Anda di halaman 1dari 31

LEMBAR PERSETUJUAN

MENGIKUTI UJIAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Proposal karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing karya
tulis ilmiah untuk dilanjutkan pada penelitian Karya Tulis Ilmiah

Bangko, Oktober 2008

Pembimbing I Pembimbing II

JONI RASMANTO, SKM, MKES ULI ROSITA HUTAGAOL SST

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap

dan berkesinambungan selama ini pada dasarnya untuk mempercepat tercapainya

tingkat kesejahteraan. Salah satu bentuk dari upaya tersebut adalah peningkatan

kesehatan ibu dan anak dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

AKI di Indonesia pada tahun 2001 adalah 373/100.000 kelahiran hidup, pada

tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Indonesia pada

tahun 2003 sebesar 42/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2004 menjadi 43.52/1000

kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi, 2005: 26).

Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu penatalaksanaan

pelayanan kesehatan yang baik selama kehamilan dan pada saat persalinan Kehamilan

dan persalinan memang merupakan proses yang fisiologis, namun keadaan patologis

atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai pada saat proses
persalinan. Komplikasi obstetri yang tersering adalah perdarahan, infeksi, eklampsia,

partus lama yang kesemuanya membutuhkan pelayanan kesehatan dari tenaga yang

profesional dan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang maksimal (Depkes RI,

2002: 1). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi, yaitu : faktor

umur, paritas, pendidikan, perawatan antenatal, sarana dan fasilitas, sosial ekonomi

dan tenaga penolong persalinan yang dapat memicu terjadinya peningkatan AKI dan

AKB (Mochtar, 1998:192).

Salah satu penatalaksanaan persalinan patologis untuk menyelamatkan ibu dan

bayi secara transabdominal adalah seksio sesarea, jika partus secara transvaginal tidak

memungkinkan untuk dilakukan seperti: ekstraksi forcep, ekstraksi vakum, persalinan

sunsang , versi ekstraksi, kleidotomi dan simfisiotomi.

Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998: 52) kehamilan aterm dengan posisi

belakang kepala mencakup sekitar 97% dari semua kehamilan, sekitar 3% merupakan

kehamilan dengan kedudukan patologis. Sehingga diperkirakan pertolongan

persalinan operasi sekitar 3% sampai 4% dan selebihnya persalinan normal.

Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada

tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh

persalinan (http://www.idi.com/info_seksio20%sesarea). Sedangkan angka kejadian

seksio sesarea di Provinsi Jambi pada tahun 2007 berjumlah 3.401 operasi dari

170.000 persalinan atau sekitar 20% dari seluruh persalinan. (Dinkes Provinsi Jambi,

2007)

Di rumah Sakit Umum Mayjen. H.A. Thalib Kerinci angka kejadian seksio sesarea pada tahun 

2007 berjumlah 245 dari 531 persalinan atau sekitar 46% dari seluruh persalinan (Data Kesakitan 
RSU Mayjen. H.A. Thalib Kerinci tahun 2007). Meskipun diketahui bahwa persalinan dengan 

seksio sesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan tetapi angka seksio sesarea 

masih   cukup   tinggi.   Oleh   karena   itu   penulis   memandang   perlu   mendeskripsikan   indikasi   dan 

karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea yang dirawat di Rumah Sakit Umum Mayjen. 

H.A. Thalib Kerinci tahun 2007

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah tingginya

angka kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kerinci

periode 1 Januari sampai 31 Desember 2007 yaitu sebanyak 245 set rekam medik dan

belum diketahuinya indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang

timbul adalah:

1. Bagaimana gambaran indikasi ibu bersalin dengan seksio sesarea Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci tahun 2007?.

2. Bagaimana gambaran umur ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci tahun 2007?.

3. Bagaimana gambaran paritas ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A. Thalib kerinci tahun 2007?.

4. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu bersalin dengan seksio sesarea di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kerinci tahun 2007?.

5. Bagaimana Status Pembiayaan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A. Thalib Kerinci tahun 2007?.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea

di RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2007.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui indikasi tindakan Seksio Sesarea di RSU Mayjen H.A. Thalib

Kabupaten Kerinci tahun 2007.

b. Mengetahui umur ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU Mayjen H.A.

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2007.

c. Mengetahui paritas ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU Mayjen H.A.

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2007.

d. Mengetahui tingkat pendidikan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU

Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2007.

e. Mengetahui status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU

Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2007

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan

tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.

2. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Merangin

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang indikasi dan

karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea untuk penelitian lebih lanjut bagi
mahasiswa dalam pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) dan menambah referensi

diperpustakaan.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai gambaran

indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di bagian Obsetri dan

Ginekologi RSU Mayjen H. A. Thalib Kerinci.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Desain Penelitian ini adalah deskriptif dengan study retrospektif yang bertujuan

untuk menggambarkan indikasi dan karekateristik berupa umur, paritas, tingkat

pendidikan dan status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea. Penelitian ini

termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Maternitas khususnya kesehatan ibu

bersalin. Sasaran dalam penelitian ini adalah set rekam medik ibu bersalin dengan

Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci

tahun 2007. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan November sampai

Desember 2008 dengan jumlah sampel 245 set rekam medik ibu bersalin dengan

Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci

pada tahun 2007.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Preeklampsia

Preeklampsia didefinisikan sebagai komplikasi pada tri semester ke-tiga dengan

gejala klinis seperti: hipertensi, eodema, proteinuria, oligouria, konvulsi dan koma.
Teori terjadinya preeklampsia dikemukakan sebagai iskemia regio uteroplasenter

yang menyebabkan diresobrsinya trofoblastik substansial ke dalam sirkulasi umum

sehingga terjadi pengeluaran renin dan angiotensin. Selanjutnya terjadi spasme

pembuluh darah perifer dengan menimbulkan konpensasi hipertensi. Spasme

menimbulkan kerusakan-kerusakan jaringan dalam bentuk kerusakan pembuluh

darah, nekrosis, oedema, perdarahan pada organ vital, trombosis dan penimbunan

fibrin. Melalui perubahan patologi anatomi tersebut dapat diterangkan gejala klinis.

(Manuaba, 1993)

1. Gejala Klinis

a. Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan diikuti oleh beberapa gejala klinis antara lain : hipertensi

antara 140/90 atau kenaikan systole dan diastole 30 mmHg/15 mmHg,

oedema kaki tangan atau muka atau kenaikan berat badan 1 kg/minggu,

proteinuria 0,3gr/24 jam atau plus 1-2, oligouria.

b. Preeklampsia Berat

Preeklampsia berat ditandai dengan gejala klinis: hipertensi 160/110 mmHg,

proteinuria 5 gr/24 Jam atau plus 4-5, Oligouria 400cc/24 Jam, oedema paru

dapat disertai sianosis, serta disertai keluhan subyektif seperti: nyeri kepala

frontal, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium.

c. Eklampsia

Eklampsia ditandai dengan gejala-gejal preeklampsia dan disertai koma atau

konvulsi.

2. Upaya Preventif
Menegakkan kemungkinan preeklampsia secara dini dengan meningkatkan Ante

Natal Care serta menghindari terjadinya eklampsia melalui pengobatan

preeklampsia dengan intensif.

3. Prinsip Pengobatan

Prinsip pengobatan preeklampsia adalah:

a. Menegakkan diagnosa dini preeklampsia

b. Mencegah terjadinya eklampsia

c. Melakukan terminasi kehamilan untuk menghindari angka kematian yang

tinggi pada ibu dan bayi.

d. Tindakan non traumatis.

e. Pengobatan dilakukan di rumah sakit.

f. Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia menganjurkan memakai MgSO4

dengan Syarat:

a) Refleks patela positif

b) Pernafasan di atas 16X/menit

c) Urin Produksi di atas 100cc/4 Jam

d) Tersedia antidot: Kalsium Klorida/Glukonas.

e) Dosis: Intra Vena 1 – 4 gr/Menit, Intra Muscular 8 gr, dosis ikutan 4 gr setiap

6 Jam.

4. Komplikasi Preeklampsia Berat dan Eklampsia

Komplikasi preeklampsia berat dan eklampsia adalah:

a) Salusio plasenta
b) Payah: ginjal, jantung, paru yang disebabkan eodema, Lever karena

nekrosis

c) Perdarahan otak

d) Syndrom HELLP : hemolisis, eleved lever enziyms, low platellet.

5. Kriteria Eden

Kumpulan gejala klinis sebagai tanda kegagalan pengobatan eklampsia :

a) Temperatur di atas 39ºC.

b) Konvulsi di atas 12 kali/ 24 Jam

c) Nadi diatas 120X/Menit

d) Kesadaran menurun

6. Faktor-faktor Predisposisi

Sampai sekarang penyebab preeklampsia dan eklampsia masih tanda tanya,

penyakit ini masih disebut disease of theory (Chesley, 1978), beberapa faktor

risiko pada penyakit ini antara lain adalah:

1. Nullipara, terutama usia ≤ 20 tahun, dan kehamilan yang langsung

terjadi setelah perkawinan (Robillard P. Y., 1994).

2. Sejarah pernah menderita preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan

terdahulu.

3. Sejarah penderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.

4. Kehamilan ganda, diabetes mellitus, hydrops foetalis, mola hidatidosa,

dan anti phospolipid antibodies, infeksi saluran kemih.

5. Riwayat penderita hipertensi dan penyakit ginjal.

6. Multipara dengan umur lebih dari 35 tahun.


Kematian ibu maupun neonatus makin tinggi pada eklampsia sehingga

pengobatan preeklampsia perlu diperhatikan. Sebab-sebab kematian maternal

antara lain: perdarahan pada otak, oedema paru-paru disertai sianosis,

dekompensasio kordis, payah ginjal, aspirasi cairan lambung. Sedangkan

penyebab kematian bayi : aspiksia intrauterin dan prematuritas.

Gambaran Skematis Preeklampsia dan Eklampsia

ISKEMIA REGIO UTERO PLASENTER

PENGELUARAN PENGOBATAN ADEKUAT


 Renin  MgSO4
 Angiotensin  Valium
 Litik Koktil

SPASME ARTERIOLI
 Hipertensi
 Proteinuria
 Oedema HIPOKSIA INTRA UTERIN
 Oligouria METABOLISME ANAEROBIK
ASIDOSIS
 Sianosis
 Koma Konvulsi
 Rusaknya Alat Vital

ASPIKSIA INTRAUTERINE
 Rangs N Symphagus TERMINASI HAMIL
 Perubahan D3 Memutus rantai iskemia plasenta
 Gerak janin menurun  Induksi
 Perubahan Peristaltik  Pecah Ketuban
 Keluar Mekoneum  Sek Sesaria
 Forceps ekstraksi

MORBIDITAS
PENGOBATAN BERHASIL Maternal :
 Antenatal Care Teratur  Payah jantung
 Persalinan dengan  Payah Ginjal
indikasi obstetri  Oedema Paru-sianosis
 Pembuluh darah otak pecah
 Trauma langsung
Perinatal :
 Asfiksia int Uterin
 Prematuritas
7. Tata Laksana Penanganan

PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

KONSERVATIF : TERAPI AKTIF :


1. Isolasi : Berdasarkan pertimbangan klinis
Pasang Kateter Induksi persalinan
2. Obat-obatan :  Oxytocin Drip
 Infus Dextrose 5%  Pecahkan ketuban
 Valium 120 gr/24 Jam
 MgSO4
 Litik Koktil :
i. Largatil 50
ii. Pethidin 100
iii. Promethazine 50
3. Observasi :
 Konvulsi dan koma
 Reaksi Pengobatan
i. Diuresis
ii. Kesadaran baik
 Kriteria Eden
 Lamanya 2X24 Jam
4. Konsultasi :
 Penyakit dalam
 Penyakit Mata
 Anastesia
 Dokter anak

BERHASIL : SEKSIO SESARIA :


 Hamil diteruskan hingga aterm  Indikasi Obstetris
 Antenatal Care  Kriteria Eden
 Gagal Induksi
B. KARAKTERISTIK PREEKLAMPSIA

1. Umur

Definisi umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai

pada saat sekarang dihitung dalam tahun (Depkes RI, 1998). Umur dikaitkan

dengan Faktor Predisposisi (Predisposing factor) atau faktor yang mempermudah

dan mendasari untuk terjadinya prilaku tertentu. Yang termasuk dalam faktor

predisposisi ini adalah: pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan dari

orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tersebut serta beberapa karakteristik

individu seperti: umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. (Harbandinah P, dr.

SKM. 2006)

Umur juga merupakan variabel yang digunakan sebagai ukuran mutlak

indikator fisiologis, dengan kata lain penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

akan berhubungan dengan umur. Dimana yang semakin tua mempunayi

karakteristik fisiologis dan tanggung jawab tersendiri. (Notoadmojo,1996)

2. Paritas

Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai

viabilitas dan telah dilahirkan tanpa melihat jumlah anak. Kelahiran kembar

hanya dihitung satu paritas (Oxorn, 2003).

Dalam hal ini paritas dapat juga diartikan sebagai jumlah kehamilan dari

seseorang yang bayinya berhasil hidup (20 minggu atau lebih), perlu dicatat
bahwa gaviditas dan paritas mengaju pada jumlah kehamilan bukan bayi atau

janin yang dilahirkan (Hacker, Moore, 2001)

Tingkat paritas telah banyak menarik perhatian para peneliti dalam

hubungan kesehatan ibu dan anak. Dikatakan demikian karena terdapat

kecendrungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari pada yang

berparitas tinggi (Notoadmojo, 2003)

Tingkat paritas dibagi dalam: Primi gravida atau wanita yang hamil

pertama kalinya, multi gravida yaitu wanita yang telah melahirkan bayi untuk

kedua kali atau tiga kali (Farrer, 2001) dan yang dimaksud dengan Grande multi

gravida adalah wanita yang melahirkan 4 kali atau lebih (Mochtar, 1998)

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dilalui

oleh seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan dapat memberikan pengaruh

terhadap pemahaman tentang sebuah pengalaman dan rangsang yang diberikan

melalui belajar dan media lainnya. Pengetahuan atau pendidikan tentang

kesehatan akan berpengaruh terhadap prilaku sebagai hasil jangka menengah

(Intermediate Inpact) ((Notoadmojo, 2003)

Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar

belakangi oleh tiga faktor pokok yaitu: Faktor-faktor predisposisi (predisposing

factor), faktor yang mendukung (enabling factor) dan faktor yang memperkuat

(reinforcing factor). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai usaha intervensi

perilaku harus diarahkan pada ketiga faktor tersebut. (Notoadmojo, 2003)

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada teori Mochtar (1998) ada

banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Seksio Sesarea yaitu, placenta previa,

panggul sempit, disproporsi sefalovelpik, ruptura uteri mengancam, partus lama,

distosia serviks, preeklamsi dan hipertensi, malpresentasi janin, distosia oleh karena

tumor, gawat janin, postmorterm, umur, paritas dan pendidikan. Adapun aspek yang

diteliti, yaitu: umur, paritas, pendidikan dan status pembiayaan.

Berdasarkan teori di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini secara

sistimatis dapat digambarkan sebagai berikut:

KERANGKA KONSEP

 Indikasi
 Umur
 Pendidikan Seksio Sesarea
 Paritas
 Status Pembiyaan

B. Definisi Operasional

a. Indikasi : Penetapan tindakan operasi seksio sesarea setelah ibu hamil

diperiksa secara komprehensif oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan

seperti yang tertera dalam diagnosa kerja pada set rekam medik

Cara ukur : Identifikasi data rekam medik

Skala : Ordinal
Alat Ukur : Cheklist

Kategori : 1. Indikasi Medis

2. Indikasi Sosial

b. Umur : Perhitungan ulang tahun ibu dengan kasus Seksio Sesarea yang

dihitung sejak tahun lahir sampai ulang tahun terakhir yang tertera dalam data

rekam medik

Cara ukur : Identifikasi data rekam medik

Skala : Ordinal

Alat Ukur : Cheklist

Kategori : 1. < 20 tahun

2. 20-30 Tahun

3. >30 Tahun

c. Paritas : Jumlah persalinan terdahulu pada ibu Seksio Sesarea tanpa

melihat jumlah anak yang dilahirkan yang tertera dalam data rekam medik.

Cara ukur : Identifikasi data rekam medik

Skala : Ordinal

Alat Ukur : Cheklist

Kategori : 1. Primi Para = 1 Kali

2. Multi Para = 2-4 Kali

3. Grande Multipara = 5 Kali atau lebih

d. Pendidikan : Tingkat pendidikan formal yang diselesaikan oleh ibu dengan

kasus Seksio Sesarea yang tertera dalam data rekam medik

Cara ukur : Identifikasi data rekam medik


Skala : Ordinal

Alat Ukur : Cheklist

Kategori : 1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP

4. SLTA

5. Perguruan Tinggi

e. Status Pembiayaan: Rincian pembiayaan yang tertera dalam data set rekam medik

Cara ukur : Identifikasi data rekam medik

Skala : Ordinal

Alat Ukur : Cheklist

Kategori : 1. Umum 2. Swasta 3. Askes Komersial

4. Askes 5. Jamkesmas

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan study retrospektif

yang bertujuan untuk mengetahui gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin

dengan seksio sesarea menurut umur, paritas, tingkat pendidikan dan status

pembiayaan di ruang perawatan Kebidanan Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib

Kerinci tahun 2007.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian (Notoatdmojo, 2002).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua set rekam medik

dengan diagnosa post operasi seksio sesarea pada Januari sampai dengan

Desember 2007 di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.Thalib Kerinci sebanyak

245 set rekam medik.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 245 set

rekam medik. Objek dalam penelitian adalah rekam medik pasien dengan kasus

seksio sesarea.

C. Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah informasi yang tertera dalam set rekam medik

pasien dengan status diagnosa post operasi seksio sesarea yang diperoleh dari hasil

seleksi set rekam medik pasien rawat inap ruang rawat kebidanan Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A. Thalib Kerinci tahun 2007

D. Pengolahan data
1. Collecting, yaitu: mengumpulkan set rekam medik set rekam medik pasien

dengan status Diagnosa Post Seksio Sesarea tahun 2007.

2. Editing, yaitu: mengoreksi teraan variabel karakteristik penelitian sebelum

dilakukan kegiatan entri data sehingga bila ada kesalahan atau kekurangan data

dapat segera diklarifikasi.

3. Tabulating, yaitu: menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari

variabel karakteristik yang diteliti.

E. Analisa Data

Analisa data yang telah dikumpulkan secara kuantitatif dianalisis secara

univariat dengan distribusi frekwensi yang menggunakan rumus:

P = f/n X 100%

Keterangan:

P= Persentase

f = Frekwensi

n = Jumlah sampel

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN DEMOKRAFI
Rumah sakit Mayor HA Thalib Kerinci adalah satu-satunya Rumah Sakit

Milik Pemeritah Daerah Kabupaten Kerinci yang menerima rujukan dari Puskesmas

dan fasilitas lainnya diwilayah kerinci. Rumah Sakit yang mempunyai karyawan
sejumlah 390 Orang ini dibangun Tahun 1950 dengan luas 3 Ha dan merupakan

rumah sakit dengan type C Plus

Dalam melayani pasiennya rumah sakit Mayor HA Thalib mempunyai tenaga

dan fasilitas sebagai berikut :

1. Tenaga

a. Tenaga Medis spesialistik :

a) Spesialis Kebidanan dan kandungan

b) Spesialis Penyakit dalam

c) Spesialis Penyakit Bedah

d) Spesialis Mata

e) Spesialis Anak

f) Spesialis Syaraf

g) Spesialis THT

h) Spesialis Radiologi

i) Spesialis Penyakit Jiwa (Referal)

b. Tenaga Dokter Umum dan Lainnya

a) Dokter Umum

b) Dokter Gigi

c) Apoteker

d) Sarjana Keperawatan

e) Sarjana Kesehatan Masyarakat

f) Magister Manajemen

g) Magister Kesehatan
2. Fasilitas Layanan

a. Ruangan Kantor

a) Ruangan Direktur

b) Ruang Rapat Direksi

c) Ruang Komite Medik

d) Ruang Kasubbag Kesekretariatan, Keuangan,

e) Ruang Kasi Pelayanan, Keperawatan dan Diklat

f) Ruang Aula

g) Ruang Dharma Wanita

b. Ruang Instalasi Medis

a) Instalasi rawat jalan

b) Instalasi Rawat Inap

c) Instalasi Gawat Darurat

d) Instalasi Kamar Operasi

e) Instalasi Penunjang Medis

c. Sarana Penunjang

a) Alat Penerangan : PLN 150 KVA dan Genset 35 KVA

b) Alat Komunikasi : Internet, Telephone, Faximili PABX, Laptop,

Infocus, OHP.

c) Penyedia Air Bersih : PDAM dan Sumur Bor

d) Sound System : Organ dan Loud Speaker system

e) Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL)

f) Musholla
g) Wartel

h) Kantin

i) Alat Transportasi

1) Kendaraan Operacional Pegawai

a. Operasional Direktur

b. Operasional Rumah Sakit

c. Operasional Cantor (Roda Dua)

2) Kendaraan Operacional pasien

a. Ambulante

b. Kereta Jenazah.

B. HASIL PENELITIAN

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ibu bersalin dengan seksio

sesarea di Rumah Sakit Mayor HA Thalib didapatkan distribusi frekwensi umur

sebagaimana dapat dilihat pada table 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1 : Distribusi Frekwensi Umur Ibu dengan Seksio sesarea di Rumah
Sakit Umum Mayor HA Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2007

UMUR Frekuensi Persen


Valid 17 1 ,4
18 3 1,3
19 3 1,3
20 5 2,1
21 5 2,1
22 4 1,7
23 10 4,3
24 14 6,0
25 9 3,8
26 14 6,0
27 17 7,2
28 15 6,4
29 13 5,5
30 20 8,5
31 6 2,6
32 20 8,5
33 11 4,7
34 14 6,0
35 16 6,8
36 7 3,0
37 7 3,0
38 6 2,6
39 5 2,1
40 4 1,7
42 2 ,9
43 2 ,9
44 1 ,4
45 1 ,4
Total 235 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat Ibu Bersalin terbanyak mengalami seksio

sesarea adalah berumur 30 dan 32 tahun dengan 8,5% dari seluruh Ibu bersalin,

sedangkan Ibu bersalin paling sedikit adalah ibu bersalin yang berumur 44 tahun,

45 dan 17 Tahun dengan 0,4% dari seluruh ibu bersalin dengan seksio sesarea.

Untuk melihat umur maksimum dan minimum, rata-rata umur dari selruruh ibu

bersalin dengan seksio sesarea dapat dilihat table 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 : Nilai Perhitungan Statistik Pada Penelitian Karakteristik dan Indikasi
Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayor
HA Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2005 -2007

SAMPEL Valid 235


Hilang 0
Mean 29,83
Median 30,00
Modus 30
Minimum 17
Maximum 45

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat umur maksimum dari Ibu Bersalin

dengan seksio sesarea berumur 45 tahun dan umur minimum berumur 17 tahun
serta rata-rata umur yang mengalami seksio sesarea berkisar 29,83 tahun. Untuk

melihat umur ibu berdasarkan kategori resiko dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut

ini :

Tabel 5.3 : Distribusi Frekwensi Umur Ibu berdasarkan Kategori Pada Penelitian
Karakteristik dan Indikasi Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea di
Rumah Sakit Umum Mayor HA Thalib Kabupaten Kerinci Tahun
2007

UMUR PERKATEGORI Frekuensi Persen


< 20 Tahun 12 5,1
20-30 Tahun 121 51,5
> 30 Tahun 102 43,4
Total 235 100,0

Dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat Umur Ibu Bersalin dengan seksio

sesarea didominasi oleh ibu yang berumur 20-30 tahun berjumlah 121 Orang atau

51,5% dan berumur < dari 20 tahun berjumlah 12 Orang atau 5,1%, serta yang

berumur lebih dari 30 tahun berjumlah102 Orang atau 43,4%.

b. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian paritas ibu bersalin dengan seksio sesarea di

Rumah Sakit Mayor HA. Thalib Kerinci dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ;

Tabel 5.4 : Distribusi Frekwensi Paritas Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea Pada
Penelitian Karakteristik dan Indikasi Ibu Bersalin dengan Seksio
sesarea di Rumah Sakit Umum Mayor HA Thalib Kabupaten
Kerinci Tahun 2007

UMUR Frekuensi Persen


Primi Gravida 73 31,1
Multi Gravida 153 65,1
Grande Multigravida 9 3,8
Total 235 100,0
Pada tabel diatas dapat dilihat Paritas terbanyak mengalami seksio sesarea

adalah Multi gravida dengan 153 Orang atau 65,1 %, sedangkan terbanyak kedua

adalah Primi gravida dengan 73 Orang atau 31,1% dan pada posisi terakhir

Grande Multigravida dengan 9 Orang atau 3,8%.

c. Indikasi Seksio sesarea

Indikasi dilakukannya seksio sesarea pada ibu bersalin di Rumah sakit

Mayor HA Thalib Tahun 2007 paling banyak disebabkan oleh Persalinan tidak

maju dengan 65 Orang atau 27,7% dan Malpresentasi dengan 51 Orang atau

21,7% serta paling sedikit yang disebabkan oleh Panggul sempit dengan 2 Orang

Ibu Bersalin atau 0,9%. Untuk indikasi non medis atau atas permintaan sendiri /

keluarga kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Mayor HA. Thalib cukup tinggi

dengan 33 Orang atau 14,0% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5

berikut ini ;

Tabel 5.5 : Distribusi Frekwensi Indikasi Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea Pada
Penelitian Karakteristik dan Indikasi Ibu Bersalin dengan Seksio
sesarea di Rumah Sakit Umum Mayor HA Thalib Kabupaten
Kerinci Tahun 2007
INDIKASI
Frekuensi Persen
1 Plasenta Previa 16 6,8
2 Panggul Sempit 2 ,9
3 CVD 17 7,2
4 Persalinan Tidak maju 65 27,7
5 Preeklampsia / Eklampsia 21 8,9
6 Malpresentasi 51 21,7
7 Pembedahan sebelumnya pada
24 10,2
uterus
8 Gawat janin 6 2,6
9 Permintaan Sendiri / Keluarga 33 14,0
Total 235 100,0

d. Tingkat Pendidikan Ibu Bersalin

Tingkat Pendidikan ibu bersalin dengan seksio sesarea yang di rawat di

Rumah sakit Mayor HA Thalib Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel distribusi

frekwensi pendidikan atau tabel 5.6 dibawah ini :

Tabel 5.6 : Distribusi Frekwensi Pendidikan Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea
Pada Penelitian Karakteristik dan Indikasi Ibu Bersalin dengan
Seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayor HA Thalib Kabupaten
Kerinci Tahun 2007

TINGKAT PENDIDIKAN Frekuensi Persen


1 SD 33 14,0
2 SMP 60 25,5
3 SLTA 123 52,3
4 PT 19 8,1
Total 235 100,0

Dari tabel 5.6 diatas ibu bersalin yang berpendidikan SLTA menempati

urutan tertinggi mengalami seksio sesarea sejumlah 123 Orang atau 52,3%

sedangkan urutan terendah berada pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi

dengan 19 Orang atau 8,1%. Untuk pendidikan SMP terdapat 60 Orang Ibu

Bersalin atau 25,5% serta tingkat pendidikan SD sejumlah 33 Orang atau 14,0%.

e. Status Ekonomi

Dari seluruh ibu bersalin dengan seksio sesarea yang dirawat di Rumah

saki Mayor HA Thalib tahun 2007 dirawat dengan kelas perawatan sebagai mana

tertera pada tabel 5.7 dibawah ini ;

Tabel 5.7 : Distribusi Frekwensi Kelas Perawatan Ibu Bersalin dengan Seksio
sesarea Pada Penelitian Karakteristik dan Indikasi Ibu Bersalin
dengan Seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayor HA Thalib
Kabupaten Kerinci Tahun 2007
KELAS RAWAT Frekuensi Persen
1 Kelas 1 90 38,3
2 Kelas 2 56 23,8
3 Kelas 3 72 30,6
4 VIP 17 7,2
Total 235 100,0

Ibu bersalin dengan seksio sesarea dirawat di kelas perawatan kelas 1

sebanyak 90 Orang atau 38,3% , kelas 3 sebanyak 72 Orang atau 30,6%, kelas 2

sebanyak 56 Orang atau 23,8% dan terendah di Ruang VIP sebanyak 17 Orang

atau 7,2%.

C. PEMBAHASAN

Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang disusun oleh

Peel dan Chamberlain (1968) indikasi untuk seksio sesarea adalah : Disporsi janin

panggul 21%, Gawat Janin 14%, Plasenta Previa 11%, Pernah seksio sesarea

10%, Incoordinate Uterine action 9% Pre-eklampsia dan Hypertensi 7%.

Dengan kematian ibu sebelum dikoreksi 17‰ dan sesudah dikoreksi 0,58‰,

sedang kematian janin 14,5‰. secara keseluruhan indikasi tersebut diatas

berhubungan dengan umur dan paritas. Pembahasan hasil penelitian dengan

menggunakan analisis univariat diuraikan berikut ini ;

1. Gambaran Responden Menurut Umur Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea

Umur rata-rata dari seluruh ibu bersalin dengan seksio sesarea yang

dirawat di Rumah sakit Mayor HA Thalib Kabupaten kerinci tahun 2007 adalah

29,8 tahun yang masih masuk kedalam kelompok umur 20-30 tahun atau masa

aktif reproduksi sehat. Akan tetapi rata-rata umur seluruh ibu bersalin telah
mendekati umur resiko dalam bersalin hal ini dapat saja sebagai pemicu

timbulnya indikasi dilakukanya tindakan seksio sesarea. Dari hasil penelitian ini

juga dapat dilhat kelompok umur > 30 Tahun cukup banyak yakni berjumlah 102

Orang atau 43,4% yang mencermin tingginya kelompok beresiko.

Menurut Depkes RI umur 30-35 tahun dianggap sudah mulai berbahaya,

sebab secara fisik sudah mulai menurun, apalagi jumlah kelahiran sebelumnya

sudah cukup banyak. Kehamilan yang terjadi diatas 35 tahun dianggap sangat

berbahaya sebab alat reproduksi maupun fisik sudah jauh menurun. (Depkes RI

1993)

Kehamilan dan persalinan yang terjadi pada kelompok umur yang

digolongkan beresiko seperti yang telah dijelaskan diatas akan menimbulkan

banyak penyulit. Penyulit yang tersering ditemukan adalah anemia. Anemia

dapat menimbulkan bahaya pada kehamilan dan persalinan. Bahaya yang dapat

terjadi pada kehamilan adalah terhambatnya tumbuh kembang janin, abortus,

persalinan prematuritas, ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum yang

disebabkan salutio plasenta dan plasenta previa. Bahaya yang dapat ditemukan

pada saat persalinan seperti adanya gangguan his atau kekuatan mengedan, kala I

yang lama, kala II yang lama yang lama sehingga memerlukan tindakan operatif

kebidanan (Manuaba,1998:13)

2. Gambaran Responden Menurut Paritas Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea

Paritas sangat berpengaruh dalam reproduksi. Kecendrungan ibu

berparitas rendah lebih baik dari berparitas tinggi. Hal ini disebabkan fungsi

reproduksi mulai menurun. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman jika
ditinjau dari sudut kematian maternal, sedangkan paritas 1 dan lebih dari 3

mempunyai kematian maternal yang lebih tinggi (Prawiroharjo,2005 : 23)

Paritas dari ibu bersalin dengan seksio sesarea yang dirawat di Rumah

sakit Mayor HA Thalib Kabupaten kerinci tahun 2007 adalah Multi gravida

sebanyak 153 atau 65,1% pada jumlah terbanyak dan Primi gravida pada posisi

berikutnya dan Grande multigravida pada posisi terakhir sebanyak 9 Orang atau

3,8%.

Hubungan paritas dengan Seksio sesarea tidak dapat dipastikan oleh

karena penelitian ini hanya bersifat mendiskripsikan karakteristik penderita dan

tidak menganalisis hubungan paritas dan kejadian seksio sesarea.

3. Gambaran Responden Menurut Indikasi Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea

Hasil penelitian ini menempatkan persalinan tidak maju atau gagal induksi

dan akselerasi sebagai posisi pertama sebagai indikasi dilakukannya operasi

seksio sesarea pada ibu bersalin yang dirawat di Rumah sakit Mayor HA Thalib

Kabupaten Kerinci tahun 2007.

Menurut Peel dan Chamberlain (1968) indikasi untuk seksio sesarea

adalah : Disporsi janin panggul 21%, Gawat Janin 14%, Plasenta Previa 11%,

Pernah seksio sesarea 10%, Incoordinate Uterine action 9% Pre-eklampsia dan

Hypertensi 7%. ( Prawiroharjo. 2005)

Dalam hal ini jika dikategorikan kedalam kategori menurut Peel dan

Chamberlin kejadian seksio sesare di Rumah Sakit Mayor HA Thalib 2007

termasuk kedalam Incordinate Uterin action yang lebih dominan. Sementara


CVD menempati indikasi keempat berbeda dengan pendapat Peel dan

Chamberlain.

Permintaan sendiri atau keluarga merupakan trend terbaru indikasi seksio

sesarea yang dilakukan dirumah sakit Mayor HA Thalib Kabupaten Kerinci yang

berjumlah 33 0rang atau 14%. Hal ini menunjukkan seksio sesarea dilakukan

bukan hanya dilakukan atas dasar indikasi medis akan tetapi juga atas

permintaan sendiri atau keluarga.

4. Gambaran Responden Menurut Pendidikan Ibu Bersalin dengan Seksio

sesarea.

Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah dilalui

oleh seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan memberikan pengaruh

terhadap pemahaman tentang sebuah pengalaman dan rangsang yang diberikan

melalaui belajar dan media lainnya. Pengetahuan atau pendidikan tentang

kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah

(Intermediet Inpact) (Notoadmojo,2003)

Menurut pendidikan, pendidikan ibu bersalin yang mengalami seksio

sesarea lebih dominan pada ibu bersalin yang berpendidikan SLTA dengan

jumlah 123 Orang 52,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan

mempengaruhi keputusan dari ibu bersalin untuk melahirkan secara aman

dengan seksio dibanding memaksakan diri melahirkan dengan resiko tinggi

dengan penyulit.

5. Gambaran Responden Menurut Status Ekonomi berdasarkan Kelas

Perawatan Ibu Bersalin dengan Seksio sesarea


Status ekonomi akan mempengaruhi seseorang dalam memutuskan jenis

layanan dan kelas perawatan yang akan diterimanya. Berdasarkan Kelas

Perawatan diketahui status ekonomi yang paling dominan adalah kelas

perawatan kelas 1 (satu) yang mencerminkan status ekonomi yang cukup baik

yang berarti daya beli sebuah layanan responden cukup tinggi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa data dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sebagian Besar seksio sesarea yang dilakukan di Rumah sakit Mayor HA

Thalib tahun 2007 Kabupaten Kerinci sebanyak 124 Orang atau 52,8% adalah

kelompok umur 20 – 30 Tahun.

2. Multipara 1-3 pada Seksio sesarea yang dilakukan di Rumah sakit Mayor HA

Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2007 sebanyak 154 Orang atau 65,5%

3. Seksio sesarea yang dilakukan di Rumah Sakit Mayor HA Thalib Kabupaten

Kerinci Tahun 2007 sebanyak 68 Orang atau 28,9% adalah diindikasikan oleh

Persalinan tidak maju.

B. Saran

1. Instansi Pendidikan Akademi Kebidanan Merangin


Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan bahan penelitian lebih

lanjut sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pengetahuan dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah.


2. Instansi Rumah Sakit

a) Bidan Rumah Sakit

Diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan guna peningkatan

kualitas layanan di Rumah Sakit Mayor HA Thalib sehingga ibu bersalin dengan

seksio sesarea dapat dilayani dengan prima.

b) Rekam Medik

Rekam medik seyogyanya tidak hanya berfungsi sebagai pencatat kejadian

penyakit saja melainkan dapat juga dianalis untuk bahan evaluasi dan kegiatan

penelitian lainnya untuk peningkatan kualitas layanan.

Anda mungkin juga menyukai