Anda di halaman 1dari 10

Pendekatan Dokter Keluarga terhadap Pasien Hipertensi

Patricia Hapsari Jusuf


102011444
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Patricia-1512@windowslive.com
Pendahuluan
Prinsip pendekatan pelayanan Dokter Keluarga yaitu sebagai berikut.1
1. Memberikan layanan komprehensif dengan pendekatan holistik. Berupa tindakan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, juga memandang pasien sebagai
manusia seutuhnya, bukan hanya bagian tubuhnya yang sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang kontinyu mulai dari konsepsi sampai
mati. Mempunyai rekam medis yang diisi dengan cermat. Dianjurkan untuk
berpraktek di tempat yang sama, dokter dan kliniknya sebaiknya jangan berpindahpindah. Menjalin kerjasama dengan profesional dan institusi pelayanan kesehatan
lainnya untuk kepentingan pasien agar proses konsultasi dan rujukan berjalan lancar.
3. Mengutamakan pencegahan (empat tingkat pencegahan).
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang koordinatif dan kolaboratif yaitu
kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan kesehatan
yang bermutu dan mencapai kesembuhan optimal. Memanfaatkan potensi pasien dan
keluarganya seoptimal mungkin untuk penyembuhan.
5. Memberikan

pelayanan

kesehatan

individual

sebagai

bagian

integral

dari

keluarganya. Titik awal (entry point) pelayanan Dokter Keluarga adalah individu
seorang pasien. Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri
sebagai bagian integral dari keluarganya. Seluruh anggota keluarga dapat menjadi
pasien seorang Dokter Keluarga akan tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga
mempunyai lebih dari satu dokter keluarga.

6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungan tempat pasien


berada, yaitu selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat
dan

lingkungannya

yang

dapat

mempengaruhi

penyembuhan

penyakitnya.

Memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya untuk membantu


penyembuhan penyakitnya.
7. Sadar etika, moral dan hokum yaitu dengan mempertimbangkan etika dalam setiap
tindak medis yang dilakukan pada pasien. Meminta ijin pada pasien untuk
memberitakan penyakitnya kepada keluarganya atau pihak lain. Menyadari bahwa
setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi masalah hukum.
8. Memberikan pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Menyelengarakan

pelayanan

kesehatan

yang

dapat

diaudit

dan

dipertanggungjawabkan. Rekam medis yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca
orang lain yang berkepentingan. Menyediakan SOP untuk setiap layanan medis.
Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence Based Medicine) serta
menggunakannya sebagai alat untuk merancang tindakan medis dan bukan sebagai
pembuat keputusan. Menyadari keterbatasan kemampuan dan kewenangan.
Menyelenggarakan pertemuan ilmiah rutin membahas berbagai kasus sambil
mengaudit penatalaksanaannya.1
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara
lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum
mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai
target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,
dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering
timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian
tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan

kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai
34% dari seluruh pasien hipertensi.
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu, antara lain diet, asupan garam, stress, ras,
obesitas, merokok, genetis, dan sebagainya. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, umumnya yaitu hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal
jantung, stroke, TIA, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan retinopati. Adanya
kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk
prognosis pasien hipertensi. 2
Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi yaitu merokok, obesitas,
kurang aktivitas fisik, dislipidemia, DM, mikroalbuminuria, usia (laki-laki >55 tahun,
perempuan >65 tahun), riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur. 2
Laporan Kunjungan Rumah
Puskesmas

: Tanjung Duren Utara, Jl. Tanjung Duren Utara IV No.17 B

Tgl kunjungan rumah

: 7 Juli 2014

Data riwayat keluarga :


I.

II.

Identitas Pasien
a. Nama
: Ny. Rosidah
b. Umur
: 62 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan
: Wiraswasta
e. Pendidikan
: SMA (Tamat)
f. Alamat
:
Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan kesehatan sekarang
b. Kebersihan perorangan
c. Penyakit yang sering diderita
d. Penyakit keturunan
e. Penyakit kronis/menular
f. Kecacatan anggota keluarga
g. Pola makan
h. Pola istirahat
i. Jumlah anggota keluarga

Jl. Tanjung Duren Utara VII /6 / 525


: Sedang
: Baik
: Hipertensi
: Hipertensi
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik
: Sedang
: 1 orang

III.

Psikologis Keluarga
a.Kebiasaan buruk:
tidur

jam,

Terbiasa
sering

untuk

mengonsumsi

makanan yang digoreng, tidak rutin


berolahraga, tidak mengurangi jumlah
konsumsi garam
b. Pengambilan keputusan
: Ibu (Sendiri)
c. Ketergantungan obat
: Rutin mengonsumsi obat antihipertensi
(amlodipin dan Losartan)
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas dan RS Royal Taruma
e.Pola rekreasi
:
Kurang
IV.

V.

VI.

VII.

Keadaan Rumah/ Lingkungan


a. Jenis bangunan
b. Lantai rumah
c. Luas rumah
d. Penerangan
e. Kebersihan
f. Ventilasi
g. Dapur
h. Jamban keluarga
i. Sumber air minum
j. Sumber pencemaran air
k. Pemanfaatan pekarangan
l. Sistem pembuangan air limbah
m. Tempat pembuangan sampah
n. Sanitasi lingkungan

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan

: Baik
: Baik

Permanen
Keramik
77 m x 2 lantai (7 m x 11 m)
Sedang
Baik
Baik
Ada
Ada
Ledeng
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Baik

Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan
: Sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain
: Sedang
d. Kegiatan organisasi sosial
: Sedang
e. Keadaan ekonomi
: Sedang
Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Hokian, Tionghoa
b. Lain-lain
: Tidak ada

VIII. Daftar Anggota Keluarga

Keterangan :

No

1.

Nama

Tn. A

: Perempuan

: Laki-laki

: Sudah Meninggal

: Pasien

Hubungan

Umur

Pendidi

KK

(thn.)

kan

Ayah

78

Pekerjaan

Agama

Keadaan
Kesehatan

Wiraswasta

Budha

Hipertensi sejak
usia muda (Sudah
Meninggal)

2.

Ny. B

Ibu

75

Ibu rumah

Budha

tangga

Hipertensi pada
usia tua (sudah
meninggal)

3.

Tn.

Kakak

Witon

(Tidak

o Joyo

tinggal

70

Sarjana

Karyawan

Budha

Sudah Meninggal

67

Tamat

Ibu rumah

Kristen

Sehat

SMP

tangga

serumah)
4.

Ny.

Kakak

Selvia

(Tidak

Joyo

tinggal
serumah)

5.

Tn.Ric

Kakak(Tida

65

Sarjana

Karyawan

Katholik

Sudah Meninggal

hard

k tinggal

karena penyakit

Joyo

serumah)

liver, ada riwayat


hipertensi

6.

Agusti

Kakak

nus

(Tidak

Joyo

tinggal

41

Sarjana

Karyawan

Budha

Sehat

serumah)
IX.

Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 3 hari lalu

X.

Keluhan Tambahan
Pegal- pegal pada tengkuk

XI.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari lalu dan ingin
kontrol tekanan darahnya. Os mengaku mempunyai riwayat tekanan darah tinggi
sejak berusia 28 tahun, os juga mengeluhkan pegal- pegal pada tengkuk, namun tidak
terlalu mengganggu aktifitasnya. Adanya nyeri dada dan gangguan penglihatan
disangkal.

XII.

Riwayat Penyakit Dahulu


Os memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit lainnya disangkal.

XIII. Riwayat Penyakit Keluarga


Diketahui bahwa ayah, ibu dan 1 kakaknya menderita hipertensi.

XIV. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis :
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Keadaan gizi
- Tekanan Darah
- Nadi
- Pernapasan
- Suhu
- Berat badan
- Tinggi badan

: Baik
: Compos mentis
: Cukup
: 130/ 90 mmHg
: 80 kali / menit
: 19 kali / menit
: 37 o C
: 58 kg
: 155 cm

Status Gizi
= 58 = 24,14
(1,55)2

IMT normal : 18,524,9 kg/m2


IMT pasien dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik yang dianjurkan
- Mata :
pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan
retinal arteriol, perdarahan, eksudat dan papill
- Leher : JVP, bising karotis dan pembesaran thyroid
- Thoraks

Paru
Untuk memeriksa sistem pernapasan (irama, frekuensi, jenis suara napas).
Pemeriksaan meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi untuk menentukan batas-batas jantung
Auskultasi
:
denyut jantung, suara jantung,

bising jantung
Untuk menegakan diagnosa hipertensi, tekanan darah diukur minimal
2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam posisi berbaring atau
duduk, dan berdiri sekurangnya setelah 2 menit. Pengukuran
menggunakan yang sesuai, dan sebaiknya dilakukan pada kedua sisi
lengan, dan jika nilainya berbeda maka nilai yang tertinggi yang
diambil

- Abdomen : bruit hepar, pembesaran ginjal

XV.

Ekstremitas : lemahnya atau hilangnya nadi perifer, edema

Neurologi: tanda thrombosis cerebral dan perdarahan

Diagnosis Penyakit
Hipertensi grade II, dengan tekanan darah sistolik >=160 atau diastolik >=100.
Sebelum pasien mengunjungi puskesmas, ia telah berobat ke RS saat TD nya
200/100. Ia mengaku telah mengonsumsi obat antihipertensi sejak saat itu, sehingga

TD nya (saat kontrol ke puskesmas dan saat kunjungan ke rumah) turun menjadi
130/90.
XVI. Diagnosis Keluarga
Pasien tinggal sendiri, namun keluarganya ada yang menderita hipertensi juga.
XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :
Promotif
:
Memberikan penyuluhan dan pengertian kepada
pasien tentang penyakit hipertensi, komplikasi penyakit, dan
pencegahan penyakit.
Preventif
:
Hindari faktor- faktor resiko yang dapat
meningkatkan tekanan darah, menganjurkan pasien untuk diet sehat,
menjalankan pola hidup sehat, dan berolahraga secara teratur, serta
rajin mengontrol tekanan darahnya.
Kuratif
a. Farmakologis:
- Obat antihipertensi kombinasi: Amlodipin dan Losartan
b. Non-farmakologis:
- Istirahat cukup
- Hindari stress, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi buah
dan sayur serta menurunkan asupan lemak, rutin berolahraga
Rehabilitatif
a. Rehabilitasi fisik (contohnya fisioterapi dan terapi wicara untuk stroke, dll) jika
terdapat gangguan/keterbatasan fisik akibat penyakit hipertensi.
b. Rehabilitasi mental dari penderita hipertensi, sehingga penderita tidak merasa
minder dengan orang atau masyarakat yang ada di sekitarnya karena memiliki
penyakit hipertensi.
c. Rehabilitasi sosial bagi penderita hipertensi, sehingga tetap dapat melakukan
kegiatan di lingkungan sekitar bersama teman atau masyarakat lainnya.

XVII. Prognosis
Penyakit :
Keluarga :
Masyarakat

Bonam
Bonam
: Bonam

Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pasien (Ny. Rosidah, wiraswasta) pada
tanggal 7 Juli 2014, diketahui bahwa ia menderita hipertensi sejak 34 tahun yang lalu. Pasien
berusia 62 tahun. Pasien memberi perhatian yang cukup baik akan keadaan kesehatan dirinya
dengan rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan suplemen kesehatan untuk menurunkan
kolesterolnya. Kebersihan perorangan tergolong baik. Pola makan baik. Namun pola istirahat
tergolong kurang karena ia hanya tidur 5 jam perhari. Pasien tinggal sendiri karena suaminya
sudah meninggal dan tidak memiliki anak (2 kali keguguran).
Kebiasaan buruk pasien terhadap kesehatannya yaitu sering mengonsumsi makanan
yang digoreng, tidak rutin berolahraga, dan ia tidak mengurangi jumlah konsumsi garam.
Sejak terdiagnosa hipertensi, ia rutin meminum obat antihipertensi. Namun ia mengaku
pernah menghentikan minum obat tersebut dan tekanan darahnya langsung meningkat
menjadi 200/100 dimana ia merasa sakit kepala hingga muntah, dan pegal pada daerah
tengkuk. Sejak itu ia rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan suplemen, juga rutin kontrol
ke puskesmas.
Rumah pasien tergolong sehat dan bersih. Sumber air minum menggunakan air ledeng
yang sudah dipurifikasi dengan alat (Pure It). Keadaan spiritual tergolong baik. Keadaan
sosial keluarga cukup baik. Keadaan ekonomi sedang, namun ia mengaku agak diberatkan
sehubungan dengan penyakitnya, karena pengobatan hipertensi bersifat selamanya. Diketahui
juga bahwa keluarga pasien, yaitu ayah, ibu, dan kakak-kakaknya memiliki riwayat
hipertensi.
Pada hari jumat, 4 juni 2014 saat kunjungan pasien ke puskesmas, ia mengaku
memiliki keluhan sakit kepala dan pegal pada tengkuknya. Dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan, tekanan darahnya 130/90. Sementara pemeriksaan lainnya dalam batas normal.
Penatalaksanaan penyakit lebih ditekankan pada tindakan preventif yaitu dengan pola
hidup sehat, istirahat cukup, kurangi asupan garam dan makanan yang digoreng, rutin

berolahraga, disertai rutin konsumsi obat antihipertensi agar terhindar dari risiko kerusakan
organ, terutama penyakit jantung.
Prognosis penyakit baik jika ia terus rutin minum obat antihipertensi dan tindakan
preventif menghindari faktor risiko kerusakan organ akibat hipertensi seperti penyakit
jantung. Prognosis masyarakat baik karena bukan penyakit menular.
Daftar Pustaka
1. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat: administrasi dan praktik. Edisi-9. Jakarta :
EGC; 2009. h.301-3.
2. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ke 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h.1079-85.

10

Anda mungkin juga menyukai