Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS BANGSAL

VERTIGO
Oleh : Alma Hepa Allan (20030310097)

A. Pendahuluan
Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita
masih anak-anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika
kita berhenti berputar, terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini
adalah vertigo.
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil atau rasa
pusing ; deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan
dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena dikalangan awam kedua
istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
B. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar yang
merujuk pada sensasi berputar sehingga rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan.
Vertigo adalah sensasi yang dirasakan pasien seakan-akan benda
disekitarnya berputar-putar mengelilinginya atau ia seakan-akan berputarputar mengelilingi satu titik. Sedangkan gangguan keseimbangan adalah
perasaan sempoyongan, rasa badan seperti melayang. Keluhan terakhir ini
disebut juga pusing atau vertigo nonvestibular. Keluhan yang tergolong
dalam pusing adalah perasaan seperti mabok, kepala seperti bergerak
berlebihan, perasaan seperti mau pingsan, perasaan seperti mau jatuh dsb.
C. Etiologi

Penyebab vertigo sangatlah banyak beberapa penyebab vertigo yang


sering muncul walaupun penyebab pastinya belum diketahui dengan jelas
yaitu:
1. Keadaan lingkungan
a. motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
a. alcohol
b. gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
a. transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara kerena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebratal dan arteri basiler.
4. Kelainan di telinga
a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkulasis didalam
telinga bagian dalam (menyebabkan BPPV)
b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. Herper zoster
d. Labirintis (infeksi labirin di dalam telinga)
e. Peradangan saraf vestibuler
f. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologist
a. skelerosis multiple
b. patah tulang tengkorak uang disertai cedera pada labirin
persarafanya atau keduanya
c. tumor otak
d. tumor yang menekan saraf vestibularis.
6. Vestibulum: kadang-kadang kausa di vestibulum tidak serius seperti pada
Benigna Posititional Vertigo.

7. N.VIII. tidak jarang kausa dari pusing terletak pada N.VIII. bila ini terjadi
maka disamping rasa pusing juga biasa terjadi tuli persepsi.
8. Retikulum dari batang otak. Sering terganggu karena trauma kapitis,
karena batang otak terletak ditengah-tengah tenggorokan.
9. Traktus posterior dari myelum. Sering terjadi akibat gangguan metaboik
(vit B 12) maupun oleh karena suatu tumor atau oleh karena suatu radang,
maka implus dari tendo maupun otot tidak dapat naik (deep sensibility)
sehingga mengganggu.
10. Imagination: kadang kita melihat bahawa rasa pusing disebabkan oleh
karena masalah atau kesulitan psikis.
11. Generalized illness: biasanya disebabkan oleh karena infeksi Tipoid,
Herpes, Zoster, Morbili maupun influenza.
12. Opthalmic disease: penyakit mata seperti diplopia dan glaucoma dapat
menyebabkan keluhan pusing
D. Sistem Keseimbangan
Manusia, karena berjalan dengan kedua tungkainya, relative kurang
stabil dibandingkan dengan mahluk lain yang berjalan dengan empat kaki,
sehingga lebih memerlukan informasi posisi tubuh relative terhadap
lingkungan, selain itu diperlukan juga informasi gerakan agar dapat terus
beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya. Informasi tersebut diperoleh dari
sistem keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai
reseptor,

serta

sistem

vestibuler

dan

serebelum

sebagai

pengolah

informasinya. Selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan


dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh. Sistem
tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di
susunan saraf pusat.
MEKANISME KERJA SISTEM KESEIMBANGAN

Banyak faktor yang ikut berperan dalam mempertahankan


keseimbangan. Untuk mempermudah pemahaman, sistem yang rumit ini
dapat disederhanakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Kelompok penerima rangsang (reseptor) di perifer
2. Pusat integrasi, yang letaknya lebih sentral, di antaranya di batang
otak dan serebelum.
3. Pusat persepsi, di mana rangsang disadarkan, yaitu di korteks otak.
1. Kelompok penerima rangsang di perifer
Reseptor vestibular, yang terletak di labirin di telinga dalam
berespons terhadap gerakan angular dan linier dari pada kepala dan
terhadap gravitasi. Hasilnya ialah refleks vestibulookular yang
mempertahankan citra (bayangan) di retina mata tetap stabil sewaktu
kepala bergerak, dan refleks vestibulospinal yang mengontrol sikap
badan.
Reseptor visual memberikan informasi mengenai sasaran dan
lingkungan yang dibutuhkan untuk mengarahkan pandangan, dan
menekan

atau

meningkatkan

refleks

vestibulo-okular,

yang

memungkinkan citra yang stabil di retina sewaktu kepala bergerak.


Stimulasi visual saja dapat memberikan sensasi gerakan dan
mengganggu keseimbangan. Perasaan bergerak ini dapat ditekan atau
dikoreksi oleh input dari vestibular dan somatosensorik. Diplopia
(yaitu melihat kembar, misalnya oleh kelumpuhan otot penggerak bola
mata) sering mengakibatkan gangguan sensasi berupa rasa tidak
seimbang dan kepala terasa ringan.
Banyaknya pasien yang mengeluhkan rasa puyeng dan sakit kepala
bila mereka mula-mula memakai kaca mata baru, terlebih-lebih bila
ada astigmatisme.
4

Reseptor

somatosensorik

memberikan

informasi

mengenai

gravitasi, posisi, permukaan, luas gerakan daripada otot-otot dan


persendian. Informasi ini memberikan umpan balik bagi refleksi
spinal dan vestibulo-spinal.
Reseptor di anggota gerak bawah sering terganggu pada neuropati
perifer. Hal ini mengakibatkan perasaan kurang seimbang. Reseptor di
persendirn intervertebralis pada vertebrata leher bagian atas berperan
dalam memberikan informasi keseimbangan dan mungkin juga dalam
mengontrol gerakan bola mata.
E. Tanda dan Gejala
Bila seseorang menderita vertigo, ini menunjukkan bahwa sistem
vestibularnya terganggu. Rasa puyeng, rasa tidak seimbang, rasa tidak
stabil, yang tidak disertai oleh vertigo, dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan, misalnya gangguan visual, somatosensorik (proprioseptik) dan
juga oleh gangguan pada sistem vestibular.
1. Rasa tidak seimbang, disekuilibirium
Keluhan ini dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan, misalnya:
gangguan vestibular, gangguan proprioseptif (misalnya pada tabes
dorsalis), penyakit susunan saraf pusat. Juga gangguan fungsi
serebelum, labirin yang tidak berfungsi, gangguan ekstrapiramidal,
intoksikasi obat, tumor di fossa posterior dapat mengakibatkan
keluhan ini.

2. Kepala terasa ringan, enteng


Keluhan ini dapat disebabkan oleh efek samping obat, seperti obat
anti-hipertensi, obat penenang. Keluhan ini juga dapat diakibatkan
5

oleh gangguan sistemik, seperti demam, gangguan metabolik.


Penderita

dengan

gangguan

psikogen

(psikis)

tidak

jarang

mengemukakan bahwa kepalanya terasa penuh, tidak segar dan terasa


ringan.
3. Merasa seolah hampir pingsan, hilang, sinkop, black out.
Keluhan

ini

sering

dijumpai

pada

gangguan

homeostatik,

gangguan aliran darah, termasuk penyakit jantung, kardiovaskular,


serebrovaskular, anemia dan juga oleh obat-obatan. Gangguan irama
jantung, kelainan katup jantung dapat mengakibatkan keluhan ini.
4. Vertigo (halusinasi gerakan, rasa bergerak)
Penderita merasa atau melihat lingkungannya bergerak, atau
dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami
biasanya gerakan memutar. Namun kadang-kadang dapat berbentuk
linier, seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Vertigo dijumpai pada gangguan vestibular, baik yang perifer maupun
yang sentral. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita
saksikan adanya nistagmus.
A. PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
a. Teori Rangsang Berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan
muntah.
b. Teori Konflik Sensorik
6

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang


berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara
mata/visus,

vestibulum

dan

proprioseptik,

atau

ketidak-

seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.


Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha
koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
c. Teori Neural Mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut
teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan
tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan
terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi
timbul gejala.
d. Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis
timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika
sistim parasimpatis mulai berperan
e. Teori Neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan
terori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan

neurotransmiter tertentu dalam mem-pengaruhi sistim saraf otonom


yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
f. Teori Sinaps
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler
yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi
CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF
selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang
selanjutnya

mencetuskan

mekanisme

adaptasi

berupa

meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.


Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas
simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susunan saraf parasimpatis.

F. Klasifikasi
Vertigo Sentral Dan Vertigo Perifer
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak,
serebelum atau otak) atau di perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular).
Kita perlu membedakan kedua vertigo ini, karena terapi dan prognosisnya
dapat berbeda.

1. Vertigo sentral
Gangguan di batang otak atau di serebelum biasanya merupakan
penyebab vertigo jenis sentral. Untuk menentukan apakah gangguan
8

berada di batang otak, kita selidiki apakah terdapat gejala lain yang
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik. Banyak penderita yang
mengeluhkan rasa lemah. Kita perlu membedakan antara kelemahan
umum dengan kelemahan yang disebabkan oleh gangguan di batang
otak.
2. Vertigo Perifer
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
benigna. Serangan vertigo dapat dicetuskan oleh perubahan posisi
kepala. Bila kepala bergerak, misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah menjatah barang di rak yang lebih tinggi. Vertigo
berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.
Vertigo posisional benigna paling sering penyebabnya ialah
idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma
di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular.
Prognosis umumnya baik, gejala akan menghilang secara spontan.

Perbedaan Vertigo Sistemik dan Non Sistemik ( Perifer dan Sentral)

Tanda

Perifer

Sentral

Masa laten sebelum timbul


nistagmus

2-20 detik

Tidak ada

Lama nistagmus

< 30 detik

> 30 detik

Kelelahan nistagmus

Menghilang dengan
maneuver berulang-ulang

Nistagmus kambuh bila


maneuver berulang-ulang

Arah mistagmus pada posisi


kepala tertentu

Satu arah

Berubah arah tergantung


posisi kepala

Instensitas vertigo

Berat

Ringan-tidak ada

Posisi kepala

Posisi kepala tertentu saja

Lebih dari satu posisi

Contoh klinis

BPPV

Neuroma akustik, istemik


vertebrovaskuler, selerosis
multiple

Arah nistagmus

Terutama satu arah dan satu


bidang, fase cepat
berlawanan dengan tempat
lesi

Satu atau berubah arah, dapat


berubah bidangnya bila
maneuver diulang-ulang

Nistagmus horizontal disertai


komponen berputar

Cukup sering ditemukan

Jarang ditemukan

Vertigo berat

Jelas

Ringan

Arah dari pada perputaran

Ke arah fase cepat

Berubah-ubah

Arah past pointing

Ke arah fase lambat

Berubah-ubah

Arah jatuh

Ke arah fase lambat

Berubah-ubah

Pengaruh perputaran
kepala

Dengan mendadak vertigo


akan muncul

Tidak ada pengaruh

Lama gejala-gejala

Akut atau kronis

Biasanya kronis

Tinnitus dan/atau tuli

Mungkin ada

Biasanya tidak ada

G. Tatalaksana Penderita Vertigo


10

Seperti diuraikan diatas vertigo bukan penyakit tersendiri, melainkan


gejala dari penyakit yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh
karena itu, pada setiap penderita vertigo harus dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan yang cermat dan terarah untuk menentukan bentuk vertigo, letak
lesi dan penyebabnya.
H. Anamnesa
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya : melayang, berputar
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan
yang memprovokasi timbulnya vertigo : perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan. Profil waktu : apakah timbulnya akut atau perlahanlahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik.
Karakteristik : apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai atau ditemukan pada alat lesi vestibular atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, anti malaria dan
lain-lain yang diketahui ototoksik dan adanya penyakit sistemik seperti
anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu
ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.
I. Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan
sistemik, otologik atau neurologic vestibuler atau sereberal, dapat berupa
pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata atau
nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis pada keluhan vertigo
adalah untuk menentukan penyebab, apakah akibat kelainan sentral yang
berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum,
batang otak atau berkaitan dengan sistem vestibuler/otologik, selain itu harus
dipertimbangkan pula faktor psikologik yang dapat mendasari keluhan vertigo
tersebut. Faktor sistemik yang juga harus diperhatikan antara lain aritmia
jantung, hipertensi, hipotensi, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus
vertigo, pertama-tama harus diperhatikan bentuk vertigonya, lalu letak lesi

11

dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan
terapi simtomatik yang sesuai.
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan
darah diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri, bising karotis,
irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
Pemeriksaan neurologi dilakukan perhatian khusus pada :
A. Uji Romberg
Penderita dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan kelaianan pada sereberal badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun mata tertutup.
Pasien dengan gangguan vestibularis tidak banyak menunjukkan
perbedaan antara berdiri dengan mata terbuka dan menutup.

Pada waktu berjalan:

CARA BERJALAN
Gaya berjalan pasien dengan gangguan serebelum adalah khas. Pada
pemeriksaan pasien diminta berjalan dengan mata terbuka dan
tertutup. Pasien diminta berjalan :
-

mengikuti garis lurus

memutar kursi

lari ditempat
12

maju mundur

akan terlihat kesimpangsiuran gerakan, dimana kecenderungan


untuk menyimpang garis atau jatuh kesalah satu sisi dapat
disaksikan, pada lesi unilateral di serebelum kecendurungan jatuh
ke sisi lesi. Pada lesi deivermis, badan akan bergoyang-goyang
pada waktu diam dan berjalan (gait ataksia).
B. Tandem Gaid
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri atau kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan atau kiri ganti bergantian. Pada kelainan
vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan kelainan pada
serebral penderita akan cenderung jatuh.
C. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan
ditempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang
atau berputar kearah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram. Kepala dan badan berputar kearah lesi, kedua lengan bergerak
kearah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik.
Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat kearah lesi.
D. Past-ponting test
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya
menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup
mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi (sampai vertikal) dan
kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular
didapatkan salah tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan
serebelar. Tes ini dilakukan dengan lengan kanan dan lengan kiri.
Di samping penderita disuruh mengangkat lengannya tinggi-tinggi,
dapat pula dilakukan dengan menurunkan ke bawah sampai
vertikal, dan kemudian kembali ke posisi semula.
13

E. TES DISMETRIA
Adalah gangguan kemampuan untuk mengelola kecepatan,
kekuatan dan jangkauan gerakan.
Tes yang sering digunakan dalam klinik adalah :
-

tes telunjuk hidung

tes hidung-telunjuk hidung

tes telunjuk-telunjuk.

CARA PEMERIKSAAN
-

Tes telunjuk hidung


Dalam posisi tangan menunjuk, penderita diminta merentangkan
tanganya, kemudian saling bergantian kanan dan kiri mendaratkan
telunjuknya di hidung.

Tes hidung telunjuk hidung


Dalam posisi menunjuk kedua tangan saling ditempelkan pada
ujung-ujungnya berulang-ulang

Tes telunjuk-telunjuk
Dalam posisi menunjuk, ujung jari telunjuk ditempelkan ke hidung
berulang-ulang dengan jarak sekitar 20 cm.

2. Pemeriksaan khusus Oto-Neurologis


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di
sentral atau perifer.
A. Fungsi Vestibuler
1) Uji Dix Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional
pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dapat
dilakukan manuver Nylen-Barany atau disebut juga di
tempat-tidur-periksa, kemudian ia direbahkan sampai kepala
tergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30
derajat di bawah horison, kepala ditolehkan ke kiri. Tes
14

kemudian diulangi dengan kepala melihat lurus, dan diulangi


lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap
membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat sekiranya
muncul nistagmus. Diperhatikan kapan nistagmus mulai
muncul, berapa lama berlangsung, serta jenis nistagmus.
Kepada penderita ditanyakan apa yang dirasakannya. Apakah
vertigo yang dialaminya pada tes ini serupa dengan vertigo
yang dialaminya.
Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapatkan masa
laten selama sekitar 2-30 detik. Yang dimaksud dengan masa
laten di sini ialah nistagmus tidak segera timbul begitu kepala
mengambil posisi yang kita berikan. Nistagmus baru muncul
setelah beberapa detik berlalu, yaitu sekitar 2-30 detik. Kita
katakan masa laten untuk terjadinya nistagmus adalah 2-30
detik. Pada lesi vestibular yang perifer didapatkan masa laten.
Pada lesi vestibular yang sentral tidak didapatkan masa laten.
Nistagmus segera muncul. Pada lesi perifer vertigo biasanya
berat; lebih berat dari pada lesi sentral.
2) Tes Kalori
Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini
membutuhkan peralatan yang sederhana. Dapat diperiksa
kedua telinga. Kepekaan penderita terhadap rangsang kalori
bervariasi, karenanya lebih baik dimulai dengan stimulasi yang
ringan dengan harapan telah terinduksi nistagmus dengan rasa
vertigo yang ringan dan tidak disertai nausea atau muntah.
Stimulasi yang lebih kuat selalu dapat diberikan bila penderita
ternyata kurang sensitif.
CARA MELAKSANAKAN TES KALORI
15

Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah)


sebanyak 60 derajat. (tujuannya ialah agar bejana lateral di
labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat
dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi yang
diakibatkan oleh endolimf). Tabung suntik berukuran 20 ml
dengan ujung jarum yang dilindungi dengan karet dengan
ukuran nomor 15 diisi dengan air bersuhu 30 oC (kira-kira
derajat di bawah suhu badan). Air disemprotkan ke liang
telinga dengan kecepatan 1 ml per detik. Dengan demikian
gendangan telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Bola
mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus.
Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan
sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih
dingin dari suhu badan). Arah gerak dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3-5 kali per detik) dan lamanya
nistagmus berlangsung dicatat.
Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita,
namun biasanya berlangsung antara - 2 menit. Setelah
beristirahat selama 5 menit, telinga kedua dites.
J. PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Obat untuk mengurangi
vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan
skopolamin.
Skopolamin terutama berfungsi utnuk mencegah motion sickness, yang
terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari.
Semua obat diatas menyebabkan ngantuk, terutama pada usia lanjut.
Skolopamin dalam bentuk plester memiliki efek mengantuk yang paling
sedikit.
Kondisi telinga dalam : rehabilitasi vestibular termasuk pergerakan
kepala dan badan untuk mengoreksi kehilangan keseimbangan.
16

Penyakit Menieres : mengurangi retensi cairan badan melalui diuretik,


sedatig, anti histamine (diet rendah garam)
Gangguan kecemasan : konseling
Kondisi kesehatan lainnya : menyarankan pengobatan untuk penyakit
yang memberi kontribusi pusing seperti infeksi telinga, stroke, masalah
jantung / multiple skeloris.

PRESENTASI KASUS BANGSAL


VERTIGO
Alma Hepa Allan (20030310097)
Anamnesis

: Autoanamnesa

Tanggal

: 1 November 2008

Ruang

: Bangsal Cempaka kelas I

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S. N

Umur

: 47 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jombor RT 01/01 Jombor, Tuntang, Semarang

Pekerjaan

: Swasta - Asuransi

Agama

: Islam
17

II. DATA SUBYEKTIF


Keluhan utama

: Pasien merasakan kepalanya pusing berputar-putar


hingga muntah berkali-kali.

Lokasi

: Kepala

Onset

: Tiba-tiba saat habis beraktifitas

Kualitas

: Kepala terasa pusing berputar-putar hingga muntah


berkali-kali pada waktu malam.

Kuantitas

: Sudah 1 hari yang lalu (31 Oktober 2008) pada


malam hari pasien merasakan kepalanya pusing
berputar-putar, sempoyongan hingga muntah.

Kronologis

: Pasien merasakan sakit seperti ini sudah kedua


kalinya, yang pertama pada waktu hari ketiga bulan
puasa pasien merasakan sakit yang sama hingga di
rawat di RS. Sejak semalam (31 Oktober 2008) pada
malam hari pasien merasakan kepalanya pusing
berputar-putar, sempoyongan hingga muntah. Karena
rasa pusingnya masih timbul maka tanggal 1
November 2008 pasien memutuskan untuk berobat
ke BPRSUD Salatiga.

Faktor yang memperberat : Kelemahan fisik


Faktor yang memperingan : Istirahat tidur dan minum obat mengurangi sakit
kepala
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit keluarga : Riwayat sosial ekonomi :

Pasien adalah ibu rumah tangga yang bekerja


sebagai pegawai swasta asuransi bagian lapangan
dengan 2 orang anaknya. Suami pasien sudah
meninggal sejak tahun 1996.
18

III.

DATA OBYEKTIF
A. Status present
Denyut nadi

: 84 x/menit

Tekanan darah

: 148/93 mmHg

Pernapasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5 C

B. Status Internus
Kepala

: Mesosepal, bentuk simetris (jahitan)

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar limpa, kaku kuduk (-).

Dada

: Jantung dan Paru dalam batas normal

Abdomen

: Inspeksi
Palpasi

: Permukaan datar, venektasi tidak ada


: Nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak
teraba

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Perkusi

: Timpani

C. Status psikis
Status psikis dalam batas normal
D. Status Neurologis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: Composmentis; GCS : E 4V5M6

Orientasi

: Orang(baik),Waktu(baik),Tempat(baik),Situasi(baik).

Daya Ingat

: Baru (baik), Lama (baik).

SARAF-SARAF OTAK
Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

N I (Olfaktorius)
Daya Penghidu
N II (Optikus)

19

Daya penglihatan

Pengenalan warna

Medan penglihatan

Superior

Inferior

Medial

Ukuran pupil

3 mm

3 mm

Bentuk pupil

bulat

bulat

Gerak bola mata ke lateral bawah

Diplopia

Menggigit

Membuka mulut

Kerutan kulit dahi

Kedipan mata

Mengerutkan dahi

Mengerutkan alis

Menutup mata

Menggembungkan pipi

N III (Okulomotorius)
Ptosis
Gerakan bola mata ke :

Reflek cahaya langsung


N IV (Troklearis)

N V (Trigeminus)

N VI (Abdusens)
Gerakan mata ke lateral
N VII (Facialis)

N VIII (Akustikus)
Mendengar suara

20

N IX (Glosofaringeus)
Sengau

Tersedak

tdl

tdl

84 x/menit

84 x/menit

Bersuara

Menelan

Memalingkan kepala

Sikap bahu

Mengangkat bahu

Eutrofi

Eutrofi

Sikap lidah

Tremor lidah

Menjulurkan lidah

Trofi otot lidah

N X (Vagus)
Denyut nadi

N XI (Asesorius)

Trofi otot bahu


N XII (Hipoglosus)

BADAN
Trofi otot punggung

: Eutrofi

Nyeri membungkukkan badan

: (-)

KOLUMNA VERTEBRALIS
Bentuk

: Normal

Nyeri tekan : ANGGOTA GERAK ATAS


Inspeksi

: Drop hand

: -/-

Pitcher hand : -/Claw hand

: -/-

Ekstremitas Superior

Ekstremitas inferior
21

Gerakan

N/N

N/N

Sensibilitas

N/N

N/N

Kekuatan

5/5

5/5

Tonus

N/N

N/N

Trofi

Eutrofi

Eutrofi

Biseps Triseps Radius Ulna


Reflek Fisiologis

N/N

N/N

Reflek Patologis

Kanan

Kiri

Babinski

Chaddock

Oppenheim

Gordon

Schaefer

Gonda

Bing

Rosalimo

Mendel Bectrew

Hoffmann-Tromner

OConnel

Patrick

Kontra Patrick

Edelman

Guillan

Tes Lasegue

N/N

N/N

Patella Achilles
N/N

N/N

22

IV.

Kernig

Valsava

Naffziger

PEMERIKSAAN PENUNJANG (LABORATORIUM)


Hasil Px

Nilai Normal

Cholesterol

195 mg/dL< 200

Trigliserida

106 mg/dL< 150

HDL cholesterol

36,6 mg/dL

> 45

LDL cholesterol

136 mg/dL

< 100

Asam Urat

3,5 mg/dL 2,4-5,7

V. RESUME
Anamnesis (Subyektif)
Pasien adalah seorang perempuan berusia 47 tahun datang dengan keluhan Sejak
semalam (31 Oktober 2008) pada malam hari pasien merasakan kepalanya
pusing berputar-putar, sempoyongan hingga muntah. Karena rasa pusingnya
masih timbul maka tanggal 1 November 2008 pasien memutuskan untuk berobat
ke BPRSUD Salatiga.
Pemeriksaan (Obyektif)
KU

: Cukup baik

Kesadaran

: Composmentis, GCS : E 4V5M6

Vital sign

: Tensi

: 100/70 mmHg.

Denyut nadi : 80 X/menit.


23

Respirasi

: 22 X/menit.

Suhu

: 36,5 C.

Status Internus

: Dalam batas normal.

Status Psikis

: Tidak ada gangguan

Status Neurologis

: Seperti di bawah ini


Ekstremitas Superior

Ekstremitas inferior

Gerakan

N/N

N/N

Sensibilitas

N/N

N/N

Kekuatan

5/5

5/5

Tonus

N/N

N/N

Ekstremitas Superior
Trofi

Ekstremitas inferior

Eutrofi

Eutrofi

Reflek fisiologis

N/N

N/N

Reflek patologis

-/-

-/-

Pemeriksaan keseimbangan
Romberg test (-)
Test Telunjuk hidung = pusing (+)
Test baring ke posisi duduk dan posisi duduk ke baring = pusing (+)
Past pointing tes (-)
Test Tandem Gaid (-)
V. KESIMPULAN (Assesment)
Diagnosis klinis

: Vertigo

Diagnosis topik

: Kepala

Diagnosis etiologi

: Psikogenik

VI. PENATALAKSANAAN
1.

Medikamentosa
-

Unalium 10 mg 2x1

Asam mefenamat 400 mg + Diazepam 0,5 mg. Jika perlu 1 tablet: sebagai
analgetik, anti inflamasi
24

Neurodex 2x1: sebagai neurotropik

2.

Non Medikamentosa :

Duduk dan berbaring segera jika merasa pusing

Istirahat yang cukup dan hindari stress

Untuk mencegah timbulnya vertigo yaitu menutup mata dahulu jika hendak
merubah sikap kepala dan badan secara teratur.

EVALUASI
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
1 November
2008

Pemeriksaan

Terapi

KU: baik

RL + NB

Kesadaran: CM

Vastigo 2x1 tab

Bangsal
Cempaka

GCS: E4V5M6

Frego 2x1 tab

Hari 1

TD: 148/93 mmHg


T: 36 oC
K: 5/5, 5/5
Kel: pusing berputar-putar hingga muntah
berkali-kali
Dx : Vertigo
Cek Lab : Cholesterol, TG, HDL, LDL, dan
asam urat

2 November
2008

KU: baik

RL + NB

Kesadaran: CM

Vastigo 2x1 tab

Hari 2
25

GCS: E4V5M6

Frego 2x1 tab

TD: 100/70 mmHg


T: 36,6 oC N : 100x/menit
K: 5/5, 5/5
Sensibilitas N/N N/N
RF: + / + + / + RP: laseque +/-, Patrick -/+
Kel: masih pusing dan perut mual
3 November
2008
Hari - 3

KU: baik

Frego 3x1

Kesadaran: CM

Vastigo 3x1

GCS: E4V5M6

Atarax 1x1

TD: 100/80 mmHg

Bralin 2x1 inj

T: 36oC

N : 90x/menit

K: 5/5, 5/5
Sensibilitas N/N N/N
Kel : sudah lebih baik, pusing sedikit, kepala
bagian belakang terasa nyeri
4 November
2008
Hari 4

KU: baik

Frego 3x1

Kesadaran: CM

Vercure 3x1

GCS: E4V5M6

Atarax 1x1

TD: 110/60 mmHg

Bralin 2x1 inj

T: 36,6 oC

NB inj

N : 88x/menit

K: 5/5, 5/5 Sens : N/N N/N


RF: + / + + / + RP: - / - - / -

26

Kel : membaik, pusing (-)


5 November
2008
Hari-5

KU: baik

Frego 3x1

Kesadaran: CM

Vercure 3x1

GCS: E4V5M6

Atarax 1x1

TD: 110/70 mmHg

Bralin 2x1 inj

T: 36,8oC N: 85x/menit

NB inj

K: 5/5, 5/5 Sens: N/N N/N


RF: + / + + / + RP: - / - - / Kel : Membaik
6 November
2008
Hari 6

KU: baik

Frego 2x1

Kesadaran: CM

Vercure 2x1

GCS: E4V5M6

Asthinforce 1x1

TD: 110/70 mmHg

Soholin 2x1

T: 36 oC n : 90x/menit
K: 5/5, 5/5 Sens : N/N N/N
RF: + / + + / + RP: - / - - / Kel : Membaik

27

Anda mungkin juga menyukai