Anda di halaman 1dari 57

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri

Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi penghasil bahan galian
beraneka ragam jenisnya,baik itu bahan galian energi, bahan galian logam,
bahan galian non logam maupun bahan galianindustri. Beberapa bahan
galian

tersebut

sangat

potensial

untuk

dijadikan

bahan

baku

industrisemen.Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan


potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batugamping,
tanah liat (shale), pasir besi dan gipsum melalui proses pembakaran
temperatur tinggi (>1000C). Industri semen memiliki karakter padat modal
(capitalintensive), padat energi berupa batubara dalam proses pembakaran
dan energi listrik, bersifat padat dalam volume besar sehingga biaya
transport tinggi. Strategi kebijakan pengembangan industri semen di
Indonesia adalah memenuhi kebutuhan semen nasional, melakukan
persebaran pembangunan pabrik semen ke arah luar Pulau Jawa,
meningkatan daya saing industri semen melalui efisiensi penggunaan
energi, meningkatkan kemampuan kompetensi sumber daya manusia dalam
desain

dan

perekayasaan

pengembangan

industri.

Pertimbangan

pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan


dalam waktu tidak lama lagi Indonesia akan mengalami kekurangan pasokan
semen untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di dalam negeri.
Kapasitas produksi semen selama 15 tahun terakhir meningkat lebih dari 2,5
lipat, 15,8 juta ton pada tahun 1990 menjadi 47,5 juta ton pada tahun 2004
telah meningkatkan peringkat Indonesia ke-10 negara produsen semen
terbesar di dunia (semula peringkat ke-14). Produksi semen telah meningkat
rata-rata 7% pertahun selama 15 tahun (1990-2004) meskipun Indonesia
pernah

dilanda

krisis

multi

dimensi

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

pada

tahun

1997-1998.

Dua
1

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

tahunberikutnya (tahun 2000) produksi sudah kembali pada tingkat sebelum


krisis. Lima tahun terakhir(tahun 2000-2004), pertumbuhan produksi ratarata
pertahun mencapai 8%. Sejak tahun 2000 hingga 2009 kapasitas semen
berada pada posisi 44,8 juta ton dan tidak ada pembangunan pabrikbaru
kecuali upaya optimalisasi yang dilakukan oleh beberapa pabrikan. Hal ini
disebabkan utilisasi produksi masih berada pada kisaran 70%, yang berarti
kebutuhan domestik masih dapat dipenuhi oleh industri semen dalam negeri.
Meskipun dengan laju pertumbuhan yang fluktuatif, namun kebutuhan
semen terus meningkat terutama di Jawa dan Sumatera.
Peningkatan kebutuhan semen diasumsikan 5%/tahun didasarkan pada 2
faktor yaitu :
o Pertumbuhan Ekonomi Nasional (PDB) yang diestimasi sekitar 4-5%;
o Kebutuhan semen per kapita masih relatif rendah (150 kg/kapita) di
antara negara Asean.
Pada Jangka panjang, maka dengan laju pertumbuhan kebutuhan 5% per
tahun diprediksi akan terjadi kondisi marginal antara pasokan dan kebutuhan
semen pada tahun 2018. Dengan demikian perlu dilakukan upaya perluasan
atau pembangunan pabrik pada tahun 2015. Pengembangan industri semen
perlu segera diambil langkah-langkah pengamanan sejak dini, supaya
kemungkinan terjadinya kekurangan suplai semen pada tahun 2018 bisa
dihindari. Meskipun pada saat ini utilisasi pemanfaatan kapasitas pabrik baru
mencapai sekitar 70%, dengan memperhatikan pertumbuhan permintaan
yang diperkirakan mencapai sekitar 5% akan menyebabkan terjadinya
kekurangan

pasokan

semen

bila

tidak

ada

penambahan

kapasitas/pembangunan pabrik baru.Sampai saat ini, terdapat beberapa


industri semen yang ada di Indonesia yakni PT.
Prakarsa (Semen Tigaroda),

PT.

Indocement Tunggal

Semen Baturaja Persero (Semen

Baturaja), PT. Semen Padang (Semen Padang), PT. Semen Gresik (Semen
Gresik), PT. Semen Bosowa (Semen Bosowa), PT. Semen Andalas (Semen
Andalas), PT. Holcim Indonesia, PT. Semen Tonasa (Semen Tonasa), dan
PT. Semen Kupang (Semen Kupang).Secara umum, data jenis semen yang

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

diproduksi oleh industri semen terdiri dari beberapa jenis semen yang
berbentuk semen biasa dan berbagai tipe khusus serta semen campur
(mixed cement) untuk penggunaan yang terbatas. Jenis semen tersebut
antara lain Ordinary Portland Cement (OPC), Portland Pozzolan Cement
(PPC), Special Blended Cement (SBC), Oil Well Cement (OWC), Super
Masonry Cement (SMC), Semen Portland Tipe I, Semen Portland Tipe II,
Semen Portland Tipe III, dan Semen Portland Tipe V.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan Kegiatan :
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menentukanlokasi dan potensi
sumber utama bahan baku semendi Kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya dan
AcehSelatan. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah:
-

Mengetahui potensi daerah dalam rangka pengembangan industri semen


di KabupatenAceh Besar, Aceh Jaya dan Aceh Selatan.

Mengetahui sebaran bahan baku utama semen(batugamping, serpih,


pasir besi, tras).

1.3 Metode Penelitian, Alat dan Tahapan Eksplorasi


1.3.1

Metode Penelitian
Pengumpulan dan Pengolahan Datadilakukan melalui metode survey
dengan pendekatan deskritif kualitatif dan kuantitatif. Survey lapangan
dilakukan untuk mendapatkan informasi/data tentang potensi bahan baku
industri semen, keadaan sarana dan prasarana wilayah, proses produksi
industri semen/analisis produksi, analisis finansial pendirian industri semen
dan analisis kebutuhan pasar apabila diperlukan, namun tergantung kepada
ruang lingkup kegiatan yang diberikan di dalam kerangka acuan kerja.
Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen wawancara, observasi
dan dokumenter. Data potensi, produksi dan kebutuhan pasar dianalisis
secara deskritif kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan analisis dan penentuan
tingkat kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria Net

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Return on Investment


(ROI), Pay Back Period (PBP), Return on Equity (ROE), Return On Asset
(ROA).

1.3.2

Alat
Perlengkapan Lapangan yang dibutuhkan dalam kegiatan lapangan, selain
perlengkapan pribadi yang sesuai dengan kondisi lapangan, misalnya
pakaian, sepatu, topi, dan sebagainya, diperlukan perlengkapan yang
dipakai di lapangan atau di pangkalan kerja. Beberapa perlengkapan dasar
yang penting diantaranya adalah :

GPS,

Kompas Geologi,

Palu Geologi,

Lensa pembesar (laope/hand-lens),

Buku catatan lapangan, alat-alat tulis, mistar, dan busur derajat,

Peta dasat Topografi,

Komporator dan skala,

Larutan Asam Hidrokhlorik (HCl), dan

Kamera (Dokumentasi).

GPS (Global Positioning System)


GPS adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik
yang dapat menentukan lokasi pengamatan geologi dengan tepat posisi di
peta topografi. Sistem ini menggunakan satelit yang mengirimkan sinyal
gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di
permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan
waktu.
Ada tiga bagian penting dari sistem ini, yaitu:

Bagian kontrol, seperti namanya bagian ini berfungsi untuk mengontrol.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Setiap satelit dapat berada sedikit diluar orbit, sehingga bagian ini
melacak orbit satelit, lokasi, ketinggian, dan kecepatan. Sinyal-sinyal dari
satelit diterima oleh bagian kontrol, dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke
satelit. Koreksi data lokasi yang tepat dari satelit ini disebut dengan data
ephemeris, yang nantinya akan diterima oleh alat navigasi.

Bagian angkasa, bagian ini terdiri dari kumpulan satelit-satelit yang


berada di orbit bumi, sekitar 12.000 mil diatas permukaan bumi.
Kumpulan satelit-satelit ini diatur sedemikian rupa sehingga alat navigasi
setiap saat dapat menerima paling sedikit sinyal dari empat buah satelit.
Sinyal satelit ini dapat melewati awan, kaca, plastik, tetapi tidak dapat
melewati gedung atau gunung. Setiap satelit memiliki kodenya masingmasing. Nomor kode ini biasanya akan ditampilkan di alat navigasi, maka
kita bisa melakukan identifikasi sinyal yang sedang diterima alat tersebut.
Data ini berguna bagi alat untuk mengukur jarak antara alat navigasi
dengan satelit, yang akan digunakan untuk mengukur koordinat lokasi.

Bagian pengguna, bagian ini terdiri dari alat navigasi yang digunakan.
Satelit akan memancarkan data almanak dan ephemeris yang akan
diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data berisikan perkiraan lokasi
(approximate location) satelit yang dipancarkan terus menerus oleh
satelit. Sistem kerja GPS diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1.1. Bagian-bagian penting pada sistim GPS


(sumber : Wiki Pedia, Anonim 2010)

Kompas Geologi

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Kompas geologi diperlukan didalam kegiatan geologi lapangan adalah


kompas yang dipakai untuk mengukur besaran arah (azimuth) dan besaran
sudut kecondingan. Selain itu, komponen untuk menentukan pasisi
horizontal (horizontal levelling) secara tepat juga mutlak diperlukan.
Bagian-bagian pada kompas geologi seperti terlihat pada gambar berikut ini,
yaitu :

Gambar 1.2. Bagian-bagian Kompas Geologi


(sumber : http://obdum.blogspot.com/2010/10/pemakaian-kompas-geologi.html)

Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe Kompas


Brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut
sebagai clinometer, fungsi kompas tersebut dilengkap antara lain dengan :

Compass needle (Jarum Magnet)


sebuah batangan besi yang disatukan dengan batangan magnit bagian
tengahnya terletak diatas jarum tegak, apabila dalam keadaan setimbang,
jarum akan bergerak dengan bebas diaatas jarum tegak (Pivot Needle),
ujung jarum akan diam searah dengan kutub utara magnet bumi, ujung
jarum utara ditandai dengan noktah kuning, dilengkapi pula dengan cincin
penyeimbang berat yang dapat digeser-geser untuk mengimbangi
penyimpangan arah inklinasi, agar supaya jarum kompaas dapat bergerak
bebas tanpa menyentuh kaca penutup kompas.

Graduate Circle (Lingkaran pembagian derajat)


Pembagian skala derajat pada kompas, adalah bagian kompas berupa

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

lempengan lingkaran diluar ujung jarum kompas, terdiri dari :


o Pembagian skala 0o 360o
Kedudukan N (utara) pada kompas adalah kedudukan 0 o berimpit
dengan 360o, Kedudukan S (selatan) pelurus N, adalah kedudukan
180o, dan kedudukan E (timur) adalah kedudukan 90 o, kedudukan W
(barat) adalah kedudukan 270 o. Posisi pembacaan arah N - E - S - W N pada kompas, ditulis kebalikan arah perputaran jarum jam.
o Pembagian skala 0o 90o
Skala Pembagian 0o 90o, mempunyai system pembacaan dengan
kwadran. Kwadran 0o 90o; adalah sekala pembacaan kwadran N E
dan S E , N W dan S W, berarti angka 0 o, terletak pada
pembacaan E (timur) dan W (barat). Tulisan arah N E S W N,
terbaca terbalik arah perputaran jarum jam

Bull's eye level : Kalo di bahasa indonesiakan level mata sapi. Fungsinya
digunakan dalam menentukan kedataran kompas geologi saat melakukan
pengukuran strike dan trend.

Clinometer level : Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran


kompas geologi saat melakukan pengukuran dip dan plunge.

Clinometer scale : skala yang digunakan saat melakukan pengukuran dip


dan plunge.

Index pin : penunjuk 0 derajat pada kompas geologi. Bagian ini dapat
diputar-putar sesuai kebutuhan, tetapi biasanya di arahkan ke arah Utara.

Small sight dan large sight : Fungsinya digunakan untuk melakukan


penembakan menggunkan kompas geologi supaya yang kita bidik tepat
lurus dengan kita.

Pengukuran-pengukuran dengan menggunakan kompas geologi, antara lain

Mengukur Strike
Tempelkan sisi E (east), geser-geser, sampai gelembung udara dalam
Bull's eye level masuk ke dalam lingkaran dan jarum kompas stabil (tidak
gerak), terakhir amati sudut yang ditunjuk arah Utara. Lalu tulislah sesuai

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

petunjuk N __ E

Mendukur Dip
Tempelkan sisi W (west) badan kompas usahakan membentuk sudut 90
terhadap strike, Clinometer level diputar-putar sampai gelembung udara
berada diantara garis dalam clinometer level/ ditengah-tengahnya, terakhir
baca sudut dalam clinometer scale.

Gambar 1.3. Strike dan Dip


(Sumber : http://zonegeologi.blogspot.com/2010/12/geologi-struktur_07.html).

Mengukur Plunge
Cara mengukurnya seperti mengukur Dip, namun kita mengukur struktur
garis

dan memakai bantuan buku untuk bidangnya, atau papan jalan

untuk mempermudah, dengan jalan menempelkan sisi buku di struktur


garis dan melakukan pengukuran di sisi buku yang lain.

Mengukur Trend
Cara

mengukurnya

seperti

mengukur

Strike,

pada

kenyataannya

mengukur struktur garis agak sulit maka pakai bantuan buku atau papan
jalan untuk mempermudah, dengan jalan menempelkan sisi buku di
struktur garis dan melakukan pengukuran di permukaan datar yang ada di
buku atau papan jalan tersebut.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 1.4. Plunge, Trend, dan Pitch.


(sumber : http://serc.carleton.edu/NAGTWorkshops/structure/
computer_resources.html).

Mengukur Pitch
Cara mengukurnya pertama buatlah garis strike di permukaan bidang, lalu
langsung ukur derajat antara struktur garis dan strike menggunakan busur
derajat.

Palu Geologi
Palu geologi ini dipergunakan untuk mendapatkan contoh batuan secara
baik dan dapat dipergunakan untuk memahat batuan yang berukuran
sedang. Palu geologi terdapat dua jenis yang sering kita gunakan (seperti
terlihat pada gambar), yaitu :

Jenis palu geologi yang berujung runcing (pick-point)


digunakan pada batuan-batuan yang relatif masif

Jenis palu geologi yang berujung seperti pahat (chesel point)


digunakan

pada

batuan-batuan

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

yang

berlapis

atau

berfoliasi.

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 1.5. Palu Geologi


(Sumber : http://www.itrademarket.com/geonet/1196771/palu-geologi.htm)

Lensa pembesar (laope/hand-lens)


Lensa pembesar yang umumnya dipakai adalah membesaran 8 sampai 20
kali. Fungsi dari lensa pembesaran ini dipergunakan untuk mengamati
batuan (warna, besar butir, bentuk butir, jenis mineral-mineral pada batuan,
dan sebagainya) sehingga dapat penentukan nama dari batuan yang kita
amati.

Buku catatan lapangan


Buku catatan lapangan pada dasarnya adalah buku tulis yang cukup baik,
berukuran sedang, praktis dipakai di lapangan, dan sebaiknya dengan kulit
buku yang tebal. Perlengkapan lain yang harus di sediakan, pensil, pena,
bullpen, pinsil warna, penghapus, mistar segitiga, busur derajat (mengukur
pitch), dan marker pen (untuk menandai contoh batuan)
Peta dasat Topografi
Peta dasar topografi pada umumnya dipakai berskala 1 : 25.000 atau 1 :
50.000 dan apabila melakukan pemetaan detail berskala 1: 5.000 atau 1 :
10.000. Peta dasar topografi sangat menbantu dalam segala kegiatan
geologi di lapangan. Disamping untuk menentukan posisi lokasi pengamatan

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

10

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

di peta secara tepat juga sangat membantu untuk memprediksi penyebaran


jenis batuannya.
Komporator dan skala
Terdapat beberapa jenis komparator yang dipakai untuk membantu dalam
pemberian batuan, misalnya komparator besaqr butir, pemilahan (sorting),
dan persentasi komposisi mineral.
Larutan Asam Hidrokhlorik (HCl)
Larutan HCl digunakan untuk menguji kandungan karbonat pada batuan.
Larutan HCl pada umumnya kandungannya tidak terlalu pekat sekitar 0.1 N.
Kamera (Dokumentasi)
Kamera merupakan perlengkapan yang wajib ada dalam segala kegiatan
geologi dilapangan, untuk itu kamera sebaiknya harus kompak dan kuat
dengat tempat perlindungan yang baik. Berbagai macam kegiatan lapangan
geologi harus semuanya terekam dan terdokumentasikan dengan baik.
1.3.3

Tahapan Eksplorasi
Langkah-langkah semua kegiatan geologi di lapangan dari awal sampai
akhir seperti tercantum pada gambar diagram alur dibawah ini,

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

11

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 1.6. Bagan Diagram Alur Kegiatan Observasi Lapangan.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

12

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

1.3.4

Laboratorium X-ray Fluorescence (XRF) Spectrometry


Spektroskopi XRF adalah teknik analisis unsure yang membentuk suatu
material dengan dasar interaksi sinar-X dengan material analit. Teknik ini
banyak digunakan dalam analisa batuan karena membutuhkan jumlah
sample yang relative kecil (sekitar 1 gram). Teknik ini dapat digunakan untuk
mengukur unsure-unsur yang tertutama banyak terdapat dalam batuan atau
mineral. Sampel yang digunakan biasanya berupa serbuk hasil penggilingan
atau

pengepressan

menjadi

bentuk

film

yang

banyak

digunakan

unmenggunakan beberapa prinsip Apabila electron dari suatu kulit atom


bagian dalam dilepaskan, maka electron yang terdapat pada bagian kulit luar
akan berpindah pada kulit yang ditinggalkan tadi menghasilkan sinar-X
dengan panjag gelombang yang karakteristik bagi unsure tersebut (seperti
terlihat pada Gambar 1.7 di dibawah ini).

Gambar 1.7. Perpinndahann Elekttron.


Pada teknik difraksi sinar-X suatu berkas electron digunakan, sinarXdihasilkan dari tembakan berkaselektron terhadap suatu unsur di
anodauntuk menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang yang
diketahui. Peristiwa ini terjadi pada tabung sinar-X. Pada teknik XRF, kita
menggunakansinar-X dari tabung pembangkit sinar-X untuk mengeluarkan
electron darikulit bagian dalam untuk menghasilkan sinar-X baru dari sample
yang di analisis. Seperti pada tabung pembangkit sinar-X, elektoron dari

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

13

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

kulitbagian dalam suatu atom pada sample analit menghasilkan sinar-X


dengan panjang-panjang gelombang karakteristik darisetiap atom di dalam
sample. Untuk setiap atom di dalam sample, intensitas dari sinar-X
karakteristik tersebutsebanding dengan jumlah (konsentrasi) atom di dalam
sample. Dengan demikian, jika kita dapat mengukur intensitas sinarX
karakteristik dari setiap unsure, kita dapatmembandingkan intensitasnya
dengan suatu standar yang diketahui konsentrasinya, sehingga konsentrasi
unsure dalamsample bisa ditentukan.

Gambar 1.8. Konsentrasi Unsur dalam suatu Sampel.


Instrumen

yang

digunakan

untuk

melakukan

pengukuran

tersebut

dinamakan X-Ray Fluorescence Spektrometer. Perlatan ini terdiri dari tabung


pembangkit sinar-X yang mampu mengeluarkan electron dari semua jenis
unsur yang sedang diteliti. Sinar-X ini yang dihasilkan harus berenergi
sangat tinggi, sehingga anoda target dalam tabung pembangkit harus
berupa unsure Cr, Mo, W, atau Au.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

14

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 1.9.X-Ray Fluorescence Spektrometer.

Sinar-X yang dihasilkan ini, kemudian dilewatkan melalui suatu kolimator


untuk menghasilkan berkas sinar yang koheren. Berkas sinar ini kemudian
didifraksikan oleh kisi kristal yang sudah diketahui nilai d-nya. Dengan
menggunakan persamaan Bragg (n = 2dsin) kita dapat menentukan sudut
dari sinar-X yang telah diketahui panjang gelombangnya. Kemudian kristal
dan detector diatur untuk mendifraksikan hanya panjang gelombang tertentu.
Intensitas sinar-X karakteristik untuk setiap unsure yang sedang diselidiki
ditentukan dengan cara merotasikan kristal dan detector pada sudut yang
dibutuhkn untuk mendifraksi panjang gelombang karakteristik tersebut.
Intensitas sinar-X kemudian diukur untuk setiap unsur dan setiap unsure
pada standar yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan berikut
digunakan untuk menentukan konsentrasi unsure dalam analit:

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

15

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

The proportionality constant, k, can be determined from the first equation:

This can then be substituted into the second equation to solve for the
concentration of element i in the unknown:

In practice, this is only true if all elements in the standard and the unknown
occur in about the same concentration. This is often difficult to attain, so a
wide variety of standards are used to figure out all of the interfering effects
and make a calibration curve which relates concentration in the unknown to
a more complex equation involving the concentration and intensities in the
standard.
Kelebihan dari metode XRF adalah

Akurasi yang tinggi

Dapat menentukan unsur dalam material tanpa adanya standar

Dapat menentukan kandungan mineral dalam bahan biologik maupun


dalam tubuh secara langsung.

Kelemahan dari metode XRF adalah

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

16

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

tidak dapat mengetahui senyawa apa yang dibentuk oleh unsur-unsur


yang terkandung dalam material yang akan kita teliti.

tidak dapat menentukan struktur dari atom yang membentuk material


itu.

1.3.5

Analisa Data dan Pembuatan Peta


Sebagaimana tujuan utama dalam kegiatan Pemetaan Identifikasi kawasan
Kelayakan Industri Semen adalah untuk memetakan singkapan dan
memperoleh koordinat, luas, jenis, serta potensi serta prosentase kawasan
hutan dan cagar alam, maka analisa data dan pembuatan peta kawasan
potensi Industri Semen sebagian besar dilaksanakan dengan memanfaatkan
sistem informasi geografis (SIG). Secara umum SIG adalah suatu komponen
yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan
sumberdaya
memasukan,

manusia

yang

menyimpan,

bekerja

bersama

memperbaiki,

secara

efektif

memperbaharui,

untuk

mengelola,

memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data


dalam suatu informasi berbasis geografis.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data
spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi
yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya.
Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi,
kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dari sistem informasi lainnya.
Peta Arahan Kawasan Pertambangan dapat juga dibuat secara manual atau
fotografis, jika lapisan data individu berada secara tranparan. Salah satu
langkah

penting

dalam

analisa

data

kawasan

pertambangan

menggabungkan beberapa data yang sedang dipetakan. Salah satu


pendekatan yang paling banyak digunakan adalah metode overlay, yang
melibatkan beberapa peta dengan atribut individu atau parameter.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

17

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Tumpang susun lapisan data individu akan jauh lebih mudah jika dilaksanan
dengan menggunakan aplikasi komputer. SIG merupakan salah satu aplikasi
yang sering digunakan untuk keperluan ini. Beberapa aplikasi SIG yang ada,
seperti

ArcGIS,

Erdas,

atau

Aplikasi

SIG

lainnya.Pendekatan

ini

mensyaratkan bahwa semua atribut dan parameter geografis mereka


direferensikan, didigitasi, dan dimasukan ke dalam basis data. Setelah
masuk dalam data base, adalah kemudian mengatur data set sebagai
lapisan data dengan sistem koordinat yang sama dan memanipulasi lapisanlapisan data tersebut untuk menghasilkan peta/data baru, sehingga
akhirnyaanalisa kawasan dapat dengan mudah dilaksanakan.
Beberapa operasi dasar SIG yang sangat sering digunakan untuk analisa
prosentase luasan suatu wilayah terhadap wilayah lainnya adalah:
A. Buffer
Buffer adalah proses membuat suatu daerah disekeliling objek dengan jarak
tertentu. Operasi dapat biasa digunakan untuk mengetahui jumlah dan jenis
sekelompok objek yang berada pada jarak tertentu dari objek lainnya.

Gambar 1.10. Operasi buffer dalam SIG

B. Disolve
Disolve adalah proses menggabungkan beberapa objek yang memiliki nilai
yang sama untuk salah satu atau beberapa kategori.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

18

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 1.11. Operasi disolve dalam SIG.

C. Intersection
Intersection

adalah

proses

memotong

suatu

layar

input

dengan

menggunakan layar timpaan (overlay) yang menghasilkan suatu output yang


memiliki attribut dari kedua data tersebut.

Gambar 1.12. Operasi intersection dalam SIG

D. Union
Merupakan proses penggabungan dari beberapa layar yang menghasilkan
suatu layar baru dengan attribut dari semua layar yang digabungkan

Gambar 1.13. Operasi union dalam SIG.

E. Append/Merge
Proses penggabungan dari objek-objek sejenis untuk menghasilkan data
aattribut dan spasial dari objek-objek tersebut.

Gambar 1.14. Operasi append/merge dalam SIG.

F. Clip/Mask
Clip/Mask adalah proses pemotongan suatu layar input dengan layar input
lainnya yang berupa poligon.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

19

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 1.15. Operasi clip/mask dalam SIG

G. Overlay
Overlay adalah proses tumpang tindih dari beberapa layar tanpa merubah
layar yang ada dan tidak menghasilkan suatu layar yang baru.

Gambar 15. Operasi overlay dalam SIG.

1.3.6

METODOLOGI PELAKSANAAAN PENELITIAN


Tahapan penelitian yang dilaksanakan dalam mengindentifikasi kawasan
kelayakan industry semen adalah seperti pada bagan di bawah ini,

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

20

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 16 Diaggram alur pelaksanaan indentifikasi kawasan kelayakan


industry semen pada ketiga kabupaten.

1.4 Hasil yang Diharapkan


Hasil kegiatan Identifikasi kawasan KelayakanIndustri Semen dapat
dijadikan sebagai bahanacuan dalam proses pengambilan keputusan
yangberhubungan dengan perencanaan pengembanganwilayah, sehingga
penggunaan

lahan

dapatmemberikan

informasi

peluang

investasi,

dapatmeningkatkan pendapatan masyarakat danmeningkatkan Pendapatan


Asli Daerah (PAD). Hasil keluaran dari kegiatan tersebut adalah

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

21

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Peta sebaran potensi batugamping di tiga Kabupaten;

Peta sebaran potensi batuserpih, pasir besi dan tras di sekitar prospek
batugamping di Tiga Kabupaten (Aceh Besar, Aceh Jaya dan Aceh
Selatan);

Sebaran kualitas batugamping, batu serpih, pasir besi, tras di tiga


Kabupaten (Aceh Besar, Aceh Jaya dan Aceh Selatan).

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

22

LAPORAN AKHIR :

1.5

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri Semen 2014

Waktu Pelaksanaan dan Perizinan


Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

No.
A
1
2
3
4

B
1
2
3
4

ESTIMASI
WAKTU
RENCANA

KEGIATAN
PERSIAPAN UMUM
Pertemuan/Pengenalan dan Diskusi Awal
Dengan Direksi
Pengumpulan Peta Topografi
Pengumpulan Peta Geologi Regional
Penyusunan/Pembuatan Laporan
Pendahuluan + Penyerahan
SURVEY LAPANGAN
Mobilisasi Personil dan Peralatan Ke
Lapangan
Survey Topografi Kawasan
Survey/Penyelidikan Geologi
De Mobilisasi Personil dan Peralatan Dari
Lapangan

Hari

Hari

Hari

Minggu

Hari

Minggu

Minggu

Hari

Pengolahan Data dan Analisa

Pengolahan Data dan Analisa

Minggu

Analisa Geologi Kawasan

Minggu

Pembuatan Peta Geologi Lokal

Minggu

4
5

Estimasi Potensi (Sumberdaya Hipotetik)


Penyusunan/Pembuatan Laporan Akhir +

2
4

Minggu
Minggu

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

PELAKSANAAN BULAN KE
BULAN - I
M1

M2

M3

BULAN II
M4

M1

M2

M3

BULAN - III
M4

M1

M2

M3

BULAN - IV
M4

M1

M2

M3

M4

LAPORAN AKHIR :

No.

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri Semen 2014


ESTIMASI
WAKTU
RENCANA

KEGIATAN
Penyerahan

Serah Terima Pekerjaan (Selesai Kontrak)

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Hari

PELAKSANAAN BULAN KE
BULAN - I
M1

M2

M3

BULAN II
M4

M1

M2

M3

BULAN - III
M4

M1

M2

M3

BULAN - IV
M4

M1

M2

M3

M4

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

1.6 Lokasi dan Pencapaian Daerah Telitian

Aceh Besar

Aceh Jaya

Aceh Selatan

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

BAB 2
KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL
MASYARAKAT
2.1 Kondisi Geografis
2.1.1

Letak Geografis Kabupaten Aceh Besar


Kabupaten Aceh Besar secara geografis terbentang pada posisi dari 5,25,8 LU sampai 95,0 - 95,8 BT, dengan batas administratif adalah sebagai
berikut :

o Sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh.


o Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya.
o Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie.
o Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.
Status administrasi Kabupaten Aceh Besar merupakan Kabupaten dengan
luas 2.974,12 km2 yang terbagi menjadi 23 kecamatan, 4 kelurahan, 68
mukim, dan 600 desa. Ibukota Kabupaten Aceh Besar adalah Kota Jantho
yang terletak di Kecamatan Jantho. Pembagian kecamatan-kecamatan
Kabupaten Aceh Besar beserta luasannya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2. Nama Kecamatan Kabupaten Aceh Besar

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

No

.1
2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Kecamatan
Lhoong
Lhoknga
Leupung
Indrapuri
Kuta Cot Glie
Seulimeum
Kota Jantho
Lembah Seulawah
Mesjid Raya
Darussalam
Baitussalam
Kuta Baro
Montasik
Blang Bintang
Ingin Jaya
Krueng Barona Jaya
Suka Makmur
Kuta Malaka
Simpang Tiga
Darul Imarah
Darul Kamal
Peukan Bada
Pulo Aceh
Aceh Besar

Ibukota
Lhoong
Lhoknga
Leupung
Indrapuri
Lampakuk
Seulimeum
Kota Jantho
Lamtamot
Krueng Raya
Lambaro Angan
Lambada Lhok
Peukan Ateuk
Montasik
Cot Meuraja
Lambaro
Cot Iri
Sibreh
Samahani
Krueng Mak
Lampeneurut
Peukan Bilui
Peukan Bada
Lampuyang

Jumlah
Mukim
Desa
4
28
4
28
1
6
3
52
2
32
5
47
1
13
2
12
2
13
3
29
2
13
5
47
3
39
3
26
6
50
3
12
4
35
1
15
2
18
4
32
1
14
4
26
3
17
68
604

2
.

Letak Geografis Kabupaten Aceh Jaya


Kabupaten Aceh Jaya yang sebelum pemekaran merupakan bagian dari
Kabupaten Aceh Barat terbentuk pada tahun 2002. Secara geografis
terbentang pada posisi 04 22 - 05 16' LU sampai 95 02'- 96 03' BT,
dengan batas administratif adalah sebagai berikut.
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Pidie.
2. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Barat.
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Pidie dan Kabupaten Aceh Barat.
4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Besar.
Luas daerah Kabupaten Aceh Jaya adalah 3.727 km yang terbagi dalam 6
2

Kecamatan, 21 Mukim dan 172 Desa. Luas wilayah masing-masing


Kecamatan tidak terlalu jauh berbeda. Kecamatan Sampoiniet merupakan

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar 27% dari luas wilayah
Kabupaten. Sementara itu Kecamatan Panga mempunyai luas wilayah
terkecil yaitu sekitar 8% dari luas wilayah Kabupaten. Ibukota dari
Kabupaten Aceh Jaya adalah Calang yang berada di Kecamatan Krueng
Sabee. Untuk jelasnya wilayah administrasi Kabupaten Aceh Jaya dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Luas wilayah administrative Kabupaten Aceh Jaya tahun 2009.


No
Kecamatan
Mukim
Desa
Luas Wilayah (KM2)
1
Teunom
4
38
567,66
2
Panga
2
19
307,34
3
Krueng Sabee
2
16
588,00
4
Setia Bakti
2
13
629,00
5
Sampoinet
4
38
1.011,00
6
Jaya
7
48
624,00
Jumlah
21
172
3.727
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Jaya, 2010.

Secara

geografis

semua

kecamatan

berbatasan

langsung

dengan

Samudera Indonesia, di mana pesisir sepanjang pantai merupakan tempat


permukiman penduduk terpadat dibandingkan dengan daerah permukiman
yang jauh dari pantai. Jaringan jalan yang menyusuri pinggir pantai yang
menghubungkan Banda Aceh dengan kota-kota di bagian Barat dan Selatan
Provinsi Aceh menjadi faktor yang sangat mendukung bagi penduduk untuk
membangun permukiman di sepanjang pantai. Pusat-pusat perdagangan
dan berbagai aktivitas perekonomian lainnya pun pada umumnya berlokasi
di kota-kota Kecamatan yang berada di sepanjang pantai wilayah ini. Peta
administrasi kecamatan wilayah Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihatpada
Gambar 18.
Dari Gambar 2.2 tersebutdapat dilihat bahwasannya disepanjang pantai
dalam administrasi Aceh Jaya terdapat beberapa pulau. Terdapat kurang
lebih 16 pulau yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Aceh
Jaya. Pulau-pulau tersebut termasuk dalam Kecamatan Krueng Sabee (5
pulau), Kecamatan Setia Bakti (4 pulau), Kecamatan Sampoinet (4 pulau)
dan Kecamatan Jaya (3 pulau), lihat Tabel berikut.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 2.2. Peta Administrasi dan Elevasi Kabupaten Aceh Jaya


Tabel 3. Pulau-pulau di Kabupaten Aceh Jaya
No
Nama Pulau
Wilayah Administratif
1
Pasi Kecil
Kecamatan Krueng Sabee
2
Pasi Besar
Kecamatan Krueng Sabee
3
Reusam
Kecamatan Krueng Sabee
4
Beugaseh
Kecamatan Krueng Sabee
5
Rangas
Kecamatan Krueng Sabee
6
Teungku Muse
Kecamatan Setia Bakti
7
Cikem
Kecamatan Setia Bakti
8
Peuyaba
Kecamatan Setia Bakti
9
Kloeng
Kecamatan Setia Bakti
10
Keuh
Kecamatan Sampoinet
11
Kike
Kecamatan Sampoinet
12
Mane
Kecamatan Sampoinet
13
Raya
Kecamatan Sampoinet
14
Limpan
Kecamatan Jaya
15
Ujung Seudheun
Kecamatan Jaya
ANDALAN
16 PT. HIDROTEKNIK
Klueng
Kecamatan Jaya

Sumber:

BPS

Kabupaten

Aceh

Jaya, 2010.
2.1.3

Letak

Geografis

dan

Batas
AdministrasiKabup

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

aten Aceh Selatan


Berdasarkan UU RI No.4 tahun 2002 Kabupaten Aceh Selatan dimekarkan
menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat
Daya dan Kabupaten Aceh Singkil. Setelah pemekaran tersebut Kabupaten
Aceh Selatan secara geografis terbentang pada posisi 02 22 - 04 06' LU
sampai 95 35'- 96 35' BT, dengan batas administratif adalah sebagai
berikut.
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Singkil.
2. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam.
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Luas daerah Kabupaten Aceh Selatan setelah pemekaran adalah adalah
4.005,10 km2 yang terbagi dalam 16 Kecamatan, 43 Mukim dan 248 Desa.
Luas wilayah masing-masing kecamatan sangatlah bervariasi mulai dari 1%
sampai dengan 17% dari total luas kabupaten. Kecamatan Labuhan Haji
merupakan Kecamatan terkecil dengan luas wilayah hanya sekitar 1.09%
dari luas wilayah kabupaten. Sementara itu Kecamatan Trumon Timur
mempunyai luas wilayah terbesar yaitu sekitar 17,1% dari luas wilayah
Kabupaten. Ibukota dari Kabupaten Aceh Selatan adalah Tapak Tuan yang
berada di Kecamatan Tapak Tuan. Untuk jelasnya wilayah administrasi
Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada Tabel 33 berikut:
Tabel 33. Luas Wilayah Dirinci Per Desa di Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2009
No
Kecamatan
Mukim
Desa
Luas Wilayah (km2)
1
Trumon
3
16
513,71
2
Trumon Timur
2
14
684,88
3
Bakongan
4
15
274,65
4
Bakongan Timur
1
7
128,09
5
Kluet Selatan
3
17
152,11
6
Kluet Timur
2
7
263,27
7
Kluet Utara
3
19
146,56
8
Pasie Raja
2
20
567,29
9
Kluet Tengah
1
13
284,72
10
Tapak Tuan
2
15
92,68
11
Samadua
4
28
96,70
12
Sawang
4
15
182,67

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

No
13
14
15
16

Kecamatan
Mukim
Meukek
4
Labuhan Haji
3
Labuhan Haji Timur
2
Labuhan Haji Barat
3
Jumlah
43
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan, 2010

Desa
22
16
11
13
248

Luas Wilayah (km2)


408,39
43,74
85,38
80,25
4.005,10

Secara geografis Kabupaten Aceh Selatan berbentuk memanjang sepanjang


pantai barat. Di bagian utara sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh
Selatan didominasi oleh kawasan perbukitan. Daerah dataran sebagian
besar terletak di bahagian tengah dan selatan. Sebagian besar kecamatan
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, di mana pesisir
sepanjang pantai merupakan tempat permukiman penduduk terpadat.
Jaringan jalan yang menyusuri pinggir pantai yang menghubungkan Banda
Aceh dengan kota-kota di bagian Barat dan Selatan Provinsi Aceh menjadi
faktor yang sangat mendukung bagi penduduk untuk membangun
permukiman di sepanjang pantai. Pusat-pusat perdagangan dan berbagai
aktivitas perekonomian lainnya pun pada umumnya berlokasi di kota-kota
Kecamatan yang berada di sepanjang pantai wilayah ini. Peta administrasi
wilayah Kabupaten Aceh Selatan ditunjukkan dalam Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Peta Administrasi dan Elevasi Kabupaten Aceh Selatan

2.2 Penggunaan Lahan


2.2.1

Penggunaan Lahan Aceh Besar


Berdasarkan data yang diperoleh, penggunaan lahan di wilayah Kabupaten
Aceh Besar terdiri dari kawasan terbangun dan kawasan non terbangun.
Kawasan terbangun terdiri dari kawasan permukiman, perkantoran, dan
fasilitas social ekonomi lainnya, sedangkan kawasan non terbangun terdiri
dari lahan pertanian, perkebunan, padang rumput dan hutan. Penggunaan
lahan yang paling dominan di Kabupaten Aceh Besar adalah hutan lindung.

2.2.2

Penggunaan Lahan Aceh Jaya


Pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Jaya
sebagian besar terdiri dari perkampungan, kebun, sawah, hutan, dan lahan

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

cadangan untuk transmigrasi. Permanfaatan ruang terbesar terdapat pada


hutan lebat sebesar 492.508 Ha atau 78,16 %, disusul lahan kosong yang
belum dimanfaatkan untuk perkebunan dan cadangan areal transmigrasi
seluas 72.236,42 Ha atau 11,46 %. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Aceh
Jaya tahun 2009 secara detail disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2009
No
Penggunaan lahan
Luas (Ha)
Persetase
A
Kawasan lindung
1
Dalam kawasan hutan
182.012
28,89
2
Di luar kawasan hutan
7.000
1,11
B
Kawasan Budidaya
1
Hutan produksi
45.475,5
7,22
2
Hutan produksi terbatas
76.543
12,15
3
Hutan produksi bebas
180.828
28,70
4
Hutan rakyat
7.650
1,21
5
Hak guna usaha
11.893,38
1,89
6
izin lokasi
13.000
2,06
7
Perkebunan rakyat
23.603
3,75
8
Pemukiman, sawah, pantai dll
9.829,7
1,56
9
Lahan cadangan transmigrasi
41722,5
6,62
10
Lahan yang belum dimanfaatkan
30.513,92
4,84
Sumber: Balai Pengelolaan DAS Krueng Aceh, 2010

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

2.2.3

Penggunaan Lahan Aceh Selatan


Hasil analisa tutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Selatan
menggunakan citra satelit Landsat untuk tahun 2010 disajikan dalam Tabel
34. Penutupan ruang atau penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Selatan
sebagian besar terdiri dari kebun, pertanian lahan kering, dan hutan. Jenis
tutupan lahan terbesar terdapat pada hutan sebesar 2.224,53km2 atau 55,54
%, disusul semak belukar seluas 821,50 km2 atau 16,40 %.

Tabel 3.Tutupan/penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2009


No
Jenis Tutupan/ Penggunaan lahan
Luas (km2)
Persentase
1
Pemukiman
7.08
0.18
2
Tubuh Air
11.47
0.29
3
Tanah Terbuka
20.39
0.51
4
Perkebunan
46.95
1.17
5
Pertanian Lahan Kering Campur
51.49
1.29
6
Hutan Rawa Primer
82.01
2.05
7
Belukar Rawa
115.63
2.89
8
Pertanian Lahan Kering
167.65
4.19
9
Hutan Rawa Sekunder
179.52
4.48
10
Sawah
276.75
6.91
11
Semak/Belukar
821.50
20.51
12
Hutan Lahan Kering Sekunder
1013.75
25.31
13
Hutan Lahan Kering Primer
1210.77
30.23
Jumlah
4.005,10
100,00
Sumber: Balai Pengelolaan DAS Krueng Aceh, 2010

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

2.3 Mata Air di Daerah Telitian


Sebaran mata air yang ada di daerah penelitian adalah sebagai berikut :
A. Mata Air di Daerah Kabupaten Aceh Selatan

B. Mata Air di Daerah Kabupaten Aceh Jaya

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

C. Mata Air di Daerah Kabupaten Aceh Besar

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

BAB 3
GEOLOGI REGIONAL
3.1 Fisiografi
Kondisi fisiografi Provinsi Aceh di daratan Pulau Sumatera dapat
dikelompokkan atas 4 (empat) kelompok utama, yaitu: dataran rendah,
pegunungan bagian utara, pegunungan bagian tengah, dan pegunungan
bagian selatan.
Dataran rendah di bagian barat terletak sejak dari muara Sungai
Alas/Singkil, muara Krueng Tripa sampai muara Krueng Teunom. Dataran ini
diapit oleh barisan pegunungan berlereng terjal yang merupakan tempat
mengalirnya sungai-sungai yang relatif pendek dan deras ke bagian lembah
yang datar di pesisir. Fisiografi yang demikian disertai dengan curah hujan
yang tinggi menyebabkan bagian muara sungai tidak mampu menampung
volume air, sehingga selalu tergenang dan membentuk kawasan rawa-rawa.
Pegunungan bagian utara terletak di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat.
Pegunungan bagian utara ini merupakan bukit-bukit yang saling terpisah,
yang antara lain terdiri atas Komplek Gunung Seulawah, Komplek Gunung
Ulu Masen dan Komplek Gunung Peut Sagoe. Pada bagian wilayah ini
terdapat dataran tinggi, yaitu dataran tinggi Geumpang.
Pegunungan bagian tengah terletak di Kabupaten Nagan Raya. Pegunungan
bagian tengah ini mempunyai lereng yang sangat curam sehingga sulit
dilalui,

yang

ditandai

dengan

keberadaan

Komplek

Pergunungan

Geureudong dan Komplek Gunung Ucap Malu.


Pegunungan bagian selatan terletak di Kabupaten Aceh Barat Daya dan
Aceh Selatan. Pegunungan bagian selatan ini terdiri dari tiga baris
pegunungan sejajar. Jajaran paling selatan dengan pegunungan paling tinggi
adalah Gunung Leuser yang juga merupakan gunung tertinggi di Aceh.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Jajaran di tengah relatif lebih rendah yang kemudian naik kembali di bagian
utara.
3.2 Geologi Regional Daerah Telitian
Secara geologis, Pulau Sumatera dilalui oleh sesar/patahan aktif Sesar
Semangko yang memanjang dari Banda Aceh di utara hingga Lampung di
selatan. Patahan ini diperkirakan bergeser sekitar 11 sentimeter per tahun
dan merupakan daerah rawan gempa dan longsor. Peta geologi sederhana
untuk Provinsi Aceh seperti diperlihatkan pada Gambar berikut.

Gambar 3.1. Peta Gelogi secara sederhana Provinsi Aceh (IWACO, 1993)

Pola kerangka tektonik yang ada di Aceh tidak lepas dari konsep tektonik
Pulau Sumatra secara keseluruhan. Daerah ini terletak di busur kepulauan,
didekat jalur penunjaman berbentuk palung, yang dihasilkan dari tumbukan
dua lempeng besar, yakni Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia. Aceh
sendiri dipotong oleh Sesar Besar Sumatra yang berarah baratdaya-

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

timurlaut. Sesar atau patahan memiliki karakteristik sesar geser yang


bergerak ke arah kanan (right lateral strike slip fault).Sesar ini merupakan
sesar aktif yang terbentuk sejak paleopleistosen. Di bagian utara terbentuk
struktur yang berarah utara-selatan akibat aktifitas Lempeng India dan
Lempeng Mikro Burma. Akibat semua ini menghasilkan konfigurasi dan
geologi struktur yang rumit.
Disisi lain, Aceh juga menyimpan potensi sumber daya alam yang luar biasa.
Usaha eksplorasi yang lebih detil perlu dilakukan dengan segera, mengingat
kenyataan bahwa sumber daya alam yang belum diketahui (undiscovered)
masih banyak seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Ilustrasi Perbedaan antara Cadangan & Ketersediaan Sumber Daya
Alam

3.3 Struktur Regional Daerah Telitian


3.3.1

StrukturRegionalAceh Besar
Struktur geologi yang berkembang menyebar pada daerah timur laut dan
barat daya pada kawasan Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan bagian
tengahnya hampir tidak ada struktur yang merupakan daerah hasil
penurunun

dua

sesar

utama

menghasilkan

suatu

dataran

hasil

amblasansejak Pliosen, membentuk suatu graben. Dua sesar tersebut yaitu

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Patahan Darul Imarah dan Patahan Darussalam,keduanya merupakan


sesar/patahan aktif.
3.3.2

Struktur RegionalAceh Jaya


Struktur geologi yang berkembang pada kabupaten Aceh Jaya wilayah
tengah sampai barat laut. Arah struktur geologi yang dominan searah Zona
Sesar Utama Sumatera/Semangko Fault Zoneyaitu NW-SE dan juga
berkembang arah lain yaitu W-E, NE-SW. Wilayah dataran sampai kepesisir
pantai bagian selatan tidak terlihat struktur geologi karena satuan batuan
terdiri atas alluvial dan ada kemungkinan bagian bawah lapisan alluvial
terdapat struktur yang tertutup oleh endapan alluvial.
Arah tektonik pada wilayah kabupaten Aceh Jaya berarah W-E. Arah tektonik
ini disimpulkan dari sudut lancip perpotongan garis struktur geologi yang
dominan berarah NW-SE dengan NE-SW. Arah tektonik inilah yang
merupakan tegasan utama (1) yang mempengaruhi struktur geologi di
wilayah ini.

3.3.3

Struktur Regional Aceh Selatan


Struktur geologi yang berkembang wilayah tengah sampai timur laut
Kabupaten Nagan Raya. Arah struktur geologi yang dominan searah Zona
Sesar Utama Sumatera/Semangko Fault Zoneyaitu berarah NW-SE dan juga
berkembang arah lain yaitu NE-SW. wilayah dataran sampai ke pesisir
pantai tidak terlihat struktur geologi karena satuan batuan terdiri atas alluvial
dan ada kemungkinan bagian bawah lapisan alluvial terdapat struktur yang
tertutup oleh endapan alluvial.
Arah tektonik pada wilayah Kabupaten Nagan Raya berarah W-E. Arah
tektonik ini disimpulkan dari sudut lancip perpotongan garis struktur geologi
yang dominan berarah NW-SE dengan NE-SW. Arah tektonik inilah yang
merupakan tegasan utama (1) yang mempengaruhi struktur geologi di
wilayah ini

3.4 Stratigrafi Regional Daerah Telitian

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

3.4.1

Stratigrafi Regional Aceh Besar


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Banda Aceh, Sumatera (S. Gafoer, N.R.
Cameroon, dkk 1981), urutan stratigrafi regional daerah Kabupaten Aceh
Besar dari yang berumur muda sampai tua dapat dikemukakan sebagai
berikut :
o Aluvium (Qh), Endapan sedimen sekarang yang terdiri dari kerikil,
pasir, lupur dsb
o Formasi Tangla (Tlp), endapan sedimen yang berasal dari gunung api
terdiri dari batupasir, konglomerat kerakal, arenit kuarsaan
o Formasi Lhonga (Mul), terdiri dari filit, serpentin, sedimen gunung api,
dan turbidit, serta terdapat lapisan tipis batugamping
o Formasi

Batugamping

Raba

(Murl),

terdiri

dari

batugamping

lempungan dan silikaan berwarna gelap, berlapis tipis


o Formasi Lhoong (Mulh), terdiri dari wake gunungapi, sedikit batupasir
dan batulanau, batuan gunungapi mafik, dan batugamping
o Formasi Batugamping Lamno (Mull), terdiri dari batugamping
berwarna gelap dengan rombakan batuan gunungapi
o Formasi Batugamping Lamno (Mullr), batugamping bak terumbu
berwarna kelabu pejal yang merupakan Anggota Terumbu
o Formasi Idi (Qpi), terdiri dari pasir dan kerikil berbongkahan setengah
mengeras
o Formasi Seulimeun (QTps), terdiri dari batupasir tufaan dan
gampingan. Konglomerat, batulumpur sedikit
o Formasi Kotabakti (Tukt), terdiri dari batulumpur dan batulanau
gampingan, batupasir sedikit, konglomerat dan tufa
o Formasi

Kotabakti

(Tuktp),

terdiri

dari

batupasir

gampingan,

konglomerat, batulanau, batugamping sedikit


o Formasi Gunungapi Breueh (Tlvb), terdiri dari basalamigdaloid,
piroklastik bolus, rijang dan setempat batuan gunungapi pucat,
komplek dyke
o Formasi Gunungapi Bentaro (Tuvb), terdiri dari basal, aglomerat, dyke

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

mafik, dan pipa basalt


o Formasi Geumpang (Mug), terdiri dari batuan gunung api dan
piroklastik menengah sampai mafik terubah dan termalihkan berbedabeda, filit, sekis hijau dan batugamping melihan kurang
o Serpentinit Tangse (Tuset), terdiri dari Serpentinit pejal
o Kompleks Indapuri (Tuic), terdiri dari melange tektonik serpentinit,
batuan ultra mafik terserpentinit, batuan beku dan sedimen tak
terbedakan
o Diorit Raya (Tlr), terdiri dari diorit berpirit dengan meladiorit atau facies
piroksenit
o Granodiorit Geunteut (TMig), terdiri dari granodiorit, sedikit gabro,
diorit, granit biotit, dan dyke rocks
o Batolit Sikuleh (Misk), terdiri dari granodiorit (komplek muda), sedikit
diorit (komplek tua)

3.4.2

StratigrafiRegional Aceh Jaya


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Banda Aceh dan Lembar Calang,
Sumatera (S. Gafoer, N.R. Cameroon, dkk 1981), urutan stratigrafi regional
daerah Kabupaten Aceh Jaya dari yang berumur muda sampai tua dapat
dikemukakan sebagai berikut :
o Formasi Bampo yang berumur Miosen Awal tersusun atas batulumpur
hitam gelap Exinic piritan, batupasir, dan batulanau perairan.
o Formasi Meulaboh (Qpm), terdiri dari Undak tua dan endapan dataran
pantai pasir dan kerikil
o Formasi Tutut (QTt), terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur
lignitan
o Formasi Idi (Qpi), terdiri dari pasir dan kerikil berbongkahan setengah
mengeras
o Formasi Tangla (Tlp), endapan sedimen yang berasal dari gunung api
terdiri dari batupasir, konglomerat kerakal, arenit kuarsaan
o Formasi Keubang (Tltk)

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

o Formasi Gunungapi Calang (Tmvc), terdiri dari basal porfiritik dan


amigdaloid, tuf, terobosan gunung api, sedikit batupasir dan batubara.
o Batolit Sikuleh (Misk), terdiri dari granodiorit (komplek muda), sedikit
diorit (komplek tua)
o Formasi

Gempang

(Mug),

Anggota

batugamping

terdori

dari

batugamping malihan
o Formasi Lhoong (Mulh), terdiri dari wake gunungapi, sedikit batupasir
dan batulanau, batuan gunungapi mafik, dan batugamping
o Kelompok Woyla Takterpisahkan (Muw), terdiri dari intermediet mafil
volkanik, serpih, dan chert
o Formasi Batugamping Lamno (Mull), terdiri dari batugamping
berwarna gelap dengan rombakan batuan gunungapi
o Formasi Batugamping Lamno (Mullr), batugamping bak terumbu
berwarna kelabu pejal yang merupakan Anggota Terumbu
o Formasi

Batugamping

Raba

(Murl),

terdiri

dari

batugamping

lempungan dan silikaan berwarna gelap, berlapis tipis


o Formasi Batugamping Teunom (Mutl), terutama terdiri batugamping,
bersentuhan sesar dengan formasi batuan di sekitarnya yang diduga
berumur Karbon Akhir hingga Perem Akhir.
o Formasi Batugamping Teunom (Mutlr), anggota terumbu yaitu
batugamping pejal yang menyerupai terubu.
o Formasi Gunungapi Bentaro (Tuvb), terdiri dari basal, aglomerat, dyke
mafik, dan pipa basalt
o Retas dan Retas Lempeng Muda (Qpds), terdiri dari mikrodiorit
porfiritik
3.4.3

Stratigrafi Aceh Selatan


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tapaktuan dan Lembar Takengon,
Sumatera (S. Gafoer, N.R. Cameroon, dkk 1981), urutan stratigrafi regional
daerah Kabupaten Pidie Jaya dari yang berumur muda sampai tua dapat
dikemukakan sebagai berikut :
o Aluvium Muda (Qh), Endapan sedimen sekarang yang terdiri dari

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

kerikil, pasir, lupur dsb


o Formasi Meulaboh (Qpm), terdiri dari kerikil, pasir dan lempung
o Formasi Tutut (QTt), terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur
lignitan
o Takengon-Calang (QTt1)
o Pusat Gunungapi Telago (Qvtt), terdiri dari dasit, andesit, dan
piroklastik lahar
o Granodiorit tak bemama (TMi3), terdiri dari batuan granodiorit
o Instrusi Baso (TMibs)
o Komplek

Seumayam

(TMism),

terdiri

dari

granodiorit,

diorite,

meladiorit, granit, dan pegmatit


o Formasi Kieme (Tlk), terdiri dari batulumpur karbonatan, konglomerat
breksian, batupasir, dan memiliki struktur sedimen cross bedding
o Formasi Loser (Tll), terutama terdiri dari batupasir, batulumpur dan
konglomerat.
o Formasi Simelit (Tls), terdiri dari Batupasir tufaan, Batulanau
gampingan, oolitik, batugamping berfragmen, Btulumpur karbonatan,
dan Batuan Andesit telaltrasikan
o Batuan Gunungapi Akul (Tlva), terutama terdiri dari andesit, basal,
aglomerat dan sedimen asal gunung api.
o Formasi Maonai (Tmm1)
o Formasi Meurah Buya (Tmm), terdiri dari batupasir, batulumpur
gampingan, batugamping, dan konglomerat alas
o Komplek Ultramafik Beatang (Tubc), terdiri dari dari batuan tektonik
melange, serpentinit masive, dan blok granodiorit
o Serpentinit (Tuse), terdiri dari serpentinit
o Formasi Batugamping Situtup ((MPsl), terdiri dari batugamping
kristalin dan intermediet vulkanik
o Gabro Jamur Pisang (Mij)
o Formasi

Bale

(Mub),

terdiri

metabatugamping breksian

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

dari

metabatugamping

dan

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

o Formasi Geumpang (Mug), terdiri dari batuan gunung api dan


piroklastik menengah sampai mafik terubah dan termalihkan berbedabeda, filit, sekis hijau dan batugamping melihan kurang
o Formasi Gume (Mugm)
o Anggota Batugamping Reuengeuet (Mugr)
o Formasi Penarum (Mup), terdiri dari basalt, chert merah,meta
volkanik,dan . greenschist
o Kelompok Woyla Takterpisahkan (Muw), terdiri dari intermediet mafil
volkanik, serpih, dan chert
o Batugamping Tak terpisahkan (Muwl), terdiri dari metabatugamping
masive, marble, sedikit chert dan serpih.

3.5 Sumberdaya Bahan Galian


3.5.1

Sumberdaya Bahan Galian Aceh Selatan


Potensi sumberdaya bahan gallian di Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari:

Potensi Komoditas Mineral Logam

Potensi Komoditas Mineral Non Logam dan

Potensi Komoditas Batuan

A. WilayahSumberdaya Bahan Galian Usaha Pertambangan

Kabupaten Aceh Selatan memiliki wilayah suberdaya bahan galian usaha


pertambangan seluas 139.243,18 Ha yang terletak di sepanjang pantai
memanjang dari utara ke selatan. Luas WUP Kabupaten Aceh Selatan
samadengan 34.77% luas seluruh kabupaten. Luas WUP yang terdapat
dalam Kawasan Ekosistem Leuser adalah 118.320,33 Ha atau hampir
mencapai 85% luas WUP.
Berdasarkan peta arahan fungsi hutan, terdapat 51,95% hutan lindung,
3,52% hutan produksi terbatas, 4,30% hutan produksi, 4,40% taman
nasional Gunung Leuser dan 0,26% areal suaka margasatwa Rawa Singkil.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Distribusi kawasan WUP Aceh Selatan dalam fungsi kawasan hutan dan
ekosistem Leuser tersaji dalam Tabel 37 berikut.
Tabel 37.

Tabulasi Fungsi Kawasan dalam Wilayah Usaha Pertambangan


Kabupaten Aceh Selatan
Wilayah Usaha Pertambangan (Ha)
Jenis Kawasan
Dalam KEL
Di luar KEL
Jumlah

Hutan Lindung
SM Rawa Singkil
TN Gunung Leuser
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Penggunaan Lain
Jumlah

71.491,60

846,86

72.338,46

365,253446

365,25

6133,161101
5.988,54

0
0

6.133,16

4895,983088
29.445,79

0
20.076,00

4.895,98
49.521,78

118.320,33

20.922,86

139.243,18

5.988,54

Sumber: Hasil Analisa, 2011

B. WilayahSumberdaya Bahan Galian Ijin Usaha Pertambangan

Wilayah sumberdaya bahan galian ijin usaha pertambangan di Kabupaten


Aceh Selatan sebagian besar merupakan areal pertambangan emas dan
bijih besi. WIUP Aceh Selatan saat ini dikelola oleh 19 perusahaan yang
sebagian besar telah mendapatkan ijin/rekomendasi dari gubernur.
Sebagaimana Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya juga memiliki
potensi emas dan batubara sehingga sampai dengan tahun 2010 tercatat
17 perusahaan yang terdaftar secara resmi untuk melaksanakan usaha
pertambangan di Nagan Raya. Terdapat 8 perusahaan bergerak dalam
penambangan emas sedangkan 9 perusahaan lainnya melaksanakan
penambangan batubara. Areal penambangan batubara terletak di bagian
tengah Kabupaten Nagan Raya. Dikarenakan areal untuk penambangan
emas terletak di bagian utara, kemungkinan dampak penambangan
terhadap kawasan hutan sangatlah besar. Posisi WIUP Kabupaten Aceh
Selatan dapat dilihat pada Gambar 37. Luasan wilayah ijin usaha

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

pertambangan di Aceh Selatan terhadap arahan fungsi hutan yang ada


disajikan dalam Tabel 38.
Tabel 38. Wilayah Ijin Usaha Pertambangan Kabupaten Aceh Selatan
Fungsi Kawasan
Fungsi Kawasan

Batubar
a

Bijihbesi

Emas

Dalam Kawasan Ekosistem Leuser


Areal Penggunaan lain

Total

29.051,4

15.824,26

7.898,29

6.127,88

15.824,26

6.155,29

3.955,07

2.196,8

6.155,28

5.676,57

5.676,57

5.676,57

1.301,12

1.301,12

94,16
Di Luar Kawasan Ekosistem Leuser
Areal Penggunaan lain
4.085,93
Hutan Lindung
177,84
Total
3.758,22

94,16
4.263,77

973,40

2.551,10

4.085,93

177,84

177,84

18.503,33

11.053,62

37.578,92

Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Produksi
Terbatas
TN Gunung Leuser

Sumber: Hasil Analisa, 2011

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 37. Peta Wilayah Pertambangan Kabupaten Aceh Selatan.

3.5.2

Sumberdaya Bahan Galian Aceh Jaya


Potensi sumberdaya bahan gallian di Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari:

Potensi Komoditas Mineral Logam

Potensi Komoditas Mineral Non Logam dan

Potensi Komoditas Batuan

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

A.

WilayahSumberdaya Bahan Galian Usaha Pertambangan

Potensi sumberdaya bahan galian pertambangan yang cukup besar di


Kabupaten Aceh Jaya saat ini mulai menjadi alternatif baru kegiatan
perekonomian di Aceh Jaya. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui
bahwa Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) di Aceh Jaya sangat luas yaitu
3.522.53 km2 atau setara dengan 94.5% luas Kabupaten Aceh Jaya.
Walaupun keseluruhan WUP berada di luar Kawasan Ekosistem Leuser,
namun sekitar 54.6% wilayah tersebut berada dalam Kawasan Hutan
Lindung sebagaimana terlihat dalam Gambar 21. Dalam WUP Kabupaten
Aceh Jaya juga terdapat kawasan Hutan Produksi seluas 15.5% dan sisanya
berada dalam Areal Penggunaan Lain. Tabulasi fungsi kawasan yang
termasuk dalam WUP Kabupaten Aceh Jaya secara detail disajikan dalam
Tabel 10.
Tabel 10.

Tabulasi Fungsi Kawasan dalam Wilayah Usaha Pertambangan


Kabupaten Aceh Jaya.
Persentase (%) Terhadap
Jenis Kawasan
Luas (Ha)
Luas
WUP
Kabupaten
Hutan Lindung
192.313,88
54,60
51,60
Hutan Produksi
54.630,08
15,51
14,66
Penggunaan Lain

105.309,18

Jumlah

352.253,15

29,90
100,00

28,26
94,51

Sumber: Hasil Analisa, 2011

B.

Wilayah Ijin Usaha Pertambangan

Wilayah ijin usaha pertambangan (WIUP) yang terdata dalam wilayah


Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari beberapa perusahan yang bergerak dalam
pertambangan emas, bijih besi dan mangan. Perusahaan-perusahaan
penambangan bijih besi dalam wilayah Kabupaten Aceh Jaya belum
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur Aceh. Total luas WIUP dalam
Kabupaten Aceh Jaya adalah 9.797,5 Ha yang terdistribusi ke areal
penambangan bijih besi (9.677,5 Ha), dan penambangan mangan (120 Ha).
Seluruh wilayah penambangan emas berada dalam kawasan hutan lindung

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

dan hampir 88% wilayah penambangan mangan berada dalam kawasan


lindung. Persentase lokasi wilayah ijin usaha pertambangan di Aceh Jaya
terhadap arahan fungsi hutan yang ada disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Wilayah Ijin Usaha Pertambangan Kabupaten Aceh Jaya
Fungsi Kawasan
Areal
Hutan
Hutan
WIUP
Penggunaan
Lindung
Produksi
Lain
Mangan
15,28
104,72
0
Batubara
8.977,17
22,39
677,94
Jumlah
8.992,46
158,06
677,94
Sumber: Hasil Analisa, 2011

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Jumlah
120,00
9.677,50
9.797,50

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 21. Peta Wilayah Pertambangan Kabupaten Aceh Jaya.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

BAB 4
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
4.1 LOKASI PENGAMATAN GEOLOGI
4.1.1

Lokasi Pengamatan Geologi Kabupaten Aceh Selatan


Lokasi pengamatan geologi di Kabupaten Aceh Selatan denngan kode lokasi
ASF01 s.d ASF41 dan kode ASG01 s.d ASG33 (seperti terlihat pada peta
dibawah ini dan lampiran A-1A).

Gambar 4.1 Peta lokasi pengamaatan geologi kabupaten Aceh Selatan.

4.1.2

Lokasi Pengamatan Geologi Kabupaten Aceh Jaya


Lokasi pengamatan geologi di Kabupaten Aceh Jaya denngan kode lokasi
CLG01 s.d CLG37 dan kode CML01 s.d CML18 (seperti terlihat pada peta
dibawah ini dan lampiran A-1C).

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

Gambar 4.2 Peta lokasi pengamaatan geologi kabupaten Aceh Jaya.


4.1.3

Lokasi Pengamatan Geologi Kabupaten Aceh Besar


Lokasi pengamatan geologi di Kabupaten Aceh Besar denngan kode lokasi
AB01 s.d AB27 (seperti terlihat pada peta di atas ini dan lampiran A-1B).

Gambar 4.3 Peta lokasi pengamaatan geologi kabupaten Aceh Besar.

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

4.2 SATUAN GEOMORFOLOGI DAERAH TELITIAN


4.2.1

Satuan Geomorfologi Kabupaten Aceh Selatan


Satuan Geomorfologi daerah Kabupaten Aceh Selatansecara umum
dicirikan oleh dataran, perbukitan, dan pegunungan. Geomorfologi ke arah
Utara semakin terjal hingga ketinggian mencapai 3250 m diatas permukaan
laut.
Daerah dataran merupakan dataran aluvial, terletak dibagian selatan di
wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Satuan Geomorfologi daerah penelitian
terbagi menjadi 7 satuan geomorfologi menurut klasifikasi van Zuidam, 1985
yaitu :

Gambar 4.5

A. Satuan Geomorfologi Dataran


Satuan Geomorfologi Dataran dengan kemiringan topografi 0 sampai 2
%, pada tahap ini proses erosi vertikal tidak terjadi hanya hanya proses
erosi horizontal dan proses sedimentasi. Pola aliran sungai pada pada

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

umumnya pola aliran sungai dendritik yang merupakan tahapan sunngai


tua.
B. Satuan Geomorfologi Kemiringan landai
Satuan Geomorfologi Kemiringan landai dengan kemirinngan topografi 2
sampai 4 %
Bila terjadi ongsor bergerak dengan kecepatan rendah. pengikisan dan erosi
akan meninggalkan bekas yang sangat dalam serta pola penga Iran denritik
maupun paralel (ditandai dengan bentuk lahan perbukitan mernanjang dan
biasanya dicerminkan oleh struktur perlipatan
C. Satuan Geomorfologi Kemiringan hingaagak curam
Bila terjadi ongsor bergerak dengan kecepatan rendah: sangat rawan
terhadap erosi serta pola pengaliran paralel. rektangular (sesar) trallis
(biasanya ditandai dengan batuan vulkanis maupun meta sedimen dimana
pegunungan mernanjang)
D. Satuan GeomorfologiKemiringan lereng curam
Rawan terhadap bahaya longsor. erosi permukaan dan erosi alur serta pola
pengaliran umumnya trallis dan radial (pegunungan berbentuk kubah)
E. Satuan Geomorfologi Kemiringan agak terjal
ering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahanlahan serta daerah rawan serta daerah lawan serta pola pengalirannya
umumnya radial
F. Satuan Geomorfologi Kemiringan lereng terjal
Sering ditemukan singkapan batuan serta rawan terhadap emosi serta pola
pengalirannya anular (struktur kerucut cekungan dan kemungkinan retas)
dan juga radial
G. Satuan Geomorfologi Kemiringan lereng sangat terja

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

ingkapan batuan muncul dipermalukan. rawan erosi dan longsor serta pola
aliran sungai umumnya radial (kubah kerucut)
4.2.2

Satuan Geomorfologi Kabupaten Aceh Jaya

4.2.3

Satuan Geomorfologi Kabupaten Aceh Besar

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

4.3 STRATIGRAFI DAERAH TELITIAN


4.3.1

Stratigrafi Kabupaten Aceh Selatan

4.3.2

Stratigrafi Kabupaten Aceh Jaya

4.3.3

Stratigrafi Kabupaten Aceh Besar

4.4 STRUKTUR DAERAH TELITIAN


4.4.1

Struktur Kabupaten Aceh Selatan

4.4.2

Struktur Kabupaten Aceh Jaya

4.4.3

Struktur Kabupaten Aceh Besar

4.5 Penentuan Titik Bor

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Identifikasi Kawasan Kelayakan Industri


Semen 2014
LAPORAN AKHIR :

BAB V KANDUINGAN KIMIA BATUGAMPING DAN BATULEMPUNG


4.6 TES LABORATORIUM
Uji sampel dilakukan di yang di Laboratorium Pusat Survei Geologi Jl
Dipenogora no 57 Bandung, dengan jumlah sampel yan di tes berjumlah
tujuh sampel seperti terlihat pada table di bawah ini. Sampel yang diuji
mengggunakan metoda X-ray Fluorescence (XRF) Spectrometry.

BAB VI PENGHITUNGAN CADANGAN


BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PT. HIDROTEKNIK ANDALAN

Anda mungkin juga menyukai