2. Coitus interruptus
Coitus interruptus atau senggama terputus merupakan salah satu usaha
kontrasepsi yang paling tua dan masih merupakan cara yang paling
banyak digunakan sekarang. Cara ini dilakukan dengan mengeluarkan
penis dan membuang sperma diluar vagina saat pria ejakulasi. Cara ini
banyak digunakan dalam abad ke-18 dan 19 dan memegang peranan
penting dalam pembatasan penduduk.
Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun
persiapan.
Kekurangannya, untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian
diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena faktor jasmani dan
emosional tidak dapat mempergunakan cara ini. Dulu dikatakan bahwa
coitus interruptus dapat menyebabkan hipertrofi (pembesaran) prostat,
impotensi dan bendungan panggul, namun bukti ilmiah tidak ada. Tapi
jika salah satu anggota dari pasangan tidak menyetujuinya, dapat
menimbulkan ketegangan dan dengan demikian mungkin merusak
hubungan seks.
Efektifitas cara ini umumnya dianggap kurang, sungguhpun penyelidikan
yang dilakukan di AS dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan
dengan cara ini hanya sedikit lebih tinggi daripada cara yang
mempergunakan kontrasepsi mekanis dan kimiawi.
saat
terjadinya
ovulasi sulit
atau
sama
sekali
tidak
dapat
diperhitungkan.
b. Metoda suhu basal badan; dasarnya ialah naiknya suhu basal pada
waktu ovulasi karena kadar progesteron naik. Kenaikan suhu ini 0,30,50C. kenaikan suhu ini dapat terjadi segera atau berangsur-angsur
dan terus menerus. Yang paling penting ialah perubahan suhu dan
bukan nilai absolutnya, maka pengukuran harus dilakukan setiap hari
yaitu pada pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur dan sebelum
makan atau minum.
Kekurangan dari cara ini ialah bahwa kita hanya dapat menentukan
masa aman setelah ovulasi.
Keuntungan dari cara rhytme method dengan cara kalender dan mengukur
suhu basal badan ini adalah aman dan tidak berbahaya bagi penggunanya
karena tidak menggunakan obat atau alat. Efektifitas istibra berkala atau
pantang berkala (Rhytme method) ini rendah, angka kegagalan 30 dari
100 wanita. Efektifitas akan lebih tinggi jika kedua cara penentuan masa
ovulasi diatas digunakan bersama-sama.
4.
5. Kondom
Kondom atau istilah bahasa Indonesianya Sarkon merupakan alat
kontrasepsi yang tertua walaupun dulu terutama dipergunakan sebagai
pencegah penyakit kelamin. Pemakaian kondom untuk tujuan kontrasepsi
baru dimulai kira-kira pada abad ke-18 di Inggris. Kondom yang paling
umum dipakai ialah kondom dari karet dengan tebal kira-kira 0,05 mm,
tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Saat ini
kondom telah digunakan secara luas di seluruh dunia dengan program
keluarga berencana.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
hubungan seks (koitus) dan mencegah pengumpulan sperma dalam
vagina. Bentuk kondom silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung
Kalau
kondom digunakan
sebagaimana
mestinya,
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Kontrasepsi. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi I. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka FKUI, 1982
2. Tim Pengajar Bagian OBS-GIN UNPAD. Cara-cara Kontrasepsi.
Dalam: Teknik Keluarga Berencana. Bandung: Elstar Offset FK UNPAD,
1980.
3. Metode Kontrasepsi. Diambil dari:
http:///www.bkkbn.com/kontrasepsi_236.html. Last updated, 2004.
4. Bahan Kuliah Kontrasepsi. FK UNSRAT 2000