Pd
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
www.afiqi-sirau.blogspot.com
Sejarah TQM
Indsutri Jepang hancur akibat perang dunia ke II, untuk membangun kembali dan
bangkit dari kehancuran industrinya tersebut pada tahun 1950 Asosiasi Insinyur Jepang
mengundang Dr. W. Edward Deming untuk melatih para insinyur Jepang dalam bidang
manajemen untuk mencapai kualitas yang kemudian dikenal dengan Total Quality
Management (TQM).
Jaminan mutu (quality assurance) adalah system manajemen kualitas yang berkembang
kemudian. Dalam system ini tujuan utamanya adalah pencegahan kesalahan.karena itu, dalam
proses pengadaan barang atau jasa harus diusahakan agar setiap langkah dilaksanakan dengan
1
cermat sejak permulaan dan terus diawasi selama proses. Apabila ada kesalahan, pada
kerusakan juga diusahakan perbaikannya. Sistem ini yang sesuai dengan prisnsip Corsby –
Zero defect (tanpa cacat). Kekuatan sistem ini adalah bahwa kualitas produk memang lebih
terjamin, dan tidak mungkin ada produk yang tidak sesuai kualitasnya. Kelemahan sistem ini
adalah perencanaan umumnya lebih sulit dan memerlukan sumber daya manusia yang benar-
benar berkualitas, yang sudah tentu memerlukan biaya. Namun dalam jangka panjang tetap
dianggap lebih menguntungkan.
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya (Tjiptono & Diana 2001:4).
Menurut W, Edwards Deming sebagai perintis, disamping Joseph Juran, Elton Mayo,
Philip B. Corsby, Armand V Feigenbaum sebagai berikut:
Lingkungan yang berfokus pada mutu adalah sebuah organisasi dimana pengadaan
pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan pelanggan dan dengan biaya
terjangkau menjadi konsensus di kalangan anggota organisasi tersebut. Inti pendekatan
semacam ini adalah tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan, yang dengan sendirinya
menunjukkan efektifitas pelayanan.
Agar TQM berhasil, maka baik klien maupun tim kerja harus menjadi mitra aktif dalam
pengambangan pelayanan. Secara khusus, agar pelanggan puas maka staf harus memiliki
3
keahlian yang dibutuhkan dan rasa memiliki terhadap pelayanan. Pegawai pada semua
tingkatan harus bisa melatih keleluasaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik di
dalam maupun di luar organisasi.
Istilah mutu terpadu terhadap pendidikan disebut pula Total Quality Education (TQE),
untuk memahami esensi mutu terpadu diperlukan empat hal yaitu:
Biasanya, tangapan awal terhadap TQM cukup positif, namun kerap hanya dalam
bentuk dukungan verbal semata. Masalah mulai muncul ketika diperlukan dukungan aktif
dari para manajer senior untuk menciptakan atmosfer yang kondusif, dimana staf bisa
bereksperimen dan mempelajari pendekatan baru tanpa takut disalahkan, atau ketika terjadi
tekanan untuk melaksanakan "proyek pesanan".
Tujuan utama TQM adalah untuk mereorientasi sistem manajemen, perilaku staf, fokus
organisasi dan proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga penyedia pelayanan
bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi kebutuhan,
M. Anis Afiqi., S.H.I M.Pd
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
www.afiqi-sirau.blogspot.com
Manfaat utama penerapan TQM pada sektor publik adalah perbaikan pelayanan,
pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam sistem manajemen
dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai tambahan,
manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di
kalangan staf pelayanan publik, perbaikan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya,
peningkatan akuntabilitas dan transparansi pemerintah serta peningkatan produktifitas dan
efisiensi pelayanan publik.
Produktivitas
Untuk dapat mengungkap kinerja, hasil dan dampak lembaga pendidikan secara
periodik dan teratur diperlukan adanya evaluasi, sehingga evaluasi tersebut sekaligus menjadi
bagian dari manajemen pendidikan. Fakry Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen
pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik dan
komprehensif untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan
mengandung arti sebagai upaya yang terkoordinasikan secara sistematik dan sistemik untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga mengandung arti segala
sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai produktivitas
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Produktivitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan, efisiensi dalam
penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan
sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus berkembang. Berdasarkan pengertian
teknis produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu produktivitas fisik dan
produktivitas nilai. Secara fisik, produktivitas diukur secara kuantitatif seperti banyaknya
keluaran (panjang, berat, lamanya waktu, jumlah). Sedangkan berdasarkan nilai produktivitas
diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen
terhadap pekerjaan/tugas. Oleh karena itu mengukur tingkat produktivitas tidaklah mudah, di
samping banyaknya variable, juga ukuran yang digunakan sangat bervariasi.
Secara khusus di bidang pendidikan formal, produktifitas sekolah ditentukan oleh tiga
5
fungsi utama, yaitu:
Gillmore seperti dikutip Fattah (2000), mendasarkan produktivitas pada tiga aspek,
yaitu prestasi akademis, kreativitas, dan pemimpin. Seorang yang mempunyai intelegen
tinggi sudah barang pasti mempunyai kecenderungan kreatif, berprestasi, dan akhirnya akan
produktif. Oleh karena itu, baik secara individu maupun kelompok apabila berkarya sebaik-
baiknya, merupakan landasan untuk mencapai produktivitas organisasi.
Pencapaian produktivitas yang tinggi ada kaitannya dengan kepuasan individu dan
kelompok. Oleh karena itu, yang penting untuk meningkatkan produktivitas perlu
diperhatikan perilaku manusia dan sosial dengan segala aspeknya. Dalam kaitan ini Mc.
Gregor sangat yakin bahwa manajer akan mendapatkan manfaat besar, apabila menaruh
perhatian pada kebutuhan social dan aktualisasi diri bawahannya.
Demikian juga Maslow tentang kebutuhan dasar yang bertingkat mulai kebutuhan
fisiologi, sosial, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri. Semuanya itu perlu mendapat
perhatian seorang manajer untuk memberi saluran, kesempatan sehingga meningkatkan
produktivitas.
Suatu lembaga atau organisasi yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan tent
harus mengidentifikasi siapa saja planggan yang berkaitan dengan jasa mereka.
Pelanggan dikelompokkan menjadi: pelanggan internal dan eksternal; pelanggan
eksternal sendiri ada tiga yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pelanggan internal
yaitu para staf institusi itu sendiri. Pelanggan primer yaitu penerima dan pengguna
langsung jasa yang diberikan oleh institusi, misalnya sekolah yaitu para murid
selama menjadi siswa. Pelanggan sekunder yaitu pihak-pihak yang berkepentingan
atas jasa sekolah walaupun tidak menerima dan mempergunakan secara langsung,
contohnya orang tua, pemerintah, dan lembaga (organisasi) sponsor adalah
pelanggan sekunder karena mereka berkepentingan atas jasa pendidikan. Pelanggan
tersier adalah pihak-pihak yang menerima dan mempergunakan jasa perguruan
tinggi yang telah berhasil memahami dan menghayati jasa perguruan tinggi secara
keseluruhan, misalnya dunia kerja meliputi lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta, usaha-usaha wiraswasta, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Dalam manajemen pendidikan istilah SDM maksudnya untuk semua tenaga yang
ada dilembaga pendidikan, yang dapat mencakup tenga administrasi dan edukatif.
SDM dari suatu institusi perlu didorong agar berkompten dalam tugas mereka.
Pengembangan SDM memerlukan sebuah rencana institusional dan sebuah proses
analisis kebutuhan sebagaimana diperlukannya sistem monitoring dan evaluasi
terhadap efektifitas program pelatihan jangka panjang dan jangka pendek.
Lingkungan sumber daya fisik dapat disamakan dengan sarana dan prasana.
Menurut Mulayasa (2002:49) bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar.
7
Proses TQM
Untuk mencapai hasil yang kompetitif sebuah institusi membutuhkan strategi dan
tujuan yang kuat. Oleh karena itu agar proses untuk implementasi TQM berjalan
dengan baik dan efektif maka memerlukan pengembangan mutu. Implementasi
TQM dalam pendidikan melewati beberapa proses sejak dari persiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan mutu jasa layanan pendidikan yang diharapkan para
pelanggan pendidikan. Proses TQM mencakup aspek kepemimpinan dan kerjasama
tim sebagai kunci TQM dalam pendidikan.
Kepemimpinan (Leadership)
For The Kids, isitlah ini sama dengan “dekat dengan pelanggan” dalam
pendidikan.
Produk
Produk Pendidikan
Sesuai dengan pendapat Sallis (1993:31) tentang jasa yang disediakan oleh
lembaga pendidikan, berupa, tuition, assessment, and guidencei yang
diberikan kepada peserta didik, orang tua, dan sponsor maka produk (hasil)
perguruan tinggi yang hakikatnya berupa jasa.
Produk Kepemimpinan
9
memimpin, membuat rencana, mengembangkan ide baru dan bekerjasama
dengan pelanggan, baik internal dan eksternal.
Input, proses, output dan outcomes merupakan kristalisasi dari pentingnya pencapaian
produktivitas dalam sebuah organisasi, termasuk bidang pendidikan. Hal tersebut dapat
terwujud apabila menerapkan Total Quality Management (TQM). Penerapan TQM sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan tidak bisa berhasil secara instant, artinya perubahan
inovatif yang diharapkan tidak dapat terwujud secara langsung. Karenanya diperlukan upaya
yang berkesinambungan agar dapat mewujudkan produktivitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA