Compromised Medis
Compromised Medis
Oleh :
KELOMPOK TUTORIAL 3
Tutor :
drg. Ekyantini Widyowati
Ketua
: Alifah Sarah D
111610101020
Scriber Papan
: Yuntari Daniyati
111610101028
Scriber Meja
111610101016
Anggota
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
111610101017
111610101018
111610101033
111610101037
111610101059
111610101076
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga penyusunan laporan tutorial Perawatan
Compromised Medic ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan tutorial ini
merupakan syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan pada Blok Kuratif dan
Rehabilitatif.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Ekyantini Widyowati selaku selaku tutor
kelompok tutorial III yang
pembimbing dalam
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................ 4
Skenario........................................................................................................... 5
Clarifying Unfamiliar terms............................................................................ 5
Menetapkan Permasalahan.............................................................................. 4
Brainstorming.................................................................................................. 5
Mapping........................................................................................................... 14
Learning Onjective.......................................................................................... 15
Reporting/generalization................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42
I. Skenario
Seorang anak laki-laki, umur 8 tahun mengeluhkan gigi belakang kanan
bawah sakit sejak 3 hari yang lalu. Rasa sakit muncul tanpa sebab ketika sedang
4
bermain maupun belajar, sehingga tidak bisa masuk sekolah. Dari anamnesa
diketahui bahwa apabila terluka, perdarahannya sulit dihentikan sehingga harus
dibawa ke dokter. Pada pemeriksaan klinis terlihat gigi 75 karies profunda
disebelah oklual yang mengarah ke distal. Gigi tersebut masih vital. Gambaran
ronsenologis terlihat atap pulpa sudah perforasi, bifurkasi dan akar gigi baik, dan
benih gigi pengganti masih dibawah tulang alveolaris crest. Dokter gigi
mendiagnosis pulpitis irreversible pada gigi 75. Oleh karena mempunyai riwayat
pada perdarahannya, maka dilakukan konsul supaya compromised medic yang
dilakukan berhasil dengan baik.
II.Clarifying Unfamiliar Terms
II.1Compromised medic
Secara harfiah, arti dari compromised ialah beresiko/berbahaya dan medic
ialah medikasi.
Pasien dengan kondisi medik kompromais adalah seseorang dengan
kondisi medis ataupun perawatan medis yang rentan terhadap infeksi maupun
komplikasi serius (Marsh & Martin, 1999). Pasien medis kompromais adalah
seseorang yang mengidap satu ataupun lebih penyakit dan sedang menjalani satu
atau lebih medikasi sebagai perawatan penyakitnya tersebut (Ganda, 2008). Aspek
khusus yang perlu diperhatikan adalah efek obat anestesi terhadap kondisi
tersebut, potensi interaksi obat, serta kegawatdaruratan medis (Coulthard, et al.,
2003).
III.
Menetapkan Permasalahan
III.1
Apa tujuan dari compromised medic?
III.2
Apa saja penyakit yang tergolong compromised medic?
III.3
Apa tindakan yang harus dilakukan dokter gigi sebelum
perawatan?
III.4
Apa Rencana Perawatan yang harus dilakukan dokter gigi pada
gigi 75 dengan diagnosa pulpitis irreversible pada pasien tersebut yang
mengalami gangguan perdarahan?
III.5
Bagaimana cara mengetahui tes laboratorium dari pasien pada
skenario?
IV.
Brainstorming
IV.1 Tujuan Compromised Medic
1. Memberikan pertolongan pertama pada pasien.
2. Menstabilkan keadaan pasien.
3. Memberi perawatan yang sesuai agar dokter gigi dapat bertindak dengan
hati-hati terhadap kondisi sistemik pasien sehingga tidak terjadi komplkasi.
4.Mengantisipasi dan mengendalikan situasi pada saat pemeriksaan dan
perawatan.
5.Agar pasien mendapatkan pelayanan yang holistik, komperhensif dan
professional.
IV.2 Penyakit Compromised Medic di bagi menjadi 8 kategori:
Endocrine disorder
Cardiovaskular disorder
Penyakit jantung mempunyai hubungan penting dengan praktek
kedokteran gigi karena banyak alasan, termasuk resiko bahwa
pengobatan oral bisa mengakibatkan endokarditis bakterialis, penjalaran
nyeri insufisiensi koroner ke wajah bagian bawah dan mandibulum, dan
bahaya anestesi umum dan anestesi lokal dengan adrenalin pada pasien
demikian.
Respiratory disease
Haematological disorder
Klasifikasi Kelainan Perdarahan:
Ada beberapa macam kelainan perdarahan, yaitu sebagai berikut (Rose,
Louis F.1997):
I.Nonthrombocytopenic purpuras
a. Vascular wall alterations :
(1) Scurvy
(2) Infection
(3) Chemicals
(4) Allergy
b. Disorders of platelet function
(1) Genetic defects (Bernard-Soulier disease)
(2) Drugs:
(a) Aspirin
(b) NSAIDs
(c) Alcohol
(d) Beta-lactam antibiotics
(e) Penicillin
(f) Cephalothins
(3) Allergy
(4) Autoimmune disease
(5) von Willebrand's disease (secondary factor VIII deficiency)
(6) Uremia
II. Thrombocytopenic purpuras
a. Primaryidiopathic
b. Secondary :
(1) Chemicals
(2) Physical agents (radiation)
(3) Systemic disease (leukemia)
(4) Metastatic cancer to bone
(5) Splenomegaly
(6) Drugs
NSAIDs, Nonsteroidal antiinflammatory drugs.
(a) Alcohol
(b) Thiazide diuretics
(c) Estrogens
(d) Gold salts
(7) Vasculitis
(8) Mechanical prosthetic heart valves
(9) Viral or bacterial infections
III. Disorders of coagulation
a. Inherited
(1) Hemophilia A (deficiency of factor VIII)
Liver disease
Renal disease
Allergies
Obat-obatan dan substansi lain yang dapat memicu reaksi alergi antara
lain: anestetik lokal, antibiotik, analgesik, obat-obatan anxiolitik, serta berbagai
bahan atau produk-produk dental lainnya.. Reaksi alergi, yang terjadi selama atau
setelah perawatan gigi, merupakan salah satu masalah serius yang mungkin
terjadi.
IV.3
dapat
mengidentifikasi
pasien
yang
mempunyai
masalah
pada
10
a
Gambar 1. a. Jaundice dan b. Spider Angioma
11
perdarahan.
Rencana Perawatan
12
Pada pemeriksaan klinis terlihat gigi 75 karies profunda perforasi dan benih
gigi pengganti masih dibawah tulang alveolar crest setelah itu dokter gigi
mendiagnosa pulpitis irreversible pada gigi 75, jadi perawatan yang dapat
dilakukan yaitu pulpotomi devital, karena perawatan dengan pulpotomi devital
diindikasikan untuk pasien dengan gangguan perdarahan. Pasta yang digunakan
yaitu; ZOE, formokresol, CaOH2.
IV.5
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratoris yang dilakukan bagi penderita dengan
Mapping
Pemeriksaan Klinis
Riwayat Medis
Diagnosa
13
Rencana Perawatan
Rencana Perawatan
VI.
Learning Objective
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai macam-macam penderita
dengan Compromised medic.
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan dental management pada pasien
dengan compromised medic.
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan prosedur perawatan pada skenario.
VII.
Reporting/Generalization
VII.1
Macammacam penderita dengan Compromised medic
a. Gangguan perdarahan
Hemofilia A
Defek
Defisiensi atau
kelainan vWF yang
menyebabkan
kerusakan adhesi
platelet, defisiensi
faktor VIII
Defisiensi atau defek
Tindakan Medis
DDAVP, EACA,
mengganti faktor VIII
yang dirusak oleh vWF
14
Hemofilia B
Trombositopeni primer
Trombositopeni sekunder
Bernard-Soulier
Penyakit Liver
DIC
Tranfusi platelet
Pemberian vitamin K,
pemberian terapi
pengganti hanya bila ada
perdarahan serius setelah
tindakan pembedahan
Pemberian heparin,
cryoprecipitate atau
pemberian fresh frozen
plasma sebagai pengganti
fibrinogen, transfusi
platelet
15
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan bagi pasien kelainan perdarahan pada
prinsipnya sama dengan pasien normal, yaitu menyikat gigi sehari dua kali dengan
menggunakan pasta gigi dengan kandungan fluor 1 ppm untuk anak di bawah usia
tujuh tahun dan 1,4 ppm untuk anak di atas usia tujuh tahun, sikat gigi yang
digunakan sebaiknya memiliki texture medium, menggunakan alat-alat interdental
seperti dental floss, tape, dan sikat inter dental, pemberian tambahan fluor melalui
cairan, tablet, aplikasi topikal, obat kumur yang mengandung fluor, memakan
makanan yang sehat untuk gigi, mengkonsumsi pemanis buatan, dan mengunjungi
dokter gigi setiap tiga hingga enam bulan sekali.
1. Perawatan Periodontal
Perawatan periodontal dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya
perdarahan. Pemberian periodontal dressing dengan atau tanpa topical
antifibriolytic agents dapat merupakan cara dalam menghentikan perdarahan.
Pemakaian obat kumur yang mengandung chlorhexidine gluconate dapat menjaga
kebersihan mulut. Pemberian penerangan secara lengkap bagi pasien sebelum
tindakan merupakan langkah awal yang baik, sehingga pasien akan mengerti
kemungkinan komplikasi-komplikasi yang akan terjadi.
2. Penambalan
Pemakaian matrix dan wedges saat penambalan perlu diperhatikan dengan benar.
Luka yang diakibatkan karena pemakaian yang salah dapat menjadi masalah saat
melakukan penambalan.
3. Anastesi dan Penanggulangan Rasa Sakit
Rasa sakit pada gigi dapat ditanggulangi dengan memberikan parasetamol
atau asetaminofen. Penggunaan aspirin harus dihindari oleh karena dapat menjadi
menimbulkan penghambatan agregasi platelet. Apabila akan memberikan NSAID
hendaknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan ahli hematologi oleh
karena golongan obat ini dapat menimbulkan penghambatan agregasi platelet.
Anastesi lokal dengan cara infiltrasi pada daerah bukal, intra papilary, dan
16
intraligamen tidak memerlukan obat anti hemostatik namun anesthesi dengan cara
blok mandibula dan infiltrasi lingual harus diberikan anti hemostatik.
b. Infark Miokard
- Definisi
Infark miokard adalah akibat dari cedera iskemik berkepanjangan pada
jantung. Alasan yang paling sering bagi seseorang yang terkena infark miokard
adalah penyakit arteri koroner progresif sekunder akibat aterosklerosis.
- Gejala
Pasien biasanya mendapat nyeri dada berat pada area substernal atau
prekordial kiri. Nyeri bisa menjalar ke lengan kiri atau ke rahang dan bisa
berhubungan dengan nafas pendek, palpitasi, mual atau muntah. Nyeri biasanya
mirip dengan angina namun lebih panjang dan lama.
- Komplikasi
Komplikasinya termasuk artimia dan gagal jantung kongestif. Komplikasi
bergantung pada sejauh mana infark miokard. Pasien dengan infark kecil biasanya
sembuh dengan morbiditas minimal. Pasien dengan area cedera luas lebih
mungkin menderita gagal jantung dan aritmia yang membahayakan-jiwa.
- Perhatian Bagi Dokter Gigi Dalam Menangani Pasien dengan Infark
Miokard
Perhatian utama adalah gangguan iskemik jantung atau timbulnya aritmia
selama prosedur gigi. Resiko ini lebih mungkin terjadi semakin dekat dalam
waktu prosedur gigi ke infark miokard. Resiko ini juga meningkat dengan
peningkatan kompleksitas prosedur gigi dan dengan penggunaan vasokonstriktor
pada anestesi lokal.
- Resiko Pada Pasien dengan Riwayat Infark Miokard
Resiko tertinggi selama 6 bulan pertama setelah infark miokard
Resiko menengah selama periode 6-12 bulan setelah infark miokard
Resiko terendah setelah 12 bulan
- Evaluasi Gigi
Evaluasi gigi harus termasuk daftar riwayat lengkap seluruh tanggal infark
miokard yang dialami pasien. Infark terbaru sangat menarik, karena sebagian
besar menentukan kelayakan terapi gigi elektif. Dokter gigi terutama harus
waspada terhadap infark miokard selama satu tahun terakhir karena kondisi
tersebut meningkatkan bahaya prosedur pembedahan.
Anamnesa juga harus mendata komplikasi setelah infark miokard. Riwayat
nyeri dada substernal juga harus menjadikan dokter gigi waspada terhadap
17
18
atau
levonordefrin
1:20.000
atau
yang
sebanding
masih
direkomendasikan.
Pasien dengan infark miokard 6-12 bulan sebelum diusulkan perawatan
gigi
Pasien-pasien ini bisa menjalani pemeriksaan gigi (prosedur tipe I) tanpa
protokol khusus. Prosedur non-bedah (tipe II-III) dan prosedur bedah sederhana
(tipe IV) dapat dilakukan setelah konsultasi dengan dokter pasien. Dengan
pasien seperti ini, perhatian harus dilakukan untuk meminimalkan stres.
Prosedur yang lebih lama harus dibagi menjadi beberapa prosedur pendek dan
teknik sedasi tambahan harus digunakan. Janji pagi mungkin diperlukan.
Meskipun tidak terdapat data spesifik tentang gigi yang tersedia,
morbiditas dan mortalitas sehubungan dengan pembedahan non-gigi masih
meningkat selama periode ini. Karenanya, mungkin bijaksana untuk menunda
19
prosedur pembedahan gigi menengah sampai lanjut (tipe IV-V) sampai pasien
stabil selama lebih kurang 12 bulan setelah infark miokard.
Pasien dengan infark miokard terakhir lebih dari satu tahun yang lalu
Penting untuk diingat bahwa pasien-pasien ini masih memiliki penyakit
arteri koroner yang penting meskipun mereka stabil sepanjang tahun sebelumnya.
Mereka mampu, walaupun, lebih siap mentolerir prosedur pembedahan non-gigi
dibandingkan pasien-pasien dengan infark miokard yang lebih baru terjadi.
Mereka dapat menjalani pemeriksaan gigi (prosedur tipe I) dan prosedur nonbedah dan bedah sederhana (tipe II-IV) dengan perhatian khusus terhadap teknik
sedasi dan minimalisasi stres. Prosedur bedah menengah dan lanjut (tipe V-VI)
hasur dilakukan hanya setelah konsultasi cermat dengan dokter mereka.
Hospitalisasi
elektif
yang
membolehkan
pemantauan
memadai
harus
dipertimbangkan untuk semua pembedahan gigi lanjut (prosedur tipe IV) dan
menjadi wajib jika dibutuhkan anestesi umum.
- Tindakan Perawatan Gigi
a. Tindakan Non-Bedah
Tipe I : Pemeriksaan radiografi, tindakan oral hygiene dan pengambilan
cetakan model
Tipe II : Tindakan operatif dentistry sederhana, profilaksis supraginggival dan ortodontik
Tipe III : Tindakan operatif dentistry yang lebih dalam, pembersihan
karang gigi yang lebih dalam dan tindakan endodontik
b. Tindakan Bedah
Tipe IV : Ekstraksi gigi, kuretase atau ginggivoplasti
Tipe V : Ekstraksi gigi yang multipel, ginggivektomi dan tindakan
bedah dengan membuka flap
Tipe VI : Ekstraksi gigi untuk seluruh rahang, flap surgery, orthognatic
atau implant dan bedah rahang.
c. Congenital Heart Disease
- Komplikasi dan Penatalaksanaan Congenital Heart Disease (CHD)
Kelainan jantung pada anak yang umumnya terjadi adalah penyakit
jantung bawaan atau Congenital Heart Diseases /CHD. Congenital Heart
Diseases adalah kelainan jantung bawaan yang terjadi pada anak dan merupakan
salah satu jenis medically compromised patient yang sering datang ke praktek
dokter gigi. Salah satu peran dari dokter gigi anak mengkoordinir penanganan
20
21
c. Clubbing finger
mencegah penyakit gigi dan mulut. Pasien dengan CHD termasuk ke dalam
kelompok yang berisiko terkena karies terutama pada periode gigi sulung. Drg
harus membuatintruksi home care yang baik pada orang tua dan pasien agar
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik karena bakteriaemia dapat
terjadi/ diperberat oleh kebersihan mulut yang buruk. Demikian juga pada
pemakaian dental floss dan alat bantu kebersihan gigi harus hati-hati karena
pemakaian dental floss, semprot air bertekanan tinggi dapat berisiko bakteriemia.
2. Prosedur preventif.
Yang penting dalam perawatan anak dengan CHD adalah pencegahan
penyakit gigi dan mulut yang meliputi pemberian fluor baik sistemik ataupun
lokal, penutupan fisur yang dalam, yang dilanjutkan dengan melibatkan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah (home care). Prosedur ini dapat
mencegah terjadinya endokarditis bakterialis.
3. Pencegahan Endokarditis bakterialis pada perawatan dental.
Pencegahan Endokarditis bakterialis meliputi pemberian profilaksis
antibiotic pada prosedur dental yang dapat mengakibatkan perdarahan mukosa,
gusi/pulpa seperti ekstraksi, perawatan pulpa. Sebaiknya perawatan gigi invasiv
seperti ekstraksi, perawatan endodontic dihindari karena dapat menyebabkan
bakteriaemia bila tidak dilakukan dengan hati-hati. Bila diperlukan sekali
22
23
Perawatan
konvensional/non
dental
dapat
farmakologi
dilakukan
maupun
baik
dengan
dengan
pendekatan
pendekatan
farmakologi
24
makanan. Xerostomia juga merupakan penyebab utama nafas yang bau dan
munculnya banyak karies(lubang gigi) dalam rongga mulut. Hal ini dikarenakan,
saliva (air ludah) dalam mulut yang berfungsi sebagai buffer dan pendorong
terjadinya remineralisasi produksinya menjadi berkurang, sehingga menyebabkan
rongga mulut lebih rentan terhadap infeksi. Ketika kuman masuk ke dalam darah,
bisa melalui pembuluh darah yang terbuka akibat gusi berdarah, jenis-jenis bakteri
tertentu akan menempel pada platelet, dan menyebabkan sel-sel ini menggumpal
dalam pembuluh sehingga menyumbat dan mengganggu alirah darah ke jantung
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah. Perawatan untuk
mencegah xerostomia lebih berat dapat berupa menghindari konsumsi obat-obatan
yang mengandung dekongestan dan antihistamin, mengisap-isap permen atau
permen karet non-gula/mengandung xylitol secara teratur, dan menggunakan air
ludah sintetis (karboksimetil selulosa). Penderita hipertensi yang mengkonsumsi
clonidine dalam dosis besar (>0,6 mg/hari) harus digganti obat antihipertensinya
jika ingin melakukan bedah gigi, dan tidak boleh meminum obat-obatan selama 1
hari.
c. Bedah Mulut
Penderita Hipertensi yang masuk dalam stage I dan stage II masih
memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko
perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih dapat terkontrol (Little,
1997). Pada penderita hipertensi dengan stage II sebaiknya di rujuk terlebih
dahulu ke bagian penyakit dalam agar pasien dapat dipersiapkan sebelum
tindakan. Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu
macam golongan obat, misalnya: golongan obat anti hipertensi (mis: captopril)
dan golongan obat diuretik.
- Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi penderita hipertensi,
antara lain :
a. Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi:
Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah
lidokain yang dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap cc
25
26
Komplikasi oral yang paling telihat pada diabetes baik tipe 1 maupun 2 dapat
diamati pada pasien diabetes tak terkontrol. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ketika hiperglikemia terkontrol baik, manifestasi oral minimal dan
manifestasi tersebut bahkan tidak terlihat pada beberapa pasien. Penemuan
intraoral antara lain penyakit periodontal yang prevalensinya lebih parah dan lebih
tinggi terlihat dibandingkan dengan pada pasien non-diabetes, xerostomia,
burning mouth syndrome (BMS), candidiasis, penyembuhan luka yang tertunda
dan abnormal, peningkatan kecenderungan infeksi, penurunan aliran saliva dan
pembesaran glandula saliva. Beberapa komplikasi ini dapat seara langsung
berhubungan dengan peningkatan cairan yang berkaitan dengan urinasi berlebihan
pada pasien diabetes tak terkontrol sedangkan lainnya, terutama zerostomia, dapat
dipengaruhi atau secara langsung tergantung pada tipe medikasi yang diperoleh
pasien.
Xerostomia, yang merupakan konsekuensi menurunnya aliran saliva, dapat
memacu burning mouth syndrome (BMS) dan karies, yang juga memfasilitasi
perkembangan candidiasis. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan
prevalensi karies pada pasien diabetes sedangkan penelitian lain menunjukkan
kebalikannya. Perkembangan karies dapat dipengaruhi oleh kenaikan tingkat
glukosa pada sekresi saliva, terutama pada pasien diabetes tak terkontrol,
sedangkan pada pasien yang terkontrol hal tersebut dapat minimal karena asupan
karbohidrat yang rendah.
Secara statistik telah dibuktikan bahwa diabetes merupakan salah satu
faktor predisposisi perkembangan penyakit periodontal. Inflamasi gingiva,
meskipun dengan kadar plak yang rendah, lebih prevalen pada pasien diabetes tak
terkontrol daripada pasien non-diabetes. Penderita diabetes terkontrol mempunyai
prevalensi gingivitis yang sama dengan pasien non-diabetes. Penderita diabetes
dewasa muda dan remaja mempunyai prevalensi inflamasi gingiva hipertrofi yang
lebih tinggi dan penyakit periodontal daripada pasien non-diabetes. Abses
periodontal rekuren juga termasuk penemuan tipikal pasien diabetes. Manifestasi
klinis panyakit periodontal pada pasien dewasa dan dewasa muda lebih parah
daripada yang diamati pada populasi non-diabetes. Penemuan ini telah
27
kadar
LDL
dengan
pembentukan
atheroma,
hiperglikemia
penelitian
menunjukkan
bahwa
peningkatan
kesehatan
28
tersebut. Hubungan ini berdasarkan pada pengurangan AGE yang dapat diamati
pada sirkulasi darah setelah terapi periodontal yang memadai dilakukan.
-
mengkonfirmasi
kecurigaan
pasien
mempunyai
diabetes.
29
2. Dokter gigi harus mengetahui tipe dan dosis insulin, termasuk medikasi
lainnya yang diminum pasien.
3. Dokter gigi sebaiknya mengetahui apakah pasien mempunyai riwayat
serangan hipoglikemik dan tanda dan gejala yang menyertai. Kemungkinan
serangan hipoglikemik meningkat jika telah terjadi serangan sebelumnya (lihat
tanda dan gelana hipoglikemia di bawah).
4. Dalam rangka menghindari episode hipoglikemia ketika mendapatkan
perawatan dental, dianjurkan untuk menjadwalkan pasien berdasarkan waktu
aktivitas insulin tertinggi yang bervariasi dari 30 menit hingga 8 jam setelah
injeksi tergantung tipe insulinnya. Dengan demikian, kunjungan tidak haruse
selalu di pagi hari.
5. Pasien harus disarankan untuk tidak mengganti dosis dan waktu
administrasi insulin, serta tidak mengganti dietnya.
6. Disarankan untuk menyediakan jus jeruk di tempat praktik atau bentuk lain
glukosa, yang diberikan pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda awal
hipoglikemia. Biasanya, dosis 6 oz semua jus buah atau minuman lain
mengandung karbohidrat dapat membalik gejala hipoglikemi.
7. Jika pasien menerapkan monitoring glukosa darah mandiri, ia dianjurkan
untuk membawa glukometernya sendiri.
8. Tekanan emosi dan fisik meningkatkan jumlah kortisol dan epinefrin yang
disekresikan sehingga menginduksi hiperglikei. Dengan demikian, jika pasien
terlihat gelisah, sedasi pratindakan dapat dipertimbangkan.
9. Jika prosedur jangka panjang, terutama bedah, hendak dilakukan, sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter pasien.
10. Konsultasi dengan dokter pasien diwajibkan jika:
a) Pasien mempunyai komplikasi sistemik diabetes seperti penyakit
jantung atau ginjal,
30
31
dental elektif tidak tidak boleh dilakukan sampai kadar hemoglobin lebih dari 10
mg/dl.
Terapi anemia defisiensi besi mungkin mencakup pemakaian ferrous sulfate
cair, yang menyebabkan pewarnaan hitam pada gigi dan lidah. Keadaan ini dapat
dikurangi dengan minum larutan melalui sedotan dan berkumur setelah tiap kali
minum.
-
Anemia pernisiosa
Lesi oral menyembuh dengan cepat jika diberikan terapi vitamin B12. Tidak
ada kontraindikasi untuk terapi dental pada pasien yang menggunakan vitamin
B12 untuk anemia pernisiosa. Tetapi pasien tidak boleh diberikan analgesia
nitrogen oksida karena terbukti mengganggu metabolisme vitamin B12 dan dapat
mencetuskan neuropati yang sedang sampai parah.
g. Alergi
Obat-obatan dan substansi lain yang dapat memicu reaksi alergi antara lain:
anestetik lokal, antibiotik, analgesik, obat-obatan anxiolitik, serta berbagai bahan
atau produk-produk dental lainnya.. Reaksi alergi, yang terjadi selama atau setelah
perawatan gigi, merupakan salah satu masalah serius yang mungkin terjadi.
1. Anestetik lokal.
Alergi yang disebabkan oleh penggunaan anestetik lokal biasanya dipicu oleh
bahan pengawet dalam ampul, yang berperan sebagai germisida. Bahan pengawet
yang sering digunakan antara lain derivat paraben (metil-, etil-, propil-, dan butilparaben). Saat ini, sebagian besar anestetik lokal tidak mengandung bahan
pengawet untuk menghindari timbulnya reaksi alergi, yang mempersingkat waktu
penyimpanan larutan anesteik.
2. Antibiotik.
Antibiotik yang harus diperhatikan oleh dokter gigi (untuk menghindari alergi)
adalah penisilin, karena merupakan antibiotik pilihan dalam sebagian besar kasus
prosedur dental. Frekuensi reaksi alergi akibat penggunaan penisilin berkisar
antara 2% sampai 10% dan reaksi bermanifestasi sebagai reaksi ringan, parah,
atau, fatal.
3. Analgesik.
32
Analgesik yang berperan dalam reaksi alergi, meskipun jarang terjadi, antara
lain narkotik (kodein atau fetidin), dan asam asetilsalisilat (aspirin). Diantara
berbagai jenis analgesik, aspirin dinyatakan sebagai obat yang berperan dalam
sebagian besar reaksi alergi, yang berkisar antara 0,2% sampai 0,9%. Reaksi
alergi akibat konsumsi aspirin bervariasi mulai dari urtikaria biasa sampai syok
anafilaktik. Kadang-kadang, timbul gejala asma atau edema angioneurotik.
4. Obat-obatan anxiolitik.
Barbiturat merupakan obat-obatan anxiolitik yang paling sering menyebabkan
reaksi alergi. Biasanya menyerang individu yang memiliki riwayat urtikaria,
edema angioneurotik, dan asma. Reaksi alergi biasanya bersifat ringan dan hanya
berupa reaksi pada kulit (urtikaria).
5. Berbagai bahan dan produk kedokteran gigi.
Resin akrilik, antiseptik tertentu, larutan prosesing radiograf, dan sarung
tangan dapat memicu alergi. Reaksi alergi biasanya bersifat ringan dan berupa
stomatitis (eritema inflamasi) dan urtikaria kulit.
-
Manifestasi klinis alergi tidak selalu sama. tergantung pada reaksi tubuh,
gejala-gejala klinis yang timbul dan keparahannya bervariasi mulai dari ruam
biasa sampai kedaruratan medis. Berupa:
1. Anafilaksis. Ini merupakan tipe reaksi alergi yang paling berbahaya,
yang dapat menyebabkan kematian pasien dalam waktu beberapa menit. Dapat
mengakibatkan kerusakan sistem pernapasan dan sirkulasi akut, yang ditandai
dengan suara serak, disfagia, kecemasan, ruam, rasa terbakar, sensasi nyeri,
pruritus, dispnea, sianosis pada tungkai, bersin-bersin akibat bronkospasme, mual,
diare, kecepatan denyut jantung tidak beraturan akibat hipoksia, hipotensi, dan
kehilangan kesadaran. Anafilaksis dapat berakibat fatal dalam waktu 5-10 menit.
2. Urtikaria. Ini merupakan tipe alergi yang umum terjadi dan ditandai
dengan munculnya vesikel dalam berbagai ukuran, akibat sekresi histamin dan
serotonin, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas struktur vaskuler.
Vesikel akan menginduksi terjadinya pruritus dan sensasi terbakar pada kulit.
33
Reaksi tersebut dapat bersifat lokal atau menyebar ke seluruh tubuh. Reaksi yang
parah dapat menyebabkan penurunan volume darah, sehingga terjadi anafilaksis.
3. Edema angioneurotik (Quinckes edema). Reaksi ini timbul secara
mendadak, dan ditandai dengan pembengkakan berbatas tegas pada jaringan
lunak, terutama pada bibir, lidah, mukosa bukal, kelopak mata, dan epiglotis.
Hidup pasien berada dalam bahaya karena terjadi kerusakan saluran pernapasan
bagian atas, yang menyebabkan dispnea dan kesulitan menelan, jika tidak segera
dirawat, dapat mengakibakan kematian.
4. Asma alergi. Ini merupakan reaksi alergi terisolasi dan berupa
bronkospasme dan dispnea pernapasan.
-
menyebabkan reaksi
Merujuk pasien ke ahli alergi untuk pemeriksaan, jika riwayat
menunjukkan bahwa pasien alergi terhadap anestetik local
Hindari
administrasi
obat-obatan
yang
dapat
menimbulkan
h. Asma
34
Salah satu keadaan gawat darurat yang mungkin dijumpai di klinik gigi adalah
asma. Asma merupakan suatu keadaan paroksismal dari hiper reaktifitas saluran
tracheo-bronchial. Ketika alergen eksternal menyebabkan spasme bronkus yang
diperantarai antibodi, kejadian tersebut dikategorikan sebagai asma ekstrinsik,
sedangkan asma yang disebabkan oleh faktor-faktor non alergika seperti stress,
infeksi saluran pernafasan, uap iritatif atau aktifitas fisik dapat dikategorikan
sebagai asma intrinsik. Asma intrinsik umum terjadi pada orang dewasa
sedangkan asma ekstrinsik umum terjadi pada anak-anak.
Serangan asma yang terjadi pada praktek kedokteran gigi dapat dihindari
dengan mengetahui secara lengkap riwayat kesehatan pasien. Sangat penting
untuk menanyakan kepada pasien beberapa hal seperti frekuensi serangan serta
derajat keparahan ketika serangan asma terjadi dan apa yang sering memicu
serangan tersebut. Petunjuk lain yang dapat digunakan untuk mengetahui
keparahan penyakit tersebut adalah dengan menanyakan berapa jumlah obat serta
jenis obat yang diminum pasien, demikian juga dengan mengetahui seberapa
sering pasien tersebut mendapat perawatan gawat darurat di rumah sakit serta
riwayat rawat inap pasien akibat serangan asma. Apabila pasien mendapat
perawatan dengan inhaler bronkodilator seperti albuterol atau metaproterenol dan
digunakan apabila diperlukan, dapat diindikasikan bahwa pasien menderita asma
yang ringan. Pada kasus yang lebih berat pasien dirawat dengan pemberian obatobatan profilaksis seperti kortikosteroid, cromolyn, beta-2 agonists dan leukotrien
modifiers. Gejala yang biasa terjadi diantaranya adalah nafas yang berbunyi,
terutama pada saat ekspirasi (mengik), sesak nafas, batuk-batuk dan dyspnea.
Pasien biasanya akan berusaha duduk untuk mencoba mengambil nafas. Gejala
yang lebih berat diantaranya adalah cemas, detak jantung cepat,sianosis pada
jaringan di bawah kuku dan penggunaan otot-otot aksesorius pernafasan seperti
muskulus SCM, muskulus trapezius dan muskulus abdominalis.
-
35
petit mal
- Pencegahan serangan
a. Penderita epilepsi yang dikontrol dengan baik dapat dirawat sama seperti
pasien-pasien lain tanpa pencegahan yang khusus.
37
38
VII.2
Kunjungan I :
Relief of pain ( menghilangkan rasa sakit).
Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan pertama adalah
menghilangkan rasa sakit atau rasa nyeri pada gigi. Obat analgesik topikal yang
sering digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri gigi yaitu eugenol. Caranya
dengan meneteskan eugenol pada cotton pelet kemudian meletakannya di kavitas
gigi. Kemudian dilakukan penumpatan sementara dengan menggunakan caviton.
- pasien dikonsul kepada dokter spesialis untuk dilakukan pemeriksaan lebih
-
Kunjungan II
Setelah hasil laboratorium dan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
spesialis menunjukkan hasil yang memungkinkan atau bisa untuk dilakukan
perawatan, dokter gigi dapat melakukan perawatan pada gigi yang telah
didiagnosa. Rencana perawatan pada kasus di skenario dengan diagnosa pulpitis
irreversible pada gigi 75 ialah pulpotomi devital.
Pulpotomi Devital (Mumifikasi = Devitalized Pulp Amputation) adalah
pengembalian jaringan pulpa yang terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya
di devitalisasi, kemudian dengan pemberian pasta anti septik, jaringan dalam
saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik. Untuk bahan devital gigi sulung
dipakai pasta para formaldehid.
Indikasi :
1) Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.
2) Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.
3) Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.
4) Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan
pulpektomi terutama pada gigi posterior.
5) Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan
karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Marsh P,MV Martin. 1999. Oral Microbiology, 4th edition. London: Wright.
Coulthard P, K Horner, P Sloan, and E Theaker. 2003. Master Dentistry, Vol 1.
Edinburgh: Churchill Livingstone
Ganda KM. 2008. Dentists Guide to Medical Conditions and Complications.
Ames: Wiley-Blackwell
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery) alih
bahasa, Purwanto, Basoeseno; editor, Lilian Yuwono. Jakarta: EGC
Grossman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC.
Rose, Louis F. & Donald Kaye. 1997. Buku Ajar Penyakit Dalam untuk
Kedokteran Gigi.
Little, J. W., Falace, D. A., Miller, C. S., Rhodus, N. L. Dental management of the
medically compromised patient. 7th ed. Canada: Mosby Elsevier; 2008 p. 396432.
Lockhart, P. B., Gibson, J., Pond, S. H., and Leitch, J. Dental management
considerations for the patient with an acquired coagulopathy. Part I coagulopathies
from systemic disease. British Dent Jour (serial on internet). 2003 October 25;
[ cited 2008 December 12 ]; 195:439-445:[about 7 screen]. Availabel from: http:/ /
www.nature.com/bdj/journal/v195/n8/abs/4810593a.html.
Moreno, G. G., Soriano, A. C., Arana, C., Scully, C. Hereditary blood coagulation
disorders: mangement and dental treatment. J Dent Res (serial on internet). 2005
June 20;[cited 2008 October 21]; 84(11):1978-985:[about 8 screen]. Available
from:jdr.iadrjournals.org/cgi/content/full/84/11/978
41