Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar antara
lain: preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan (biomekanis),
disinfeksi, dan pengisian saluran akar.Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi
oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga
apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan mengalami kegagalan perawatan,
bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik.
Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-organisme ke
dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikroorganisme yang
tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal
karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai
untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak
hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga
disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar. Salah satu bahan pengisi saluran
akar adalah gutta percha (Soedjono,2009)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Komposisi Gutta percha


Gutta percha telah digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar selama lebih dari
100 tahun. Terdapat dua jenis gutta percha point yang telah diproduksi yaitu standardised
point atau cone dan nonstandardized atau accessory point. Nonstandardized point
mempunyai ukuran yang bervariasi seperti extra fine, fine atau medium, tergantung dari
buatan pabrik. Perbedaan kedua jenis point ini adalah nonstandardized point lebih tapered
(Messing dan Stock, 1988).
Material gutta percha yang sudah lama dijadikan bahan pengisi saluran akar ini
terbuat dari olahan karet dari beberapa jenis pohon tropikal. Gutta percha secara alami
mengandung 1,4 polyisoprene dan lebih keras, lebih rapuh dan lebih elastik daripada
karet biasa. Cones gutta percha modern untuk material pengisi saluran akar mengandung
sekitar 20% gutta-percha, zinc oxide 60-75%, dan sisanya 5%-10% berupa beberapa jenis
resin, wax dan garam metal. Gutta percha antiseptik dengan agen mikrobial telah
diusulkan, namun tidak ada informasi mengenai efek dari bahan aditifnya. Material cone
gutta percha memiliki ketebalan 1 mm dan bersifat radiopak (Cohen dan Hargreaves,
2006).

Persentase komposisi gutta percha:


Gutta percha 19% - 22 %
Zinx oxide

59% -75%

(untuk kekentalan)

Metal sulphates 1.5% - 17% (untuk radiopak)


Waxes/resins 1% - 4%

(materi handling)

Colouring agent <1%

(untuk kontras visual)


(Ford, 2002)

B. Sifat Gutta Percha


Sebagian besar kegagalan perawatan saluran akar disebabkan pengisian yang tidak
hermetis dapat mengakibatkan mudahnya mikroorganisme masuk ke jaringan periapikal.
Maka sangat perlu mengetahui sifat-sifat gutta percha sebagai bahan pengisian saluran
akar. Berikut ini adalah berbagai sifat dari gutta percha point :

1. Sifat Biologis
Gutta percha memiliki sifat tidak mengiritasi jaringan lunak dan pulpa,
tidak berbau sebagai bahan pengisian saluran akar. Bahan ini mudah disterilkan
dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri/ aktivitas anti bakteri dengan
menggunakan desinfektan dingin seperti larutan metafen tak berwarna atau
senyawa amonium kuartener seperti zefiran, larutan tiomersal 0,1 % dan etil
alcohol 60 %. Kombinasi zinc oxide eugenol dan ikatan acrylic diameter 160
tidak memberikan efek negatif pada periodonsium sedangkan calcium hydroxide
dapat efek rangsangan penutupan pada apeks saluran akar (Grossman, 1995;
Harty, 1992; Grossman, 1978).

2. Sifat Fisik
Gutta percha point dikenal dengan sifat plastisitas. Untuk medapatkan sifat
plastisitas digunakan teknik melalui pemanasan (thermoplasticied guttapercha
technique) dan secara kimiawi (kloroperca, eucaperca).
Dengan cara thermoplastik menggunakan lebih banyak panas untuk
menaikkan plastisitas gutta percha dan sedikit tekanan sedangkan dengan
menggunakan pelarut kimiawi mengurangi viskositas gutta percha pada keadaan
yang lebih cair dan menaikkan plastisitasnya melebihi plastisitas pada keadaan
thermoplastik. Bentuk molekul trans linear dan sifat kristalnya lebih cepat
sehingga mengakibatkan gutta percha lebih keras dan kaku sehingga lebih mudah
patah serta kurang elastik dari pada getah murni (Grossman, 1995; Nicholls,
1984; Grossman, 1952).

3. Sifat Thermis

Karakteristik temperatur gutta percha berdasarkan proses terjadinya


kristalisasi dibagi atas 2 bentuk yaitu alpha dan beta. Bentuk fase beta melunak
sekitar 98,60F (370C) berubah menjadi bentuk kristal ke fase alfa sekitar 107,60F111,20F (420C- 440C) dan akhirnya mengerut, berbentuk amorphous. Gutta
percha mengalami 60% kristalisasi dan 40% memiliki bentuk amorphous.
Hasil pembentukan fase alpha dapat mengalami pengerutan sedikit akan
tetapi kompaksi tekanan serta penggunaan teknik yang baik dapat mengurangi
proses pengerutan.
Gutta percha dapat dilunakkan dengan pelarut kimia untuk meningkatkan
adaptasi dalam persiapan pengisian saluran akar. Akan tetapi proses pengerutan
dapat terjadi dan jaringan periradikuler dapat mengalami iritasi oleh karena proses
penguapan bahan pelarut. Hal ini disebabkan karena bahan pelarut sulit
menjangkau saluran gigi atau kurang kehati-hatian di dalam menumpatkan
sejumlah gutta percha yang lunak ke dalam jaringan periradikuler (Cohen, 1998;
William, 1979).

4. Sifat Kimia
Struktur kimia gutta percha secara alamiah berasal dari polimer Isoprene
(C5H8) yang merupakan molekul polimer organik yang ditandai suatu atom ikatan
rantai kovalen. Struktur isomer gutta percha adalah trans -1, 4-poly isoprene, di
mana memiliki struktur yang teratur yang dapat mengalami kristalisasi sehingga
tampak keras dan kaku (Cohen, 1998; William, 1979).

C. Bentuk gutta percha


1. Guttap cone
Berbentuk cone (conus) sebagai bahan pengisi utama. Ukuran guttapercha pengisi yang sama dengan ukuran jarum endodontik, dari besaran 15
sampai 140, sesuai dengan standard ADA dan ISO, gutta
p e r c h a i n i d a p a t disterilkan dengan alkohol 70%, chlorhexidine 2%, atau
sodium hipoklorit (5%).

2. Guttap point
Bentuk sesuai dengan standard ISO dengan penambahan diameter
keruncingan 2% per mm.

3. Guttappoint protaper
Dengan penambahan keruncingan 4%, 6%, 12% per mm. Namun
demikian

masih

banyak

sistem

keruncingan

yang

berbeda

karena

tergantung pada merek misalnya: core filler gutta percha, gutta percha point, yang
menggunakan inti dari resin (www.scribd.com).

Gutta percha untuk keperluan endodontik dijual sebagai cone dalam berbagai
bentuk dan ukuran. Sekarang pengusaha mengeluarkan cone gutta percha dalam bentuk
tapper yang sesuai dengan instrument tapper yang lebih besar (#.02, #.04, #.06). Dua tipe
cone dapat ditemukan dari cont point digunakan sebagai master cone dan auxiliary point
digunakan sebagai kondensasi lateral. Standar internasional telah ditetapkan untuk gutta
percha point (misalnya master cone) adalah sama dengan ukuran dan bentuk file
endodontik (ANSI no.78).
Auxiliary point mempunyai tapper yang lebih besar dan lebih tajam dibanding
cone standar. Meskipun auxiliary point juga standar namun mengikuti sistem yang
berbeda. Point ini dapat ditemui dalam ukuran fine, fine-medium, medium-fine, dan
medium-large. Cone gutta percha ini sering digunakan sebagai aksesori pada waktu
kondensasi lateral. Walaupun core point sering digunakan sebagai master cone untuk
obturasi, auxiliary cone lebih sesuai digunakan untuk tujuan yang sama (Cohen, 2006).

Figure 7.7Gutta percha


manufactured to correspond to
the Greater Taper files
(Dentsply), in tapers 0.06, 0.08,
0.10, 0.12.

Figure 7.9
Gutta percha points in ISO sizes

Figure 7.8
Accessory gutta percha points in
sizes A-D.

Figure 7.11
A customized cone has been
rolled on a glass slab.

D. Sediaan Gutta percha


Bentuk sediaan terkini dari gutta percha adalah:
-

Solid core gutta percha points (Standardized dan Non standardized)

Thermo mechanical compactible Gutta-percha

Thermo plasticized Gutta-percha (Solid core system dan injectable form)

Medicated Gutta-percha
(Prakash et al)

E. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Gutta percha


Tujuan dari pengisian saluran dengan gutta percha adalah untuk mengisi
sistem saluran akar secara keseluruhan dan mengisolasi saluran akar dari kebocoran
(leakage) dari arah koronal maupun apical.
Kelebihan dari penggunaan material gutta-percha ini antara lain:

Inert

Tidak menyebabkan alergi

Berdimensi stabil

Antibakteri

Tidak menyebabkan

pewarnaan pada dentin

organik

Radiopak

Dapat dilunakkan dengan

Dapat dilunakkan dengan larutan

Dapat dikeluarkan dari saluran akar


bila diperlukan

panas
Selain itu, penggunaan material ini juga memiliki kerugian yaitu:

Kurang kaku

Tidak berikatan secara adesi dengan dentin


(Ford, 2004)

BAB III
KESIMPULAN

Gutta percha merupakan material pengisi saluran akar yang umum digunakan di
kedokteran gigi

Terdapat beberapa bentuk gutta percha :


1. Guttap cone
2. Guttap point
3. Guttap point protaper

Gutta percha tersedia dalam bentuk solid, plastis, maupun kombinasi keduanya.

Gutta percha dapat diaplikasikan dengan beberapa teknik dalam pengisian saluran akar.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Cohen S. 1998. Pathways of Pulp, 7th ed. Philadelphia : Mosby Inc.


Cohen S, dan Hargreaves KM. 2006. Pathways of The Pulp, 9th ed. St. Louis: Mosby Elsevier.
Ford TRP. 2004. Endodontics in Clinical Practice. 5th edition. London : Kings college.
Grossman LI. Dental Formulas and Aids to Dental Practice. Philadelphia : Lea and Febiger
Company Ltd.
Grossman IL. 1978. Endodontic Practice, 6th ed. Philadelphia : Toppen Company Ltd
Grossman IL. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. edisi 11. Alih bahasa : Abyono R. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harty FJ. 1992. Endodonti Klinis, edisi 3. Jakarta : Hipocrates.
MessingJJ dan Stock CJR. 1988. A Colour Atlas of Endodontics. London: Wolfe Medical
Publications Ltd.
Nicholls E. 1984. Endodontics. 3th edition. Bristol : J Wright and Sons Ltd.
Soedjono P, Latief M, dan Laksmiari S. Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan
bahan kalsium oksida lebih baik dibanding kalsium hidroksida. Jurnal Persatuan Dokter
Gigi Indonesia. Vol. 58, No. 2, Mei 2009, hal. 1-5.

Wiliams DF dan Cunningham J. 1979. Material in Clinical Dentistry. New York : Oxford
University Press.

Makalah Biomat 3

Anda mungkin juga menyukai