Kedua, manfaat bagi guru/pembimbing KIR, seperti: (1) memperluas wawasan terhadap
perkembangan IPTEK, (2) meningkatkan keterampilan dalam pembimbingan KIR dan karya
tulis ilmiah remaja, (3) menambah khasanah pengetahuan yang dapat menumbuhkan pelajaran
formal di sekolah, (4) menambah nilai prestasi (angka kridit)bagi guru pembimbing.
Ketiga, manfaat bagi sekolah, adalah: (1) ikut membentuk iklim ilmiah di sekolah, (2) wahana
yang efektif untuk mengembangkan potensi dan pengalaman antarsekolah, (3) meningkatkan
citra positif menuju sekolah unggulan, (4) membangunan dan memperluas hubungan kerja sama
dengan instansi terkait.
Keempat, manfaat bagi masyarakat, yaitu: (1) meningkatkan sikap berdaya kritis dan terbuka
terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya, (2) membantu memberikan
alternatif penyelesaian beberapa persoalan sosial budaya seperti kenakalan remaja, dekadensi
moral, dan lain-lain melalui kegiatan penelitian, (3) membangun dan meningkatkan kesadaran
bahwa kemajuan bangsa dapat dicapai melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4)
meningkatkan kesedaran akan pentingnya pendidikan, dan (5) melestarikan lingkungan dan
sumber daya alam yang ada.
ILMU PENGETAHUAN DAN BERPIKIR ILMIAH
by sariono sby
PENDAHULUAN
Sudah semakin berkembangnya teori-teori keilmuan sehingga bangunan keilmuan menjadi beda.
Melalui pengamatan yang diperoleh sebelumnya, manusia kemudian menangkap gejala-gejala
obyek. Dengan penuh perhatian dan mencurahkan waktu untuk berpikir tentang obyek, ia akan
sampai pada kesimpulan sementara atau hipotesa. Dan tentu tidak semua yang dipikirkan pada
awal pengamatan akan memiliki hasil yang sama setelah mengadakan pengamatan.
Contoh yang sangat masyhur adalah sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. Beliau
berpikir melihat bintang, lalu berhipotesa itu adalah tuhan, ternyata salah. Beliau melihat
rembulan, lalu berhipotesa itu adalah tuhan, ternyata salah. Dan beliau melihat matahari, lalu
berhipotesa itu adalah tuhan, ternyata salah. Perjalanan pemikiran Ibrahim sungguh
membutuhkan segala curahan pikir dan hati. Dia masih bersikukuh ada pada pendiriannya dalam
meyakini Tuhannya. Meski berbagai tekanan muncul, termasuk raja saat itu, yaitu Namrud.
Namun Nabi Ibrahim masih bisa selamat dari segala rekasayanya. Beliau juga meyakini bahwa
Tuhannya jauh lebih besar dari ketiga benda pengamatnnya.
Bahkan Nabi Ibrahim juga mendakwahkan agamanya kepada Ayah dan Ibunya, meski dengan
cara yang lembut dan halus. Dari perjalanan panjang pengamatan, akhirnya Nabi Ibrahim
menemukan Tuhannya dan mendakwahkannya kepada penduduk sekitarnya termasuk
ayahanda- yang menyembah berhala. Disinilah mengapa Allah menceritakan kembali kisah Nabi
Ibrahim kepada orang Arab, agar menjadi peringatan bagi mereka betapa pentingnya makna
kalimah tauhid.
Pengamatan-pengamatan, baik secara personal maupun kolektif dalam perkembangannya
membentuk semacam garis-garis teori yang terus berkelanjutan. Disempurnakan dari satu
peneliti kemasa peneliti selanjutnya. Karena banyaknya penelitian itu, maka banyak bidang tidak
dapat dipahami oleh orang awam. Watak ilmiah tersembunyi dibalik susunan pengalaman
ilmiah. Pemahaman yang saling berhubungan ini juga membentuk jaringan sistematik. Dan
hahekat keterkaitan sistematis inilah yang menjadi urgensitas filsafat ilmu.
PEMBAHASAN
merupakan ilmu-ilmu yang berhubungan langsung dengan Sang Maha Pencipa. Adapun ilmu
yang kedua merupakan bentuk dari adanya interaksi sosial.
b. Berfikir Ilmiah
Berfikir adalah kegiatan yang ditunjukkan dengan sasaran atau logika, yaitu aktivitas pikiran
atau akal budi manusia. Dengan berfikir dimaksudkan kegiatan akal untuk mengolah
pengetahuan yang telah diterima oleh manusia melalui panca indera, yang ditunjukkan untuk
mencapai kebenaran. Dengan demikian istilah berfikir menunjukkan suatu bentuk kegiatan akal
yang khas dan terarah. Hampir sama dengan berfikir adalah melamun, namun melamun tidak
dapat dikatagorikan berfikir, sebab obyek lamunan adalah hal-hal yang ada diluar jangkauan
manusia atau hal-hal yang tertjadi pada masa lalu.
Philip L. Harriman mengungkapkan bahwa berfikir (thingking) adalah mencakup pengertian
yang cukup luas, misalnya angan-angan, pertimbangan, kreativitas, atau situasi yang tidak
obyektif yang dirasakan oleh manusia, maka akan membangkitkan daya fikir.
Dengan kalimat yang sederhana maka dapat didefinisikan bahwa berfikir adalah bicara dengan
dirinya sendiri melalui akal logika yng terkait dengan kehidupan manusia. Kegiatan tersebut
berupa mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan
alasan-alasan, mencari berbagai hal yang berhubungan dengan satu sama lain, menarik
kesimpulan membahas suatu realita.
Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa berfikir melibatkan penggunaan konsep dan
lambing sebagai pengganti obyek dan peristiwa, atau sangat erat hubungannya dengan kondisi
psikologis kita sendiri.
Macam-macam berfikir :
1). Berfikir deduktif, adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama
merupakan pernyataan umum dan selanjutnya merupakan pernyataan khusus, dalam ilmi Logika
disebut silogisme. Berfikir deduktif adalah berangkat dari konsep-konsep umum dan menarik
kesimpulan secara khusus.
2). Berfikir induktif adalah kebalikan dari konsep pertama, yaitu memulai melakukan pemikiran
yang berangkat dari hal-hal yang khusus dan ditarik kesimpulan secara umum.
3). Berfikir evaluatif adalah kegiatan berfikir yang kritis, menilai baik-buruknya, manfaat atau
mudharatnya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative kita dituntut kritis dan
peka akan permasalahan yang dihadapinya.
4). Berfikir analogi adalah berkikir yang mengambang, mengira-ngira, yang didasarkan pada
pengenalan kesamaan, umumnya orang menggunakan perbandingan akan obyek tertentu.
Sedangkan berfikir ilmiah adalah melakukan kegiatan berfikir dengan berpedoman pada kaidahkaidah yang formal dan baku serta mengedepankan logika (bukan perasaan), sehingga akan
dicapai suatu keputusan berfiiir yang sempurna. Untuk mencapai pemikiran yang ilmiah, maka
harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a). Sistematis
b). Obyektif.
c). Faktual.
d). Metodologis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
1). Pengetahuan biasa (common sence)
Istilah ini sering diartikan dengangood sence karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia
menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah,
benda itu panas karena memang dirasakan panas. Pengetahuan yang demikian disebut dengan
pengetahun biasa atau knowledge.
2). Pengetahuan ilmu, secara singkat disebut ilmu, sebagai terjemahan dari science.
Pengetahuan ilmu adalah sesuatu yang mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang
sebaik-baiknya, menyelidiki obyeknya dan hendak memberikan sintesa atau suatu pandangan
yang bergandengan dengan metode atau system dalam berfikir (berlogika).
3). Pengetahuan Filsafat atau disebut filsafat saja.
Ilmu pengetahuan yang mencakup dasar dari seluruh ilmu pengetahuan, yang pada
perkembangannya akan melahirkan ilmu-ilmu tersendiri sebagai disiplin yang dikembangan oleh
manusia.
4). Pengetahuan Religi (Pengetahuan agama) Ilmu pengetahuan yang berangkat dan bertitik tolak
dari dogma-dogma agama. Pada konteks ini Pengetahuan agama merupakan diluar pembahasan
filsafat ilmu, hal ini karena amasalah ilmu religi (agama) berada diluar jangkauan pola piker
manusia sebagai subyek dari ilmu pengetahuan.
Sedangkan berfikir kegiatan yang ditunjukkan dengan sasaran atau logika, yaitu aktivitas pikiran
atau akal budi manusia. Berfikir ada 4 macam yaitu:
1). Berfikir deduktif, adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama
merupakan pernyataan umum dan selanjutnya merupakan pernyataan khusus, dalam ilmi Logika
disebut silogisme. Berfikir deduktif adalah berangkat dari konsep-konsep umum dan menarik
kesimpulan secara khusus.
2). Berfikir induktif adalah kebalikan dari konsep pertama, yaitu memulai melakukan pemikiran
yang berangkat dari hal-hal yang khusus dan ditarik kesimpulan secara umum.
3). Berfikir evaluatif adalah kegiatan berfikir yang kritis, menilai baik-buruknya, manfaat atau
mudharatnya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative kita dituntut kritis dan
peka akan permasalahan yang dihadapinya.
4). Berfikir analogi adalah berkikir yang mengambang, mengira-ngira, yang didasarkan pada
pengenalan kesamaan, umumnya orang menggunakan perbandingan akan obyek tertentu.
B. Saran-saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan adalah:
1. Hendaknya kita dalam menimba dan mencari ilmu pengetahun harus berpijak pada normanorma kemanusia atau norma-norma yang digariskan agama, supaya kita tidak lepas kendali.
2. Hendaknya pengetahuan yang kita tanggap harus dicerna dan direksi secara mendalam, agar
kita dapat mengambil hikmah dari segaja peristiwa yang ditangkap di indera kita.
3. Dalam berfikir kita hekdaknya mengetahui batas-batas kemampuan otak, sehingga ketika
berfikir tidak lagi berlandaskan perasaan apalagi menganggap fikiran adalah segalanya.