Anda di halaman 1dari 8

Menumbuhkan Sikap Ilmiah pada Remaja

Oleh: Eni Dewi Kurniawati, Spd


PERKEMBANGAN dan perubahan kondisi yang berlangsung sekarang ini begitu cepat dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal itu dapat memberikan konsekuensi logis
perlunya menciptakan masyarakat yang mampu beradaptasi terhadap setiap perkembangan yang
ada. Untuk itu perlunya menciptakan masyarakat yang adaptif. Maka perlunya upaya
menciptakan peradaban yang ilmiah dalam kehidupan di masyarakat guna mensejajarkannya
dengan perkembangan zaman, dan persaingan ketat di eraglobalisasi yang serba cepat dan
mudahnya penyebaran informasi. Remaja sebagai generasi penerus yang akan mengantarkan
bangsa ini kearah yang dicita-citakan harus berusaha mengembangkan kemampuan dirinya,
menumbuhkan kreativitas berdasarkan sikap dan berpikir ilmiah. Dengan berkembangnya sikap
ilmiah akan berakibat positif bagi remaja/ siswa terutama dalam berpikir, berlogika, dan
memotivasi keingintahuannya. Sehingga mereka memiliki pandangan hidup dan wawasan yang
luas. Selanjutnya harapan untuk perbaikan bangsa ini berada ditangan generasi muda, karena
generasi tua tampaknya sudah sulit untuk berubah dan diubah. Maka generasi muda sekarang
diharapkan mampu menjadi generasi pekerja keras, yang berwawasan IPTEK, jujur, amanah,
hemat, dan tidak mudah menyerah.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada ruang yang tidak tersentuh dan terpengaruh oleh Science
and Tecnology. Salah satu dari dimensi IPTEK adanya kemajuan yang mengagumkan. Sehingga
akumulasi informasi IPTEK tidak terwadahi oleh pendidikan formal di sekolah. Namun perlu
didukung dan dikembangkan dalam kegiatan nonformal, seperti pada kegiatan ekstrakurikuler
dalam wadah Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Untuk menjadi anggota KIR, hendaknya
mempunyai minat/bakat dalam pengkajian dan pengembangan IPTEK, memiliki semangat, serta
kemampuan melakukan pengkajian dan penelitian. Hal itu dapat dilakukan remaja dengan cara:
(1) membiasakan diri untuk membaca dan mempelajari buku-buku IPTEK secara mandiri, (2)
membiasakan bertanya tentang hal-hal yang belum jelas maupun yang telah jelas terhadap
sesuatu masalah untuk menuju kesempurnaan pemahaman, (3) memiliki kemampuan memilih
dan mengumpulkan hal- hal yang bermanfaat.
Oleh karena itu pembimbing KIR harus dapat memberikan bimbingan, memotivasi dan
menumbuhkan semangat remaja sebagai anggota KIR. Untuk itu perlu proses pembinaan yang
berkelanjutan, sehingga kita dapat memetik hasilnya dalam kurun waktu yang panjang. Seperti
kita ketahui selama ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) cukup konsen dalam
membina keompok ilmiah remaja, salah satu kegiatan yang dilaksanakan LIPI dalam pembinaan
KIR tersebut, dengan diadakannya Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional ( PIR NAS) secara rutin
setiap tahunnya. Kegiatan tesebut diikuti oleh remaja dari berbagai penjuru tanah air, selanjutnya
dapat dikembangkan dan ditularkan kepada remaja yang berada di daerah masing-masing.
Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah pada suatu saat akan
berkurang bahkan mungkin hilang atau pupus sejalan dengan pertambahan penduduk. Namun
kreativitas sumber daya manusia tidak pernah akan pupus, bahkan akan mengalami
perkembangan dengan inovasi-inovasi yang memukau bila para remaja diberikan pembinaan
sejak dini melalui kegiatan ilmiah sebagai Human Investment sehingga pada masa yang akan
datang mereka dapat menguasai dan memanfaatkan IPTEK dalam pembangunan bangsa yang
berkelanjutan.
Berikutnya kita dapat mengamati tentang budaya ilmiah pada remaja, secara kualitas
menunjukkan peningkatan, namun secara kuantitas mengalami penurunan. Hal itu disebabkan
karena belum tertanamnya dan terbangunnya tradisi ilmiah pada remaja. Selanjutnya yang perlu

dipikirkan bagaimanakah membangun tradisi ilmiah di sekolah? Dalam proses berkembangnya


suatu negara salah satunya ditentukan oleh tinggi rendahnya peradabandan budaya ilmiah yang
dimiliki oleh masyarakat dalam suatu negara. Karena adanya perubahan dan perkembangan
yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Untuk itu perlu adanya pembinaan KIR pada remaja/siswa di dalam kegiatan ekstrakulikuler di
sekolah dan dalam wadah karang taruna di masyarakat. Selanjutnya anak yang bergabung dalam
KIR terbuka bagi remaja SLTP dan SLTA, bahkan termasuk juga siswa yang drop out dengan
rentang usia 12 s.d 19 tahun. Karena rentang usia tersebut diperkenankan oleh UNESCO untuk
mengikuti kegiatan ilmiah remaja skala internasional. Remaja yang ikiut di ajang internasional
apabila pernah mendapat predikat The Best di negara asalnya. Seperti pemenang Lomba Karya
Ilmiah Remaja (LKIR) yang setiap tahun diadakan oleh LIPI dan pemenang Lomba Penelitaian
Ilmiah Remaja (LPIR) yang dilaksanakan oleh Diknas. Selanjutnya LIPI juga selalu mendukung
bahkan mengorbitkan para remaja yang telah berprestasi di bidang ilmiah, khususnya dalam
skala nasional, seperti pemenang I LKIR setiap tahunnya, LIPI memberikan rekomundasi kepada
3 orang pemenang I, untuk dapat diterima langsung (tanpa tes) di Perguruan Tinggi ternama di
Indonesia seperti UI, UGM, ITB dan IPB sesuai dengan cita-citanya.
Diharapkan penelitian ilmiah dapat membudaya dikalangan remaja. Selanjutnya dalam upaya
menanamkan tradisi ilmiah, perlu didukung oleh media massa, karena media massa memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam meliput setiap kegiatan penelitian ilmiah remaja. Maka akan
tumbuh kesadaran masyarakat untuk memberikan apresiasi terhadap hasil karya remaja di bidang
penelitian ilmiah dan IPTEK . Terlebih jika remaja tersebut menunjukkan prestasi yang
cemerlang ditingkat provinsi, nasional, hingga internasional. Kalau selama ini remaja hanya yang
berprestasi di bidang olahraga saja yang selalu dipuji dan menjadi kebanggaan bangsa, namun
kita harapkan tidak menutup kemungkinan dengan kepedulian berbagai media massa, untuk
meliput kegiatan-kegiatan penelitian ilmiah remaja. Maka pada suatu saat masyarakat akan
menjagokan dan mengunggulkan remaja yang berprestasi dibidang penelitian ilmiah sebagai
pahlawan IPTEK demi kemajuan dan perkembangan bangsa untuk bersaing dieraglobalisasi ini.
Selama ini remaja kita yang berprestasi di bidang penelitian ilmiah remaja kurang mendapat
dukungan dari masyarakat dan pemerintah, sementara remaja yang berprestasi dibidang olahraga
selalu mendapat sorotan positif dari masyarakat dan mendapat pelayanan prima dari pemerintah
demi kemajuan olahraga tanah air. Jika kelompok ilmiah remaja mendapat dukungan positif dari
pemerintah, dunia usaha dan industri serta instansi yang bergerak di bidang penelitian (litbang)
mau bekerja sama dan bergandeng bahu untuk membina dan mengembangkan kreativitas remaja
dalam berbagai penelitian ilmiah, maka kedepannya akan tercipta peneliti-peneliti muda yang
handal yang dapat mengharumkan nama bangsa ini dikancah internasional.
Marilah kita pupuk sejak dini pola pikir dan sikap ilmiah pada remaja melalui KIR. Karena
kegiatan ilmiah mepunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan
perkembangan intelektual remaja. Selanjutnya kegiatan KIR dapat memberikan manfaat yang
sangat bererti, pertama manfaat yang dapat dirasakan oleh anggota KIR, yakni: (1) meningkatkan
daya nalar, kreativitas dan daya kritis, (2) membangkitkan rasa ingin tahu, (3) menambah
wawasan pemikiran terhadap IPTEK, (4) memperluas informasi dan komunikasi yang positif, (5)
mengenal cara-cara berorganisasi yang baik, (6) membangkitkan motivasi belajar dan
berkompetisi positif, dan (7) mengenal sikap-sikap ilmiah (objektif, jujur, terbuka, toleran,
optimis, pemberani, kreatif, tekun, dan bertanggung jawab), serta (8) tumbuhnya rasa cinta
terhadap lingkungan alam sekitar.

Kedua, manfaat bagi guru/pembimbing KIR, seperti: (1) memperluas wawasan terhadap
perkembangan IPTEK, (2) meningkatkan keterampilan dalam pembimbingan KIR dan karya
tulis ilmiah remaja, (3) menambah khasanah pengetahuan yang dapat menumbuhkan pelajaran
formal di sekolah, (4) menambah nilai prestasi (angka kridit)bagi guru pembimbing.
Ketiga, manfaat bagi sekolah, adalah: (1) ikut membentuk iklim ilmiah di sekolah, (2) wahana
yang efektif untuk mengembangkan potensi dan pengalaman antarsekolah, (3) meningkatkan
citra positif menuju sekolah unggulan, (4) membangunan dan memperluas hubungan kerja sama
dengan instansi terkait.
Keempat, manfaat bagi masyarakat, yaitu: (1) meningkatkan sikap berdaya kritis dan terbuka
terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya, (2) membantu memberikan
alternatif penyelesaian beberapa persoalan sosial budaya seperti kenakalan remaja, dekadensi
moral, dan lain-lain melalui kegiatan penelitian, (3) membangun dan meningkatkan kesadaran
bahwa kemajuan bangsa dapat dicapai melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4)
meningkatkan kesedaran akan pentingnya pendidikan, dan (5) melestarikan lingkungan dan
sumber daya alam yang ada.
ILMU PENGETAHUAN DAN BERPIKIR ILMIAH
by sariono sby
PENDAHULUAN
Sudah semakin berkembangnya teori-teori keilmuan sehingga bangunan keilmuan menjadi beda.
Melalui pengamatan yang diperoleh sebelumnya, manusia kemudian menangkap gejala-gejala
obyek. Dengan penuh perhatian dan mencurahkan waktu untuk berpikir tentang obyek, ia akan
sampai pada kesimpulan sementara atau hipotesa. Dan tentu tidak semua yang dipikirkan pada
awal pengamatan akan memiliki hasil yang sama setelah mengadakan pengamatan.
Contoh yang sangat masyhur adalah sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. Beliau
berpikir melihat bintang, lalu berhipotesa itu adalah tuhan, ternyata salah. Beliau melihat
rembulan, lalu berhipotesa itu adalah tuhan, ternyata salah. Dan beliau melihat matahari, lalu
berhipotesa itu adalah tuhan, ternyata salah. Perjalanan pemikiran Ibrahim sungguh
membutuhkan segala curahan pikir dan hati. Dia masih bersikukuh ada pada pendiriannya dalam
meyakini Tuhannya. Meski berbagai tekanan muncul, termasuk raja saat itu, yaitu Namrud.
Namun Nabi Ibrahim masih bisa selamat dari segala rekasayanya. Beliau juga meyakini bahwa
Tuhannya jauh lebih besar dari ketiga benda pengamatnnya.
Bahkan Nabi Ibrahim juga mendakwahkan agamanya kepada Ayah dan Ibunya, meski dengan
cara yang lembut dan halus. Dari perjalanan panjang pengamatan, akhirnya Nabi Ibrahim
menemukan Tuhannya dan mendakwahkannya kepada penduduk sekitarnya termasuk
ayahanda- yang menyembah berhala. Disinilah mengapa Allah menceritakan kembali kisah Nabi
Ibrahim kepada orang Arab, agar menjadi peringatan bagi mereka betapa pentingnya makna
kalimah tauhid.
Pengamatan-pengamatan, baik secara personal maupun kolektif dalam perkembangannya
membentuk semacam garis-garis teori yang terus berkelanjutan. Disempurnakan dari satu
peneliti kemasa peneliti selanjutnya. Karena banyaknya penelitian itu, maka banyak bidang tidak
dapat dipahami oleh orang awam. Watak ilmiah tersembunyi dibalik susunan pengalaman
ilmiah. Pemahaman yang saling berhubungan ini juga membentuk jaringan sistematik. Dan
hahekat keterkaitan sistematis inilah yang menjadi urgensitas filsafat ilmu.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah hasil dari usaha manusia untuk tahu akan sesuatu, sehingga dengan
pengetahuan tersebut akan tersimpulkan mengenai obyek yang sedang dhadapinya. Dari hasil
usaha untuk tahu itulah, maka akan menimbulkan ilmu, yang kemudian disebut dengan ilmu
pengetahuan, yakni suatu ilmu yang diperoleh dari hasil olah dan usaha manusia untuk
mengetahui akan obyek-obyek tertetntu.
Dalam kehidupan manusia terdapat beberapa ilmu pengetahuan yang terbagi menjadi 4 bagian,
yaitu :
1). Pengetahuan biasa (common sence)
Istilah ini sering diartikan dengangood sence karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia
menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah,
benda itu panas karena memang dirasakan panas. Pengetahuan yang demikian disebut dengan
pengetahun biasa atau knowledge.
2). Pengetahuan ilmu, secara singkat disebut ilmu, sebagai terjemahan dari science.
Pengetahuan ilmu adalah sesuatu yang mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang
sebaik-baiknya, menyelidiki obyeknya dan hendak memberikan sintesa atau suatu pandangan
yang bergandengan dengan metode atau system dalam berfikir (berlogika).
3). Pengetahuan Filsafat atau disebut filsafat saja.
Ilmu pengetahuan yang mencakup dasar dari seluruh ilmu pengetahuan, yang pada
perkembangannya akan melahirkan ilmu-ilmu tersendiri sebagai disiplin yang dikembangan oleh
manusia.
4). Pengetahuan Religi (Pengetahuan agama) Ilmu pengetahuan yang berangkat dan bertitik tolak
dari dogma-dogma agama. Pada konteks ini Pengetahuan agama merupakan diluar pembahasan
filsafat ilmu, hal ini karena amasalah ilmu religi (agama) berada diluar jangkauan pola piker
manusia sebagai subyek dari ilmu pengetahuan.
Dalam eksiklopedia Indonesia ilmu pengetahuan dikemukakan sebagai berikut; Ilmu
Pengetahuan suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu
lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu,
sehingga menjadi satu-kesatuan. Suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing
didapat sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai
metode tertentu (induksi-dedukdi).
Menurut epistimologi, setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya dua
macam besaran, yaitu.
a. Benda (obyek) yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui.
b. Manusia yang melakukan perbagai pemeriksaan (penyeliodikan) dan akhirnya mengetahui
(mengenal) benda atau obyek tersebut.
Kata Ilmu merupakan terjemahan dari science yang berarati ilmu atau hal-hal yang
menunjukkan pada kebenaran ilmiah.
Dengan demikian dapat diperoleh gambaran dengan jelas apa yang disebut dengan ilmu yaitu,
ilmu pada prinsipnya merupakan usaha menusia untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sence. Suatu pengetahuan yang berasal dari pengalamanpengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari namun dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara sermat dan teliti dengan menggunakan suau metode.

B. Ilmu Pengetahuan dan Berfikir Ilmiah


a. Ilmu Pengetahuan
Dalam hati, manusia memiliki bermacam-macam dorongan dan keinginan. Namun, sepanjang
sejarah umat manusia hasrat yang paling menyita perhatian hanyalah dorongan untuk mengerti
atau memahami segala sesuatu. Dalam buku Metaphysica, Aristoteles menjelaskan bahwa setiap
manusia memiliki dorongan kodrati untuk memahami segala sesuatu.
Perhatikan reaksi anak kecil ketika disodori sebuah benda. Pertama-tama dia akan
memperhatikannya, jika cukup menarik di indra penglihatannya, maka tergerak tangannya untuk
meraba, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Semua itu adalah proses paling mula dalam
kehidupan manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Seiring dengan bertambahnya
kemampuan linguistik manusia, mereka mulai menggunakan bahasa untuk menanyakan segala
hal. Hal itu menunjukkan betapa manusia sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari ilmu.
Kata Ilmu itu sendiri berakar dari bahasa Arab alima yang berarti mengerti, memahami benarbenar. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut science, dari bahasa latin scientia, yang berarti
pengetahuan- scire (mengetahui). Dalam bahasa Yunani disebut episteme (Suriasumantri; 1998).
Secara umum mengerti dapat diartikan sebagai setiap kegiatan dengan mana subyek dengan
cara tertentu mempersatukan diri dengan suatu obyek. Apa yang disebut mengerti itu selalu
mengandung suatu hubungan antara subyek dan obyek. Subyek yang mengerti dan obyek yang
dimengerti. Sedangkan obyek itu dapat berupa satu barang atau apa saja, bahkan bisa berupa
subyek itu sendiri (manusia).
Dalam proses menjadi mengerti itu terjadi penyatuan antara subyek dan obyek. Penyatuan ini
berlangsung dengan cara nonfisis (batiniah). Jadi tidak dapat dibayangkan bahwa proses tersebut
berlangsung seperti roti yang kita kunyah dan kemudian inti sarinya menyatu menjadi darah dan
daging. Tapi proses tersebut belangsung secara ideal dengan perantara idea. Bisa juga disebut
gambaran batin yang dibentuk oleh pikiran berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca-indra.
Pengertian harus melalui beberapa tahapan tertentu sehingga menjadi pengetahuan. Seperti
ketika orang melihat pelangi. Mereka mengetahui melalui panca indra bahwa obyek yang disebut
pelangi itu terdiri dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Tidak puas hanya
dengan itu, maka pikiran mereka mulai menyusun, mengatur, menghubungkan dan
mempersatukan bermacam pengalaman, lalu mencoba mencari keterangan sejelas-jelasnya.
Sehingga mereka memahami apa sesungguhnya pelangi itu dan bagaimana warna-warna itu bisa
muncul seperti demikian adanya.
Endang Saifudin Anshari memaparkan beberapa definisi ilmu menurut para ahli. Menurut
Mohammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam
suatu gologan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut bangunannya dari dalam.
Menurut Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, ilmu adalah gabungan dari berbagaimacam
pengetahuan yang tersusun secara empiris, rasional, umum dan sistematik.
Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematis,
rasional, empiris, universal, obyektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif. Wihadi Admojo
(1998) menjelaskan pengertian ilmu sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
dengan sistem tertentu menurut metode yang khusus. Sehingga dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dalam bidang (pengetahuan) tertentu.
Sedangkan untuk pembagian ilmu, Abu Hamid atau yang dikenal Imam Ghozali membaginya
menjadi 2, yaitu: ilmu yang wajib dicari bagi masing-masing individu seseorang (fardhu ain) dan
ilmu yang wajib dicari bagi sebagian umat manusia (fardhu kifayah). Ilmu yang pertama

merupakan ilmu-ilmu yang berhubungan langsung dengan Sang Maha Pencipa. Adapun ilmu
yang kedua merupakan bentuk dari adanya interaksi sosial.
b. Berfikir Ilmiah
Berfikir adalah kegiatan yang ditunjukkan dengan sasaran atau logika, yaitu aktivitas pikiran
atau akal budi manusia. Dengan berfikir dimaksudkan kegiatan akal untuk mengolah
pengetahuan yang telah diterima oleh manusia melalui panca indera, yang ditunjukkan untuk
mencapai kebenaran. Dengan demikian istilah berfikir menunjukkan suatu bentuk kegiatan akal
yang khas dan terarah. Hampir sama dengan berfikir adalah melamun, namun melamun tidak
dapat dikatagorikan berfikir, sebab obyek lamunan adalah hal-hal yang ada diluar jangkauan
manusia atau hal-hal yang tertjadi pada masa lalu.
Philip L. Harriman mengungkapkan bahwa berfikir (thingking) adalah mencakup pengertian
yang cukup luas, misalnya angan-angan, pertimbangan, kreativitas, atau situasi yang tidak
obyektif yang dirasakan oleh manusia, maka akan membangkitkan daya fikir.
Dengan kalimat yang sederhana maka dapat didefinisikan bahwa berfikir adalah bicara dengan
dirinya sendiri melalui akal logika yng terkait dengan kehidupan manusia. Kegiatan tersebut
berupa mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan
alasan-alasan, mencari berbagai hal yang berhubungan dengan satu sama lain, menarik
kesimpulan membahas suatu realita.
Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa berfikir melibatkan penggunaan konsep dan
lambing sebagai pengganti obyek dan peristiwa, atau sangat erat hubungannya dengan kondisi
psikologis kita sendiri.
Macam-macam berfikir :
1). Berfikir deduktif, adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama
merupakan pernyataan umum dan selanjutnya merupakan pernyataan khusus, dalam ilmi Logika
disebut silogisme. Berfikir deduktif adalah berangkat dari konsep-konsep umum dan menarik
kesimpulan secara khusus.
2). Berfikir induktif adalah kebalikan dari konsep pertama, yaitu memulai melakukan pemikiran
yang berangkat dari hal-hal yang khusus dan ditarik kesimpulan secara umum.
3). Berfikir evaluatif adalah kegiatan berfikir yang kritis, menilai baik-buruknya, manfaat atau
mudharatnya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative kita dituntut kritis dan
peka akan permasalahan yang dihadapinya.
4). Berfikir analogi adalah berkikir yang mengambang, mengira-ngira, yang didasarkan pada
pengenalan kesamaan, umumnya orang menggunakan perbandingan akan obyek tertentu.
Sedangkan berfikir ilmiah adalah melakukan kegiatan berfikir dengan berpedoman pada kaidahkaidah yang formal dan baku serta mengedepankan logika (bukan perasaan), sehingga akan
dicapai suatu keputusan berfiiir yang sempurna. Untuk mencapai pemikiran yang ilmiah, maka
harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a). Sistematis
b). Obyektif.
c). Faktual.
d). Metodologis.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
1). Pengetahuan biasa (common sence)
Istilah ini sering diartikan dengangood sence karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia
menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah,
benda itu panas karena memang dirasakan panas. Pengetahuan yang demikian disebut dengan
pengetahun biasa atau knowledge.
2). Pengetahuan ilmu, secara singkat disebut ilmu, sebagai terjemahan dari science.
Pengetahuan ilmu adalah sesuatu yang mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang
sebaik-baiknya, menyelidiki obyeknya dan hendak memberikan sintesa atau suatu pandangan
yang bergandengan dengan metode atau system dalam berfikir (berlogika).
3). Pengetahuan Filsafat atau disebut filsafat saja.
Ilmu pengetahuan yang mencakup dasar dari seluruh ilmu pengetahuan, yang pada
perkembangannya akan melahirkan ilmu-ilmu tersendiri sebagai disiplin yang dikembangan oleh
manusia.
4). Pengetahuan Religi (Pengetahuan agama) Ilmu pengetahuan yang berangkat dan bertitik tolak
dari dogma-dogma agama. Pada konteks ini Pengetahuan agama merupakan diluar pembahasan
filsafat ilmu, hal ini karena amasalah ilmu religi (agama) berada diluar jangkauan pola piker
manusia sebagai subyek dari ilmu pengetahuan.
Sedangkan berfikir kegiatan yang ditunjukkan dengan sasaran atau logika, yaitu aktivitas pikiran
atau akal budi manusia. Berfikir ada 4 macam yaitu:
1). Berfikir deduktif, adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama
merupakan pernyataan umum dan selanjutnya merupakan pernyataan khusus, dalam ilmi Logika
disebut silogisme. Berfikir deduktif adalah berangkat dari konsep-konsep umum dan menarik
kesimpulan secara khusus.
2). Berfikir induktif adalah kebalikan dari konsep pertama, yaitu memulai melakukan pemikiran
yang berangkat dari hal-hal yang khusus dan ditarik kesimpulan secara umum.
3). Berfikir evaluatif adalah kegiatan berfikir yang kritis, menilai baik-buruknya, manfaat atau
mudharatnya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative kita dituntut kritis dan
peka akan permasalahan yang dihadapinya.
4). Berfikir analogi adalah berkikir yang mengambang, mengira-ngira, yang didasarkan pada
pengenalan kesamaan, umumnya orang menggunakan perbandingan akan obyek tertentu.
B. Saran-saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan adalah:
1. Hendaknya kita dalam menimba dan mencari ilmu pengetahun harus berpijak pada normanorma kemanusia atau norma-norma yang digariskan agama, supaya kita tidak lepas kendali.
2. Hendaknya pengetahuan yang kita tanggap harus dicerna dan direksi secara mendalam, agar
kita dapat mengambil hikmah dari segaja peristiwa yang ditangkap di indera kita.
3. Dalam berfikir kita hekdaknya mengetahui batas-batas kemampuan otak, sehingga ketika
berfikir tidak lagi berlandaskan perasaan apalagi menganggap fikiran adalah segalanya.

Anda mungkin juga menyukai