Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PENYALAHGUNAAN NARKOBA TERHADAP

SISTEM SARAF PADA MANUSIA

Oleh :
RITMAYANTI (13030184046)
PENDIDIKAN FISIKA A 2013

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2014

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah


melimpahkan berkah,rahmat,dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul PENGARUH PENYAAHGUNAAN NARKOBA
TERHADAP SISTEM SARAF PADA MANUSIA ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Sosial dan Kebudayaan.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyusunan Makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Surabaya,03 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

iii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................

1.2 Permasalahan ...............................................................................

1.3 Tujuan .........................................................................................

KAJIAN TEORI
2.1 Narkoba
2.1.1 Pengertian Narkoba.............................................................

2.1.2 Jenis Narkoba .....................................................................

2.2 Sistem Saraf Manusia

BAB III

BAB IV

2.2.1 Pengertian Sistem Saraf..

10

2.2.2 Bagian-bagian sel saraf

10

2.2.3 Cara kerja sistem saraf....

11

PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Narkoba terhadap Sistem Saraf Manusia...

13

3.2. Pencegahan dan Pengobatan.

14

PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................

20

4.2 Saran ............................................................................................

20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Di dalam negara yang berkembang terdapat modernisasi sebagai proses

kemajuan hidup manusia dengan ditandai perubahan-perubahan yang terjadi disegala


aspek kehidupan. Era modernisasi yang bergerak begitu cepat dan penuh tekanan
menyebabkan banyaknya orang yang mencari cara untuk menghindar dari tekanantekanan tersebut,dimana Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan
pengaruh budaya luar yang datang ke Indonesia mengakibatkan munculnya budaya
baru di Indonesia, dimana budaya yang mampu membuat para remaja menuju hal
yang negative.Banyak dari mereka yang akhirnya terlibat dalam pergaulan tidak
sehat.Ditambah lagi, era globalisasi seperti saat ini mempengaruhi dan bahkan
membuat nilai-nilai moral dalam kehidupan menjadi kurang diperhatikan lagi.
Pergaulan bebas yang tidak sehat dapat mengarah ke banyak hal yang tidak baik ,
salah satunya adalah narkoba. Selain itu, faktor lainnya yaitu tidak adanya atau
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai efek samping atau akibat yang dapat
ditimbulkan dari penggunaan obat terlarang tersebut.Perubahan budaya yang terjadi
mengakibatkan norma-norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia cenderung
dilupakan.Dan nilai agama cenderung disisihkan.Para remaja yang terjebak
kepergaulan yang rusak tersebut umumnya disebabkan oleh keluarga yang hancur dan
kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.Tetapi sekarang
ini banyak para remaja yang terjerumus berasal dari keluarga yang harmonis.
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda
dewasa ini kian meningkat.Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut,
dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena
pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari
semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda
tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh

dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah
kaum muda atau remaja.
Masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian identitas diri. Mereka
mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anakanak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok
dewasa. Identitas diri adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup pergaulan di mana
seseorang berada. Sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya, tergantung
dari sejauh mana remaja mampu mengendalikan luapan emosi saat merasa
tersinggung oleh seseorang di sekitarnya.
Hambatan dalam proses sosialisasi merupakan manifestasi kelemahan fungsi
kepribadian yang menyebabkan labilitas emosional sehingga tingkat toleransi stres
pun relatif rendah. Ia mudah menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah
ketekunannya dalam belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap
pengaruh penyalahgunaan narkoba.
Para remaja tersebut hanya ingin mengikuti sebuah metode yang lagi
berkembang dan ingin disebut sebagai anak gaul. Sebab lainnya yaitu tipisnya iman
para remaja dan kurangnya pengetahuan remaja tentang agama yan disebabkan
kendala orang tua yang tak mengenalkan agama secara mendalam kepadapara remaja
tersebut.Penggunaan obat terlarang tersebut mendorong maraknya penggunaan
narkoba. Maraknya penggunaan narkoba saat ini tidak hanya trendy di kalangan
parapemuda yang sudah tidak menduduki bangku sekolah lagi, saat ini
penggunaannarkoba telah merajalela di kalangan para pelajar, orang dewasa dan
bahkan pada usialanjut. Semua itu dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai
bahaya narkoba dankurangnya sosialisasi dampak-dampak penggunaan narkoba bagi
kesehatan. Olehkarena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai
dampak penggunaannarkoba terhadap sistem saraf manusia.

1.2

1.3

Rumusan Masalah
1.

Apakah Pengertian Narkoba dan jenis-jenis narkoba?

2.

Apakah Pengertian Sistem Saraf?

3.

Bagaimanakah Pengaruh Narkoba Terhadap Sistem Saraf?

4.

Bagaimana Cara Mencegah dan Cara Pengobatannya?

Tujuan
1.

Menjelaskan tentang pengertian Narkoba.

2.

Menjelaskan pengertian sistem saraf.

3.

Menjelaskan pengaruh narkoba terhadap sistem saraf.

4.

Menjelaskan bagaimana mencegah dan pengobatannya.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 NARKOBA
2.1.1 Pengertian Narkoba
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi
muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda
tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian
hari.Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa,
semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf.Sehingga
pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang
tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif.Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah
keadaan psikologi seseorangseperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku
seseorang jika masuk kedalamtubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum,
dihirup, disuntik, intravena danlain-lain sebagainya.Semua istilah ini, baik "narkoba"
ataupun "napza", mengacu pada kelompoksenyawa yang umumnya memiliki risiko
kecanduan bagi penggunanya. Menurutpakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah
senyawa-senyawa psikotropika yangbiasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untukpenyakit tertentu.Namun, kini narkoba mengalami
pergeseran arti dan umumnyamengacu pada pemakaian di luar peruntukan dan dosis
yang semestinya.
Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para
pencandu narkoba itu pada umumnya masih berusia muda. Artinya usia tersebut ialah
usia produktif atau usia pelajar. Seseorang yang mengonsumsi narkoba biasanya
diawali dengan perkenalannya dengan rokok.Karena kebiasaan merokok ini

sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini.Dari kebiasaan
inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam
lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba,
lalu kemudian mengalami ketergantungan.

2.1.2 Jenis narkoba


Adapun jenis-jenis narkoba yaitu:
a. Berdasarkan bahannya, narkoba digolongkan atas:
1.

Narkoba Golongan 1, (Alam) terdiri dari :


a. Tanaman Papaver Somniferum L.Kokainkokaina Heroin
b. Morphine (Putaw)
c. Ganja

2.

Narkoba Golongan

(Semisintetis) : Alfasetilmetadol,

Benzetidin,Betametadol
3.

Narkoba Golongan 3 (Sisntetis) :Asetildihidrokodenia.

b. berdasarkan efek yang ditimbulkan, narkoba dibedakan menjadi:


A. OPIOID
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium,
Papaversomniverum,

yang

mengandung

20

alkaloid

opium,

termasuk

morfin.NamaOpioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari
opium dannarkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan
dari opium.Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin,
kodein, dan hydromorphone.

Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan adalah :


1. Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menggores buahyang hendak
masak.Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah inidibiarkan
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dansesudah
diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah
yangdinamakan candu mentah atau candu kasar.Candu kasar mengandung bermacammacam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan.Candu masak warnanya coklat tua
atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalamkemasan kotak kaleng dengan
berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burungelang, bola dunia, cap 999,
cap anjing. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
2. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah.Morfin merupaakan
alkaloidautama dari opium.Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halusberwarna
putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan caradihisap dan
disuntikkan.
3. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakanjenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada
akhir-akhir ini.Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan
orang menjadimengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.Walaupun
pembuatan,penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin
tetap tersediabagi pasien dengan penyakit kanker terminal.
4. Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.

Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
Saat

ini

Methadone

banyak

digunakan

orang

dalam

pengobatan

ketergantungan opioid.Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis


opioid danketergantungan opioid.Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah
dibuat,termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin),
danpropocyphene (Darvon).Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam
pengobatan ketergantunganopioid.Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid danketergantungan opioid.Kelas obat tersebut adalah nalaxone
(Narcan), naltrxone(Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine.Sejumlah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis,dan
senyawa

tersebut

adalah

pentazocine,

buprenorphine(Buprenex).Beberapa

penelitian

butorphanol
telah

(Stadol),

menemukan

dan
bahwa

buprenorphine adalah suatupengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid.

B. KOKAIN
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalah gunakan dan merupakan
zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan.Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal,
khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek
vasokonstriksifnya

juga

membantu.

Kokain

diklasifikasikan

sebagai

suatu

narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain
menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa

berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat
hari. Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri
gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (
Valium ).
C. GANJA
Tanaman ganja biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan
digulung menjadi rokok disebut joints. Bentuk yang paling poten berasal dari
tanaman yang berbunga atau dari eksudat resinyang dikeringkan dan berwarna coklathitam yang berasal dari daun.
D. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan
narkotika, yang bersifatatau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yangmenyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya
halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan
dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang)
bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa
pengawasan dan pembatasan kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai
macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan
menimbulkan kematian. Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat
golongan yaitu:
a. Ecstasy
Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang.
Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering.

Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang, dan timbul rasa mual.
Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara
segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul
perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu
menjadi hilang. Kepala terasa kosong dan rileks.
b. Sabu-Sabu
Sabu-sabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan
cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah
ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong
(sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter
karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang
memilih membakar Shabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang
ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab
paranoid (rasa takut yang berlebihan), Menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung),
terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masingmasing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Selain itu,
pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah
banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis.
Hal itu merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan
tidak lagi bertambah. Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu
makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang
mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang
drastis selama memakai Sabu.
Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat
manusia,Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :
1)

Depresant yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan

saraf pusat.

2)

Hallusinogen yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau

khayalan. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari


Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan
alkohol atau minuman lain seperti air.

2.2 SISTEM SARAF MANUSIA


2.2.1 Pengertian Sistem Saraf
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan selsel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron
adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas
melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan
sebaliknya.
2.2.2 Bagian-bagian sel saraf
Sel neuron terdiri atas tiga bagian yaitu :
a. Badan sel yang mengandung nukleus dannukleolus serta berwarna kelabu,
b. Dendrit merupakan lanjutan plasma yangberfungsi menyampaikan impuls saraf
(informasi) menuju ke badan sel dan
c. akson,berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain.
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
a. Neuron sensorik (nouron aferen) yaitu sel saraf yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit
yangberhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang
berhubungandengan sel saraf lainnya.
b.

Neuron

Motorik

(nouronaferen),

yaitu

sel

saraf

yang

berfungsi

untukmenyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor.

Dendritmenerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan


dengan efektor.
c. Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara
neuronyang satu dengan yang lainnya.
d. Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik
danneuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak.

2.2.3 Cara kerja sistem saraf


Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel
Schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir
dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari
sistem saaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh
neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang
belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.Untuk mengetahui perubahanperubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifat akson. Akson dari
kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan
digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan
gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu
otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari
sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis
adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah
akson dari sel saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan dengan kekuatan
tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran akan mengalami perubahan
elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya
perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap
Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.

Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan


depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan
yang diberi

cukup kuat, arus lokal

yang timbul pada membran

yang

terdepolarisasiakan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan


istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini
menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang terjadi
akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah
mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi,
telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari
bulbus olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa
disadari.
Terdapat dua macam refleks:
a. Refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya
refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
b. Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang dihasilkan dengan belajar.
Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung refleks,
yang terdiri atas lima komponen dasar:
i)

reseptor

ii)

saraf eferen

iii) pusatpengintegrasi
iv) saraf eferen
v)

efektor.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Narkoba terhadap Sistem Saraf Manusia


Pengaruh Narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang
dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf,
misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan
dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan
penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan
dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol sinapsis, maka
gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran presinapsis. Namun karena
dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte tidak dapat melepaskan isinya ke celah
sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat menyebrang ke membran
post sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi pada
membran post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak bisa
merambat ke sel saraf berikutnya. Pengaruh lainnya yaitu merusak organ-organ tubuh
terutama otak, dan syaraf yang mengatur pernafasan. Banyak yang meninggal karena
sesak nafas, dan tiba-tiba berhenti bernafas karena saraf yang mengendalikan
pernafasan sudah rusak dan tidak ada lagi instruksi untuk bernafas, sehingga
pernafasannya putus atau berhenti, paranoid, otak sulit digunakan untuk berpikir dan
konsentrasi, nafsu makan menurun, memiliki rasa gembira yang berlebihan, denyut
jantung cepat, Pupil mata melebar, Tekanan darah meningkat, berkeringat atau
merasa dingin, sering mual atau muntah. Gangguan detak jantung, perdarahan otak,
Hiperpireksia atau syok pada pembuluh darah jantung yang berakibat meninggal.
Hampir semua obat adiktif, secara langsung atau tidak langsung,
menyerangsistem imbalan otak dengan membanjiri sirkuit dengan dopamin.

Akibatnya, dampak kimia di sirkuit pahala berkurang, mengurangikemampuan pelaku


untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan. Penurunan ini
memaksa mereka kecanduan dopamin untuk meningkatkan konsumsi obat dalam
rangka upaya untuk membawa hormon "merasa-baik" mereka ke tingkat normal, efek
yang dikenal sebagai toleransi. Pengembangan toleransi dopamine akhirnya dapat
mengakibatkan perubahan mendasar dalam neuron dan sirkuit otak, dengan potensi
untuk sangat membahayakan kesehatan jangka panjang dari otak.
Sebagai orang yang berkembang menjadi ketergantungan obat, ia memasuki
keadaan allostatic baru, yang didefinisikan sebagai perbedaan dari tingkat normal
perubahan yang bertahan dalam keadaan kronis. Kecanduan obat-obatan dapat
menyebabkan kerusakan otak dan tubuh sebagai suatu organisme memasuki keadaan
patologis.
Setelah seseorang telah beralih dari penggunaan obat untuk kecanduan,
perilaku menjadi benar-benar diarahkan mencari obat, meskipun pecandu laporan
euforia ini tidak intens seperti dulu. Meskipun tindakan yang berbeda selama
penggunaan obat akut, jalur akhir dari kecanduan adalah sama. Aspek lain dari
kecanduan narkoba merupakan respon menurun menjadi rangsangan biologis normal,
seperti makanan, seks, dan interaksi sosial. Melalui pencitraan otak fungsional pasien
kecanduan kokain, para ilmuwan telah mampu memvisualisasikan aktivitas metaboli
meningkat pada cingulate anterior dan korteks orbitofrontal (daerah korteks
prefrontal) di otak subjek tersebut. Hiperaktifitas daerah ini dari otak pada subyek
kecanduan terlibat dalam motivasi lebih intens untuk menemukan obat daripada
mencari manfaat alami, serta kemampuan pecandu menurun untuk mengatasi
dorongan ini. Brain imaging juga telah menunjukkan kecanduan kokain-subyek
mengalami penurunan aktivitas, dibandingkan non-pecandu, di korteks prefrontal.
3.2. Pencegahan dan Pengobatan
Masalah pencegahan narkoba adalah masalah yang kompleks yang pada
umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor lingkungan dan

faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkobayang


efektif memerlukan pendekatan yang terpadu dan komprehensif. Oleh karena itu
peranan semua sektor terkait, termasuk para orang tua, para guru, tokoh-tokoh
masyarakat dan agama, kelompok remaja dalam pencegahan narkoba sangat penting.
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada
tigatingkat intervensi, yaitu:
1. Primer
sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga,
teman sebaya, dan instansi pemerintah. Dalam hal ini sebelum penyalahgunaan
narkoba terjadi hendaknya keluarga, teman sebaya dan suatu instansi pemerintah
melakukan sosialisasi tentang dampak dari penggunaan narkoba, sehingga yang
diberikan sosialisasi menjadi tahu dampaknya dan akan menghindari narkoba.
2. Sekunder
pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (Fase
ini meliputi: Fase penerimaan awal antara 1-3 hari dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi
medik, antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahanbahan adiktif secara bertahap.
3. Tersier
yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase
sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu
mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya
berupa

kegiatan

konseling,

membuat

mengembangkan kegiatan alternatif.

kelompok-kelompok

dukungan,

Dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba, dapat mencegahnya melalui


berbagai pihak, yaitu:
1. Dari diri sendiri
-Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
-Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
-Komunikasi yang baik
-Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok
2. Peran Keluarga
- Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang
dankomunikasi terbuka.
- Mengasuh, mendidik anak yang baik.
- Menjadi contoh yang baik bagi anaknya
- Menjadi pengawas yang baik untuk anaknya
- Keluarga atau orangtua memberitahu sedini mungkin kepada anaknya tentang
bahayanya menggunakan narkoba..
3. Peran Tokoh Masyarakat
- Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-Undang.
- Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba.
- Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
- Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program pencegahan
penyalahgunaan narkoba.
Apabila

yang

mengkonsumsi

narkoba

adalah pelajar Adapun

upaya-

upaya lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan

pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau
mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua
siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang.Pihak sekolah harus
melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena
biasanya penyebaran narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke
dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang
mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka terjerumus
kedalam perbuatan seperti itu. Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik,
pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba
yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya
tersebut di atas, diharapkan para pendidik dapat menjaga dan mengawasi anak didik
atau siswa dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan bangsa untuk meneruskan
generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan
dengan baik dan dapat terwujud.
3.2 Pengobatan penyalahgunaan Narkoba:
1. Pengobatan adiksi (detoks)
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri
a. Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak,
makanmakanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya
darinarkoba.Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan
bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari
akanhilang.

Empat Cara Alternatif Menurunkan Risiko terhadap Bahaya Narkoba


1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
3. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
4. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
Cara penyembuhan terhadap pecandu narkoba:
1. Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif
lain) daritubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang
dipakai ataudengan penurunan dosis obat pengganti.Detoksifikasi bisa dilakukan
dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit.Biasanya proses detoksifikasi
dilakukan terus menerus selama satu sampai tigaminggu, hingga hasil tes urin
menjadi negatif dari zat adiktif.
2. Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh
secarafisik memang tidak ketagihan lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan
kangenterhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang
pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu
dan terjerumus lagi.Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi
lingkungan danpergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan
memasukkanmantan pecandu ke pusat rehabilitasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1.KESIMPULAN
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah
keadaan psikologi seseorang seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku
seseorang jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan,
diminum, dihirup, disuntik, intravena dan lain-lain sebagainya.
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan selsel khusus dan dibedakan menjadi dua sel, yaitu sel neuron dan sel neoroglia.
Penggunaan narkoba memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, misalnya
hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan
neurotransmitter yang terdapat di otak yangberperan penting dalam merambatkan
impuls saraf ke sel saraf lainnya
Peranan semua sektor terkait, termasuk para orang tua, para guru, tokoh-tokoh
masyarakat

dan

agama,

kelompok

remaja

dalam

narkoba adalah sangat penting.

4.2 SARAN
1. Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.
2. Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia.

pencegahan

3 orang tua harus memberikan perhatian yang lebih pada anak jangan dan jalin
komunikasi yang baik dengan anak agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba.
4. Perlu peningkatan kerja sama antara masyarakat dengan aparat untuk
memberantas peredaran narkoba.
5. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada
penyalahgunaan narkoba.

DAFTAR PUSTAKA
Aceng, Ugan T. 2008. Bahaya Napza bagi Remaja.Bandung: Alfarisi Putra.
Martono, Lydia Harlina, dkk.2006.Pencegahan dan Penyalahgunaan Penyalahgunaan
Narkoba Berbasis Sekolah.Jakarta : Balai Pustaka.
Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007.
pecegahan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta: Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia.
Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua,
Guru, dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di
Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Anda mungkin juga menyukai