CASE REPORT
Bronkopneumonia
DisusunOleh:
Fadhli Firman 0715149
Pembimbing:
dr. Ferdanela
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama penderita
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 10 bulan
Kiriman dari
: dr.Ade Indramono
Diagnosa masuk
: bronkopneumonia duplex
Tanggal dirawat
: 25April 2014
Tanggal diperiksa
: 25 April 2014
AYAH
Nama
: Asep Saifudin
Umur
: 31 tahun
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Penghasilan
:-
Alamat
Nama
:Maryani
Umur
: 30 tahun
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Penghasilan
:-
Alamat
IBU
II. ANAMNESIS
Heteroanamnesis diberikan oleh ibu pasien pada tanggal25 April 2014
Keluhan utama :Demam
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Buang air kecil tidak ada keluhan. Buang air besar menjadi lebih lembek
dan berwarna hijau kehitaman.
Riwayat Lingkungan
Usaha berobat : pasien datang ke praktek dr. Ade Indramono dan diberikan surat
rujukan ke dr.Bambang.
Susunan keluarga
Hubungan
keluarga,
No
Nama
Umur
L/P
1.
31 tahun
Ayah
2.
Ny. Maryani
30 tahun
Ibu
3.
An. Sumaya
- tahun
Anak I
4.
An. Faichurozzi
10 bulan
Anak II (pasien)
sehat,
sakit, meninggal
Imunisasi
Dasar
Ulangan
Anjuran
6. HiB -
1. BCG
2. DPT
7. MMR -
3. Polio
8. Hep A -
4. Hep.B
9. Cacar air -
5. Campak
Makanan
Sejak sakit nafsu makan menurun. Biasanya minum ASI dan makan bubur
dan buah-buahan.
Penyakit Dahulu
Diare
: (+)
Difteri
:( - )
Campak
: (-)
Batuk pilek
:( + )
Tifus perut
:( - )
Asma
:( - )
Pneumonia
: (-)
Kejang
:( - )
Tetanus
: (-)
Batuk rejan
: (-)
Ginjal
: (-)
Cacar air
: (-)
Hepatitis
: (-)
Lainnya
: (-)
TBC
:( - )
Asma
:-
Penyakit darah
:-
TBC
: -
Penyakit keganasan : -
Ginjal
:-
Kencing manis
:-
Lainnya
: bronchitis
ANAMNESA SOSIAL
Pasien tinggal di rumah yang memiliki ventilasi yang baik.Sumber air untuk
mandi dan mencuci dari sumber air pribadi yang diberikan oleh perusahaan
sekitar.Sumber air minum dari air galon.Rumah memiliki jamban sendiri dan
pembuangan ke sungai.Sampah dibuang jauh dari rumah dan diambil 1 minggu
sekali.Tidak ada wabah penyakit di lingkungan rumah.Pasien sering bepergian
dengan keluarga menggunakan motor.
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan sakit
: Sakit sedang
Ekspresi Wajah
Nadi
: 36,3OC (ketiak)
Pernafasan
: 60 x/menit
Tekanan darah
:-
3.3 Pengukuran
Umur
:10 bulan
Berat badan
: 7,8 kg
Tinggi badan
: 67 cm
BB/TB
: 7,8/(6,7m)2 = 17,37
Status gizi:kurang
Kulit
KGB
Rambut
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
sekret -/-
Mulut
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Palpasi
: Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien dalam batas normal.
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
Status neurologikus
Kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), laseque sign (-)
Tonus otot tidak dapat dinilai, kekuatan otot tidak dapat dinilai
25/04/2014
Pagi
Siang
sore
Tensi
Nadi
120x/menit
Respirasi
30x/menit
Suhu
36,3 C
26/04/2014
pagi
Siang
sore
Tensi
Nadi
120 x/menit
120 x/menit
120 x/menit
Respirasi
44x/menit
40x/menit
30x/menit
Suhu
35,6 C
36,0 C
36,0 C
27/04/2014
pagi
Tensi
Nadi
120 x/menit
Respirasi
30x/menit
Suhu
36,2 C
Siang
sore
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nilai normal
Keterangan
Hemoglobin
9,5 g/dL
Menurun
Hematokrit
31,2 %
Leukosit
23.280 /mm
Trombosit
31 - 43 %
3
335.000/mm
Normal
4000 - 13500/mm
150.000 - 400.000/mm
3,8 - 5,8 juta/mm
Meningkat
3
Normal
Eritrosit
5,8 juta/mm
Normal
MC
MCV
54 fL
80 - 100 fL
Menurun
MCH
25 pg/mL
26 - 34 pg/mL
Menurun
MCHC
30 g/dL
32 - 36 g/dL
Menurun
Hitung jenis
Basofil
0,9
0-1%
Normal
Eosinofil
0,2
1-5%
Menurun
Neutrofil batang
4,6
3-5%
Normal
Neutrofil segmen
26,3
25-60%
Normal
Limfosit
70,8
25-40%
Meningkat
Monosit
7,3
2-10%
Normal
Pemeriksaan radiologi :
Foto thoraks PA digital.
Cor, sinuses dan diafragma normal
Pulmo :
hili kasar
corakan ramai di perihiler
tampak nodul-nodul opak dengan bercak lunak di perihiler
IV.
RESUME
Seorang pasien anak laki-laki berumur 10 bulan, BB 7,8 kg, TB 67 cm, status
gizi kurangdatang ke RSI bersama orang tuanya dengan keluhan demam. Demam
dirasakan sejak seminggu yang lalu.Demam dirasakan naik secara perlahan dan
naik turun.Demam terutama tinggi pada malam hari. Namun, demam dirasakan
turun suhunya setelah meminum obat penurun panas, tapi setelah 4 jam kemudian,
panas kembali naik. Sejak seminggu yang lalu, pasien juga batuk berdahak dan
bila pasien mengeluarkan dahaknya, dahak berwarna kuning.Pada 3 hari yang
lalu, pasien terlihat sesak napas seperti kesulitan untuk mengambil napas.Hal ini
diperhatikan oleh ibunya.Pasien juga mengalami muntah 2 hari yang lalu.Muntah
berupa muntahan ASI, tidak ada sisa makanan, tidak ada lendir maupun darah.
Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, nyeri di belakang bola mata, kejang,
menggigil, mimisan, dan bintik-bintik merah pada tubuh dan anggota gerak. Tidak
ada penurunan berat badan yang signifikan. Nafsu makan menurun.Buang air
kecil tidak ada keluhan. Buang air besar menjadi lebih lembek dan berwarna hijau
kehitaman.
Usaha berobat : pasien datang ke praktek dr. Ade Indramono dan diberikan surat
rujukan ke dr.Bambang.
Riwayat imunisasi
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan sakit
: Sakit sedang
Ekspresi wajah
: lemah,rewel (menangis)
Tanda-tanda Vital
Nadi
: 36,3OC (ketiak)
Pernafasan
: 60 x/menit
Tekanan darah
:-
Pemeriksaan Sistematik
Mulut
Thorax
o Inspeksi
o Auskultasi
Status neurologikus
Dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang
-
V. DIAGNOSIS BANDING
Bronkopneumonia duplex e.c bakteri non TB
Bronkopneumonia duplex e.c bakteri TB
Bronkopneumonia duplex e.c virus
Bronkopneumonia duplex e.c jamur
LED
Manthoux test
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis utama :
O bronkopneumonia duplex
Diagnosis tambahan :
O diare akut tanpa dehidrasi
O Suspek TB
Status gizi
O Kurang / underweight
Diagnosis kerja
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Diet ASI dan bubur
O2 2-3 lpm
Infus KaEN4B setiap hari
Medikamentosa
Paracetamol cth x 3 prn
Amoxicillin 1 cth x 3
Ambroxol HCl cth x 2
Nebulisasi 2x/ hari dengan obat :
Bromhexine HCL 5 mL
Ipratropium Br 0,5 mg
Zinc 20 mg/hari
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
X. PENCEGAHAN
Umum
1. Menjaga kesehatan anak dengan pemberian ASI
2. Pemenuhan asupan gizi pada anak
Khusus
1. Vaksinasi dengan vaksin pertusis, H. influenza
2. Vaksin influenza untuk bayi >6 bulan dan usia remaja
3. Untuk orangtua atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan untuk diberikan
vaksin influenza dan pertusis
Follow up
Tanggal
26 April
2014
S
Demam
berkurang
Sesak +
Batuk berdahak
+
Muntah ASI +
Nafsu makan
BAB
BAK Normal
O
N:120 x/m
R: 44 x/m
S: 35,60C
Kepala:
CA -/- SI -/Leher : KGB ttm
Mulut : mukosa hiperemis
A
BP
duplex
P
Diet ASI dan
bubur
Mucopect drops
3 x 8gtt
Ottopan 3x0.8
mL prn
Ceftriaxone 125
mg x3
Mikasin 2x 50
mh
Kalmetason 3x1
Thorax:
B/P simetris
Cor: BJM regular, murmur
Nebulisasi
2x/hari :
Bisolvon 10 tts
Kombiven amp
Abdomen: cembung,
soepel, BU +, NT
Hepar & lien sulit dinilai
Infus KaEN4B
750 cc/hari
Ext hangat
Lab : Hb : 9,5
g/dL, L 23.280
/mm3, MCV54
fL, MCH 25
pg/mL, MCHC 30
g/dL
27 April
2014
Demam Batuk +
Muntah +
Sesak +
Nafsu makan +
BAB mencret
BAK normal
N:140x/menit, kecil
R: 30 x/menit
S: 36,1C
Kepala:
Mata : CA -/- SI -/Leher : KGB ttm
Thorax:
B/P simetris
Cor: BJM regular, murmur
BP
duplex
+ diare
akut
Nebulisasi
2x/hari :
Bisolvon 10 tts
Kombiven amp
Infus KaEN4B
750 cc/hari
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
parenkim
paru
yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercakbercak (patchy distribution) (1).
Etiologi(2)(3)
USIA
<1bl
BAKTERI
Streptokokus grup B
VIRUS
Cytomegalovirus
Escherichia coli
Bakteri enterik gram negatif lainnya
Listeria monocytogenes
2 bl-1 th
2-5 th
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Virus influenza
Staphylococcus aureus
Virus parainfluenza
Pseudomonas aeruginosa
Adenovirus
Chlamydia trachomatis
Human metapneuvirus
Streptococcus pneumonia
Haemophillus influenza
Virus influenza
Mycoplasma pneumonia
Virus parainfluenza
Mycobacterium tuberculosis
Adenovirus
Human metapneuvirus
Rhinovirus
6-18 th
Streptococcus pneumonia
Chlamydophila pneumonia
Mycoplasma pneumoniae
Mycobacterium tuberculosis
Virus influenza
Epidemiologi
Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak usia<5 th di seluruh
dunia, terutama di negara berkembang. Estimasi insidensi pneumonia pada anak
<5 th di negara berkembang 0,28 episode dibandingkan dengan 0.05
episode/anak/th di negara maju (2)(1).
Cara penularan
Bronkopneumoni ditularkan melalui suatu mikroorganisme infeksius yang
terinhalasi dari udara yang terkontaminasi dan mikroorganisme ini akan melalui
mekanisme pertahanan tubuh normal host. Mekanisme pertahanan itu sendiri ada
2, yaitu nonimmune dan immune.Nonimmune seperti refleks batuk, pembersihan
oleh mukosiliari dan beberapa substansi yang disekresikan.Bakteri ini dapat
masuk baik secara inhalasi maupun mikroaspiraasi (1)(3).
Faktor risiko yang menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas (4)
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi didapatkannya(3)
Pneumonia lobaris
Pneumonia multilobaris
Bronchopneumonia
Pneumoni interstitial
Patogenesis(1)
Mekanisme pertahanan pada traktus respiratori ada yang spesifik
maupun yang non spesifik. Mekanisme pertahanan yang non spesifik
berupa glottis dan pita suara, mekanisme siliari, sekresi dari jalan napas,
sel fagosit bermigrasi dan terfiksasi pada suatu tempat, protein nonspesifik
antimikrobal dan opsonin, dan flora normal, bentuk anatomis dari tubuh
serta sekret yang keluarkan sepanjang traktus respiratori sangat membantu
pertahanan. Sedangkan mekanisme pertahanan yang spesifik seperti sel
sitotoksik, killer sel, sel memori, dan sel limfosit lainnya.
Pada saat mikroorganisme masuk dalam tubuh maka akan
terbentuklah suatu kaskade pengeluaran dari respon inflamasi. Kerusakan
dari parenkim paru ini sendiri tidak hanya akibat mikroorganisme yang
masuk dan bertahan tapi dari hasil respon inflamasi itu sendiri.
Mikroorganisme ini akan mengeluarkan toksin yang merusak sel-sel paru.
Ada empat tahapan yang menggambarkan patogenesis penyakit ini:
1. Timbul dalam 24 jam setelah terinfeksi, paru-paru mempunyai
karakteristik secara mikroskopik dengan adanya kongesti
vascular dan edema alveolar. Terlihat banyak bakteri dan
neutrophil.
2. Hepatisasi merah. Terjadi dalam 2-3 hari. Disebut demikian
karena kemiripannya dengan konsistensi hepar. Ditandai dengan
banyaknya eritrosit, neutrophil, dan deskuamasi sel epitel serta
adanya fibrin pada alveoli
3. Hepatisasi kelabu. Paru-paru menjai abu coklat hingga kuning
karena adanya eksudat fibrinopurulen, disintegrasi dari sel darah
merah dan hemosiderin.
4. Tahapan terakhir adalah resorpsi dan pengembalian dari
arsitektur paru. Banyaknya reaksi fibrin mungkin memulai fase
resolusi.
Manifestasi klinis
Bila penyebabnya adalah bakteri, anak akan lebih kelihatan sakit, gelisah dan
kesulitan bernapas, demam dengan suhu yang lebih tinggi. Batuk merupakan
gejala yang sering dijumpai. Biasanya batuk disertai dengan adanya produksi
sputum, walau pada usia kurang dari 8 tahun, sputum tertelan dan tidak
dikeluarkan.
Gejala lokal saluran napas pun menjadi suatu tanda klinis yaitu suatu pernapasan
yang terdengar tanpa auskultasi dan anak yang merintih. Gejala lain seperti
sianosis, hipoksia, pernapasan cuping hidung, retraksi parasternal, subcostal dan
intercostal serta dispnu sering ditemukan.Napas dangkal, laju napas yang cepat
sesuai usia (<2 bulan >60 kali permenit; 2-12 bulan > 50 kali permenit; dan 1-5
tahun > 40kali permenit) dapat dicurigai pneumonia.
Selain itu, ada pembagian manifestasi klinis yaitu :
Gejala infeksi umum : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan turun,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang ada gejala
ekstraparu.
Gejala respiratori : batuk, sesak napas, retraksi dinding dada, takipnoe, pernapasan
cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.
Pada auskultasi didapatkan ronchi atau bila sudah sampai tahap konsolidasi maka
suara pernapasan akan tertutup (2) (3).
Dasar diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Panas badan
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan) (4)
Anamnesis
Demam tinggi, batuk, gelisah, rewel dan sesak napas (2)
Pemeriksaan fisik
Neonatus : takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada,
sianosis dan malas menetek
Bayi lebih tua : jarang grunting, biasanya batuk, panas dan iritasi.
Anak prasekolah, dapat pula ditemukan batuk produktif/non produktif dan
dyspnea.
Anak sekolah dan remaja, gejala lainnya adalah nyeri dada, nyeri kepala, dan,
letargi.
Pada auskultasi ditemukan ronki basah halus (2)
WHO menyarankan bila dijumpai takipnu dan retraksi otot pernapasan harus
diwaspadai pneumoni.Setelah itu, kita harus dapat mencari etiologinya. Kita dapat
melakukan kultur dari sputum, darah, apusan nasofaring atau orofaring, cairan
pleura melalui torakosintesis, atau biopsi jaringan paru bila sulit. Pertimbangan
untuk foto Rontgen jika ada demam tanpa sebab jelas.Bila melakukan foto
Rontgen didapatkan hasil negatif, jangan cepat menyingkirkan kemungkinan
brokopneumoni (3).
Penatalaksanaan
Terapi oksigen
Bayi dan anak yang mengalami hipoksia mungkin tidak tampak sianosis
Agitasi mungkin menjadi indikasi hipoksia
Oksigen diberikan pada penderita dengan saturasi oksigen <92% pada udara
kamar untuk mempertahankan saturasi oksigen > 92% dan pada penderita
dengan distress napas (2)
Analgetik dan antipiretik
Anak yang terkena infeksi saluran napas bawah akut umumnya mengalami
pireksia dan dapat merasakan nyeri seperti nyeri kepala(2).
Terapi cairan
Anak yang tidak mampu mempertahankan asupan cairan akibat sesak atau
kelelahan memerlukan terapi cairan(2),
Pemberian antibiotik
Untuk penyakit ini diberikan kotrimoksasol 8 mg/kgbb.dosis trimethoprim
dalam 2 dosis p.o atau amoksisilin 25 mg/kgbb/dosis diberikan tiap 12 jam p.o (2)
Prinsip pemberian antibiotik :
1. Pemberian antibiotika secara empiris dipertimbangkan sesuai usia dan
berat ringannya penyakit
2. Perlu pemberian antibiotic untuk kasus berap
3. Jika demam menetap dan tidak ada perbaikan klinis setelah 48 jam
terapi, evaluasi kembali terapi dan lakukan pemeriksaan foto
Rontgen dada
4. Ganti antibiotika oral jika terjadi perbaikan klinis
5. Lama pemberian antibiotika secara oral 10 hari
6. Lihat, respon klinis, jika terjadi perbaikan klinis, antibiotika sedikitnya
7-10 hari atau bisa diperlama jika terjadi komplikasi seperti
bakteriemia atau meningitis dll
7. Sesuaikan pemberian antibiotika dengan hasil kultur jika bakteri
patogen sudah diketahui (3).
Pencegahan
Vaksinasi dengan vaksin pertusis, H.influenza
Vaksin influenza untuk bayi > 6bl dan usia remaja
Untuk orangtua atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan untuk diberikan
vaksin pertusis dan influenza (2) (3).
Daftar Pustaka
1. Bennett, Nicholas John. Pediatric Pneumonia. MedScape. [Online] January
31, 2014. http://emedicine.medscape.com/article/967822-overviewl.
2. Garna, Herry and Nataprawira, Heda Melinda, [ed.].Pedoman Diagnosis
dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 4. Bandung : Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, 2012. pp. 812-821.
3. Nurjannah.Pearls of Comprehensive Care in Pedriatics. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2012. pp. 46-56.
4. Buletin Pneumonia. Departemen Kesehatan. [Online] September 2010.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20PNEUMON
IA.pdf.