Anda di halaman 1dari 10

1

Nabi Ilyas dan Musim Kering yang Hebat



Setelah zaman Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, ada seorang nabi baru yang diutus oleh Allah
SWT., namanya Ilyas. Nabi Ilyas tinggal di negeri Israil ketika negeri itu dipimpin oleh seorang
raja yang jahat sekali. Nama raja yang jahat itu adalah Ahab. Raja Ahab menyuruh orang Israil
untuk menyembah patung dan dewa-dewa. Mungkin dialah raja Israil yang paling jahat. Oleh
karena kejahatan Raja Ahab, Allah Yang Maha Esa menjadi marah. Allah SWT. menyuruh Nabi
Ilyas pergi kepada Raja Ahab dan berkata, Selama dua atau tiga tahun tidak akan ada embun
atau hujan sedikit pun, kecuali saya mengatakannya.
Setelah itu Allah SWT. berkata kepada Nabi Ilyas, Pergilah ke anak Sungai Kerit dan
bersembunyilah di sana. Engkau dapat minum dari anak sungai itu, dan burung gagak akan
Kusuruh membawa makanan untukmu.
Nabi Ilyas menuruti perintah Allah SWT. dan pergi ke anak Sungai Kerit. Ia minum dari
anak sungai itu, makan roti dan daging yang dibawa oleh burung gagak setiap pagi dan setiap
sore. Setelah beberapa waktu lamanya, anak sungai itu pun kering karena tidak ada hujan.
Kemudian Allah SWT. berkata kepada Nabi Ilyas, Sekarang kau harus pergi ke kota
Sarfat dan tinggal di sana. Di situ ada seorang janda yang akan memberi kamu makan. Maka
pergilah Nabi Ilyas ke Sarfat. Ketika Nabi Ilyas tiba di kota itu, ia melihat seorang janda yang
sedang mengumpulkan kayu api. Lalu Nabi Ilyas mendekati janda itu dan berkata, Ibu, tolong
ambilkan sedikit air minum untuk saya. Ketika janda itu
sedang berjalan untuk mengambil air itu, Nabi Ilyas berseru, Ibu, bawakanlah juga sedikit
roti.
Janda itu menjawab, Maaf, Pak, saya bersumpah bahwa saya tidak punya roti. Saya
hanya mempunyai segenggam tepung terigu di dalam mangkuk, dan sedikit minyak zaitun di
dalam botol. Saya sedang mengumpulkan kayu api untuk memasak bahan yang sedikit itu
supaya saya dan anak saya bisa makan. Itulah makanan kami yang terakhir; sesudah itu kamipun
akan mati.
Jangan khawatir, Ibu! kata Nabi Ilyas kepadanya. Silakan Ibu membuat makanan
untuk Ibu dan anak Ibu. Tapi sebelum itu buatlah dahulu satu roti kecil dari tepung dan minyak
2

itu, dan bawalah kepada saya. Sebab Allah SWT., satu-satunya Tuhan yang patut disembah,
mengatakan bahwa mangkuk itu akan selalu berisi tepung, dan botol itu akan selalu berisi
minyak sampai Allah SWT. mengirim hujan ke bumi.
Janda itu percaya kepada kata-kata Nabi Ilyas. Ia pergi untuk melakukan apa yang
dikatakan Nabi Ilyas. Ia membuat roti kecil dan memberikannya kepada Nabi Ilyas. Nabi Ilyas
makan, dan janda itu membuat roti juga untuk dirinya sendiri dan untuk anaknya. Hari
berikutnya masih ada sedikit tepung dan sedikit minyak untuk membuat roti lagi. Seperti yang
sudah dikatakan Allah SWT. melalui Nabi Ilyas, mangkuk itu selalu berisi tepung, dan botol itu
pun selalu berisi minyak. Mereka bertiga mempunyai cukup persediaan makanan untuk hampir
3 tahun selama musim kemarau itu yang panjang sekali.
Beberapa waktu kemudian anak janda itu jatuh sakit dan meninggal. Janda itu
memanggil Nabi Ilyas dan berkata, Hamba Allah, mengapa Bapak melakukan hal ini
terhadap saya? Apakah Bapak datang untuk menyebabkan Allah ingat akan dosa saya sehingga
anak saya harus meninggal?
Nabi Ilyas mengambil anak laki-laki itu dan membawanya ke kamarnya sendiri. Nabi
Ilyas membaringkan anak itu di atas tempat tidur, lalu berdoa dengan suara yang keras, Ya
Allah, Ya Tuhanku, mengapa Engkau mendatangkan kemalangan ini ke atas janda ini? Ia sudah
memberi roti kepadaku dan sekarang Engkau membunuh anaknya! Tiga kali Nabi Ilyas
menelungkupkan badannya di atas anak itu, sambil berdoa, Ya Allah, Ya Tuhanku, hidupkanlah
kiranya anak ini! Allah SWT. mendengarkan doa Nabi Ilyas; anak itu mulai bernapas dan
hidup kembali. Lalu Nabi Ilyas membawa anak itu kepada ibunya dan berkata, Ibu, ini anak
Ibu! Ia sudah hidup kembali!
Janda itu menjawab, Sekarang saya tahu bahwa Bapak adalah hamba Allah dan
perkataan Bapak memang benar dari Allah SWT.!










3

Nabi Ilyas dan Nabi-Nabi Baal

Sudah tiga tahun tidak ada hujan di Israil. Pada suatu hari, Allah berkata kepada Nabi
Ilyas, Pergilah untuk memberitahu Raja Ahab bahwa tidak lama lagi Aku akan menurunkan
hujan, maka berangkatlah Nabi Ilyas.
Pada waktu Raja Ahab melihat Nabi Ilyas, ia berseru, Ini dia si pengacau di Israil!
Jawab Nabi Ilyas, Saya bukan pengacau, tetapi Baginda sendiri. Dengan menyembah
berhala-berhala Baal, Baginda melanggar perintah Allah SWT. Sekarang, perintahkanlah kepada
seluruh rakyat Israil untuk bertemu dengan saya di Gunung Karmel. Bawa juga keempat ratus
lima puluh nabi Baal.
Ahab mengerahkan seluruh rakyat dan nabi-nabi Baal itu ke Gunung Karmel. Lalu Nabi
Ilyas mendekati rakyat itu dan berkata, Sampai kapan kalian mau tetap menyembah
dewa! Kalau Tuhan itu Allah, sembahlah Allah SWT.! Kalau Tuhan itu Baal, sembahlah
Baal! Rakyat yang berkumpul di situ diam saja.
Kemudian Nabi Ilyas berkata, Di antara nabi-nabi Allah SWT. hanya sayalah yang
tertinggal, padahal di sini ada 450 nabi Baal. Mari kita lihat siapakah Tuhan yang
benar. Suruhlah nabi-nabi Baal itu mengambil seekor sapi jantan dan menyembelihnya,
kemudian memotong-motongnya, lalu meletakkannya di atas kayu api. Tetapi mereka tidak
boleh menyalakan api di situ. Saya akan menyembelih seekor sapi lagi dan memotong-
motongnya serta meletakkannya di atas kayu api. Tapi saya pun tidak akan menyalakan api di
situ. Biarlah nabi-nabi Baal itu berdoa kepada dewa mereka, dan saya pun
akan berdoa kepada Allah SWT. Yang menjawab dengan mengirim api, Dialah Tuhan
yang benar.
Seluruh rakyat berteriak, Setuju!
Lalu nabi-nabi Baal memilih seekor sapi dan menyiapkannya. Setelah itu mereka berdoa
kepada Baal dari pagi sampai tengah hari sambil berteriak-teriak, Jawablah kami,
Baal! Mereka melakukan itu sambil terus menari-nari di sekeliling tempat daging sapi yang
mereka letakkan. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
Pada tengah hari mulailah Nabi Ilyas mengejek mereka. Berdoalah lebih keras lagi! Ia
ilah, bukan? Mungkin ia sedang melamun, atau ia sedang bepergian! Atau barangkali ia sedang
4

tidur, dan kalian harus membangunkan dia! Nabi-nabi Baal itu berdoa lebih keras lagi. Dan
seperti biasanya, mereka menggores-gores badan mereka dengan pedang dan tombak sampai
darah bercucuran.
Itulah yang mereka lakukan terus-menerus sampai petang hari seperti orang kesurupan.
Meskipun demikian, tetap saja tidak ada yang menjawab, tidak ada yang memperhatikan.
Lalu Nabi Ilyas memanggil rakyat untuk berkumpul di sekelilingnya, kemudian ia mulai
memperbaiki tempat peribadatan yang telah runtuh. Dengan batu-batu, Nabi Ilyas membangun
kembali tempat ibadat kepada Allah SWT. Di sekeliling tempat itu ia menggali parit yang cukup
besar sehingga dapat menampung kurang lebih 15 liter air. Ia menyusun kayu api di atas tempat
persembahan kurban, lalu daging sapi dipotong-potong dan ditaruhnya di atas kayu itu.
Kemudian ia berkata, Isilah 4 tempayan dengan air sampai penuh, lalu tuangkan air itu ke atas
persembahan kurban dan ke atas kayunya. Setelah mereka melakukan hal itu, ia berkata,
Sekali lagi, lalu mereka melakukannya. Satu kali lagi, kata Nabi Ilyas, dan mereka
melakukannya pula. Maka mengalirlah air di sekeliling tempat peribadatan itu sehingga paritnya
pun penuh air.
Lalu Nabi Ilyas mendekati tempat itu dan berdoa, Ya Allah, Tuhan yang disembah oleh
Ibrahim, Ishak, dan Yakub, nyatakanlah sekarang ini bahwa Engkaulah Allah Yang Maha Esa,
dan saya hamba-Mu. Jawablah, Ya Allah! Jawablah saya supaya rakyat ini tahu bahwa Engkau,
ya Allah, adalah Tuhan, dan bahwa hanya kepada-Mu sajalah mereka akan kembali.
Lalu Allah SWT. mengirim api dari langit. Api itu membakar hangus daging kurban
bersama kayu apinya, batu-batunya, dan tanahnya, serta menjilat habis air yang ada di dalam
parit itu. Pada saat rakyat melihat hal itu, mereka tersungkur ke tanah sambil berkata, Allah
itu adalah Tuhan! Sungguh Allahlah Tuhan yang benar!
Kemudian berkatalah Nabi Ilyas, Tangkap nabi-nabi Baal itu! Jangan biarkan seorang
pun lolos! Lalu semua nabi Baal itu dibunuh pada hari itu juga, dan Allah Yang Maha Esa dan
Yang Mahakuasa dimuliakan. Orang-orang yang ada di situ bertahmid memuji Allah SWT.
Setelah itu berkatalah Nabi Ilyas kepada Raja Ahab, Sebentar lagi akan hujan, silakan
Raja Ahab pergi! Lalu Raja Ahab pergi dan Nabi Ilyas naik ke atas Jabal Qarmil (Gunung
Karmel). Lalu Allah SWT. menurunkan hujan lebat ke negeri Israil yang sudah sangat
kekeringan.

5

Nabi Ilyas di Jabal Tsur

Raja Ahab yang jahat itu mempunyai seorang istri yang lebih jahat lagi, namanya Izaibil. Ketika
Ratu Izaibil mendengar bahwa nabi-nabi Baal sudah dibunuh oleh Nabi Ilyas, ia marah sekali
karena ia menyembah Baal. Maka Izaibil mengirim berita ini kepada Nabi Ilyas, Nabi-nabi
saya kaubunuh; saya bersumpah bahwa sebelum besok malam saya akan membunuh kamu.
Nabi Ilyas menjadi takut, lalu melarikan diri supaya tidak dibunuh. Ia berjalan kaki
selama satu hari dan berhenti di bawah sebuah pohon. Di situ ia duduk dan ingin mati
saja. Saya tidak tahan lagi, Ya Allah, katanya kepada Allah SWT. Ambillah nyawa
saya. Saya mau mati saja.
Lalu ia berbaring di bawah pohon itu dan tertidur. Tiba-tiba seorang malaikat
menyentuhnya dan berkata, Bangun Ilyas, makanlah! Nabi Ilyas melihat bahawa ada sepotong
roti bakar dan sebuah kendi berisi air di dekat kepalanya. Ia bangun, makan, dan minum, lalu
tidur lagi.
Untuk kedua kalinya malaikat Allah datang menyentuhnya dan berkata, Bangun, Ilyas,
makanlah, supaya kau dapat tahan mengadakan perjalanan jauh. Nabi Ilyas bangun, lalu makan
dan minum. Ia menjadi kuat dan dapat berjalan selama 40 hari lamanya ke Jabal Tsur (Gunung
Sinai). Di sana Nabi Ilyas bermalam di dalam gua.
Lalu Allah SWT. berkata kepadanya, Ilyas, sedang apa kau di sini?
Jawab Nabi Ilyas, Ya Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, saya selalu mengerjakan segala
sesuatu hanya untuk Engkau saja. Tetapi bani Israil melanggar perjanjian mereka dengan
Engkau. Mereka membongkar tempat-tempat peribadatan-Mu dan membunuh nabi-nabi-
Mu. Hanya saya sendirilah yang tinggal, dan sekarang mereka mau membunuh saya juga!
Keluarlah dari gua itu, kata Allah SWT. kepadanya, dan berdirilah menghadap Aku di
atas gunung. Lalu Allah SWT. lewat di situ, dan ada angin yang bertiup kencang sekali
sehingga bukit-bukit terbelah dan gunung-gunung batu pecah. Tetapi Allah SWT. tidak
menyatakan diri di dalam angin itu.
Sesudah angin itu reda, terjadilah gempa bumi, tetapi Allah SWT. tidak menyatakan diri
di dalam gempa bumi itu. Kemudian datanglah api, tetapi Allah SWT. pun tidak menyatakan
diri di dalam api itu. Sesudah itu suasana menjadi senyap, lalu terdengar suatu suara yang kecil
lembut.
6

Ketika Nabi Ilyas mendengar suara itu, ia menutup mukanya dengan jubahnya, lalu
keluar dan berdiri di mulut gua itu. Terdengarlah suara yang berkata, Ilyas, sedang apa kau di
sini?
Nabi Ilyas menjawab, Ya Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, saya selalu mengerjakan
segala sesuatu hanya untuk Engkau saja. Tetapi bani Israil melanggar perjanjian mereka dengan
Engkau. Mereka membongkar tempat-tempat peribadatan-Mu dan membunuh nabi-nabi-
Mu. Hanya saya sendirilah yang tinggal, dan sekarang mereka mau membunuh saya juga!
Allah SWT. berkata, Kembalilah dan lantiklah Ilyasa supaya dia menjadi nabi untuk
menggantikan engkau. Jangan putus asa lagi. Masih ada 7000 orang di Israil yang tetap setia
kepada-Ku dan tidak pernah sujud menyembah patung Baal.
Lalu berangkatlah Nabi Ilyas mendapati Nabi Ilyasa yang sedang membajak dengan
pasangan sapi. Ketika Nabi Ilyas melewati Nabi Ilyasa, Nabi Ilyas
melepaskan jubahnya dan melemparkannya ke bahu Nabi Ilyasa. Nabi Ilyasa
meninggalkan sapi-sapinya dan mengikuti Nabi Ilyas yang melantiknya menjadi nabi juga.
















7

Nabi Muhammad s.a.w dan wahyu pertama

Nabi Muhammad s.a.w merupakan rasul terakhir, sekaligus sebagai penutup para rasul-
rasul sebelumnya. Dialah yang menyempurnahkan ajaran ajaran islam. Nabi Muhammad
merupakan nabi yang mendapatkan mukjizat paling banyak diantara rasul-rasul sebelumnya
Salah satunya yang paling besar adalah alquran, yang menjadi pedoman utama kehidupan
manusia.

Nabi Muhammad s.a.w telah dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah. Ia
sungguh menyedihkan hatinya sehingga beliau kerapkali ke Gua Hira, sebuah gua bukit dekat
Makkah, yang kemudian dikenali sebgai Jabal An Nur untuk memikirkan cara untuk mengatasi
gejala yang dihadapi masyarakatnya. Di sinilah baginda sering berfikir dengan mendalam
tentang nasib manusia pada zaman itu. Baginda memohon kepada Allah supaya memusnahkan
kedurjanaan yang kian berleluasa. Disinilah juga Wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah
s.w.t kepada Nabi Muhammad s.a.w dengan perantaraan malaikat jibril a.s semasa baginda
berumur 40 tahun.
Dari Aisyah, Ummul Muminin r.a. katanya: Wahyu yang mula-mula turun kepada
Rasulullah s.a.w ialah berupa mimpi-baik waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas
oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan
diri ke Gua Hira. Di situ beliau beribadat beberapa malam, tidak pulang ke rumah isterinya.
Untuk itu beliau membawa bekalan secukupnya. Setelah bekalan habis, beliau kembali kepada
Khadijah untuk mengambil lagi bekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali pula ke Gua
Hira, hingga suatu ketika datang kepadanya Al-Haq (kebenaran atau wahyu), iaitu sewaktu
beliau masih berada di Gua Hira itu. Allah s.w.t mengutuskan malaikat jibril sebagai
perantaraan menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Malaikat jibril datang kepadanya, lalu katanya, 4O^~-!
Jawab Nabi, Aku tidak pandai membaca.
Kata Nabi kemudian menceritakan, Aku ditarik dan dipeluknya sehingga aku kepayahan.
Kemudian aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca.
8

malaikat jibril berkata 4O^~- !
Jawab nabi, Aku tidak pandai membaca.
Nabi Muhammad s.a.w ditarik dan dipeluknya pula sampai tidak boleh bernafas. Kemudian
Nabi Muhammad s.a.aw dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca. 4O^~-.!
Nabi menjawab, Aku tidak pandai membaca.
Nabi Muhammad s.a.w ditarik dan dipeluknya untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskannya
dan Jibril membacakan 5 ayat pertama surat Al-Alaq ini kepada nabi.:
Iqra bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana minallaq. Iqra ! Wa rabbukal
akram.
4O^~- c) El)4O Og~-.-
4-UE ^ 4-UE =}=Oee"- ;}g`
-U4N ^g 4O^~- El4O4
N4O^- ^@Og~-.- =^U4
U^) ^j =^U4 =}=Oee"- 4`
uu4C ^)
Maksudnya : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah swt kepada
Muhammad saw dan menjadi pertanda kerasulan baginda.
Selepas itu, Rasulullah s.a.w. pulang ke rumah dengan membawa wahyu itu beserta
perasaan hati yang berdebar-debar. Lalu, beliau masuk menemui isterinya Khadijah binti
Khuwailid, seraya berkata: 'Selimutkanlah aku! selimutkanlah aku!' Maka, khadijah pun
menyelimutkan baginda sehingga hilanglah rasa takut baginda itu.
9

Kata Nabi Muhammad s.a.w kepada isterinya Khadijah (setelah diceritakan semua
kejadian yang baru dialaminya itu), Sesungguhnya aku bimbangkan diriku (akan binasa).
Kata Khadijah, Jangan takut. Demi Allah, sampai bila pun Allah tidak akan
menghinamu dan membinasakanmu. Sesungguhnya kamu amat suka menyambung tali
persaudaraan , menanggung beban dan berusaha membantu orang yang tidak mempunyai apa-
apa, memuliakan tetamu, dan membantu orang ketika bencana-bencana alam menimpa.
Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi Muhammad s.a.w menemui Waraqah bin Naufal
bin Asad bin Abdul Uzza, iaitu sepupu Khadijah, yang telah memeluk agama Nasrani (Kristian)
pada masa jahiliyah itu. Waraqah dianggap sebagai orang yang tepat untuk membuka tabir
rahasia yang tersimpan dalam kisah nabi dan malaikan Jibril di goa Hira karena dia adalah
seorang pendeta Nasrani yang memahami Injil bahkan sempat menerjemahkannya ke dalam
bahasa Arab. Usianya telah lanjut, dan matanya telah buta.
Kata Khadijah kepada Waraqah, Hai waraqah sepupuku! Dengarkanlah cerita dari
anak saudaramu ini.
Kata Waraqah kepada Nabi. Wahai Anak Saudaraku ! Apakah yang telah terjadi atas
diri Anda?
Lalu Rasulullah saw, menceritakan kepadanya semua peritiwa yang telah dialaminya.
Berkata Warakah, Inilah namus (Malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi
Musa. Wahai, semoga saya masih hidup ketika itu, iaitu ketika Anda diusir oleh kaum Anda.
Maka bertanya Nabi saw. Apakah mereka akan mengusirku?
Jawab Waraqah, Ya, betul! Belum pernah seorang pun yang diberi wahyu seperti Anda,
yang tidak dimusuhi orang. Andai kata hari itu aku sempat bersama denganmu nescaya aku
akan bela engkau dengan bersungguh-sungguh. Tidak berapa lama kemudian, Waraqah
meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu.

Wahyu kedua
10

Kata Ibnu Syihab, Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarkan kepadanya, bahawa Jabir bin
Abdullah al Anshari menceritakan tentang terputusnya wahyu, katanya Nabi saw berkata dalam
hadisnya: Pada suatu waktu, ketika aku sedang berjalan-jalan, tiba-tiba kedengaran
olehku suatu suara dari langit. Maka kuangkat pandanganku kearah datangnya suara itu.
Kelihatan kepadaku malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hira dahulu. Dia
duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku terperanjat kerananya dan terus pulang. Aku
berkata kepada Khadijah, selimutkan Aku! Lalu Allah swt. Menurunkan ayat:
Og^4C NOgEO^- ^ ~
OO^ ^g El+4O4 uO) ^@
El44Og4 O)-_C ^j 4O;_OO-4
Ou- ^)
Hai orang yang berselimut! Bangunlah! Maka berilah peringatan! Dan besarkanlah
Tuhanmu! Dan bersihkanlah pakaianmu! Dan jauhilah berhala! (surah Al Muddatstsir, ayat 1-5)
Maka semenjak itu wahyu selalu turun berturut-turut di tempat-tempat yang berlainan.

Anda mungkin juga menyukai