Anda di halaman 1dari 28

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan referat dengan judul GANGGUAN KEPRIBADIAN
CLUSTER A.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
bagian psikiatri Rumah Sakit Ketergantungan Obat.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian referat ini, terutama kepada:
1. dr. Carlamia, SpKJ, MPH selaku pembimbing dalam referat ini.
2. Dokter dan staf Rumah Sakit Ketergantungan Obat.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Ketergantungan Obat atas
bantuan dan dukungannya.
Kami menyadari dalam pembuatan referat ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu segala kritik dan saran guna penyempurnaan referat ini sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
dalam bidang kesehatan jiwa.





Jakarta, 19 April 2014


Kelompok 1






2

DAFTAR ISI
Halaman.
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Definisi ................................................................................................. 4
2.2 Etiologi ................................................................................................. 4
2.3 Kriteria diagnosis ................................................................................. 10
2.4 Gangguan kepribadian cluster A................................................... ....... 12
A. Gangguan Kepribadian Paranoid............................................... 13
B. Gangguan Kepribadian Skizoid................................................. 17
C. Gangguan Kepribadian Skizotipal............................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN ................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 28






3

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menjalani kehidupan sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia,
seseorang mempunyai kecenderungan atau kebiasaan menggunakan suatu pola yang
relatif serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Bila diperhatikan, cara atau
metode penyelesaian itu tampak sebagai suatu yang terpola tertentu dan dapat
digunakan sebagai ciri atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Fenomena ini dikenal
sebagai karakter atau kepribadian.
1
Saat pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel
atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan distress personal yang signifikan atau
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis
sebagai gangguan kepribadian.
Gangguan kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen.
Gangguan tersebut diberi kode pada Axis II dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV) dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman
internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari
ekspektasi budaya orang yang bersangkutan dan dapat menggangu dalam fungsi sosial
dan pekerjaan. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan distress emosional. Individu
dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan
pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pola
tersebut muncul pada setiap situasi serta menggangu fungsi kehidupannya sehari-hari.








4

BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau
ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan
dapat diramalkan.
1

Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi beberapa
bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan
sosial. Gangguan kepribadian cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa
remaja dan berlanjut pada usia dewasa. Karenanya diagnosis gangguan kepribadian tidak
cocok apabila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun.
2

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan subjektif.
1,3,4,5,6
Orang dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi
terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam, tidak fleksibel
serta bersifat maladaptif.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab gangguan kepribadian tidak dipahami dengan baik dan dasarnya setiap
jenis lain dari gangguan psikiatrik mungkin melibatkan pelbagai kombinasi etiologi
biopsikososial. Masalah perkembangan dan lingkungan telah menjadi fokus utama
perhatian pada bidang ini karena onset dapat terjadi pada awal kehidupan dan sering
dikaitkan dengan masa kanak-kanak yang terganggu.
6
Berapa faktor yang menyebabkan gangguan kepribadian ini adalah seperti berikut :
a. Faktor genetik
Bukti yang menyatakan bahwa faktor genetika berperan terhadap timbulnya gangguan
kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar
di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan
5

kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik.
1,3
Selain itu, menurut suatu penelitian tentang penilaian multipel kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar
monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar
monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
3

Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, skizoid, dan skizotipal) adalah lebih
sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik dibandingkan
kelompok kontrol. Angka kejadian gangguan kepribadian skizotipal lebih banyak
ditemukan di dalam riwayat keluarga dengan skizofrenia dibandingkan kelompok
kontrol.
3

b. Faktor temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contoh, anak-
anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami gangguan
kepribadian menghindar.
3

Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari kesesuaian parental yang
buruk, yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan cara membesarkan anak. Sebagai
contoh, seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang sama pencemasnya
akan lebih rentan mengalami gangguan kepribadian dibandingkan anak yang sama
yang dibesarkan oleh ibu yang tidak pencemas. Kultur yang memaksakan agresi
mungkin secara tidak disadari mendorong dan dengan demikian berperan dalam
gangguan kepribadian paranoid dan antisosial. Lingkungan fisik mungkin juga
memiliki peranan. Sebagai contoh, seorang anak kecil yang aktif mungkin tampak
hiperaktif jika tinggal di apartemen yang kecil dan tertutup, tetapi tampak normal
pada ruang kelas yang besar dengan lapangan yang berpagar.
3

c. Faktor biologis
(i) Hormon . Orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali juga menunjukkan
peningkatan kadar testosteron, 17-estradiol, dan estrone. Pada primata bukan
manusia, androgen meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual;
tetapi, peranan testosteron pada agresi manusia adalah tidak jelas. Hasil DST
adalah abnormal pada beberapa pasien gangguan kepribadian ambang dengan
gejala depresif.
3

6

(ii) Monoamin oksidase trombosit. Kadar monoamin oksidase (MAO) trombosit
yang rendah telah dihubungkan dengan aktivitas dan sosiabilitas pada kera.
Pelajar perguruan tinggi dengan MAO trombosit melaporkan menggunakan lebih
banyak waktu dalam aktivitas sosial dibandingkan pelajar dengan kadar MAO
trombosit yang tinggi. Kadar MAO trombosit yang rendah juga telah ditemukan
pada beberapa pasien skizotipal.
1,3

(iii) Gerakan mata mengejar yang halus (smooth pursuit eye movement). Gerakan
mata mengejar yang halus adalah abnormal pada orang dengan sifat introversi,
harga diri rendah, dan menarik diri dan pada pasien dengan gangguan kepribadian
skizotipal. Gerakan mata pada orang tersebut adalah sakadik (menyentak).
Temuan tersebut tidak memiliki penerapan klinis, tetapi menyatakan peranan
penurunan.
1,3

(iv) Neurotransmitter. Endorfin memiliki efek yang serupa dengan morfin eksogen,
termasuk analgesia dan supresi rangsangan. Kadar endorfin endogen yang tinggi
mungkin berhubungan dengan orang yang flegmatik-pasif. Penelitian sifat
kepribadian dan sistem dopaminergik dan serotonergik menyatakan suatu fungsi
mengaktivasi kesadaran dari neurotransmiter tersebut. Kadar 5-hydroxy-
indoleacetic acid (5-HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang
yang berusaha bunuh diri dan pada pasien yang impulsif dan agresif.
3

Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti
fluoxetine (Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas, dan
perenungan pada banyak orang. Meningkatnya kadar dopamin di dalam sistem
saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan tertentu (amfetamin) dapat
menginduksi euforia.
1,3
Efek neurotransmitter pada sifat kepribadian telah
menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah sifat kepribadian dibawa sejak
lahir atau didapat.
3

Dalam bukunya Listening to Prozac, Peter Kramer menggambarkan
perubahan kepribadian dramatik (sebagai contoh : penurunan kepekaan terhadap
penolakan, meningkatnya ketegasan, meningkatnya harga diri, membaiknya
kemampuan untuk menoleransi stres) yang dapat terjadi jika kadar serotonin
ditingkatkan oleh fluoxetine. Perubahan dalam kepribadian tersebut terjadi
terlepas dari diagnosis.
7

(v) ElektrofisiologiPerubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram (EEG)
telah ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang
lambat.
1,3


d. Faktor psikososial
Sigmund Freud pada awalnya menyatakan bahwa sifat kepribadian adalah
berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual.
Sebagai contoh, orang dengan karakter oral bersifat pasif dan dependen karena
mereka terfiksasi pada stadium oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk
asupan makanan adalah menonjol. Orang dengan karakter anal bersifat keras kepala,
kikir dan sangat teliti ,hal itu terjadi karenalami konflik selama toilet training dalam
fase anal. Beberapa penelitian tidak menyokong tori Fraud ini,justeru ditemukan
adalah bahwa kehidupan anak yang penuh dengan disiplin keras mempengaruhi
terjadinya ciri anankastik.
1,3
Selanjutnya, Wilhelm Reich mengajukan istilah character armor untuk
menggambarkan gaya defensif karakteristik yang digunakan seseorang untuk
melindungi dirinya sendiri dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal
dalam hubungan yang bermakna. Pendapat Reich memiliki pengaruh yang luas pada
pemahaman kontemporer tentang kepribadian dan gangguan kepribadian. Kepribadian
yang unik pada masing-masing manusia adalah sangat ditentukan oleh mekanisme
pertahanan karakteristik orang tersebut. Masing-masing gangguan kepribadian dalam
aksis II memiliki kelompok mekanisme pertahanan yang membantu klinisi
psikodinamikamengenali tipe patologi karakter yang ada. Sebagai contohnya, orang
dengan gangguan kepribadian paranoid menggunakan proyeksi, gangguan
kepribadian skizoid berhubungan dengan penarikan diri.
3

Jika mekanisme pertahanan berfungsi baik, pasien dengan gangguan
kepribadian adalah mampu mengatasi perasaan kecemasan, depresi, kemarahan, malu,
bersalah atau afek lainnya. Pasien seringkali memandang perilakunya sebagai
egosintonik, berarti bahwa perilaku tersebut tidak menimbulkan penderitaan pada
pasien sendiri, kendatipun dapat merugikan orang lain. Pasien mungkin juga enggan
untuk melibatkan diri dalam proses terapi karena pertahanan mereka adalah penting
dalam pengendalian efek yang tidak menyenangkan dan mereka tidak berminat dalam
menyerahkan pertahanan tersebut.
3
8

Untuk membantu pasien dengan gangguan kepribadian, dokter psikiatrik perlu
mengerti pertahanan dasar mereka. Pertahanan adalah proses mental bawah sadar
yang digunakan ego untuk memecahkan konflik antara empat pedoman kehidupan
dalam instink (harapan atau kebutuhan), realitas, orang yang penting, dan
kesadaran. Jika pertahanan adalah paling efektif, khususnya pada gangguan
kepribadian, mereka dapat menghilangkan kecemasan dan depresi. Jadi, alasan utama
bahwa orang dengan gangguan kepribadian enggan untuk mengubah perilakunya
adalah dengan mengabaikan pertahananyang meningkatkan kecemasan dan depresi
yang disadari.
3

Walaupun pasien dengan gangguan kepribadian mungkin ditandai oleh
mekanisme yang paling menonjol dan paling kaku, masing-masing pasien
menggunakan beberapa mekanisme. Dengan demikian, penatalaksanaan mekanisme
pertahanan yang digunakan pasien dengan gangguan kepribadian dibicarakan disini
sebagai topik umum. Banyak formulasi yang diajukan disini dalam bahasa psikiatri
psikoanalitik dapat diterjemahkan ke dalam prinsip-prinsip yang konsisten dengan
pendekatan kognitif dan perilaku.
3

Fantasi. Banyak orang, khususnya orang yang eksentrik, kesepian, ketakutan
yang seringkali dinilai skizoid, menggunakan pertahanan fantasi secara berlebihan.
Mereka mencari penghiburan dan kepuasan dalam diri mereka sendiri dengan
menciptakan kehidupan khayalan, khususnya teman khayalan di dalam pikiran
mereka. Seringkali orang tersebut tampaknya menjauhkan diri. Kita perlu mengerti
tidak adanya sosiabilitas orang tersebut sebagai akibat ketakutan akan keintiman,
bukannya mengkritik mereka atau merasa tertampik oleh penolakan mereka. Ahli
terapi harus mempertahankan minat yang tenang, menentramkan dan penuh perhatian
pada mereka tanpa memaksakan respons sebaliknya. Pengenalan ketakutan mereka
akan kedekatan dan menghormati cara eksentrik mereka adalah membantu.
3

Disosiasi. Disosiasi atau penyangkalan terdiri dari penggantian afek yang tidak
menyenangkan dengan afek yang menyenangkan. Pemakai disosiasi yang seringkali
dianggap sebagai dramatisasi dan dangkal secara emosional; mereka dinilai dengan
kepribadian histrionik. Pasien yang menggunakan disosiasi mendapatkan manfaat dari
kesempatan untuk mengungkapkan kecemasan mereka sendiri; dalam proses mereka
mungkin mengingat apa yang mereka lupakan. Seringkali, disosiasi dan penyangkalan
paling baik ditangani dengan pemakaian pengalihan (displacement) oleh ahli terapi.
Jadi, klinisi dapat berbicara dengan pasien tentang masalah afektif yang sama tetapi
9

dalam konteks lingkungan yang kurang mengancam. Empati klinisi terhadap afek
yang disangkal dari pasien tersebut tanpa secara langsung menghadapkan mereka
dengan kenyataan akan memungkinkan pasien mengemukakan topik asalnya sendiri.
3

Isolasi. Isolasi adalah karakteristik pada orang yang terkendali dan tertib,
seringkali dinilai sebagai kepribadian obsesif-kompulsif yang mengingat kebenaran
secara terperinci sekali tanpa afek. Dalam suatu krisis pasien mungkin menunjukkan
penguatan pengekangan diri, perilaku sosial yang terlalu resmi dan keras kepala.
Pasien tersebut sering berespons dengan baik terhadap penjelasan yang teliti,
sistematik dan rasional. Mereka menilai efesiensi, kebersihan, dan ketepatan waktu
sebesar mereka menilai responsivitas afektif klinisi. Bilamana dimungkinkan, klinisi
harus membiarkan pasien tersebut mengendalikan perawatan mereka sendiri, bukan
melibatkan mereka dalam peperangan keinginan.
3

Proyeksi. Dalam proyeksi, pasien menghubungkan perasaan diri mereka sendiri
yang tidak dinyatakan pada diri orang lain. Mencari kesalahan yang berlebihan dan
kepekaan terhadap kritik mungkin dipandang sebagai mengumpulkan ketidakadilan
yang diduga dan terlalu waspada tetapi tidak boleh dihadapkan dengan sikap membela
diri dan argumentasi. Konfrontasi menyebabkan permusuhan yang lama dan
terhentinya wawancara yang cepat. Ahli terapi tidak perlu setuju dengan
pengumpulan ketidakadilan oleh pasien tetapi harus bertanya apakah mereka dapat
menyetujui hal yang tidak disetujui.
3

Teknik proyeksi balik (counterprojection) dilakukan dimana klinisi
mengakui dan membrikan pada pasien paranoid penghargaan penuh atas perasaan
mereka dan persepsi mereka. Selain itu, klinisi tidak boleh membantah keluhan pasien
atau tidak memaksa mereka tetapi mengakui bahwa dunia yang digambarkan oleh
pasien paranoid dapat dibayangkan. Pewawancara selanjutnya dapat berbicara tentang
motif dan perasaan yang nyata, kendatipun mereka menghubungkan secara keliru
kepada orang lain, dan mulai menguatkan hubungan dengan pasien.
3

Splitting. Dalam splitting, pasien membagi secara ambivalen orang-orang, baik
masa lalu dan sekarang ini, menjadi orang yang baik dan orang yang jahat. Sebagai
contohnya, dalam suatu lingkungan rawat inap, beberapa anggota staf diidealkan, dan
yang lainnya diremehkan. Efek perilaku defensif tersebut di bangsal rumah sakit dapat
sangat mengacaukan; akhirnya menyebabkan staf menentang balik pasien. Splitting
paling baik dikuasai jika anggota staf mengantisipasi staf, dan merasa berhati-hati
10

menghadapi pasien dengan kenyataan bahwa tidak ada yang sepenuhnya baik atau
sepenuhnya jahat.
3

Agresif pasif. Dalam pertahanan pasif-agresif kemarahan dibalikkan kepada
diri sendiri; dalam terminologi psikoanalitik hal ini paling sering dinamakan
masokisme. Hal ini termasuk kegagalan, penundaan, perilaku kebodohan atau
provokatif, ejekan yang merendahkan diri sendiri dan perilaku merusak diri
sendiriyang jelas. Permusuhan dalam perilaku tersebut tidak pernah diungkapkan
seluruhnya; bahkan mekanisme seperti pada kasus memotong tangan, menyebabkan
kemarahan tertentu pada orang lain yang mereka rasa bahwa mereka sendiri telah
diserang dan memandang pasien sebagai seorang yang sadis, bukan seorang
masokistik. Agresi pasif paling baik ditangani dengan mencoba membiarkan pasien
mengungkapkan kemarahannya.
3

Memerankan (acting out). Dalam acting out, terdapat ekspresi langsung atau
konflik yang tidak disadari melalui tindakan untuk menghindari menjadi gagasan atau
afek yang disadari menyertainya. Karena perilaku terjadi di luar kesadaran reflektif,
acting out seringkali tampak bagi pengamat sebagai tidak disertai rasa bersalah. Jika
acting out tidak memungkinkan, konflik di balik pertahanan mungkin dapat dicapai.
Dihadapkan dengan acting out, baik agresif atau seksual, dalam suatu situasi
wawancara, klinisi harus mengenali bahwa pasien telah kehilangan kendali, bahwa
segala sesuatu yang dikatakan pewawancara mungkin keliru didengar dan bahwa
mendapatkan perhatian pasien adalah sangat penting.
3

Identifikasi proyektif. Mekanisme pertahanan identifikasi proyektif digunakan
terutama pada gangguan kepribadian ambang. Keadaan ini terdiri dari 3 langkah :
3

- Aspek diri diproyeksikan pada orang lain
- Proyektor berusaha untuk memaksa orang lain untuk beridentifikasi dengan apa
yang diproyeksikan
- Penerima proyeksi dan proyektor merasakan suatu rasa kesatuan dan keterpaduan

2.3 KRITERIA DIAGNOSTIK
Gejala gangguan kepribadian adalah aloplastik (mampu mengadaptasi dan mengubah
lingkungan eksternal) dan egosintonik (dapat diterima oleh ego); mereka dengan
gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku maladaptifnya karena orang
tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh masyarakat
11

sebagai gejalanya, mereka seringkali dianggap sebagai tidak bermotivasi untuk
pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan
3

Pedoman diagnostik umum untuk semua gangguan kepribadian antara lain :
1,2,3,4,7
Tabel 1. Kriteria Umum Diagnostik Gangguan Kepribadian
A. Sikap dan perilaku yang amat tak serasi yang meliputi biasanya beberapa bidang
fungsi, misalnya : afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan
berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain
B. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak terbatas pada
episode penyakit jiwa
C. Pola perilaku abnormalnya pervasif dan jelas maladaptif terhadap berbagai
keadaan pribadi dan sosial yang luas
D. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai
usia dewasa
E. Gangguannya menjurus kepada penderitaan pribadi yang berarti, tetapi hal ini
mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya
F. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna dengan
masalah pekerjaan dan kinerja sosial.

Pembagian gangguan kepribadian menurut DSM-IV dikelompokkan dalam tiga cluster:
ppdgj,
1-3,5,6
Tabel 2 . Pembagian gangguan kepribadian
Kluster Tipe gangguan kepribadian
Cluster A Gangguan kepribadian paranoid
Gangguan kepribadian skizoid
Gangguan kepribadian skizotipal
Cluster B Gangguan kepribadian antisosial
Gangguan kepribadian ambang
Gangguan kepribadian histrionik
12

Gangguan kepribadian narsistik
Cluster C Gangguan kepribadian menghindar
Gangguan kepribadian tergantung
Gangguan kepribadian anankastik
Gangguan kepribadian yang tidak ditentukan

Makna dan dampak gangguan kepribadian
Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan
keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindakan kriminal,
penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, problem pemeliharaan
anak, sering datang ke klinik gawat darurat. Terkadang gangguan kepribadian berkaitan
dengan gangguan jiwa yang lain antara lain depresi, gangguan panik, dll.
1


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor :
1

Konstitusi (genetik, temperamen)
Perkembangan
Pengalaman hidup (lingkungan keluarga, lingkungan budaya)

2.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN KLUSTER A
Akhir-akhir ini gangguan kerpibadian dalam cluster A telah meningkat karena
abnormaliti neurobiological yang ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian
skizotipal dan pasien dengan skizofrenia kronik menunjukkan kerentanan yang sama
seperti mana faktor yang mencegah kerentanan pasien dari membangun psikosis.
5
Gangguan kepribadian kluster A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid,skizoid dan
skizotipal. Individu pada ketiga gangguan ini menampilakan perilaku yang relative sama
yaitu eksentrik dan aneh .
1-3,5-7



A. GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID
13

Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan dan
ketidakpercayaan pada orang lain yang umumnya berlangsung lama. Mereka menolak
tanggung jawab atas perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada
orang lain. Mereka seringkali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung, dan marah.
Orang fanatik, pengumpul ketidakadilan, pasangan yang cemburu secara patologis,
dan orang yang aneh seringkali memiliki gangguan kepribadian paranoid.
3


Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5 persen. Orang
dengan gangguan ini jarang mencari pengobatan sendiri; jika dirujuk ke pengobatan
oleh pasangan atau perusahannya, mereka seringkali menarik orang lain bersama-
sama dan tidak tampak menderita. Sanak saudara pasien skizofrenik menunjukkan
insidensi gangguan kepribadian paranoid yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Gangguan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita, dan gangguan
tampaknya tidak memiliki pola familial. Insidensi diantara homoseksual tidak lebih
tinggi daripada umumnya, seperti yang dulu diperkirakan, tetapi dipercaya lebih
tinggi pada kelompok minoritas, imigran, dan tunarungu dibandingkan populasi
umum.
3


Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatri, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tampak
resmi dan keheranan karena diminta mencari bantuan psikiatri. Ketegangan otot, tidak
dapat santai, dan kebutuhan untuk mencari petunjuk-petunjuk di lingkungan mungkin
ditemukan. Afek pasien seringkali tanpa humor dan serius. Walaupun beberapa alasan
argumentasi mereka mungkin salah, pembicaraan mereka adalah diarahkan oleh
tujuan dan logis. Isi pikiran mereka menunjukka bukti-bukti proyeksi, praduga, dan
kadang-kadang gagasan mengenai diri sendiri (ideas of reference). Kriteria diagnostik
DSM-IV dituliskan dalam tabel di bawah ini.
3





Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kepribadian Paranoid
14


A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
(1) menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan atau mengkhianati dirinya.
(2) preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja.
(3) enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya
(4) membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa
(5) secara persisten menagnggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera
atau kelalaian.
(6) merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.
(7) memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood
dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari kondisi medis umum.
Catatan : Jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizokrenia, tambahkan pramorbid,
misalnya, gangguan kepribadian paranoid (pramorbid).

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed. 4.
Hak cipta American Psychiatric Association, Washington, 1994.

Gambaran klinis
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecenderungan yang
pervasif dan tidak diinginkan, dimulai pada masa dewasa awal dan ada dalam
berbagai konteks, untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai
merendahkan atau mengancam secara disengaja. Hampir selalu, orang dengan
gangguan mengharapkan dieksploitasi atau disakiti oleh orang lain dalam suatu cara.
Seringkali mereka bertanya, tanpa pertimbangan tentang loyalitas dan kejujuran teman
15

atau teman kerjanya. Seringkali orang tersebut adalah cemburu secara patologis,
bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangannya atau mitra
seksualnya.
3

Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan menggunakan pertahanan
proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls dan pikiran yang
tidak dapat diterimanya sendiri. Gagasan mengenai diri sendiri dan ilusi yang
dipertahankan secara logis sering ditemukan.
3

Pasien dengan gangguan ini terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki
emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu rasional dan objektif,
tetapi sebenarnya tidak. Mereka kehilangan kehangatan dan terkesan dengan
memberikan perhatian pada kekuatan dan urutan, mengekspresikan hinaan pada orang
yang dipandangnya lemah, sakit, terganggu atau mengalami kekurangan dalam suatu
hal. Dalam situasi sosial, orang dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin
tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan atau
konflik bagi orang lain.
3


Diagnosis banding
Gangguan kepribadian paranoid biasanya dapat dibedakan dari gangguan delusional
karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid.
Keadaan ini dapat dibedakan dari skizofrenia paranoid karena halusinasi dan pikiran
formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Gangguan kepribadian
paranoid dapat dibedakan dari gangguan kepribadian ambang karena pasien paranoid
jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang
lain seperti pasien ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial
sepanjang riwayat perilaku antisosial. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid
adalah menarik diri dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid.
3


Perjalanan penyakit dan prognosis
Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan
kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang, gangguan kepribadian
paranoid terjadi seumur hidup. Pada beberapa orang, gangguan tersebut adalah tanda
dari skizofrenia. Pada beberapa orang, saat mereka menjadi semakin dewasa dan stres
menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi, perhatian
yang tepat terhadap moralitas, dan perhatian altruistik. Tetapi, pada umumnya pasien
16

dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal
bersama orang lain. Masalah pekerjaan dan perkawinan sering ditemukan.
3

Terapi
Terapi terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan yang terpilih. Jika ahli terapi tidak konsisten atau
gagal, seperti terlambat untuk suatu perjanjian, kejujuran dan permintaan maaf
lebih baik daripada penjelasan yang membela diri. Ahli terapi harus mengingat
bahwa kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien
dengan gangguan. Dengan demikian, psikoterapi individual memerlukan gaya yang
profesional dan tidak terlalu hangat dari pihak ahli terapi. Pasien paranoid tidak
bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, mereka juga tidak mungkin mentoleransi
intrusivitas terapi perilaku. Klinisi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi,
khususnya interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah
seksual, dan keinginan untuk keintiman secara jelas meningkatkan
ketidakpercayaan pasien.
3

Pada suatu waktu, perilaku pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
menjadi sangat mengancam sehingga ahli terapi harus mengendalikannya atau
menentukan batas dalam hal tersebut. Tuduhan delusional harus dihadapi dengan
cara yang realistik tetapi jelas tanpa menghina pasien. Pasien paranoid terlanda
ketakutan jika mereka merasa bahwa orang yang akan mencoba menolong mereka
adalah lemah dan tidak berdaya; dengan demikian, ahli terapi tidak boleh
mengancam mengambil kendali kecuali mereka berdua mau dan mampu
melakukannya.
3

Terapi perilaku telah digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
untuk menghilangkan kecurigaan terhadap permainan peran.
3

2. Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus, obat anti-ansietas seperti diazepam (Valium) memadai.
Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan antipsikotik seperti thioridazine
(Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat
untuk mengatasi agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional.
3
Obat
17

antipsikotik pimozide (Orap) berhasil menurunkan gagasan paranoid pada
beberapa pasien.
3

B. GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID

Gangguan kepribadian skizoid didiagnosis pada pasien yang menunjukkan pola penarikan
diri dari kehidupan sosial. Ketidaknyamanan merek dengan interaksi manusia,
ketertutupan mereka, serta afek mereka yang menyempit. Penderita gangguann
kepribadian skizoid sering dilihat oleh orang lain sebagai orang yang eksentrik, terisolasi
atau kesepian.
3,8,9


Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum jelas, namun gangguan kepribadian
skizoid mempengaruhi 7,5% populasi umum. Rasio jenis kelamin juga belum diketahui.
Namun dari beberapa penelitian dikatakan bahwa rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2:1.
Orang dengan gangguan tersebut cenderung tertarik ke arah pekerjaan soliter yang
melibatkan sedikit atau tidak ada kontak dengan orang lain. Lebih suka kerja malam hari,
sehingga mereka tidak perlu berurusan dengan banyak orang. Perkiraan prevalensi
kepribadian skizoid yang didasarkan pada kemungkinan subsample dari the National
Comorbidity Survey Replication menunjukkan prevalensi 4.9%. Data dari tahun 2001-
2002 National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions menunjukkan
prevalensi 3,1%.
3,8

Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik awal, pasien dengan kepribadian skizoid dapat tampak tidak
nyaman. Mereka jarang meoleransi kontak mata, dan pewawancara dapat menyangka
bahwa pasien tersebut ingin wawancara berakhir. Afek mereka mungkin terbatas,
terasing, atau serius berlebihan, tetapi dibalik pegasingan diri mereka, klinisi yang sensitif
dapat mengenali adanya rasa takut. Pasien ini merasa sulit untuk menjadi periang: upaya
mereka untuk bercanda tampak tidak matang dan gagal. Pembicaraan mereka bertujuan,
tetapi mereka cenderung memberikan jawaban singkat terhadap pertanyaan dan
menghindari pembicaraan spontan. Mereka kadang-kadang menggunakan bentuk bicara
yang tidak biasa, seperti metafora yang aneh dan dapat terpaku pada benda mati atau
benda metafisis. Isi jiwa mereka dapat mengungkapkan rasa keintiman yang tidak
18

beralasan dengan orang yang tidak mereka kenal dengan baik atau lama tidak mereka
temui. Sensorium mereka baik, fungsi daya ingat baik, interpretasi peribahasa abstrak.
3

Kriteria diagnostik untuk kepribadian skizoid berdasarkan DSM-IV gangguan
kepribadian skizoid :
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman
emosi yang terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal
dan ditemukan dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih)
berikut:
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi
bagian dari keluarga.
2. Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian.
3. Memiliki sedikit, jika ada,rasa tertarik untuk melakukan pengalaman seksual
dengan orang lain.
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktifitas.
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara
derajat pertama.
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain.
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas.

B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia , gangguan , suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik , gangguan psikotik lain atau suatu gangguan
perkembangan pervasif , dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis
umum.
8

Diagnosis menurut PPDGJ III, untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari deskripsi
berikut:
a) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
b) Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment)
c) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain
d) Tampak nyata ketidak pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
19

e) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
f) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
g) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
h) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
i) Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.
2


Gambaran klinis
Penderita gangguan kepribadian skizoid tampak dingin dan mengasingkan diri;
mereka menunjukkan sifat menjauh dan mengasingkan diri; mereka menunjukkan
sifat menjauh dan tidak terlibat dalam peristiwa sehari-hari serta tidak peduli kepada
orang lain. pasien tampak diam, menjauh, menyendiri dan tidak bersosialisasi. Mereka
mungkin mencari kehidupan mereka sendiri yang hanya memiliki kebutuhan ikatan
emosi yangt sangat sedikit dan merupakan orang-orang yang terakhir menyadari
perubahan gaya yang sedang populer.
8,9,10

Riwayat hidup orang ini mencerminkan adanya minat menyendiri dan keberhasilan
didalam pekerjaan yang dilakukan sendiri, tanpa kompetisi, yang bagi orang lain
sebenarnya dirasa sulit ditoleransi. Kehidupan seksual mereka mungkin hanya berupa
khayalan, dan mereka mungkin menunda seksualitas matur untuk jangka waktu yang
tidak terbatas. Laki-laki mungkin tidak menikah karena mereka tidak mampu
memperoleh keintiman; perempuan dapat secara pasif setuju menikah dengan laki-
laki agresif yang menginginkan pernikahan tersebut. penderita gangguan kepribadian
skizoid biasanya mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidup untuk menunjukkan
kemarahan secara langsung.
8

Meskipun penderita gangguan kepribadian skizoid tampak asyik dengan diri sendiri
dan asyik dengan lamunan, mereka memiliki kapasitas normal untuk mengenali
kenyataan. Karena tindakan agresif jarang termasuk didalam respon lazimnya, besar
ancaman, khayalan atau kenyataan, dihadapi mereka dengan keberkuasaan atau
penyerahan diri. Mereka sering sebagian tampak menasingkan diri, meskipun orang
tersebut kadang-kadang memiliki, mengembangkan dan memberikan dunia gagasan-
gagasan kreatif dan asli.
8

20

Diagnosis Banding
Gangguan mental lainnyadengangejala psikotik. Gangguan kepribadian
skizofreniadapat dibedakan darigangguan delusi, schizophrenia,
danbipolarataugangguan depresidenganciri psikotikkarenagangguanini semuaditandai
denganperiodegejala psikotikpersisten(misalnya, delusi dan halusinasi). Untuk
memberikandiagnosistambahangangguan kepribadian skizofrenia,
gangguankepribadianpastihadirsebelum timbulnyagejala psikotikdan harusbertahan
ketikagejalapsikotikdalam remisi.
3,8

Pasien dengan dengan gangguan kepribadian paranoid dapat memiliki banyak ciri
yang sama dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, pasien dengan gangguan
kepribadian paranoid menunjukkan lebih banyak keterlibatan sosial, riwayat perilaku
verbal agresif dan kecenderungan lebih besar untuk memproyeksiperasaan mereka
pada orang lain.
3,8

Gangguan kepribadian skizopital. Secara teoritis perbedaan utama antara pasien
gangguan kepribadian skizopital dengan pasien gangguan skizoid adalah bahwa
pasien skizopital lebih mirip dengan pasien skizofrenia dalam hal keanehan persepsi ,
pkiran, perilaku dan komunikasi.
3,8

Pasien dengangangguan kepribadianavoidant juga terisolasitetapisangatingin
berpartisipasi dalamkegiatan, suatu ciri yang tidak ditemukan pada pasien dengan
gangguan kepribadian.
3,8

Perubahan kepribadiankarenakondisi medis lain. Gangguan kepribadian skizoidharus
dibedakan dariperubahan kepribadiankarenakondisi medis lain, di manasifat-sifatyang
muncul adalahdisebabkan olehefekdarikondisi medislain padasistem saraf pusat.
3,8

Perjalanan penyakit dan prognosis
Prognosis buruk. Onset gangguan kepribadian skizoid biasanya pada masa anak-anak
awal. Gangguan kepribadian skizoid adalah berlangsung lama tetapi tidak selalu
seumur hidup. Proporsi pasien yang menjadi skizofrenia adalah tidak diketahui.
3


Terapi
21

Psikoterapi
Terapi pasien gangguan kepribadian skizoid adalah mirip dengan terapi pasien gangguan
kepribadian paranoid. Tetapi, kecenderungan pasien skizoid ke arah introspeksi adalah
konsisten dengan harapan ahli psikoterapi dan pasien skizoid mungin menjadi pasien
yang tekun. Saat kepercayan berkembang, pasien skizoid mungkin dengan keragu-raguan
yang kuat mengungkapkan suatu fantasi yang berlebihan, teman-teman khayalan dan
ketakutan ketergantungan yang tidak dapat ditangggung walaupun bersama dengan ahli
terapi. Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian skizoid mungkin
diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat.
Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat
kecenderungan mereka akan ketenagan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok
menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial satu-satunya
dalam keberadaan mereka yang terisolasi.
3

Farmakologi terapi:
Farmakologi terapi dengan anti psikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan telah
efektif pada beberapa pasien. agen serotonergik dapat mengurangi sensitivitas pasien
terhadap penolakan. Benzodiazepin mungkin berguna untuk menghiangkan ansietas
interpresional.
3


C. GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL
Orang dengan kepribadian skizotipal adalah aneh atau ganjil meskipun kepada
orang umum. Berpikiran magis,mempunyai gagasan aneh,gagasan yang
menyangkutdirisendiri (idea of reference),ilusi dan derealisasi adalah bagian dari dunia
sehari-hari orang dengan kepribadian skizotipal.
3


Definisi
Gangguan kepribadian skizotipal menurut american psyciatric Assosiation 2000 adalah
suatu pola pervasif dari defisit interpersonal, distorsi kognitif dan persepsi dan perilaku
yang eksentrik.
3,4
Definisi lain bagi gangguan ini adalah terdapat pola defisit dalam
hubungan sosial dan interpersonal yaitu merasa tidak nyaman dan kurang mampu
membina hubungan akrab disertai distorsi kognitif atau persepsi dan perilaku yang
22

eksentrik,bersifat pervasif, awitannya dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks
atau situasi kehidupan.
1

.
Epidemiologi
Prevalensi kadar orang dengan kepribadian skizotipal dianggarkan kira-kira 3% dari
populasi umum.
1,3,4,6,7
Ratio jenis kelamin belum diketahui pasti,namun dapat terjadi
lebih sering pada lak-laki.
4,6
Gangguan ini dapat bermanifestasi pada masa anak-anak
atau dewasa sebagai isolasi sosial dan bahasa atau perilaku yang aneh. Anak- anak ini
sering diejek .Walaupun fitur gangguan ini menyerupai skizofrenia, namun kadar
derpesif dan gangguan anxietas juga cukup tinggi diantara pasien tersebut. Jadi fitur-
fitur tersebut lebih sering manjadi keluhan utama dan bukan anomali kognitif yang
lebih mencolok pada pengamat yang objektif.
6
Gangguan kepribadian skizotipal sering hadir bersama dengan gangguan kepribadian
skizoid ,ambang, avoidant dan paranoid.
4
Kasus yang tinggi dilaporkan terjadi pada
orang dengan Gangguan Kepribadian Skizotipal yang ada hubungan keluarga dengan
Skizofrenia dibandingkan dengan kontrol (tidak ada hubungan genetik).
1,3,7
Dan angka
itu juga lebih tinggi diantara kembar monozigot berbanding kembar dizigot.
3,7

Etiologi dan patologi
Terdapat dukungan empiris adanya hubungan genetik gangguan kepribadian skizotipal
dengan skizofrenia yang tidak mengherankan mengingat bahwa krIteria diagnostik
diperoleh dari observasi kerabat biologis orang dengan skizofrenia. Gangguan
kepribadian skizotipal juga meliatkan suatu hubungan genetik dengan pasien
skizofrenia yang mana ditunjukkan melalui keluarga,kembar dan studi yang
menunjukkan gangguan ini sering terjadi pada anggota keluarga yang ada hubungan
genetik dibandingkan individu yang tidak berhubungan.
4,7

Sebuah model predominan unutk psikopatologi Gangguan kepribadian skizotipal
adalah cacat atau defisit dalam perhatian dan evaluasi proses seleksi yang mengatur
kognitif dan persepsi individu dan keterkaitannya dengan lingkungan. Cacat ini dapat
mengarahkan ketidaknyaman dalam situasi sosial,salah persepsi dan kecurigaan dan
sebuah strategi mengatasi isolasi sosial. Berhubungan dengan disfungsi SSP pada
pasien dengan skizofrenia, pengamatan dilakukan dalam uji laboratorium pada pasien
dengan gangguan kepribadian skizotipal termasuklah tes perhatian visual dan auditori
23

dan gerakan halus pergerakan bola mata. Disfungsi ini dapat terjadi hasil dari
disregulasi sepanjang jalur dopaminergik yang bisa memodulasi ekspresi dari genotip
skizotipal yang mendasari.
4

Gambaran klinis
Sering cara pikir dan komunikasinya mempunyai arti khusus bagi dirinya sehingga
perlu interpretasi. Sering pula ia tidak mengerti atau mengetahui perasaannya sendiri
tapi sebaliknya sangat sensetif terhadap perasaan marah orang lain. Sering pula sangat
percaya pada takhayul,merasa mempunyai kekuatan khusus seperti kemampuan
clairvoyance atau merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan cara berpikir atau
tilikan khusus. Dunia dalamnya penuh dengan hubungan imaginer,rasa takut dan fantasi
kekanakkan. Ada juga ilusi persepsi atau merasa bahwa orang lain semuanya sama atau
seperti kayu atau kaku (wooden). Hubungan interpersonalnya buruk dari berprilaku
tidak sesuai, kehidupannya menyendiri dan hanya sedikit temannya. Sering pula ia
menderita gangguan Kepribadian Ambang. Bila ada stress sering menunjukkan gejala
psikotik,tetapi biasanya berjangka pendek.
1,3

Pedoman Diagnosis
Pedoman diagnosis berdasarkan kriteria DSM-IV adalah seperti tabel di bawah
: 1,3,4,6,7

Tabel 4. Kriteria diagnosis gangguan kepribadian skizotipal berdasarkan DSM-IV
A. Adanya pola pervasif defisit dalam hubungan sosial dan interpersonal yang ditandai
dengan kurangnya dan ketidaknyamanan dalam hubungan interpersonal disertai
dengan gangguan kognitif atau distorsi perseptual dan berperilaku eksentrik, yang
dimulai sejak usia dewasa muda hingga sekarang dalam pelbagai konteks situasi.
Manifestasinya paling sedikit 5 dari yang berikut :
(1) Idea of reference (tetapi bukan yang berupa waham rujukan)
(2) Kepercayaan yang aneh atau pikiran magic yang tidak sesuai dengan latar
belakang budayanya (misalnya takhayul,percaya akan telepati,ramalan atau
clairvoyance atau indera ke enam sixth sense. Pada anak dan remaja
preokupasi dengan fantasi yang aneh.
(3) Persepsi atau pengalaman yang tidak lazim termasuk ilusi tubuhnya
(4) Pikiran dan pembicaraan yang aneh. Misalnya yang bersifat samar,sirkumstansial,
mempunyai rincian berlebih atau streotipik.
24

(5) Sering bersifat curiga atau beride paranoid
(6) Afeknya sempit atau tidak serasi
(7) Perilaku dan penampilannya aneh dan eksentrik
(8) Sedikit sekali berkawan akrab atau mempunyai temanyang dipercaya ,hal itu tidak
berkaitan dengan persepsi negatif tentang dirinya,akan tetapi berdasarkan ide
paranoidnya.
(9) Kecemasan sosial yang berlebihan dan tidak menghilang walaupun sudah lama
berkenalan, cenderung berkaitan dengan ketakutan paranoid dan bukan pandangan
negatif tenntang dirinya sendiri.
B. Gejala itu tidak secara ekslusif timbul selama ia menderita skizofrenia,gangguan
mood depresif dengan ciri psikotik,gangguan psikotik lain atau gangguan autistik.
NB: bila gejala itu sudah ada sebelum timbulnya skizofrenia maka harus dicatat :
Gangguan kepribadian skizotipal ( pramorbid )

Diagnosa banding
Diagnosa banding gangguan kepribadian skizotipal antara lain adalah :
1,4,7

1. Gangguan kepribadian Skizoid
2. Gangguan kepribadian Menghindar
3. Gangguan kepribadian Ambang
4. Gangguan kepribadian Paranoid
5. Skizofrenia
Secara teorinya orang dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dengan
kepribadian skizoid dan menghindar yaitu dengan adanya perilaku,pikiran , persepsi
dan komunikasi yang aneh dan di harapkan dengan jelas terdapat riwayat keluarga
dengan skizofrenia. Pasien dengan kepribadian ini dapat dibedakan dengan dengan
yang skizofrenia berdasarkan tidak adanya psikosis. Jika gejala psikosis benar muncul,
ia nya singkat dan terpisah. Sesetengah pasien juga memenuhi kedua-dua kriteria
bersamaan yaitu gangguan kepribadian skizotipal dan gangguan kepribadian ambang.
Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid di tandai dengan penuh kecurigaan
tetapi tidak memiliki perilaku aneh sepertimana pasien dengan gangguan keperibadian
skizotipal .
3


25

Terapi
Pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin mencari pengobatan karena
merasa cemas , gangguan persepsi atau depresi. Pengobatan untuk orang dengan
gangguan ini harus secara kognitif,perilaku,suportif dan atau farmakologik karena
mereka akan sering mencari keakraban dan reflektif emosionalnya,eksplorasi
pskioterapi menjadi terlalu stress dan berpotensi untuk dekompensasi psikotik.
4

1. Terapi farmakologi
Dosis rendah obat neuroleptic menolong dalam pangobatan gangguan kognitif,
depresi , bicara yang aneh, kecemasan dan impusif pada pasien dengan gangguan
kepribadian skizotipal. Obat ini berguna pada pasien dengan gejala sedang hingga
berat dan ringan, juga episode psikotik transien. Tidak diketahui sama ada obat
antipsikotik mempunyai keuntungan profilaksis dalam mencegah perburukan
gangguan ini .
4,6,7
Antidepresan diberikan apabila terdapat komponen depresif pada
gangguan kepribadian ini.
1,3


2. Pendekatan sosial
Terapi berkelompok dapat membantu pasien dengan gangguan kerpibadian ini untuk
mengatasi kecemasan dan kelambanan dan juga untuk mendapatkan sokongan
dengan mengetahui orang lain juga mempunyai masalah yang sama. Pasien dengan
perilaku eksentrik dapat membuat ahli kelompok lainnya tidak nyaman dan menjadi
kambing hitam dari kelompok .
4,6


3. Pendekatan Psikoterapi
Sama juga pada Gangguan Kepribadian Skizoid, hanya terapis harus bersikap lebih
sensetif,khususnya apabila menyangkut kepercayaan atau perilaku keagamaan yang
aneh dan terapis jangan mencemoh atau bersifat menghakimi hal itu.
BUKU AJAR
Pasien dengan gangguan ini tidak cocok untuk terapi tradisional psikoanalitik karena
kecenderungan untuk dekompensasi dalam kondisi yang tidak
terstruktur.Pendekatan yang suportif dengan penekanan pada uji realitas dan
perhatian untuk batas interpersonal sangat sesuai pada awal pengobatan. Pendekatan
langsung yang berfokus pada perilaku yang bermasalah (mis. Pelatihan ketrampilan
sosial ) dapat berguna. Upaya harus dilakukan untuk mengatasi distorsi kognitif
seperti referensial,paranoid atau pemikiran magic. Hal ini dapat dicapai melalui
26

intervensi edukatif yang m engajarkan pasien untuk menguatkan pikiran mereka
dengan bukti lingkungan berbanding perasaan sendiri.
6


Prognosis
Penelitaian jangka panjang oleh Thomas McGlashan melaporkan bahwa 10 persen dari
orang dengan gangguan kepribadian skizotipal akhirnya membunuh diri sendiri. Studi
retrospektif menunjukkan bahwa ramai pasien mengingat bahwa akan menderita
skizofrenia dengan gangguan kepribadian ini dan berdasarkan pemikiran klinikal saat
ini, skizotip adalah personality premorbid pasien dengan skizofrenia. Sesetengah
walaubagaimanapun tetap kekal stabil dengan kepribadian ini sepanjang kehidupan
mereka dan berkahwin, kerja meskipun dengan keanehan mereka.
3




















BAB III
PENUTUP

27

Gangguan kepribadian merupakan suatu ciri kepribadian yang menetap, kronis, dapat
terjadi pada hampir semua keadaan menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan
maladaptif serta menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya
terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Gangguan kepribadian ini bisa
disebabkan oleh faktor genetik, temperamental, biologis hormon dan psikoanalitik.
Menurut PPDGJ III gangguan kepribadian khas salah satunya yaitu gangguan
kepribadian skizoid. Prevalensi gangguan ini secara jelas belum diketahui, namun dikatakan
bisa mempengaruhi 7,5% populasi umum dan menurut suatu penelitian rasio laki-laki dan
perempuan gangguan kepribadian skizoid yaitu 2:1. Orang-orang dengan gangguan
kepribadian skizoid ditandai dengan penarikan diri terhadap lingkungan sosial yang lama,
rasa tidak nyaman yang dialami dalam interaksi antar sesama, sifat introversi, dan afek
terbatas. Orang-orang ini akan memberikan kesan dingin, mengucilkan diri, menjauhkan diri,
dan tidak ingin terlibat dengan peristiwa sehari-hari dan permasalahan dengan orang lain.
Gangguan kepribadian skizoid ini berlangsung lama. Terapinya yaitu dengan psikoterapi dan
farmakoterapi yaitu dengan anti psikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan.














DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia DE,Gitayanti H : editor. Buku Ajar Pskiatri . Edisi kedua. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI ; 2013. H.343-58.
28

2. WHO .Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.
Jakarta : Departmen Kesehatan R.I :1993.
3. Benjamin JS, Virginia AS. Personality disorder in Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry. 10th edition. New york : Lippincott Williams & Walkins ; 2007.H.792-8
4. Gerald K, Allan T. Personality disorders in Essentials of Psychiatry. USA : John
Wiley & Sons ; 2006. H.785-810.
5. Robert EH,Stuart CY,Glen OG . Personality disorders in Textbook of Psychiatry.
USA : The American Psychiatric Publishing ; 2008.
6. Michael HE, Peter TL, Barry N. Personality disorders in Current Diagnosis and
Treatment in Psychiatry. McGrawHills ; 2000.
7. Howard HG. Personality disorders in Review of Ganeral Psychiatry. 5th edition. New
York : McGraw-Hill ;2000.H. 331-47.
8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders.5th edition. USA : The American Psychiatric Publishing ; 2013. H. 652-55.
9. Goldberg J. Schizoid Personality Disorder. Diunduh dari :
http://www.webmd.com/mental-health/mental-health-schizoid-personality-disorder.
05 juni 2012.
10. Semiun Y. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2006. H. 19-20.

Anda mungkin juga menyukai