1. Merusak akhlak (ifsadul akhlaq) Dalam konggres misionaris tahun 1930-an, Zweimmer, seorang Yahudi pemuka kaum zending mengatakan di hadapan para peserta bahwa tugas para misionaris bukan mengkristenkan kaum muslimin di negeri-negeri Islam karena itu berarti pemuliaan bagi mereka. Tugas kaum zending yang sebenarnya adalah menjauhkan kaum muslimin dari agamanya sehingga akan lahir generasi yang tidak memiliki hubungan dengan AlKhaliq. Ketika orang tidak punya hubungan dengan Tuhan, pada saat itulah ia mengalami kebobrokan moral. Langkah pertama dari ghazwul fikr ini adalah merusak akhalak umas islam, terutama generasi muda. Karena dalam islam akhlak adalah pilar utama. 2. Menghancurkan fikrah (pemikiran) (tahthimul fikrah) Aqidah yang lemah menyebabkan mereka tidak lagi berpegang pada nilainilai moral dan sifat utama. Pada saat itu visi dan idealisme dalam perjuangan menjadi hancur berantakan. Kaum kuffar menyebarkan syubhat sekitar Islam, Allah, Rasul, al-Quran, dan syariat. Akibatnya kaum muslimin meragukan kebenaran agamanya sendiri. Setelah
moral
umat
islam
rusak,
langkah
selanjutnya
adalah
menghancurkan pola pikir islami. Pola pikir jahiliyah itu diantaranya
materialisme, dan feminisme. 3. Melarutkan kepribadian (idzabatu asy-syakhshiyyah) Akibat dari semua itu maka lahirlah generasi muslim yang tidak berkepribadian. Mereka tidak percaya diri untuk menampakkan indentitas keislaman. Nama-nama, mode pakaian, bahasa, gaya hidup, pola pikir, semuanya mereka ganti dengan kebudayaan impor dari Barat. Sebagian tokoh mereka mengatakan bahwa apabila ingin maju kita harus menjiplak Barat seutuhnya. Era westernisasi dimulai ! 4. Menjatuhkan akidah (ar-riddah) Pada kondisi yang lebih parah bukan hanya kebudayaan dan pemikiran yang mereka jiplak dari barat. Apalagi fikiran sudah tercemari, gaya hidup sudah terwarnai, tidak ada lagi identitas Islam yang tersisa, akhirnya sekian, aqidahpun mereka tukar dengan ideologi barat.