LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 59 tahun
Pekerjaan
: Tani
Alamat
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
MRS
: 7 April 2011
Medrek
: 479810
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di leher sebelah kanan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan Gizi
: Cukup
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Pernafasan
: 20x/menit
Nadi
: 76x/menit
Suhu
: 36,6 C
Pupil
Mata
: Exophtalmus (-)
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
: Datar, BU (+) / N
Genitalia Eksterna
Ekstremitas Atas
Status Lokalis
Regio colli anterior sinistra
I : Tampak benjolan sebesar telur ayam kampung, warna kulit sama
dengan sekitar.
: 13,6 g/dl
(N : 14-18 g/dl)
Ht
: 43 vol%
(N : 37-47 vol%)
Leukosit
: 8400 mm
(N : 5000-10000/mm)
Trombosit
: 265000 mm
(N : 200000-500000/mm)
LED
: 6 mm/jam
(N : <10 mm/jam)
3
: 98 mg/dL
Ureum
: 33 mg/dL
(N : 15-39 mg/dL)
Creatinin
: 1,2 mg/dL
(N : 0,9-1,3 mg/dL)
Protein total
: 8,5 g/dL
(N : 6-7,8 mg/dL)
Albumin
: 3,8 g/dL
Globulin
: 4,7 g/dL
Na+
: 135 mmol/L
(N : 135-155 mmol/L)
K+
: 3,2 mmol/L
(N : 3,5-5,5 mmol/L)
Pemeriksaan Seroimunologi
T3
: 1,42 nmol/mL
T4
: 73,62 nmol/dL
TSH
: 0,348 uIU/mlL
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Rontgen Thorax AP: cor, pulmo, tulang normal. Kesan :
normal thorax
Pemeriksaan Rontgen Leher AP/Lateral : tumor regio colli anterior
kanan. Tidak ada kalsifikasi, trakea terdorong ke kiri.
Pemeriksaan USG
Thyroid kanan : ukuran membesar, tampak nodul berukuran 4,4 x 2,9 x
4,3 cm. Intensitas echo parenkim homogen rata. Tak
tampak kista maupun kalsifikasi
Thyroid kiri : bentuk dan ukuran normal. Intensitas echo parenkim
homogen rata. Tak tampak nodul/kista maupun
kalsifikasi.
Kesan : nodul soliter thyroid kanan DD/ struma nodosa.
Gambar Ro Cervical AP
E. DIAGNOSIS BANDING
Tiroiditis
Karsinoma Tiroid
F. DIAGNOSIS KERJA
Struma Nodosa Non Toksik
G. PENATALAKSANAAN
Pro FNAB
Rencana isthmolobektomi
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau
hipertiroidisme.
Nodul
mungkin
tunggal,
tetapi
jaringan
menyebabkan
kista
atau
adenoma.
Karena
DEFINISI
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi
karena folikel-folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun
sebagian folikel tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar
tersebut menjadi noduler. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran
kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme.
EMBRIOLOGI
Glandula thyroidea mula-mula berkembang dari penonjolan endodermal
pada garis tengah dasar pharynx, diantara tuberculum impar dan copula.
Nantinya penebalan ini berubah menjadi divertikulum yang disebut ductus
thyroglossalis. Dengan berlanjutnya perkembangan, duktus ini memanjang
dan ujung distalnya menjadi berlobus dua. Duktus ini merubah menjadi tali
padat dan bermigrasi menuruni leher, berjalan di sebelah anterior, atau
posterior terhadap os hyoideum yang sedang berkembang. Pada minggu ke
tujuh, tiba pada posisi akhirnya di dekat larynx dan trachea. Sementara itu tali
padat yang menghubungkan glandula thyroidea dengan lidah, terputus dan
lenyap. Tempat asal ductus tyroglossalis pada lidah menetap sebagai suatu
sumur yang disebut foramen caecum linquae. Kemudian, dua lobus pada
ujung terminal ductus thyroglossalis akan membesar sebagai akibat proliferasi
epitel dan membentuk glandula thyroidea.
ANATOMI
Glandula thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang dihubungkan
oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk buah avokad, dengan
puncaknya ke atas sampai linea oblique cartilaginis thyroidea dan basisnya
terdapat dibawah, setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5. Glandula thyroidea
merupakan organ yang sangat vascular, dibungkus oleh selubung yang berasal
dari lamina pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ini ke larynx dan
trachea.
Juga sering didapatkan lobus piramidalis, yang menjalar ke atas dari
isthmus, biasanya ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan
embryonic thyroid yang ketinggalan pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian
anterior di hipofaring. Bagian atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari
kelenjar tiroid, dan bagian bawah disebut sebagai pole bawah. Suatu pita
inferior yang menerima cairan limfe dari sebagian besar isthmus dan bagian
bawah lobus lateral.
Pada pembedahan tiroid penting memperhatikan jalan arteri pada pool atas
kanan dan kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat mencederai n.
laryngeus superior, kerusakan nervus ini dapat mengakibatkan perubahan
suara menjadi parau yang bersifat sementara namun dapat pula permanen.
D FISIOLOGI
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroid utama yaitu tiroksin (T4)
yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3).
Iodium nonorganic yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku
hormone tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga
mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. Sebagian
besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap
didalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormone
tiroid akan terikat dengan protein yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid
binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding
prealbumine, TBPA). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulatimg hormone,
TSH) memegang peranan penting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid.
TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal
sebagai negative feedback sangat penting dalam pengeluaran hormone tiroid
ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikuler yang
menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolism kalsium,
yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.
E HISTOLOGI
Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel
kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan jaringan ikat. Folikelfolikel tiroid dibatasi oleh epitel kubus dan lumennya terisi oleh koloid.
Kelenjar tiroid mengandung 2 tipe sel utama yaitu thyroid follicular cells
dan C cells (parafollicular cells). Sel folikular menggunakan iodine dari darah
untuk membuat hormone, yang membantu meregulasi metabolisme tubuh. Sel
parafolikular
membuat
calcitonin,
suatu
hormone
yang
membantu
ETIOLOGI
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak
diketahui, namun sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala
tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga tiroiditis ini menyebabkan
hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan sekresi
TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari
bagian kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan
mengapa kelenjar ini biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar
tumbuh namun bagian yang lain rusak akibat tiroiditis.
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1
Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di
daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
oleh
obat-obatan
(misalnya
11
KLASIFIKASI
Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:
1
2
3
4
12
(uninodosa)
b bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif dikenal 3 bentuk
nodul tiroid yaitu :
a nodul dingin
b nodul hangat
c nodul panas.
Berdasarkan konsistensinya
a nodul lunak
b nodul kistik
c nodul keras
d nodul sangat keras.
PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid..
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi
Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
GAMBARAN KLINIS
13
DIAGNOSIS
Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan penunjang.
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena
tidak ada hipo- atau hipertiroidisme. Biasanya tiroid mulai membesar pada
usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena
pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala
kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa
dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan.
Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena
menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila
pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan
pendorongan sampai jauh ke arah kontra lateral. Pendorongan demikian
mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Penyempitan yang
berarti menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea
dengan stridor inspirator.
14
Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan trakea naik
untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa berat karena terfiksasi
pada trakea.
Pemeriksaan pasien dengan struma dilakukan dari belakang kepala
penderita sedikit fleksi sehingga muskulus sternokleidomastoidea relaksasi,
dengan demikan tiroid lebih mudah dievaluasi dengan palpasi. Gunakan kedua
tangan bersamaan dengan ibu jari posisi di tengkuk penderita sedang keempat
jari yang lain dari arah lateral mengeveluasi tiroid serta mencari pole bawah
kelenjar tiroid sewaktu penderita disuruh menelan.
Pada struma yang besar dan masuk retrosternal tidak dapat di raba trakea
dan pole bawah tiroid. Kelenjar tiroid yang normal teraba sebagai bentukan
yang lunak dan ikut bergerak pada waktu menelan. Biasanya struma masih
bisa digerakkan ke arah lateral dan susah digerakkan ke arah vertikal. Struma
menjadi terfiksir apabila sangat besar, keganasan yang sudah menembus
kapsul, tiroiditis dan sudah ada jaringan fibrosis setelah operasi.
Untuk memeriksa struma yang berasal dari satu lobus (misalnya lobus kiri
penderita), maka dilakukan dengan jari tangan kiri diletakkan di mediall di
bawah kartilago tiroid, lalu dorong benjolan tersebut ke kanan. Kemudian ibu
jari tangan kanan diletakkan di permukaan anterior benjolan. Keempat jari
lainnya diletakkan pada tepi belakang muskulus sternokleidomastoideus untuk
meraba tepi lateral kelenjar tiroid tersebut.
Pada pemeriksaan fisik nodul harus dideskripsikan:
1
2
3
4
5
6
15
16
karena
desakan
pembesaran
nodul
(Berrys
sign)
17
Angka
+1
+2
+2
-5
+5
+3
+2
+1
-1
+3
-3
-3
+3
+3
Gejala objektif
Ada
Tiroid teraba
+3
Bruit
diatas +2
systole
Eksoftalmus
Lid retraksi
Lid lag
Hiperkinesis
Tangan panas
Nadi
<80x/m
80-90x/m
>90x/m
< 11 eutiroid
Tidak
-3
-2
+2
+2
+1
+4
+2
-2
-2
+3
-3
11-18 normal
> 19 hipertiroid
Pemeriksaan
untuk
mengukur
fungsi
tiroid
18
Pemeriksaan
untuk
menunjukkan
penyebab
gangguan
tiroid.
tersebut
sampai
memelukan
CT-scan
leher.
pembesaran tiroid.
Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan
19
menangkap
radioaktivitas
yang
lebih
tinggi.
Jinak (negatif)
Tiroid normal
Nodul koloid
Kista
Tiroiditis subakut
Tiroiditis Hashimoto
Curiga (indeterminate)
Neoplasma sel folikuler
Neoplasma Hurthle
Temuan kecurigaan keganasan tai tidak pasti
Ganas (positif)
Karsinoma tiroid papiler
Karsinoma tiroid meduler
Karsinoma tiroid anaplastik.5
Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi
K PENATALAKSANAAN
Pilihan terapi nodul tiroid:
1 Terapi supresi dengan hormon levotirosin
20
2
3
4
5
6
Pembedahan
Iodium radioaktif
Suntikan etanol
US Guided Laser Therapy
Observasi, bila yakin nodul tidak ganas.
21
Lesi jinak.
Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi
AMES.
a
observasi.
b
Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
Karsinoma folikulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
Karsinoma medulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
Karsinoma anaplastik.
a Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
b Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking
dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan
22
Operabel
FNAB
Isthmolobektomi
Lesi jinak
Papilare
Suspek Benigna
VC
Folikulare
Suspek maligna
Benigna
Folikulare pattern
Hurthle cell
Medulare
Anaplastik
Supresi TSH
6 bulan
Risiko
Rendah
Risiko
Tinggi
Membesar
Tidak ada
Mengecil
23
Perubahan
Debulking
Observasi
Tiroidektomi total
Radiasi eksterna/
Khemotherapi
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah perubahan kearah keganasan
( Ca tiroid )
24
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada anamnesis didapatkan data bahwa penderita ini berusia 59 tahun.
Perjalanan penyakit yang relatif lama (4 tahun), pertumbuhan nodul dari mulai
sebesar kelereng lalu menjadi sebesar telur ayam, tidak disertai nyeri, tidak
disertai demam atau riwayat trauma dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab
penyakit adalah infeksi atau trauma. Tidak adanya riwayat keluarga atau
masyarakat di lingkungan sekitar yang mengidap penyakit yang sama dapat
membantu menyingkirkan diagnosis bahwa kasus ini adalah penyakit endemik.
Kemungkinan bahwa kasus ini adalah hipertiroidisme juga dapat disingkirkan
karena tidak ditemukannya gejala tremor, tangan berkeringat atau jantung
berdebar-debar. Pada anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa 5 bulan SMRS
penderita tidak mengalami sesak nafas, tidak disertai gangguan bicara (suara
menjadi serak) dan sulit menelan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sebuah nodul soliter, berukuran sebesar
telur ayam, dengan konsistensi kenyal, permukaan
gerakan menelan, tanpa disertai nyeri. Disimpulkan bahwa penyakit yang diderita
pasien ini adalah suatu pembesaran kelenjar.
Tidak didapatkannya nodul lain baik di servikal, jugular, submandibular,
ataupun klavikulair, juga pada tulang tengkorak atau ekstremitas menuntun
diagnosis bahwa neoplasma tersebut mungkin bersifat jinak atau dapat juga ganas
namun belum terdapat metastasis jauh.
25
26