Anda di halaman 1dari 9

Prak. Eks.

Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 1 dari 9

Interferometer Michelson
Susi Nofridianita (1006806803) Thorik Achsan (1006806740) Yuanita Adriana (100806791) Yudwitiawati (1006806721) Program Studi S1 Ekstensi Fisika, Departemen Fisika, Fakultas MIPA UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK Abstrak - Interferometer Michelson adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang laser dengan melihat pola interferensi dengan pola gelap-terang. Sebelum digunakan untuk menentukan panjang gelombang dari sebuah laser, telah dilakukan kalibrasi mikrometer dengan menggeser menggunakan He-Ne laser. Dengan menggeser cermin bergerak, pinggiran pinggiran gangguan akan muncul di layar yang dapat menentukan panjang gelombang laser. Kata Kunci : Interferometer Michelson, interferensi, panjang gelombang.

I. Pendahuluan Interferensi adalah perpaduan dua gelombang yang mengikuti prinsip superposisi. Syarat terjadinya interferensi: 1. Kedua sumber cahaya keduanya

pola interferensi. Thomas menggunakan sebuah berkas cahaya tunggal (monokromatis) dan celah sempit yang memancar menuju dua celah sempit atau sejajar dan jaraknya berdekatan, celahcelah young dapat di gunakan untuk menentukan pola interferensi. Interferometer adalah alat yang di gunakan gelombang untuk atau mengukur perubahan panjang panjang

harus koheren yaitu

harus memiliki beda fase yag selalu tetap, karena itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama. 2. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama jika tidak interferensi yang di hasilkan kurang kontras. Macam-macam Sebelumnya telah di lakukan antara lain: 1. Interferometer Michelson percobaan oleh Thomas Young yang mendisain metode untuk menghasilkan interferometer

gelombang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi.

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 2 dari 9

2. Interferometer Twyman-Green 3.Interferometer Jamin 4. Interferometer Rayleigh 5. Interferometer Mach Zender 6. Interferometer Fabry Perot Jenis interferometer yang akan dibahas adalah Interferoeter Michelson. A.Michelson melakukan percobaan dengan disain dan prinsip yang sama seperti milik Young berupa percobaan celah ganda, awalnya adanya akhirnya gunakan percobaan eter, untuk namun interferometer tidak terbukti, di Michelson di gunakan untuk membuktikan interferometer Michelson fasa

Disini akan di peroleh perbedaan relative yang bergantung pada perbedaan panjang lintasan masing-masing berkas sebelum mencapai titik pertemuan. Pola interferensi berupa cincin dengan pola gelap-terang. Intensitas resultan dari gelombang-gelombang ruangan lintasan layar berikut : tergantung optiknya dan pola pada S yang perbedaan sehingga pada berinterferensi pada suat titik dalam yaitu

didapatkan pola terang dan gelap pada interferensi interferometer dapat dinyatakan sebagai

(1.1)

menentukan

panjang (1.2) Dengan persamaan 1.1 untuk pola gelap sedangkan persamaan 1.2 untuk pola terang. II. Metoda Metode dengan yang dilakukan yaitu

gelombang cahaya dan untuk menentukan jarak yang sangat pendek serta untuk mengamati sifat medium optik. Sebuah berkas cahaya dari laser di pancarkan menuju beam spliter, sehingga berkas cahaya sebagian di transmisikan menuju movable mirror (M1) dan sebagian lagi di refleksikan menuju adjustable mirror (M2) kemudian kedua berkas cahaya tersebut merefleksikan cahaya menuju beam spliter,sebagian cahaya dari M1 di refleksikan oleh beam spliter menuju layer pengamatan dan sebagian yang lain cahaya dari M2 di transmisikan oleh beam spliter menuju layer pengamatan dan menghasilkan frinji.

menggunakan Interferometer Michelson menyusun alat interferometer seperti pada gambar 2.1 dengan cermin (c) dan (d). Lalu luruskan cermin sehingga berkas cahaya hampir terpantul kembali dan balik ketempat keluarnya sinar.

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 3 dari 9

Jika pola tetap tidak terbentuk pada layar, disarankan untuk mengecek kembali lintasan sinar laser yang mengarah pada interferometer yaitu posisi lensa, posisi lateral laser dan posisi pengatur cermin. Dengan
Gambar 2.1 Interferometer Michelson (a) Sumber gelombang laser (b) Pemecah sinar (beam splitter) (c) dan (d) cermin pemantul (e) mikrometer dan (f) layar.

memutar

mikrometer untuk

pengatur

secara

perlahan-lahan

mendapatkan pola intensitas terang dan gelap dan mengukur nilai S untuk pola terang(maksimum) dan gelap(minimum).

Setelah itu mengatur cermin (c) dengan mikrometer pengatur sehingga sinar laser mengenai tengah dari cermin. Pastikan kaca tegak lurus terhadap arah pergeseran sehingga sinar selalu dipantulkan pada tempat yang sama ketika kaca digeserkan. Kemudian menyusun pemecah sinar (b) pada sudut kira-kira 450 sehingga bagian berkas terpantul akan mengenai tengah cermin S2. Lalu mengatur cermin sehingga bagian berkas ini juga dipantulkan kembali dan di pemecah sinar hampir bertemu dengan bagian berkas pertama pada laser. Lensa diletakan dengan f=50mm / 100mm antara laser dan pemecah sinar untuk menambah berkas laser dan meluruskan secara horizontal dan vertikal sehingga kedua cermin terkena bagian tengahnya sehingga terbentuk cincin konsentris pada layar.

III. Cara Kerja Cara kerja perangkat interferometer Michelson ini adalah dengan aumber cahya sinar laser yang dipantulkan dengan perangkat interferometer Michelson, sehingga menghasilkan interferensi pola gelap-terang dengan bentuk seperti cincin. Peralatan percobaan adalah : 1. Seperangkat alat Interferometer Michelson 2. Sumber laser He-Ne 3. Catu daya 220 VAC 4. Diafragma 5. Lensa cembung (f=50mm dan f=100mm) IV. Hasil yang dipakai saat

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 4 dari 9

Hasil yang didapat saat melakukan percobaan adalah sebuah cincin pola terang gelap seperti gambar dibawah ini :

Tabel 4.2 Data Pola Terang

Gambar 4.1 Pola Interferensi Yang Terbentuk

Sebelum melakukan pengambilan data pola terang dan pola gelap, terlebih dahulu dilakukan dengan pengkalibrasian mengabil data interferometer,

m 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

l (10-2 mm) 2 3 5 6,8 8 10 11,8 13 15 16,8

sebagai berikut seperti pada tabel 4.1. Data yang diambil menggunakan pola gelap, sehingga :

Nilai lamda yang dipakai yaitu nilai lamda literatur He Ne yaitu 632,8 nm. Dari nilai ketiga k tersebut, diambil nilai rata-rata, yaitu :

Nilai k diatas, akan digunakan untuk perhitungan pada pola terang dan gelap.
Tabel 4.1 Data Kalibrasi (Pola Gelap)

Dari data yang terdapat pada pola terang pada tabael 4.2 maka dengan perhitungan sebagai berikut:

m 5,5 10,5 15,5

l 0,00001 0,00001 3 0,00002

k 0,34804 0,511108 0,49042

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 5 dari 9

b=2X10-6 sedangkan pada perhitungan least square b=1,6618X10-6. Hal kemungkinan dikarenakan nilai b pada
Tabel 4.3 Tabel Least Square Pola Terang

Gambar 4.2 Grafik Pola Terang

grafik merupakan pembulatan nilai least square dikarenakan nilai yang kecil yaitu 10-6. Dari nilai tersebut dapat diketahui nilai lamda percobaan, yaitu :

Maka dapat dibuat grafik seperti gambar 4.2. Dari grafik, terlihat nilai b = 0,000002. Namun perhitungan dengan metode least square sebagai berikut :

Dari perhitungan diatas didapat nilai percobaan = 747,4 nm. Untuk menggunakan dibawah ini : Nilai pada grafik dan perhitungan least square berbeda, dimana pada grafik mengetahui metode persentase square

kesalahan pada saat percobaan, dapat least

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 6 dari 9

Sama seperti pola terang, dari data yang terdapat pada pola gelap pada tabel 4.4, maka dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data Pola Gelap

m 10,5 20,5 30,5

Dari perhitungan diatas, maka didapat nilai kesalahan relatif dan literatur sebagai berikut :

40,5 50,5 60,5

l (m) 0,0000 15 0,0000 3 0,0000 42 0,0000 6 0,0000 75 0,0000 9

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 7 dari 9

70,5 80,5 90,5 100,5

0,0001 05 0,0001 2 0,0001 4 0,0001 58

Nilai pada grafik dan perhitungan least square berbeda, dimana pada grafik b = 2X10-6 sedangkan pada perhitungan least square b = 1,574X10-6. Hal kemungkinan
Tabel 4.5 Data Least Square Pola Gelap

Gambar 4.3 Grafik Pola Gelap

dikarenakan nilai b pada grafik merupakan pembulatan nilai least square dikarenakan nilai yang kecil yaitu 10-6. Dari nilai tersebut dapat diketahui nilai lamda percobaan, yaitu : Maka dapat dibuat grafik seperti gambar 4.3. Dari grafik, terlihat nilai b = 0,000002. Namun perhitungan dengan metode least square sebagai berikut :

Dari perhitungan diatas didapat nilai percobaan = 707,9 nm. Untuk mengetahui persentase

kesalahan pada saat percobaan, dapat

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 8 dari 9

menggunakan dibawah ini :

metode

least

square

Dari

perhitungan

diatas,

maka

didapat nilai kesalahan relatif dan literatur sebagai berikut :

V. Pembahasan Pada interferometer Michelson,

sinar pantul yang dihasilkan oleh cermin pemantul , akan diteruskan dan kembali melalui lintasan yang sama, untuk kemudian ditangkap dengan menggunakan sebuah layar. Pola terang dan gelap yang dihasilkan interferensi. Pola gelap terang pada difraksi cahaya dapat terjadi akibat interferensi dua gelombang atau lebih. 2 gelombang ini dan ditangkap oleh layar pengamatan dikenal dengan sebutan pola

Prak. Eks. Fisika 1Interferometer Michelson : 14 Desember 2011

Hal: 9 dari 9

melewati

jarak

yang

berbeda-beda

VIII. Lampiran

sehingga pada setiap titik terdapat jenis interferensi yang berbeda juga. Ada yang menjadikannya destruktif, ada juga yang konstruktif. Yang mengalami interferensi konstruktif akan terlihat sebagai titik terang sedangkan yang mengalami interferensi destruktif akan terlihat sebagai titik gelap. Interferensi konstruktif terjadi dikarenakan dua gelombang atau lebih memiliki fase yang sama. Sedangkan jika fasenya berbeda menyebabkan pola interferensi destruktif. Interferometer Michelson memiliki kelebihan yaitu mudah dirangkai karena untuk memfokuskan sinar ke satu titik hanya perlu mengondisikan satu buah beam splitter. Namun kelemahan dari interferometer ini adalah hasil pola difraksi yang kurang jelas. Perbedaan fase bada beam splitter dapat mempengaruhi hasil interferensi dikarenakan perbedaan fase inilah yang menentukan suatu interferensi bersifat konstruktif atau destruktif. Jarak antara beam splitter dan layar juga mempengaruhi pola interferensi, hal ini disebabkan oleh perbedaan jarak yang harus ditempuh oleh masing-masing sinar yang lalu menyebabkan perbedaan fasa. VI. Kesimpulan VII. Referensi

Anda mungkin juga menyukai