Anda di halaman 1dari 8

15

SPIRITUAL CAPITAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


OLEH TONTOWI JAUHARI*) ABSTRAK Spiritual capital (modal spiritual) adalah modal yang ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam diri atau jiwa seseorang, pemanfaatan spiritual capital akan melahirkan kecerdasan hati nurani. Kecerdasan ini yang tidak dimiliki oleh mereka para kapitalis yang motivasi kerjanya hanya demi uang yang melahirkan kerusakan lingkungan, kemiskinan, penyakit dan jurang kesenjangan sosial. Sebagai solusi terhadap idiologi kapitalisme, perlu dibangun paradigma baru dalam pemberdayaan masyarakat melalui motivasi spiritual capital. Kata Kunci : Spiritual capital, Kapitalisme dan Pemberdayaan Masyarakat. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang paling unik, masih banyak yang hidup tanpa arah dan hidup tanpa memiliki arti, maksud dan tujuan, kondisi riil ini tergambar jelas di tengah-tengah masyarakat apalagi bila kita melihat semangat hidup masyarakat yang sangat tergantung dengan uang yang nota bene uang tidak memiliki rasa nasionalisme dan agama, tetapi uang yang menjadi motivator utama dalam mencapai tujuan hidup kebanyakan manusia, sehingga berbagai cara ditempuh untuk mendapatkannya. Motivasi utama (modal/uang) tersebut lahir dari semangat kapitalisme hingga ia dipuja dan tuna adab. Sebaliknya bagi kaum papa yang sulit mendapatkan uang semangat kapitalisme dianggap musuh,

*Dosen Fakultas Dakwah /Sekretaris P2M IAIN Raden Intan Bandar Lampung

Volume 3, Nomor 2, Juni 2007

16

TONTOWI JAUHARI

karena mereka merasakan sulitnya memperoleh modal/uang hingga harus mengabaikan martabat kemanusiaan. Semangat kapitalis memicu munculnya watak dan paradigma yang cenderung serakah, egoistik dan oportunistik dalam berburu materi. Spiritual capital ( modal spirit) merupakan semangat tinggi sebagai faktor penunjang kemenangan yang tumbuh dalam diri seseorang, dengan semangat ini akan lahir etos kerja yang dapat menggerakkan, mengarahkan manusia dalam melakukan setiap aktifitasnya. Semangat berupa sikap, kepribadian, watak karakter, serta keyakinan atas sesuatu (etos), tidak hanya dimiliki individu, tetapi juga kelompok bahkan masyarakat. 1 Karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja, yang terpancar dari sikap hidup manusia merupakan suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai manifestasi dari amal saleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.2 Sehingga spiritual capital akan dapat melahirkan nilai kerja yang positif . Keterjebakan atas uang sebagai sumber motivasi dan rendahnya semangat untuk berprestasi masyarakat, tergambar dalam pandangan Robert T. Kiyosaki yang mengatakan; cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan kekurangan uang adalah akar segala kejahatan, atau saya tidak bekerja untuk uang tetapi uang berkerja untuk saya.3 Persoalan spiritual capital sangat urgen terlebih dalam memberdayakan komunitas masyarakat terpinggirkan, sebab selama ini segala sesuatunya hanya diukur dari laba material, demikian juga dengan suatu keberhasilan diukur dengan seberapa mampu meraup materi, seberapa luas ekspansi, pendapatan, kekuasaan dan lain-lain. Dengan menumbuhkan semangat spiritual kapital di tengahtengah masyarakat, diharapkan pola fikir yang cenderung pasif seperti robot, pasrah dengan yang ada, bekerja hanya untuk uang sebagai pola kapitalis, berubah kearah pola fikir mengapa kita mengerjakan sesuatu dan terus berupaya mencari cara-cara yang lebih baik dalam beraktivitas dengan gool setting hidup lebih memiliki arti, karena hidup manusia hakikatnya sebagai mahluk spiritual yang dahaga akan nilai dan makna. SPIRITUAL CAPITAL DAN PEMBERDAYAAN Spiritual dimaksudkan bukanlah masalah agama atau kepercayaan lain, tetapi spiritual berhubungan dengan kejiwaan (rohani
Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam

SPIRITUAL CAPITAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

17

atau batin).4 Spiritual menyangkut suatu yang universal, yaitu values, meaning dan purpose dalam kehidupan manusia, spiritual merupakan prinsip yang memvitalisasi suatu organism. Sepiritual dimaksudkan sebagai makna, nilai-nilai, dan tujuan fundamental. Menurut (Danah Zohar dan Ian Marshall: 2004) spiritual capital adalah makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup. Spiritual capital sebagai penyemangat sekaligus kegelisahan, keprihatinan, kebutuhan dan pergulatan riil eksistensial manusia yang mendalam untuk melakukan sesuatu guna menjadikan hidup mengabdi menjadi tujuan penuh makna. 5 Pemberdayaan adalah sebagai upaya perlindungan atas kepentingan rakyat, terutama kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan rentan, dan tidak memiliki ruang yang memadai dalam proses politik.6 Upaya pemberdayaan memiliki target kelompok dengan tetap menitik beratkan pada individu sebagai strategi awal. Spiritual kapital dan pemberdayaan dimaksudkan menumbuhkan modal sumber-sumber daya dalam jiwa manusia (kecerdasan hati nurani), hingga muncul kesadaran bahwa hidup memiliki demensi yang lebih dari hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menumpuk modal material (uang) dalam komunitas masyarakat marjinal. Konsep spiritual kapital yang diperkenalkan oleh Danah Zohar dan suaminya Ian Marshall, muncul dari pengalaman Mats Lederhausen; profesional muda yang meraih puncak pada usia 30-an. Chief Executif Mc Donalds Swedia ini mengahadapi dilema karier. Mats tidak merasakan bahagia kendati keluarganya harmonis dan kelimpahan uang. Mats prihatin dengan krisis lingkungan hidup dan runtuhnya masyarakat yang marak di berbagai belahan dunia. Perusahaan tempatnya bekerja tidak mampu melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, Mats merasa bekerja hanya mencari uang selama 13 jam perhari, ia tidak mengabdikan untuk hal-hal yang sangat penting karena itu ia ingin hidup memiliki arti dengan menjadi bagian dari solusi bukan masalah. Pengalaman Mats menurut Danah Zohar dan Ian Marshall sebagai bentuk sosok pekerja yang memiliki kercerdasan hati nurani, kecerdasan tersebut memberikan kesadaran bahwa hidup punya dimensi lebih dalam, dari pada sekedar menghabiskan waktu untuk menumpuk modal material.7 Modal spiritual melampaui modal intelektual yang mendasarkan pada paradigma newtonian dan materialisme yang melihat kehidupan secara linier, dapat dikendalikan dan dikuasai, dan memberi keuntungan. Modal spiritual melampaui modal sosial, berupa kekayaan material dan
Volume 3, Nomor 2, Juni 2007

18

TONTOWI JAUHARI

keuntungan sosial yang didapat suatu masyarakat dengan mengandalkan sikap saling percaya (trust). Bila kecerdasan intelektual (IQ) melahirkan modal material, sementara modal sosial dibangun dengan kecerdasan emosional (EQ), dan eksplorasi individu, masyarakat, perusahaan terhadap suatu makna, nilai, dan tujuan yang fundamental dari hidup (SQ) maka akan menghasilkan spiritual capital. Ketiganya bila dipadukan akan merubah budaya individu, masyarakat dan perusahaan (kerja). Tabel potensi manusia8;

Spiritual capital mampu merubah motivasi rendah (materi/modal/uang) menuju kepada motivasi tinggi (ekplorasi kekuatan dari alam, penguasaan diri dan pengabdian lebih tinggi), konsep spiritual capital mengadopsi sistem adaptif komplek manusia dengan 12 prinsip dasar transformasional, yaitu: kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holistic, kepedulian, menyantuni keragaman, indepndensi terhadap lingkungan, membingkai ulang, pemaknaan positif atas kemalangan, rendah hati dan keterpanggilan. Melalui desain motivasi baru yang diawali dengan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (ego) dan keterlibatan sosial sebagai kebutuhan lebih tinggi.9 Design motivasi ini berbanding berbalik dengan teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow dengan diawali tingkat kebutuhan paling rendah, yaitu: kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan (safety and security), rasa memiliki (belongingness), harga diri (esteems), dan perwujudan diri (selfactualization).10 Dengan modal spirtual yang ada dalam diri seseorang akan mampu membangkitkan motivasi tinggi dalam memandang kehidupan, tidak lagi hanya memandang sebatas materi tetapi menjadikan hidup ini penuh arti dan makna yang lebih tinggi. Motivasi tinggi dan perubahan paradigma hidup yang tumbuh dari dalam diri menurut Danah Zohar dan Ian Marshall merupakan kecerdasan hati nurani, dengan diawali pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam

SPIRITUAL CAPITAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

19

SPRITUAL KAPITAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Sekarang ini kita hidup pada babak kapitalisme global, dimana komoditi barang maupun jasa menjadi penggerak dalam kehidupan. Dengan kata lain tonggak awal tumbuhnya kolonialisme dan imperialisme adalah spirit kapitalisme.11 Monster kapitalisme harus dirubah dengan semangat motivasi baru spiritual kapital, yang di awali dengan aktualisasi diri, harga diri (ego) dan keterlibatan sosial sebagai kebutuhan yang paling tinggi. Tabel hirarki kebutuhan (motivasi) Maslow dan motivasi baru model spiritual kapital:

tabel

Bila kebutuhan dasar dari Maslow berupa kecukupan fisiologis (makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit) dan keselamatan/keamanan (bebas dari ancaman/aman) telah terpenuhi, maka akan meningkat pada pemenuhan kebutuhan yang disebut kebutuhan pertumbuhan yaitu: kebutuhan rasa memiliki (sosial dan cinta), kebutuhan harga diri (penghargaan diri dan penghargaan orang lain), dan kebutuhan aktualisasi diri (memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi). Konsep Maslow ini menekankan bahwa kebutuhan tingkat dasar harus terpenuhi terlebih dahulu/ tercukupi, bila kebutuhan ini telah terpenuhi maka akan mereda daya motivasinya dan kemudian akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat pertumbuhan. Konsep Maslow yang telah bertahan lebih dari 30 tahun justru berbalik dengan teori yang dikembangkan Danah Zohar dan Ian Marshall, yakni piramida yang berlapis-lapis dengan asumsi kita bergerak dari lapisan dasar menuju kelapisan pertumbuhan dapat dilihat secara terbalik, artinya kita memenuhi kebutuhan pertumbuhan terlebih dahulu bisa
Volume 3, Nomor 2, Juni 2007

20

TONTOWI JAUHARI

memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar akan mengikuti kebutuhan pertumbuhan. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall aktualisasi diri berupa memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi justru memegang peranan penting dalam mengembangkan modal spiritual. Ketika kita mendahulukan basic need maka yang akan lahir kapitalisme yang menghancurkan penghuni bumi, dalam bentuk kerusakan lingkungan, kemiskinan, penyakit dan jurang kesenjangan sosial, keresahan sosial, ketidak setiaan dan ketidak percayaan dalam hubungan sosial, menguatkan pandangan membedakan orang lain, dan munculnya kelompok ekslusif berdasarkan agama, etnis dan golongan. Dalam spiritual kapital energi-energi positif perlu terus dikembangkan dalam skala-skala motivasi. Skala motivasi diharapkan mampu menaikan dan menurunkan kecerdasan spiritual seseorang artinya tidak ada motivasi yang bersifat tetap dan baku. Spiritual capital berorientasi berkelanjutan melalui; sistem yang bersifat holistik, kemampuan mengatur diri (self organizing), dan eksploratoris (selalu mencari yang terbaik). Upaya tersebut mengarahkan pada terbentuknya makna, nilai dan keyakinan. Upaya-upaya pengembangan skala motivasi yang bersumber dari spiritual kapital diharapkan akan berimplikasi pada peningkatan sumber daya, kepedulian, dan kerjasama sosial. Pencerahan pada masyarakat yang termarjinalkan perlu dilakukan melalui perubahan paradigma, dalam bentuk memberdayakan spiritual capital pada masyarakat, hal ini jika perbaikan nasib masyarakat masih menjadi satu impian. Langkah-langkah upaya pemberdayaan masyarakat dengan spiritual kapital diawali dengan mengekplorasi pertanyaan-pertanyaan seperti untuk apa saya ada,apa tujuan hidup saya, apa yang sebenarnya ingin saya capai. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan landasan filosofis dalam praktek pemberdayaan, sehingga dari proses tersebut akan diperoleh pengalaman keilahian dengan tetap menjalani hidup penuh cinta kasih, mengetahui diri sendiri, mengetahui orang lain, dan melihat alam bagian dari semesta dan manifestasi Tuhan dalam pengabdian yang lebih tinggi, rendah hati, ikhlas dan pasrah. Pengalaman sebagai langkah awal dan filosofis hidup, dilanjutkan dengan langkah pertama aktualisasi diri; memanifestasikan kreatifitas, inovasi dengan penuh gairah yang berakar dari nilai-nilai dan keterampilan profesi, tradisi ataupun hasil pemikiran. Kedua harga diri dan keterlibatan/ hubungan sosial; diawali dengan menumbuhakan kekuatan dalam diri seperti proaktif, integritas, loyalitas dan tanggungjawab, pengabdian dan toleran. Kekuatan diri disosialisasikan dalam bentuk kerjasama,
Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam

SPIRITUAL CAPITAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

21

menyenangkan orang lain, negosiasi dan resolusi konflik. Dan terus menumbuhkan rasa ingin tahu, terbuka, menerima in-put, berfikir positif, dan terus belajar. Kedua langkah tersebut merupakan langkah yang fundamental dalam membangun budaya baru pada masyarakat, ketika kedua langkah tersebut benar-benar mengkristal dalam diri individu ataupun masyarakat maka kebutuhan dasar yang dikatakan maslow, seperti kebutuhan akan rasa memiliki, kebutuhan keselamatan dan keamanan, dan kebutuhan fisiologis (makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit) dengan sendirinya akan terpenuhi. KESIMPULAN Dari bahasan-bahasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Spiritual kapital adalah makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup, spiritual kapital bukanlah masalah agama atau suatu sistem kepercayaan, melainkan suatu kecerdasan hati nurani, diawali dengan pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri. 2. Teori motivasi Abraham Maslow berbanding berbalik dengan apa yang dikemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, kalau Maslow tingkat kebutuhan dimulai dari kebutuhan fisiologis, maka Danah Zohar dan Ian Marshall mengawali tingkat kebutuhan dari aktualisasi diri. 3. Upaya pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan spiritual kapital di awali dengan pemahaman akan pengalaman keilahian, diri dan lingkungannya diikuti dengan langkah aktualisasi diri dan langkah harga diri dan keterlibatan/hubungan sosial. DAFTAR PUSTAKA A Luluk Widyawan, Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal kapitalism, Madiun, STKIP Widya Yuwana, 2006. Departemen Pendididikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1998. Ellyasa KH Dharwis, Pengorganisasian Aksi Komunitas dan Kuliah Kerja Nyata, Jakarta: Depag RI, 2004. Gibson, Ivancevich, dan Donnely (terj), Organisasi: Perilaku Struktur Proses, Jakarta: Erlangga, 1996.

Volume 3, Nomor 2, Juni 2007

22

Hatib Rachmawati, Nalar Pendidikan Islam dan Kebutuhan Pendidikan Barat, Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, September 2007. Imam B. Prasojo, Spirit Baru tentang Keshalihan Sosial, Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, Oktober 2007. Robert T. Kiyosaki, Rich Dad Poor Dad, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani, 2002.

(Endnotes) 1 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), Cet. Ke1. hlm. 15 16. 2 Toto Tasmara, Membudayakan Etos, h. 27. 3 Robert T. Kiyosaki, Rich Dad Poor Dad, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002),Cet. Ke-9, hlm. 2 7. 4 Departemen Pendididikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-10, hlm. 960. 5 A Luluk Widyawan, Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal kapitalism, Madiun, STKIP Widya Yuwana, 2006. 6 Ellyasa KH Dharwis, Pengorganisasian Aksi Komunitas dan Kuliah Kerja Nyata, (Jakarta: Depag RI, 2004), hlm. 15. 7 A Luluk Widyawan, Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal kapitalism , Madiun, STKIP Widya Yuwana, 2006. 8 Hatib Rachmawati, Nalar Pendidikan Islam dan Kebutuhan Pendidikan Barat, (Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, September 2007), hlm. 25. 9 A Luluk Widyawan, Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal kapitalism, Madiun, STKIP Widya Yuwana, 2006. 10 Gibson, Ivancevich, dan Donnely (terj), Organisasi: Perilaku Struktur Proses, (Jakarta: Erlangga, 1996) hlm. 97. 11 Imam B. Prasojo, Spirit Baru tentang Keshalihan Sosial, (Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, Oktober 2007), hlm. 12.

Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam

Anda mungkin juga menyukai