR. Hakim dan Tabrani) Orang yang menyakiti tetangganya dan selalu mengatakan hal-hal buruk kepadanya. Agama memberikan suatu penilaian terhadap itu sebagai suatu kekerasan. Rasulullah bersabda ; Demi Allah dia tidak beriman, Demi Allah dia tidak beriman dan Demi Allah dia tidak beriman, ada yang bertanya ; Siapa ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab orang yang apabila tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya (HR. Al Bukhari) Kita juga mendapati agar para pengikunya meninggalkan kegiatan yang sia-sia atau kasak kusuk, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata baik atau diam (HR. Bukhari) Demikianlah kemuliaan ditanam dan dikokohkan hingga muncul buahnya. Itu semua bersumber dari kejujuran dan kesempurnaan iman. Hanya saja sebagian orang yang mengaku sebagai muslim, mereka menampakan seolah-olah sangat peduli untuk melaksanakan ibadah itu dan pada saat yang sama mereka melakukan hal yang sama mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak mulia dan keimanan yang sesungguhnya. Perlu bimbingan yang berkelanjutan dan nasihat yang berkesinambungan agar tertanam didalam hati dan pikiran bahwa iman, kebaikan dan akhlak adalah komponen yang saing terikat dan tidak ada orang yang dapat memisahkannya.

EVALUASI PELAKSANAAN AAI ....../....................../........... A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 NB : Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : ... materi/kitab : ... Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 14 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

SHALAT DAN THAHARAH

BAB 4

(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim)

Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci." (HR. Muslim)

ATTENTION !
Materi Inti : Shalat dan Thaharah Sub Pokok Materi : 1) 2) 3) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Shalat dan Thaharah


1. Shalat A. Perintah Sholat 5 ( lima ) waktu Berikut beberapa hadist yang menceritakan Rasulullah Muhammad saw. menerima perintah sholat lima waktu langsung dari Allah melalui peristiwa Isra Miraj: Hadis Shahih Bukhari No.211 Jilid I. Berita dari Anas bin Malik r.a mengatakan, Abu Dzar pernah bercerita, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: Pada suatu waktu ketika aku berada di Mekah, tiba-tiba atap rumahku dibuka orang. Maka turunlah Jibril, lalu dibedahnya dadaku, kemudian dibersihkannya dengan air zamzam. Sesudah itu dibawanya sebuah bejana emas penuh hikmat dan iman, lalu dituangkan kedadaku, dan sesudah itu dadaku dipertautkan kembali. Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan. Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus

menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan sembahyang lima puluh waktu sehari semalam. Tatkala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Sembahyang lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangkan lima waktu sembahyang dari baginda. Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu sembahyang dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap sembahyang fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti lima waktu sembahyang fardu sama dengan lima puluh sembahyang fardu. Begitu juga

sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. Kemudian Jibril membawaku hingga ke Sidratul Muntaha. Tempat mana ditutup dengan aneka warna yang aku tak tau warna-warna apa namanya. Sesudah itu aku dibawa masuk ke dalam surga, dimana didalamnya terdapat mutiara bersusun-susun sedang buminya bagaikan kasturi. B. Hikmah Shalat 5 ( lima ) waktu Ali bin Abi Talib r.a berkata : Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansyar, maka dengan tiba tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi, lalu berkata: Ya Muhammad, kami hendak tanya kepada kamu kalimat kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa AS, yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrabin Lalu Rasullullah SAW, bersabda : Silahkan bertanya. Berkata orang Yahudi: Silahkan terangkan kepada kami tentang lima waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu, Sabda Rasullullah SAW: Sholat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada TuhanNya, Sholat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam AS, memakan buah Khuldi, Sholat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam A.S, maka setiap mukmin yang sholat Maghrib dengan ikhlas kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya, Sholat Isya itu ialah sholat yang dikerjakan oleh para Rasul Rasul sebelumku, Sholat Subuh adalah sebelum terbit matahari, ini karena apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan disitu sujudnya tiap orang kafir. Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah SAW, maka mereka berkata: Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan di dapati oleh orang yang sholat. Rasullullah SAW bersabda: Jagalah waktu-waktu sholat terutama sholat yang pertengahan, Sholat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam, orang mukmin yang mengerjakan sholat pada ketika itu akan diharamkan keatasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.

Sabda Rasullullah SAW lagi: Manakala sholat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam AS. Memakan buah Khuldi, Orang mukmin yang mengerjakan sholat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir. Setelah itu Rasullullah SAW membaca ayat yang bermaksud : Jagalah waktu waktu sholat terutama sekali sholat yang pertengahan, sholat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam A.S, diterima, Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan sholat Maghrib kemudian meminta sesuatu dari Allah maka Allah akan perkenankan. Sabda Rasullullah S.A.W.: Sholat Isya (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan sholat Isya berjamaah , Allah S.W.T. haramkan dari terkena nyalanya api neraka dan diberinya cahaya untuk menyeberangi titian sirath. Sabda Rasullullah S.A.W. seterusnya: Sholat Subuh pula, seorang mukmin yang mengerjakan sholat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberi oleh Allah S.W.T. dua kebebasan yaitu: 1. Dibebaskan dari api neraka. 2. Dibebaskan dari nifaq. Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W. maka mereka berkata: Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W). Kini katakan pula kepada kami semua kenapakah Allah S.W.T. mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu? Sabda Rasullullah S.A.W. : Ketika Nabi Adam memakan buah pohon yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam A.S. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T. mewajibkan ke atas keturunan Adam A.S. berlapar selama 30 hari. Sementara izin makan di waktu malam itu adalah sebagai karunia Allah S.W.T. kepada makhlukNya. Kata orang Yahudi: Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami ganjaran pahala yang diperolehi dari puasa itu. Sabda Rasullullah S.A.W.: Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T. dia akan diberi oleh Allah S.W.T. tujuh perkara: 1. Akan dicairkan daging haram yg tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh dengan makanan yang haram) . 2. Rahmat Allah senantiasa dekat dengannya.

3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal. 4. Dijauhkan dari merasa lapar dan haus. 5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang sangat mengerikan). 6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T. pada hari Kiamat untuk menyeberang titian sirath. 7. Allah S.W.T. akan memberinya kemudian di syurga. Kata orang Yahudi : Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu antara semua para nabi-nabi Sabda Rasullullah S.A.W.: Seorang nabi mengunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat pada umat saya di hari kiamat). Kata orang Yahudi : Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa asyhadu anna Muhammada Rasulullah (kami percaya bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan engkau utusan Allah). Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta , jiwa dan buah2an. Dan berilah berita gembira kepada orang2 yang sabar. (AlBaqarah [2] : 155) Disebutkan di dalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk dibangkitkan dari kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur masing masing selama 44 tahun umur akhirat dalam keadaan tidak makan dan tidak minum, tidak duuduk dan tidak berbicara. Bertanya orang kepada Rasulullah S.A.W. : Bagaimana kita dapat mengenali orangorang mukmin kelak di hari qiamat? Maka jawabnya Rasulullah S.A.W, Umat dikenal karena wajah mereka putih disebabkan oleh wudhu. Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang mukmin sambil membersihkan debu di badan mereka kecuali pada tempat sujud. Bekas sujud tidak dihilangkan. Maka memanggillah dari zat yang memanggil. Bukanlah debu itu dari debu kubur mereka, akan tetapi debu itu ialah debu keimanan mereka. Oleh itu tinggallah debu itu sehingga mereka melalui titian Siratul Mustaqim dan memasuki alam syurga, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu mengetahui bahwa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hambaKu.

C. Hukum Meninggalkan Shalat

Para ulama sepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa besar lainnya
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah- mengatakan, Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat. ( Ash

Sholah, hal. 7)
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kabair, Ibnu Hazm rahimahullah- berkata, Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan. (Al Kabair, hal. 25) Adz Dzahabi rahimahullah- juga mengatakan, Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). ( Al Kabair, hal. 26-27) Apakah orang yang meninggalkan shalat, kafir alias bukan muslim? Dalam point sebelumnya telah dijelaskan, para ulama bersepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan mencuri. Mereka tidak berselisih pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi masalah selanjutnya, apakah orang yang meninggalkan shalat masih muslim ataukah telah kafir? Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat di antara kaum muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya. Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap meyakini shalat lima waktu itu wajib -sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat ini-, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author, 1/369). Mengenai meninggalkan shalat karena malas-malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib, ada tiga pendapat di antara para ulama mengenai hal ini :

1) Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Said bin Jubair, Amir Asy Syabi, Ibrohim An Nakhoi, Abu Amr, Al Auzai, Ayyub As Sakhtiyani, Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafiiyah, pendapat Imam Syafii (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Muadz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya. 2) Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafii, dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad. 3) Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. ( Al Mawsuah Al

Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)


Jadi, intinya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini di antara para ulama termasuk pula ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Quran dan As Sunnah? Silakan simak pembahasan selanjutnya. Pembicaraan orang yang meninggalkan shalat dalam Al Quran Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Quran, misalnya Allah Taala berfirman,

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. (QS. Maryam: 59-60)
Ibnu Masud radhiyallahu anhuma mengatakan bahwa ghoyya dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31) Dalam ayat diatas, Allah menjadikan tempat ini yaitu sungai di Jahannamsebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-orang kafir.

Pembicaraan orang yang meninggalkan shalat dalam Hadits Salah satu hadits yang membicarakan masalah shalat adalah dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim no. 257)
Para sahabat ber-ijma (bersepakat) bahwa meninggalkan shalat adalah kafir Umar mengatakan, Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat. Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabiin, Abdullah bin Syaqiq. Beliau mengatakan, Dulu para shahabat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat. Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al Aqliy seorang tabiin dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar

Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)

2. Thaharah
a) Makna Thaharah Bersuci dalam istilah syar'i dikenal dengan Thaharah . Sedangkan thaharah menurut bahasa adalah kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat

hissi (nyata) seperti air kencing, kotoran manusia, dan selainnya; maupun yang bersifat
maknawi seperti aib dan perbuatan maksiat. Sedangkan kata tathhir bermakna tandzif (membersihkan), yaitu membersihkan pada tempat yang terkotori. Adapun secara syar'i, thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi shalat berupa hadats atau najis dengan menggunakan air dan debu (tanah) yang suci lagi menyucikan dengan tata cara yang telah ditentukan oleh syariat.

b) Hukum Thaharah Menghilangkan dan menyucikan najis adalah wajib, jika diketahui dan mampu melakukannya. Allah berfirman, "Dan pakaianmu bersihkanlah. " (QS. Al-Mudatstsir: 4) "Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: 'Bersihkanlah rumah-Ku untuk

orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujudi'." (QS. Al-Baqarah:
125) Sementara menyucikan diri dari hadats hukumnya wajib jika ingin melaksanakan shalat. Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci." (HR. Muslim) Menghilangkan dan menyucikan najis adalah wajib, jika diketahui dan mampu melakukannya. c) Urgensi Thaharah Kegiatan bersuci atau thaharah memiliki peran yang penting dalam syariat Islam, di antaranya: 1. Menjadi syarat sahnya shalat

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Tidak diterima shalat orang yang

berhadats hingga dia berwudlu." (Muttafaq 'alaih)


Oleh karenanya, bab thaharah selalu didahulukan dalam pembahasan-pembahasan fiqih karena thaharah (bersuci) merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Sedangkan shalat adalah rukun Islam kedua sesudah dua kalimat syahadat. Jadi, syarat sahnya shalat tentu harus didahulukan pembahasannya daripada yang disyaratkan, yaitu shalat. Bab thaharah selalu didahulukan dalam pembahasan-pembahasan fiqih karena thaharah (bersuci) merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Mengerjakan shalat dengan bersuci terlebih dahulu menunjukkan pengagungan kepada Allah. Sementara hadats dan junub -walau bukan najis yang terlihat- adalah najis maknawi yang menyebabkan kotornya sesuatu yang berhubungan dengannya.

Keberadaannya bisa menghilangkan pengagungan kepada Allah dan menafikan prinsip kebersihan. 2. Allah memuji orang-orang yang bersuci Firman Allah, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan

menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah; 222)


Allah juga memuji para penghuni masjid Quba' dalam firman-Nya, "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari

pertama adalah lebih patut kamu bershalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." (QS. AtTaubah: 108) Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan hadits Abu Hurairah

radliyallah 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "ayat ini
diturunkan pada ahli Quba, "Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri". Beliau bersabda, "mereka beristinja' (bercebok) dengan air, maka diturunkanlah ayat ini menerangkan kondisi mereka." Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan aktifitas thaharah yang dilakukan penduduk Quba' sehingga Allah memuji mereka. Lalu mereka menjawab, "demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak tahu apa-apa, kecuali kami memiliki tetangga dari kalangan Yahudi yang mencuci dubur mereka (bercebok dengan air) sehabis buang air, lalu kami bercebok sebagaimana yang mereka lakukan." 3. Kelalaian membersihkan diri dari najis menjadi salah satu sebab turunnya

siksa kubur. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radliyallah 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam melewati dua kubur lalu beliau bersabda:


"Sesungguhnya penghuni dua kubur ini sedang di adzab. Dan tidaklah mereka berdua

diadzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia tidak membersihkan diri dari air kencingnya . . ." (HR. Abu Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu
Majah dengan sanad shahih).

"Sesungguhnya penghuni dua kubur ini sedang di adzab. Dan tidaklah mereka berdua

diadzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia tidak membersihkan diri dari air kencingnya . . ." al-Hadits
d) Jenis-jenis Thaharah Ulama membagi thaharah syar'iyah atau bersuci yang dituntunkan oleh syariat menjadi dua macam. 1. Pertama, thaharah haqiqiyah, yaitu thaharah atau bersuci dari najis yang terdapat pada tubuh, pakaian, dan tempat. 2. Kedua, thaharah hukmiyah, yaitu thaharah atau bersuci dari hadats. Hal ini khusus pada badan. Thaharah jenis ini terbagi menjadi tiga macam: thaharah

kubra, yaitu mandi; dan thaharah shughra, yaitu berwudlu; Tayamum sebagai
pengganti keduanya bila tidak mampu melakukan keduanya.

EVALUASI PELAKSANAAN AAI ....../....................../........... A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 NB : Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : ... materi/kitab : ... Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 14 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

AL-QURAN MANHAJUL HAYAH

BAB 5

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ? kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya (An-Nisa ; 82

ATTENTION !
Materi Inti : Al-Quran Manhajul Hayyah Sub Pokok Materi : 1) 2) 3) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Al-Quran Mnhajul Hayyah


1. Pengertian Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan kita (sebagai muslim) wajib mengimaninya. Secara bahasa Al-Quran artinya bacaan atau yang dibaca. Didalam Al-Quran sendiri ada pemakaian kat Quran ; sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulakannya (didalam) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila telah selesai kami telah membacanya, maka ikutilah bacaan itu (Al-Qiyamah; 17-18) Adapun secara istilah Al-Quran adalah kalam Allah SWT, yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

2. Nama-nama Al-Quran
Nama-nama lain kitab suci Al-Quran adalah sebagai berikut ; Al-Kitab (Al-Baqarah ;2) Al-Furqan (Al-Furqan; 1) Adz-Dzikr (Al-Hijr; 9) Al-Mauidzah (Yunus; 57) Al-Huda (Al-Jin; 13) Selain nama-nama diatas imam As-Suyuti dalam kitabnya Al-Itqan, menyebutkan nama-nama lain Al-Quran sebagai berikut ; Busyra (kabar gembira) ; AL-Baqarah 97 Ilmu (ilmu pengetahuan); Al-Baqarah 145 Al-Urwatul Wutsqa (ikatan yang kuat) Al-Baqarah 256 Haqq (kebenaran) ; Al-Imran; 62 Hablullah (tali Allah) ; Al-Imran 103 Bayanun Linnas (keterangan bagi manusia) Al-Imran 138 Munadiy (penyeru) ; Al-Imran 193 Nurun Mubin (cahaya yang terang) ; An-Nisa 174 Muhaimin (Penyaksi) ; Al-Maidah 8 Adl (keadilan) ; Al-Anam 115 Shiratal Mustaqim (jalan yang lurus) ; Al-Anam 153 Bashair (penjelasan) ; Al-Araf 203

Kalamullah (kalam Allah) ; At-Taubah ; 6 Hakim (yang bijaksana) ; Yunus 1 Dll

3. Fungsi Al-Quran
Dalam hubungannya Al-Quran dengan kitab suci lain yang diturunkan Allah adalah sebagai berikut ; 1) Nasikh, baik lafadz maupun hukum, terhadap kitab-kitab sebelumnya. Artinya semua kitb terdahulu dinyatakan tidak berlaku. Satu-satunya kitab suci yang berlaku dan wajib diikuti dan dilaksanakan petinjuknya hanyalah Al-Quran. (Al-Maidah ;8) 2) Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran kitab-kitab sebelumnya. Maksudnya sebelumnya. 3) Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada kitab-kitab Allah sebelumnya. Seperti berita kedatangan nabi dan Rasul yang terakhir uyang disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil dibenarkan oleh Al-Quran dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW Al-Quran-lah yang menjadi penyempurna kitab-kitab

4. Keistimewaan Al-Quran
Al-Quran memiliki banyak keistimewaan, diantaranya ; Berlaku umum untuk semua manusia, dimana dan kapanpun mereka berada sampai akhir zaman. Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi peringatan kepada seluruh alam (Al-Furqan ;1) Ajaran al-Quran mencakup seluruh Aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, lainyhukum, seni dan pendidikan lainnya. Tiadalah Kami alpakan sesuatu didalam Al-Kitab (Al-Anam 8) Mendapat jaminan yang datangnya langsung dari Allah SWT Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benarbenar memeliharanya (Al-Hijr ;9) Allah SWT menjadikan mudah difahami, dihafal dan diamalkan Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ? (Al-Qamar 17) Al-Quran berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq terhadap kitab suci sebelumnya Al-Quran berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW

5. Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Al-Quran


Terhadap kitab suci selain Al-Quran seorang muslim hanya diwajibkan keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkannya. Sedangkan Al-Quran membawa konsekuensi yang lebih luas seperti, mempelajarinya, mengamalkannya dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh islam. adapun yang lebih rinci kewajiban muslim terhadap Al-Quran adalah sebagai berikut ; 1) Mengimani bahwa Al-Quran adalah kitab Allah yang terakhir yang berfungsi sebagai nasikh,mushaddiq, dan muhaimin bagi kitab kitab selain Al-Quran yang diturunkan Allah SWT 2) Mempelajari Al-Quran baik cara membacanya, makna, tafsirnya maupun ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan Allah 3) Membaca Al-Quran sebanyak dan sebaik mungkin 4) Mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupanya, baik pribadi, keluarga bermasyarakat bernegara maupun kehidupan internasional. Baik dibidang ekonomi, sosial, budaya dll 5) Mengakarkan Al-Quran kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya

6. Adab dan Sunnah Membaca Al-Quran


Membaca taawudz Membaca basmallah jika diawal surat Berwudhu Menggosok gigi/ bersiwak Menghadap kiblat Mengeraskan suara kecuali jika ada yang merasa terganggu kekhusyuannya dalam ibadah dll Mentadaburi maknanya Mempelajari tafsirnya Mengamalkan nilai-nilai yang tterkandung didalamnya dalam kehidupan sehari-hari

EVALUASI PELAKSANAAN AAI


....../....................../...........

A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 14 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : ... materi/kitab : ...

GOZWUL FIKR (PERANG PEMIKIRAN)

BAB 6

Dan orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkou mengikuti agama mereka (Al-Baqarah ; 120)

ATTENTION !
Materi Inti : Problematika Umat Ghazwul Fikr (Perang Pemikiran) Sub Pokok Materi : 1) 2) 3) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Ghazwul Fikr
Pengertian Ghozwul Fikri
Secara bahasa;

Ghozwul Fikri terdiri dari dua kata; ghozwah dan Fikr. Ghozwah berarti
serangan, serbuan atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan atau serbuan di sini berbeda dengan serangan dan serbuan dalam qital (perang). Secara Istilah; Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalanmya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tak islami.

Tujuan Ghozwul Fikr yang tergambar dalam Al-quran


1. Menjauhkan umat Islam dari Dien (agama)-nya. QS. 17:73 ; QS.:49 Dan mereka hampir memalingkan kamu Muhammad dari apa yang telah kami wahyukan kepadamu, agar engkou mengada-ngada yang lain terhadap kami dan jika demikian tentu mereka menjadikan engkou sahabat yang setia (Al-Isra ; 73) 2. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir. QS. 2;217, QS. 2;120 Dan orangorang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (muhammad) sebelum engkou mengikuti agama mereka (Al-Baqarah ;120) 3. Memadamkan cahaya (agama) Allah. QS. 61;8, QS. 9;32 Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapanucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahanya-Nya. Walaupun orang-orang kafir tidak menyukai (At-tubah; 32) 4. Umat Islam mengabaikan Al-Quran dan As-Sunnah QS 25:30 Dan Rasul (Muhammad) berkata ;Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-quran diabaikan (Al-furqan ;30) 5. Menumbuhkan rasa minder dan rendah diri QS 3:139 dan jangnlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman (Al-imran ;139) 6. Ikut-ikutan QS 17:36 Dan jangnlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Semua itu akan dimintai pertanggung jawabanny (Al-isra; 36) 7. Umat islam terpecah-belah QS 30:32 yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (Ar-rum; 32)

Metode Ghozwul Fikri


1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas. Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan) Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya. Tasywih (Pencemaran/pelecehan) Upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan menggambarkan Islam secara buruk. Tadhlil (penyesatan) Upaya orana kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang halus sampai cara yang kasar. Taghrib (pembaratan/westernisasi) Gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin agar mau menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat. 2. Menyerang Islam dari dalam Penyebaran faham sekuralisme Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penyebaran faham nasionalisme Nasionalisme membunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan umat Islam. Pengrusakan akhlak umat lslam terutama para pemudanya. Sarana Ghozwul Fikri 1) Media massa : Cetak pemikiran lupa Elektronika ; koran, majalah, buletin, poster dll yang berisi pemikiransesat, gambar porno, dan hal-hal yang melenakan manusia hingga kehidupan akhirat ; TV, internet, radio dll semuanya berisi unsur-unsur

pornografi atau penyebaran pemikiran sesat, dan hal-hal yang tidak mendidik, yang ada akhirnya membuat manusia lalai terhadap perintah-Nya 2) Mode/ Fashion ; Atas nama mode/ fashion mereka (orang kafir) merusak akhlak dan kebuayan islam. Seperti pakaian wanita yang semakin lama semakin memamerkan aurat 3) Lembaga-lembaga pemerintahan, seperti ; Lembaga pendidikan ; mengembor-gemborkan pendidikan sex Lembaga sosial ; menjunjung tinggi hakasasi manusia tidak pada tempatnya, (KB, emansipasi, pernikahan sejenis dll), dll

Kelemahan umat Islam dari sisi intelektualitasnya, meliputi ;


1. Dhofut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan) Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal (pengkaderan) sangat dirasakan oleh umat Islam masa kini. Jika pendidikan juga pembinaan dan pengkaderan lemah maka akan mustahil melahirkan anasir-anasir dalam nadhatul

umat (kebangkitan umat).


2. Dhofut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan) Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi umat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yang lainnya, ini disebabkan karena wawasan umat Islam yang sempit dan terbatas juga lemah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan kemauan umat untuk menuntut ilmu sangat rendah. 3. Dhofut Takhthith (lemah dalam perencanaan-perencanaan). Umat Islam sekarang ini tidak memiliki strategi yang jelas. Rencana perjuangannya penuh dengan misteri. Hal tersebut disebabkan umat Islam tidak diproduk dari pembinaan-pembinaan yang baik dan tidak memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang memadai. 4. Dhofut Tanjim (lemah dalam pengorganisasian) Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akan di atas angin sedangkan umat Islam akan menjadi pihak yang kalah. Sesuai perkataan khalifah Ali ra Kebenaran tanpa sistem yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisasi dengan baik. 5. Dhoful Amniyah (lemah dalam keamanan) Masa kini umat Islam lengah dalam menjaga keamanan diri dan kekayaan baik moril dan materil sehingga negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber daya alam dirampok oleh negeri-negeri non muslim. Begitu pula dengan Iman, umat lslam tidak lagi menjaganya tidak ada amniyah pada aqidah dan dibiarkan serbuan-serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yang memadai. 6. Dhoful Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri) Umat Islam dewasa ini tidak menyadari bahwa begitu banyak nikmat-nikmat yang Allah SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam mersyukuri segala nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kuatut tanfidz yaitu kekuatan untuk memobilisir diri dan sekarang umat Islam lemah sekali dalam memobolisir diri apalagi memobilisir secara kolektifitas.

Solusi-solusi melawan Ghazwul Fikr 1) Umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. 2) Mendidik 3) Memilah generasi Islam dengan media manhaj massa, pendidikan mana yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh) tayangan-tayangan yang mendidik (memberikan manfaat positif) dan mana yang merusak akhlak, aqidah, dan sendi-sendi ukhuah islamiyah 4) Selalu mengakrabkan diri dengan kitabullah (Al-quran) sebagai warisan nabi Muhammad, yang memang diturunkan Allah sebagai petuntuk, pegangan hidup hingga Aakhir jaman 5) Lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang sudah jelas nampak akhlak baiknya dan kuat keimanannya

EVALUASI PELAKSANAAN AAI


....../....................../...........

A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 7 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : materi/kitab : ...

Men jadi Pribadi Muslim yang Ideal

BAB 7

Katakanlah ; sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Allam (Al-Anam ; 162)

ATTENTION !
Materi Inti : Menjadi Pribadi Muslim yang Ideal Sub Pokok Materi : 1) 2) 3) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

Menjadi Pribadi Muslim Yang Ideal


A. Visi dan Misi Seorang Muslim
Ketika manusia diciptakan, sungguh bahwa ciptaan-Nya ini adalah sosok yang sangat ideal dalam arti diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Untuk itu sosok seorang muslim ideal adalah tidak terlepas dari sosoknya sebagai manusia yang telah diciptakan sebaik-baiknya. Dalam hal ini ideal dapat diartikan sebagai sesuatu sebaik-baiknya. Dengan demikian sosok muslim ideal adalah sosok yang sebaik-baiknya yaitu dalam hati, pikiran, dan tindakan. Jika kita menengok kembali bagaimana alam ini diciptakan Allah SWT, sungguh dalam keseimbangan atau keserasian. Bumi diciptakan sekaligus langitnya, dataran dihamparkan sekaligus gunung sebagai pasaknya. Manusia diberikan jasad dan juga ruh, manusia diilhamkan jalan kefasikan dan ketaqwaan, manusia diciptakan berupa laki-laki dan juga perempuan. Dalam hal ini ideal dapat diartikan sebagai keserasian atau keseimbangan. Dengan demikian sosok muslim ideal adalah muslim yang senantiasa bersikap serasi atau seimbang. Dalam mengarungi dunia ini manusia sudah seharusnya memiliki visi (wawasan) yang khas, terukur, nyata, dan dapat diwujudkan (SMART Specific, MeasurAble, Realistic, Tangible). Dengan visi ini, maka segala tindak pikir dan perbuatan adalah turunan dari visinya. Jika seseorang mendasarkan pada wawasan dunia saja, maka visinya hanya sebatas pada hal-hal yang bisa diraih dan diukur di dunia saja yang cenderung pada materi. Jika seseorang hanya mendasarkan pada kebutuhan akhirat saja, maka ianya hanya berusaha pada sisi ubudiyah saja yang cenderung mengabaikan sarana kebaikan di dunianya.Namun bila kita memperhatikan ayat dalam Al-Quran Surah AlBaqarah: Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka (QS. AlBaqarah: 201). Maka ayat di atas adalah visi dari pribadi muslim. Dengan demikian visi dari pribadi muslim adalah menjadi pribadi yang mendapatkan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta terpelihara dari siksa neraka. Diciptakannya manusia adalah untuk mejalankan misi sebagai khalifah di muka bumi (QS. Al-Baqarah [2] : 30). Sebagai khalifah, pribadi muslim telah memiliki misi sebagai mana yang tertuang dalam QS. Al-Imran [3] : 104): Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung

Dengan demikian pribadi muslim mengemban misi menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar. Setiap individu muslim adalah orang yang mempunyai tujuan, dan tujuan ini tidak hanya ditujukan pada yang bersifat duniawi saja. Kalaupun ada tujuan duniawi, namun bersifat tujuan antara, bukan tujuan akhir. Dalam Surah Al-Anam (6) ayat 162 Allah SWT telah menegaskan bahwa tujuan dari manusia hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Katakanlah: Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Menurunkan dari ayat tersebut di atas, tujuan-tujuan umum setiap individu muslim adalah: 1. Menegakkan daulah 2. Membela syariat 3. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah 4. Menyatukan ummat 5. Jihad di jalan Allah

B. Karakter Muslim Ideal


Masyarakat secara umum memandang sosok muslim ideal memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim ideal itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.

1. Aqidah yang lurus (Salimul akidah)


Lurusnya aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi

Allah tuhan semesta alam (QS. Al-Anam [6] :162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal dawahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid

2. Ibadah yang benar (Shahihul ibadah)


Menjalankan ibadah secara benar merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana

melihat aku shalat. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Akhlaq yang baik dan kokoh (Matinul khuluq) Akhlaq yang baik merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap
muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Quran. Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-

benar memiliki akhlak yang agung (QS. Al-Qalam [68] :4). 4. Jasmani yang kuat (Qawiyyul Jism)
Kekuatan jasmani merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim) 5. Kecerdasan dalam berpikir (mutsaqqoful fikri)
Kecerdasan dalam berpikir merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Quran juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya

firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (QS. Al-Baqarah [2] :219) Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar [39] :9)

6. Berjuang melawan hawa nafsu (Mujahidun linafsihi)


Melawan hawa nafsu merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam) (HR. Hakim)

7. Pandai menjaga waktu (Haritsun alal waqtihi)


Menjaga waktu merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Quran dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat

sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Teratur dalam suatu urusan (Munazhamun fi syuunihi)


Mengerjakan semua urusan dengan teratur termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Quran maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.

9. Memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri (Qadirun ala khasbi)


Berjiwa mandiri merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Quran maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

10.

Bermanfaat bagi orang lain (Nafiun lighoirihi)

Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Sebaikbaik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

EVALUASI PELAKSANAAN AAI


....../....................../...........

A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 7 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : materi/kitab : ...

Kenikmatan berbisnis dengan Allah

BAB 8

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. (Ashsaf ; 10)

ATTENTION !
Materi Inti : Kenikmatan berbisnis dengan Allah Sub Pokok Materi : 1) 2) 3) Anjuran 1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar evaluasi yang telah di sediakan 2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus yang telah disediakan 3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan quran dan isi kultum yang disampaikan oleh peserta AAI 4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI 5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC, kultum / tatsif, dan tugas Evaluasi kegiatan AAI Tajwid saat tilwatil quran oleh pemandu Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum kepemanduan Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)

KENIKMATAN BERBISNIS DENGAN ALLAH


Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berusaha atau berbisnis. Karena berbisnis bukan hanya cara untuk mendapatkan uang atau harta melimpah. Akan tetapi, bisnis juga di sebagian kalangan masyarakat adalah status sosial yang dibanggakan. Seorang pebisnis atau pedagang yang suskses biasanya dihormati dan disegani oleh banyak orang; sejak dari keluarga, karyawan, teman dan bahkan pejabat pemerintahan. Di Indonesia dan Negara miskin dan berkembang, pengusaha bisa mengatur keputusan hukum dan atau lahirnya perundang-undangan yang menguntungkan mereka dengan membayar para pejabat terkait, baik eksekutif maupun legislatif. Sebab itu, tak heran jika istilah markus (makelar kasus) hukum akhir-akhir ini semarak dibicarakan masyarakat. Saking nikmatnya berbisnis itu, banyak dari kalangan kaum Muslimin sendiri yang tidak lagi peduli dengan halal atau haram. Tidak ingat lagi kematian dan pertanggung jawaban akhirat bagi semua harta yang dihasilkan. Risywah (sogok-menyogok), riba, data-data fiktif, sunat menyunat, spekulasi, monopoli dan berbagai tindakan menyimpang lainnya sudah menjadi budaya dan kebiasaan. Lebih sedih lagi, nyaris semua aktivitas dan profesi, termasuk politik, aktivitas keagamaan (dakwah), pelayanan sosial dan sebagainya sudah pula dijadikan sebagai lahan bisnis yang paling cepat melahirkan keuntungan harta yang berlipat ganda. Inilah kenyataan yang amat pahit yang sedang dihadapi oleh umat Islam Indonesia, khususnya sejak 10 tahun belakangan. Islam sama sekali tidak melarang umatnya berbisnis, dan bahkan menganjurkannya. Akan tetapi, Islam juga memberikan persyaratan atau peraturan agar berbisnis itu tidak keluar dari format ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Paling tidak ada lima (5) syarat yang harus dipenuhi jika kita ingin menjadikan bisnis sebagai profesi untuk meraih harta dan kekayaan dunia untuuk akhirat: 1. Berbisnis itu harus dengan niat mencari ridha Allah. Sedangkan harta yang diperoleh adalah amanah dari Allah. Sebab itu, pada hakikatnya, harta itu adalah milik Allah. 2. Berbisnis harus sesuai dengan sistem Allah dan Rasul-Nya Muhammad Saw. seperti tidak boleh dengan sistem riba, tidak melakukan risywah, kolusi, nepotisme, monopoli, spekulasi dan sebagainya. 3. Barang dan jasa yang dibisniskan tidak boleh yang diharamkan Allah seperti babi, darah, khamar, judi dan sebagainya serta harus yang dihalalkan Allah dan RasulNya. 4. Semua aktivitas yang terkait dengan ibadah dan pengabdian kepada Allah, baik yang terkait dengan ibadah individu, sosial kemasyarakatan, atau apa saja yang

terkait dengan kategori dakwah dan jihad, tidak boleh atau haram hukumnya dibisniskan, yakni melaksanakannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan dunia, baik yang terkait harta, pangkat, kedudukan, status sosial, pujian dari manusia atau apapun bentuknya. 5. Di dalam harta yang diamanahkan Allah itu terdapat jatah kaum fakir, miskin dan kebutuhan lain di jalan Allah, baik melalui zakat (wajib), maupun sedekah (infak). Oleh sebab itu, harta bukan untuk ditumpuk di dunia, akan tetapi untuk dibelanjakan di jalan Allah. Atau dengan kata lain, harta adalah jalan terbaik untuk berjihad di jalan Allah. Berdasarkan lima (5) syarat tersebut, maka manajemen harta, baik yang diperoleh melalui bisnis, bekerja, warisan, hibah dan jalan halal lainnya, pada prinsipnya dapat disimpulkan dengan dua pertanyaan mendasar berikut : 1. Apa jenisnya, dari mana dan bagaimana cara memperoleh harta tersebut? Dari jalan yang halalkah atau yang haram? 2. Kemana harta yang diperoleh dengan jalan yang halal itu dibelanjakan? Untuk kepentingan duniakah atau kepentingan akhirat? Orang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang kuat dan demikian pula iman pada akhirat, tidak akan menghabiskan hidupnya untuk berbisnis dengan pola dan cara yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Karena ia meyakini dan memahami bahwa hidup ini adalah berbisnis dengan Allah. Untuk apa lagi ia berbisnis dengan pola hanya mengumpulkan kenikmatan dunia seperti yang dijelaskan sebelumnya? Karena berbisnis dengan Allah kenikmatannya, keuntungannya dan kelebihannya tidak mungkin dapat dibandingkan dengan apa yang dirasakan dan dialami oleh para pebisnis yang hanya mengejar dunia, kendati dengan jalan yang dibolehkan. Sebab itu, orang beriman akan memenej hidup ini secara total untuk berbisnis dengan Allah. Semua potensi harta dan dirinya dikerahkan di jalan Allah. Di mata manusia bisa saja dinilai rugi, sulit, berat dan bahkan berbahaya serta nyawanya terancam dan sebagainya. Namun di mata Allah, itulah pebisnis sejati. Pebisnis yang menjadikan harta dan jwanya sebagai modal untuk meraih keridhaan dan syurga Allah Subhanahu Wataala. Para pebisnis dengan Allah semasa hidup di dunia tidak akan pernah berharap lain kecuali mendapatkan ridha dan syurga Allah. Mereka, semasa hidup di dunia, berbisnis dengan Allah melalui sebuah transaksi istimewa dan sangat spesial. Bisnis tersebut terkait dengan proyek promosi dan pemasaran Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Allah percayakan kepada mereka. Bisnis tersebut sangat unik, menarik dan menantang, khususnya bagi mereka yang memahaminya dan menyukai tantangan. Di antara faktor yang menyebabkanya unik, menarik dan menantang itu ialah :

Produk yang dipromosikan dan yang ditawarkan adalah sitem (software) kehidupan di dunia berkualitas super canggih yang 100 % menjamin kesuksesan para pemakainya.

Owner (Pemilik) dan Pencipta produk tersebut adalah Tuhan Pencipat alam semesta, yakni Allah Taala dan belum pernah ada dan tidak akan ada kompetitorNya.

Sistem bisnis yang diterapkan adalah sistem keagenan atau disebut dengan sistem khilafah (representative/perwakilan). Produk ditawarkan dengan cuma-cuma (secara gratis), di mana para peminat produk tidak dibebankan biaya apapun. Sebaliknya, biaya ditanggung oleh Owner (Tuhan Pencipta) yang ditransfer melalui para agen.

Target pemasaran para agen tidak terkait dengan berapa besarnya jumlah manusia yang mau menerima produk tersebut dan tidak pula terikat dengan batas-batas teritorial wilayah sehingga luas pasarnya mencakup lima benua. Semua daratan dan lautan ciptaan Tuhan Pencipta yang dihuni oleh manusia adalah menjadi wilayah pemasaran mereka.

Satu hal yang harus diingat oleh para agen ialah bahwa dalam menawarkan produk sistem hidup di dunia tersebut harus berdasarkan skala prioritas, yakni ditawarkan dan dipasarkan terlebih dahulu kepada istri-istri, anak-anak, karib kerabat, teman-teman dekat dan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinan formalnya, jika mereka sedang menduduki suatu lembaga, instansi, organisasi, pemerintahan dan lainnya. Setelah itu baru wilayah pemasarannya meluas ke wilayah lain sampai tanpa batas.

Demikian pula dengan jumlah agen tidak pernah dibatasi, khususnya setelah Tuhan Pencipta mengutus agen tunggal dan terakhir bernama Muhammad bin Abdullah sejak 1443 tahun yang lalu. Siapa saja yang berminat, apa saja suku, bahasa dan warna kulitnya berhak menjadi agen pemasaran software tersebut, apakah mereka hidup di negara maju, berkembang atau negara-negara miskin ekonomi.

Bagi para peminat produk tersebut dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia akan dijamin kesuksesannya di dunia dan pasti juga di Akhirat. Para peminat produk dan mau menerapkannya dalam kehidupan, berhak mendapatkan keagenan secara otomatis, dengan syarat dan kompensasi yang sama dengan para agen senior sebelumnya.

Bagi para agen harus siap membiayai promosi dan pemasaran produk tersebut dengan harta dan jiwa mereka yang telah ditransfer oleh Pemilik produk software kehidupan tersebut, yakni Allah Taala. Menariknya, jumlah dana yang harus digunakan untuk biaya marketing software tersebut hanya berkisar antara 2.5 % sampai 30 % dari total yang diterima dari Pemiliknya; Tuhan Pencipta.

Sisanya

boleh

digunakan

untuk

kepentingan

pribadi

para

agen

sebagai

commitioning fee, selama digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan petunjuk Pemiliknya. Sebab itu, keikhlasan adalah mutlak adanya.

Kendati semua biaya pemasaran (marketing cost) ditanggung oleh Pemilik produk software beserta seluruh biaya hidup para agen, namun imbalan, kompensasi dan bonus yang akan diperoleh para agen amatlah besar dan dahsyat, yakni kesuksesan di dunia dan meraih The Great Success di Akhirat, yakni Syurga Adn.

Agar aktivitas bisnis keagenan tersebut berjalan dengan baik dan maksimal, Pemilik Produk merumuskan sebuah Visi Khilafah (perwakilan atau keagenan) dan Misi Ibadah (komitmen terhadap aturan main) yang sudah ditetapkan-Nya.

Itulah sebuah transaksi unik, sangat menarik dan menantang yang berhasil dijalankan oleh para penghuni Syurga ketika mereka hidup di dunia. Keunikan transaksi tersebut sesungguhnya terletak pada :

Pemilik produk adalah Allah Tuhan Pencipta. Pembeli sesungguhnya juga Allah Tuhan Pencipta Harga dan kompensasinya sangat besar dan tak terbatas yakni Syurga, juga dari Allah Tuhan Pencipta. Biaya (cost) yang dikeluarkan oleh para agen berupa harta dan jiwa mereka, juga anugerah dari Tuhan Pencipta. Berarti para agen itu berbisnis dengan Allah tanpa modal atau bermodalkan ZERO, atau no risk, high return.

Kalupun dibutuhkan modal, tidak lebih dari tiga K, yakni KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN, saat menyumbangkan harta dan jiwa di jalan Allah.

Sesungguhnya KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN adalah modal utama yang dimiliki orang-orang beriman yang mejalankan transaksi bisnis dengan Allah ketika menjalani kehidupan di dunia. Dengan modal tersebut insya Allah mereka mampu meraih ampunan dan Syurga Allah yang merupakan THE GREAT SUCCESS (Kesuksesan Tanpa Batas) dan tidak akan ada lagi kesuksesan yang menyamainya, apalagi melebihinya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya :

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(10) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(11) niscaya Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungaisungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Syurga Adn. Itulah kesuksesan yang amat besar (The Great Success). (Q.S. As-shof (61) : 10 12)

Semoga Allah membantu dan menolong kita untuk bisa berbisnis dengan-Nya, yakni berjuang sekeras tenaga, dengan harta dan jiwa di jalan-Nya. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di sisi-Nya, kendati di mata manusia dianggap gagal. Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin

EVALUASI PELAKSANAAN AAI


....../....................../...........

A. Agenda AAI NO 1 2 3 5 6 7 8 9 10 Barnamij ( agenda ) Iftitah ( pembukaan ) Tilawah ( 1 hal/ org ) Kultum / tatsqif / kajian buku Ta'limat Materi inti Infak majelis Mutabaah Problem solving Ikhtitam s/d ayat Realisasi Keterangan / Petugas

B. Mutabaah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Amalan Kehadiran Keterlambatan (menit) Tilawah (hal/pkn) Al Ma'tsurat (x/pkn) Sholat Jamaah (x/pkn) Qiyamul Lail (x/pkn) Sholat Dhuha Puasa Sunnah (x/pkn) Olah raga (x/pkn) Tatsqif / mengikuti kajian kampus 1 / pkn Standar tepat waktu 14 / pkn 7 / pkn 30 / pkn 1 / pkn 4 / pkn 1 / pkn 3 / pkn Inisial Peserta AAI

NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) : 1) MC 2) Kultum / tatsqif 3) Tugas : ... : ... : ... materi/kitab : ...

DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Terjemah Modul manhaj tarbiyah pesantren 2009 untuk madrasah tsanawiyah; MAPADI dan LKMT Modul aqidah islam untuk madrasah tsanawiyah PONPES Husnul Khotimah; Imam Nur Suarno, S.P.D Super Mentoring senior syamil teens; Novi hardian dan tim ILNA YOSEN 30 kumpulan materi Wa Islama Terpilih ( buletin) Prinsip-prinsip dasar keimanan syaikh Muhammad bin shaleh Al-Utsaimin Universitas Islam Indonesia Modul Asistensi Agama Islam (AAI) Universsitas gadjah mada (UGM) tahun 2002, 2009 Kitab Tauhid Imam Abdul Wahab Ensiklopedi Mini Muslim Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Shadam Eramuslim.com http://m.voa-islam.com/news/ibadah/2010/01/06/2434/bersuci-dan-urgensinya-

dalam-ibadah/ http://muntohar.wordpress.com/2008/08/27/kepribadian-muslim-ideal/

http://myislam.blogspot.com/2008/09/perintah-sholat-5-lima-waktu-dalam-

al.html http://ervakurniawan.wordpress.com/2009/10/11/kisah-dibalik-perintah-sholatlima-waktu/ www.muslim.or.id http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/dosa-meninggalkan-shalat-lima-waktulebih-besar-dari-dosa-berzina

Anda mungkin juga menyukai