Wawancara Psikiatri
Wawancara Psikiatri
PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran jiwa atau ilmu Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik di
bidang ilmu kedokteran yang mempunyai kedudukan dan sifat yang khusus, dalam
arti ilmu ini tidak seluruhnya terletak di bidang ilmu kedokteran fisik, tetapi secara
primer mempunyai corak spesifik yaitu mempelajari kesatuan fungsional yang khas
pada tiap diri manusia yang disebut kepribadian atau fungsi mental.1,2
Psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari segala segi
kejiwaan dari manusia dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan untuk
meneliti proses terjadinya, menegakkan diagnosa, merencanakan dan melaksanakan
pengelolaan dan pengobatan dari segala macam gangguan dan penyakit jiwa
termasuk segala tingkah laku manusia serta bertujuan untuk melakukan pencegahan,
diagnosa dini dan pengobatan, serta rehabilitasi dari penderita dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia. 1
Walaupun psikiatri merupakan cabang dari ilmu kedokteran di mana cara
pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa berbeda dengan cara
pemeriksaan pada ilmu kedokteran fisik pada umumnya karena adanya penekanan
pada fungsi mental atau kepribadian tanpa mengacuhkan keadaan kesehatan fisik
dalam diri pribadi tersebut, sehingga diagnosa pada pasien psikiatri berbeda dalam
beberapa hal dengan diagnosa dari pasien-pasien dengan masalah kesehatan fisik.
Diagnosa dalam bidang psikiatri jarang sekali didasarkan pada etiologi melainkan
berpedoman
pada
teori-teori
yang
berusaha
menjelaskan
keluhan-keluhan
berdasarkan teori dasar dari perilaku-perilaku umum yang diterima oleh masyarakat.
Hal ini tentu saja berbeda dengan cara diagnosa dari kedokteran fisik yang
menekankan etiologi dari gangguan-gangguan fisik yang dialami oleh setiap manusia
serta tidak adanya patokan-patokan eksternal yang sah dalam diagnosa psikiatri,
sedangkan pada kedokteran fisik diagnosa didasarkan pada patokan-patokan yang
sah dan telah disepakati bersama oleh komunitas kedokteran di dunia.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEKNIK WAWANCARA DALAM PSIKIATI
2.1.1 Pengertian Teknik Wawancara
Untuk mengobati seorang pasien psikiatrik, secara efektif, apakah dengan
medikasi, manipulasi lingkungan atau psikoterapi-psikodinamika, maka seorang
dokter psikiatrik harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan
untuk menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar
mengenai pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan
sosial, dan psikologis. Seorang dokter psikiatrik seharusnya mampu untuk
menyampaikan keprihatinan, empati, rasa hormat, dan menciptakan suatu rapport dan
kepercayaan yang memungkinkan pasien untuk berbicara secara jujur dan akrab.1
Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara yang dilakukan oleh seorang
dokter dan pasien psikiatik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penting
untuk menilai kondisi pasien dan membentuk hubungan terapetik antara dokter dan
pasien. Dalam wawancara psikiatrik biasanya pasien mengungkapkan hal-hal yang
bersifat pribadi dan intim tentang penderitaan dan kehidupannya kepada dokter.
Wawancara ini dapat menjadi sulit karena tidak semua pasien psikiatri secara sukarela
mencari pertolongan dokter, sehingga keinginan untuk bekerja sama terganggu,
misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar oleh polisi atau keluarganya. Dengan
demikian maka sebagian besar waktu dokter untuk mendengarkan, pengamatan, dan
interpretasi yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat.2
Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara
paling efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang
secara bersama-sama berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat
dijelaskan dan diobati. Pasien-pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara
dengan jelas, dan mudah untuk diikutsertakan sampai mereka yang mengalami
gangguan berpikir, paranoid, berespon terhadap stimuli internal, dan mengalami
disorganisasi yang berat. Wawancara itu sendiri mungkin bervariasi, tergantung pada
2
tantangan spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa teknik adalah
berlaku universal pada semua situasi, teknik lain terutama dapat diterapkan pada jenis
wawancara tertentu. 1
Nancy Anderson dan Donald Black telah menuliskan 11 teknik yang sering
pada sebagian besar situasi wawancara psikiatrik.1
1. Dapatkan rapport seawall mungkin pada wawancara
2. Tentukan keluhan utama pasien
3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara
4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostic dengan
menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terperinci
5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk
menentukan dengan akurat jawaban atas pertanyaan
6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana
kuatnya pikiran berkaitan
7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup
8. Jangan takut untuk menanyakan tentang topic yang anda atau pasien rasakan
sulit atau memalukan
9. Tanyakan tentang pikiran atau ide bunuh diri
10. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir
wawancara
11. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan, dan jika
mungkin harapan.
Dengan persiapan-persiapan di atas maka seorang dokter psikiatri dapat
membuat sebuah wawancara yang baik, memperoleh kepercayaan dari pasien, yang
dapat digunakan untuk membuat suatu diagnosis yang tepat.
berpikir bahwa lebih disukai untuk menyusun kursi tanpa adanya perabot lain di
antara dokter dan pasien. Jika terdapat beberapa kursi, maka dokter psikiatrik
menentukan kursinya sendiri dan selanjutnya membiarkan pasien memilih kursi di
mana ia akan merasa paling nyaman.1
Jika pasien yang sedang diwawancara adalah seorang yang kira-kira
berbahaya, maka pintu ruang wawancara harus dibiarkan terbuka, dokter psikiatrik
harus duduk di tempat yang paling dekat dengan pintu, tanpa ada sesuatu yang
menghalangi gerak dokter menuju pintu, dan jika diperlukan orang ketiga harus
diminta untuk berdiri di luar atau bahkan di dalam ruangan, untuk berjaga-jaga jika
terdapat masalah.1,4
2.1.4 Tempat Periksa Dokter Psikiatrik
Seorang dokter psikiatrik tidak boleh tidak dikenal sama sekali oleh
pasiennya. Oleh karena itu perlu bagi seorang dokter psikiatrik untuk membangun
sebuah image yang baik kepada pasien mengenai kepribadiannya. Hal ini dapat
dibangun antara lain melalui suasana tempat pemeriksaan. Sebagai contoh, kerapihan,
kebersihan ruangan, keserasian antara warna dinding ruangan, lukisan, perabotan dan
tanaman, foto pribadi serta diploma di dinding. Hal ini secara tidak langsung
menggambarkan sebagian mengenai diri dokter psikiatrik walaupun tidak
diungkapkan secara verbal.1,3
2.1.5 Membuat Catatan
Untuk alasan legalitas dan medis, suatu catatan tertulis yang adekuat tentang
tiap-tiap pasien harus dibuat. Catatan pasien juga membantu ingatan dokter psikiatrik
mengenai riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Tiap-tiap klinisi harus membuat
suatu sistem penyimpanan catatan dan memutuskan informasi mana yang akan
dicatat. 1,4
2.1.6 Situasi untuk Melakukan Wawancara
Wawancara dilakukan tergantung pada keadaan di mana wawancara
dilakukan, tujuan wawancara, kekuatan, kelemahan dan diagnosis pasien tertentu.
Pasien yang mempunyai diagnosis psikiatrik yang berbeda adalah berbeda dalam
kemampuannya untuk berperan serta dalam wawancara dan berbeda dalam tantangan
yang diberikannya pada dokter psikiatrik yang melakukan wawancara. Tema tertentu
yang konsisten seringkali terlihat dalam wawancara dengan pasien tertentu yang
mempunyai diagnosis yang sama, walaupun, bahkan dengan diagnosa yang sama,
pasien mungkin memerlukan strategi wawancara yang cukup berbeda. Contohnya
pada pasien dengan depresi dan kemungkinan bunuh diri tentu saja cara
penanganannya berbeda dengan pasien yang diduga menderita gangguan afek
maniakal ataupun skizofrenia. Teknik ini juga membutuhkan kepekaan hati dari
seorang psikiatri untuk menyelami hati seorang pasien dan melihat ke dasar hatinya
mengenai penderitaan yang dialaminya sehingga kita dapat membangun sebuah
hubungan yang baik dengan pasien dengan cara membangun kepercayaan dengan
pasien sehingga pasien dapat menceritakan dengan sejujurnya apa yang menjadi
bebannya, penderitaan dan ketidakmampuannya sehingga memudahkan bagi seorang
psikiatri untuk menemukan penyebab apa yang dikeluhkan oleh pasien tersebut.3,4
a. Pasien depresi dan kemungkinan bunuh diri
Pasien depresi seringkali tidak mampu untuk bercerita secara spontan
dan adekuat mengenai penyakitnya karena faktor-faktor tertentu seperti
retardasi psikomotor dan keputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap untuk
bertanya secara spesifik pada seseorang yang mengalami depresi tentang
riwayat dan gejala yang berhubungan dengan depresi. termasuk pertanyaan
tentang ide bunuh diri, di mana pasien pada awalnya tidak sukarela. Alasan
lain untuk bersikap spesifik dalam bertanya kepada pasien depresi adalah
bahwa pasien mungkin tidak menyadari bahwa gejala tertentu seperti berjalan
selama malam atau meningkatnya keluhan somatik adalah berhubungan
dengan gangguan depresi. 1
Salah satu aspek yang paling sulit dalam menghadapi pasien depresi
adalah mengalami keputusasaannya. Banyak pasien yang mengalami depresi
berat percaya bahwa perasaanya yang sekarang akan terus tidak terbatas dan
tidak ada harapan. Dokter psikiatrik harus berhati-hati untuk tidak
menentramkan pasien tersebut secara prematur bahwa segala sesuatu akan
menjadi baik, karena pasien kemungkinan akan merasakan penentraman
tersebut sebagai suatu indikasi bahwa dokter psikiatrik tidak mengerti derajat
penderitaan yang mereka rasakan. Pendekatan yang tepat bagi dokter
psikiatrik adalah menyatakan bahwa ia merasakan betapa sulitnya perasaan
pasien, bantuan tersebut tentu dimungkinkan dan pada saat itu dapat
dimengerti bahwa pasien tidak percaya bahwa mereka akan ditolong. Selain
itu, dokter psikiatrik harus memperjelas bahwa ia memutuskan untuk
membantu pasien agar merasa lebih baik. Tiap orang yang mengalami depresi
berharap secara disadari maupun tidak disadari, bahwa dokter psikiatrik akan
secara ajaib dan segera menyembuhkan mereka, tetapi sebagian besar orang
yang mau mengikuti jalur terapetik bahkan jika sebagian dari mereka percaya
bahwa tidak ada harapan. Dokter psikiatrik yang melakukan wawancara harus
berhati-hati untuk tidak membuat janji bahwa pengobatan spesifik adalah
pemecahannya. Jika pengobatan tersebut ternyata tidak bekerja pada pasien,
kekecewaan akan menghilangkan harapan terakhir pasien.1
Permasalahan khusus saat mewawancarai pasien yang mengalami
depresi adalah kemungkinan untuk bunuh diri. Ingatlah bahwa kemungkinan
bunuh diri adalah sangat penting, jika melakukan wawancara pada setiap
pasien depresi, bahkan jika tidak tampak resiko bunuh diri.
b. Pasien kasar
Pasien yang kasar tidak boleh diwawancarai sendirian. Sekurangnya
satu orang lainnya harus selalu ada. Di dalam situasi tertentu orang tersebut
harus dijaga oleh seorang petugas keamanan atau polisi. Tindakan berjagajaga lainnya adalah dengan membiarkan pintu ruang wawancara terbuka dan
pewawancara duduk diantara pasien dan pintu, sehingga pewawancara
mempunyai jalan keluar yang tidak terhalangi jika diperlukan. Dokter harus
memperjelas dengan cara yang tegas tetapi tidak dengan dengan kemarahan,
bahwa pasien boleh mengatakan atau merasakan sesuatu tetapi tidak bebas
untuk bertindak dengan cara kekerasan.1
c. Pasien dengan waham
7
menyebabkan
pasien
yang
terancam
mempertahankan
keyakinannya bahkan secara mati-matian. Tidak dianjurkan untuk berpurapura mempercayai waham pasien.1,5
2.2 FORMULASI LAPORAN PSIKIATRIK
Formulasi psikiatrik adalah suatu susunan / rangkaian laporan yang di
dalamnya termuat hal-hal yang penting dalam pemeriksaan psikiatri baik dari
wawancara maupun observasi terhadap pasien. Pemeriksaan psikiatri dan status
mental sangat berperan penting dalam hal penegakan diagnosa oleh karena itu kedua
bagian ini haruslah dibuat dan dilaporkan dengan sedetail dan seinformatif mungkin
agar memudahkan para dokter psikiatri untuk menarik kesimpulan dari hasil
pemeriksaan psikiatri serta menyingkirkan diagnosa-diagnosa pembanding sehingga
didapatkan suatu diagnosa yang tepat dan dapat pula dilakukan pengobatan ataupun
terapi yang tepat agar pasien dapat menjalani lagi kehidupannya dengan lebih baik.2
Dengan selesainya suatu wawancara dan observasi maka hasil dari pemeriksaan
tersebut dapat dituangkan dalam suatu laporan yang disebut laporan psikiatrik. Laporan ini
berisi riwayat psikiatrik dan hasil dari pemeriksaan mental dari pasien. Laporan ini mengikuti
garis besar dari riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental dasar. Di dalam laporan
psikiatrik ini pemeriksa melaporkan hal-hal sebagai berikut : 3
1.
2.
3.
4.
Memberikan prognosis.
5.
6.
hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau terdapat penyimpangan dari
perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu digali secara mendalam sebab
seringkali memberikan arti yang penting dalam hal pengumpulan data psikiatri dan
penyimpulan diagnosis dari suatu pasien.
g. Riwayat Keluarga
Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit psikiatrik,
perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota keluarga dekat pasien
harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga. Perlu ditanyakan juga ada
atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-zat yang lain ataupun perilaku
antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di samping itu riwayat keluarga juga
harus memberikan gambaran mengenai riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan
penyakit genetik pada ayah, ibu, dan kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan
mengenai sikap keluarga terhadap keadaan sakit pasien, apakah mereka
mendukung terhadap pengobatan pasien atau tidak. Kalau perlu ditanyakan
keadaan finansial keluarga, siapa yang bekerja dan apakah cukup untuk keluarga.
Semua penjelasan singkat tersebut diatas adalah hal-hal mengenai riwayat
psikiatri pasien yang perlu ditanyakan secara lengkap, detail sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pasien dan keadaan kehidupannya serta
saat sakitnya. Hal ini akan membantu kita sebagai seorang psikiater untuk memahami
seorang pasien sebagai seorang manusia secara utuh baik jasmani maupun fisik.
Hal lain yang dapat membantu mengenai pemahaman kita akan keadaan sakit
pasien adalah dengan melakukan pemeriksaan mental yang kemudian dicatat dalam
status pemeriksaan mental. Status pemeriksaan mental adalah bagian dari
pemeriksaan klinis yang menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan
atau impresi tentang pasien psikiatri saat wawancara. Pada status mental ini kita
melakukan pemeriksaan terhadap koordinat psikiatri / fungsi mental / fungsi
kepribadian yaitu kesadaran, alam pikiran, alam perasaan dan perilaku pasien. Untuk
melakukannya dan mendapatkan hasil yang optimal diperlukan observasi secara
cermat dan menyeluruh mengenai pasien juga tidak dilupakan adalah teknik
wawancara yang digunakan untuk menemukan kelainan-kelainan dalam fungsi
mental pasien.3
14
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan
dilakukannya
pemeriksaan
psikiatrik
dengan
baik
termasuk
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. 2000. Behavioural
Sciences Clinical psychiatry, seven edition. Maryland, USA: William &
Wilkins.
2. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, fourth edition. Washington DC: American Psychiatric
Association.
3. W.F Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit
Airlangga University Press.
4. Rusdi E. 2006. Buku Panduan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta :
Rumah Sakit Jiwa Islam Kiender.
5. Bachtiar Lubis & Sylvia D. 2005. Penuntun wawancara psikodinamik dan
psikoterapi. Jakarta: FKUI.
16