pelayanan
kesehatan
individual
sebagai
bagian
integral
dari
keluarganya. Titik awal (entry point) pelayanan Dokter Keluarga adalah individu
seorang pasien. Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri
sebagai bagian integral dari keluarganya. Seluruh anggota keluarga dapat menjadi
pasien seorang Dokter Keluarga akan tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga
mempunyai lebih dari satu dokter keluarga.
lingkungannya
yang
dapat
mempengaruhi
penyembuhan
penyakitnya.
pelayanan
kesehatan
yang
dapat
diaudit
dan
dipertanggungjawabkan. Rekam medis yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca
orang lain yang berkepentingan. Menyediakan SOP untuk setiap layanan medis.
Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence Based Medicine) serta
menggunakannya sebagai alat untuk merancang tindakan medis dan bukan sebagai
pembuat keputusan. Menyadari keterbatasan kemampuan dan kewenangan.
Menyelenggarakan pertemuan ilmiah rutin membahas berbagai kasus sambil
mengaudit penatalaksanaannya.1
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara
lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum
mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai
target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,
dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering
timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian
tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan
kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai
34% dari seluruh pasien hipertensi.
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu, antara lain diet, asupan garam, stress, ras,
obesitas, merokok, genetis, dan sebagainya. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, umumnya yaitu hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal
jantung, stroke, TIA, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan retinopati. Adanya
kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk
prognosis pasien hipertensi. 2
Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi yaitu merokok, obesitas,
kurang aktivitas fisik, dislipidemia, DM, mikroalbuminuria, usia (laki-laki >55 tahun,
perempuan >65 tahun), riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur. 2
Laporan Kunjungan Rumah
Puskesmas
: 7 Juli 2014
II.
Identitas Pasien
a. Nama
: Ny. Rosidah
b. Umur
: 62 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan
: Wiraswasta
e. Pendidikan
: SMA (Tamat)
f. Alamat
:
Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan kesehatan sekarang
b. Kebersihan perorangan
c. Penyakit yang sering diderita
d. Penyakit keturunan
e. Penyakit kronis/menular
f. Kecacatan anggota keluarga
g. Pola makan
h. Pola istirahat
i. Jumlah anggota keluarga
III.
Psikologis Keluarga
a.Kebiasaan buruk:
tidur
jam,
Terbiasa
sering
untuk
mengonsumsi
V.
VI.
VII.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan
: Baik
: Baik
Permanen
Keramik
77 m x 2 lantai (7 m x 11 m)
Sedang
Baik
Baik
Ada
Ada
Ledeng
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Baik
Keterangan :
No
1.
Nama
Tn. A
: Perempuan
: Laki-laki
: Sudah Meninggal
: Pasien
Hubungan
Umur
Pendidi
KK
(thn.)
kan
Ayah
78
Pekerjaan
Agama
Keadaan
Kesehatan
Wiraswasta
Budha
Hipertensi sejak
usia muda (Sudah
Meninggal)
2.
Ny. B
Ibu
75
Ibu rumah
Budha
tangga
Hipertensi pada
usia tua (sudah
meninggal)
3.
Tn.
Kakak
Witon
(Tidak
o Joyo
tinggal
70
Sarjana
Karyawan
Budha
Sudah Meninggal
67
Tamat
Ibu rumah
Kristen
Sehat
SMP
tangga
serumah)
4.
Ny.
Kakak
Selvia
(Tidak
Joyo
tinggal
serumah)
5.
Tn.Ric
Kakak(Tida
65
Sarjana
Karyawan
Katholik
Sudah Meninggal
hard
k tinggal
karena penyakit
Joyo
serumah)
6.
Agusti
Kakak
nus
(Tidak
Joyo
tinggal
41
Sarjana
Karyawan
Budha
Sehat
serumah)
IX.
Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 3 hari lalu
X.
Keluhan Tambahan
Pegal- pegal pada tengkuk
XI.
XII.
: Baik
: Compos mentis
: Cukup
: 130/ 90 mmHg
: 80 kali / menit
: 19 kali / menit
: 37 o C
: 58 kg
: 155 cm
Status Gizi
= 58 = 24,14
(1,55)2
Paru
Untuk memeriksa sistem pernapasan (irama, frekuensi, jenis suara napas).
Pemeriksaan meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi untuk menentukan batas-batas jantung
Auskultasi
:
denyut jantung, suara jantung,
bising jantung
Untuk menegakan diagnosa hipertensi, tekanan darah diukur minimal
2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam posisi berbaring atau
duduk, dan berdiri sekurangnya setelah 2 menit. Pengukuran
menggunakan yang sesuai, dan sebaiknya dilakukan pada kedua sisi
lengan, dan jika nilainya berbeda maka nilai yang tertinggi yang
diambil
XV.
Diagnosis Penyakit
Hipertensi grade II, dengan tekanan darah sistolik >=160 atau diastolik >=100.
Sebelum pasien mengunjungi puskesmas, ia telah berobat ke RS saat TD nya
200/100. Ia mengaku telah mengonsumsi obat antihipertensi sejak saat itu, sehingga
TD nya (saat kontrol ke puskesmas dan saat kunjungan ke rumah) turun menjadi
130/90.
XVI. Diagnosis Keluarga
Pasien tinggal sendiri, namun keluarganya ada yang menderita hipertensi juga.
XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :
Promotif
:
Memberikan penyuluhan dan pengertian kepada
pasien tentang penyakit hipertensi, komplikasi penyakit, dan
pencegahan penyakit.
Preventif
:
Hindari faktor- faktor resiko yang dapat
meningkatkan tekanan darah, menganjurkan pasien untuk diet sehat,
menjalankan pola hidup sehat, dan berolahraga secara teratur, serta
rajin mengontrol tekanan darahnya.
Kuratif
a. Farmakologis:
- Obat antihipertensi kombinasi: Amlodipin dan Losartan
b. Non-farmakologis:
- Istirahat cukup
- Hindari stress, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi buah
dan sayur serta menurunkan asupan lemak, rutin berolahraga
Rehabilitatif
a. Rehabilitasi fisik (contohnya fisioterapi dan terapi wicara untuk stroke, dll) jika
terdapat gangguan/keterbatasan fisik akibat penyakit hipertensi.
b. Rehabilitasi mental dari penderita hipertensi, sehingga penderita tidak merasa
minder dengan orang atau masyarakat yang ada di sekitarnya karena memiliki
penyakit hipertensi.
c. Rehabilitasi sosial bagi penderita hipertensi, sehingga tetap dapat melakukan
kegiatan di lingkungan sekitar bersama teman atau masyarakat lainnya.
XVII. Prognosis
Penyakit :
Keluarga :
Masyarakat
Bonam
Bonam
: Bonam
Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pasien (Ny. Rosidah, wiraswasta) pada
tanggal 7 Juli 2014, diketahui bahwa ia menderita hipertensi sejak 34 tahun yang lalu. Pasien
berusia 62 tahun. Pasien memberi perhatian yang cukup baik akan keadaan kesehatan dirinya
dengan rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan suplemen kesehatan untuk menurunkan
kolesterolnya. Kebersihan perorangan tergolong baik. Pola makan baik. Namun pola istirahat
tergolong kurang karena ia hanya tidur 5 jam perhari. Pasien tinggal sendiri karena suaminya
sudah meninggal dan tidak memiliki anak (2 kali keguguran).
Kebiasaan buruk pasien terhadap kesehatannya yaitu sering mengonsumsi makanan
yang digoreng, tidak rutin berolahraga, dan ia tidak mengurangi jumlah konsumsi garam.
Sejak terdiagnosa hipertensi, ia rutin meminum obat antihipertensi. Namun ia mengaku
pernah menghentikan minum obat tersebut dan tekanan darahnya langsung meningkat
menjadi 200/100 dimana ia merasa sakit kepala hingga muntah, dan pegal pada daerah
tengkuk. Sejak itu ia rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan suplemen, juga rutin kontrol
ke puskesmas.
Rumah pasien tergolong sehat dan bersih. Sumber air minum menggunakan air ledeng
yang sudah dipurifikasi dengan alat (Pure It). Keadaan spiritual tergolong baik. Keadaan
sosial keluarga cukup baik. Keadaan ekonomi sedang, namun ia mengaku agak diberatkan
sehubungan dengan penyakitnya, karena pengobatan hipertensi bersifat selamanya. Diketahui
juga bahwa keluarga pasien, yaitu ayah, ibu, dan kakak-kakaknya memiliki riwayat
hipertensi.
Pada hari jumat, 4 juni 2014 saat kunjungan pasien ke puskesmas, ia mengaku
memiliki keluhan sakit kepala dan pegal pada tengkuknya. Dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan, tekanan darahnya 130/90. Sementara pemeriksaan lainnya dalam batas normal.
Penatalaksanaan penyakit lebih ditekankan pada tindakan preventif yaitu dengan pola
hidup sehat, istirahat cukup, kurangi asupan garam dan makanan yang digoreng, rutin
berolahraga, disertai rutin konsumsi obat antihipertensi agar terhindar dari risiko kerusakan
organ, terutama penyakit jantung.
Prognosis penyakit baik jika ia terus rutin minum obat antihipertensi dan tindakan
preventif menghindari faktor risiko kerusakan organ akibat hipertensi seperti penyakit
jantung. Prognosis masyarakat baik karena bukan penyakit menular.
Daftar Pustaka
1. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat: administrasi dan praktik. Edisi-9. Jakarta :
EGC; 2009. h.301-3.
2. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ke 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h.1079-85.
10