Anda di halaman 1dari 13

Daftar Pustaka

Firmansyah Ricky. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta : Grafindo Media Pratama
(halaman : 109)
James Joyce. 2002. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Retno Indah, penerjemah. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Science for Nurses (halaman : 115)
Karmana Oman. 2008. Biologi. Jakarta : PT Grafindo Media Pratama (halaman : 56)
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri, penerjemah. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Anatomy and Physiology for Nurses (halaman :
200)
Sudjadi Bagod. 2006. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Jakarta : Yudhistira Ghalia Indonesia
(Halaman : 16)

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi(Bakteriologi, Virologi dan Mikologi). Malang:


UM Press.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hadioetomo, Ratna S.1990.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan prosedur
laboratorium.Jakarta: Gramedia
Hastuti, Sri Utami. 2002. Penuntun Kegiatan Mikrobiologi. Malang:UM Press.
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP.
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek
Pengembangan LPTK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati

bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai
karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari
lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding
sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium
bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae.
Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit
tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam
(BTA).

Penularan

Mycobacterium

tuberculose

terjadi

melalui

jalan

pernafasan

(Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya
pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan
reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar
ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu
dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka
akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas.
Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.
Sebagai tenaga analis kesehatan dibutuhkan keterampilan dalam membuat spesimen
yang berguna dalam pemeriksaan spesimen di laboratorium. Bakteri umumnya memiliki
warna yang transparan maka dari itu diperlukan pewarnaan bakteri agar bentuk dan struktur
bakteri dapat terlihat lebih jelas jika diamati dengan mikroskop cahaya. Hal tersebut yang
melatarbelakangi penulis untuk mengangkat permasalahan ini sebagai masalah yang akan
dibahas dalam laporan praktikum dengan judul Pembuatan dan Pewarnaan Bakteri
Tahan Asam (BTA) Preparat.
1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam praktikum dan
penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) ?
2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam
(BTA) ?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
dapat membedakan bakteri tahan asam (acid fast) dan bakteri tidak tahan asam (non acid
4.

fast) ?
Bagaimana bentuk,struktur, dan warna bakteri setelah dilakukan pengecatan/pewarnaan
Bakteri Tahan Asam (BTA) ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam praktikum dan penulisan laporan praktikum ini
adalah sebagai berikut.
1.

Untuk dapat menjelaskan yang dimaksud dengan pengecatan/ pewarnaan Bakteri Tahan

Asam (BTA).
2. Untuk mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengecatan/pewarnaan Bakteri
3.

Tahan Asam (BTA).


Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan

Asam (BTA) dapat membedakan bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam.
4. Untuk mengetahui bentuk serta warna dari bakteri setelah dilakukan pengecatan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum yang telah dilakukan dan penulisan laporan praktikum ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa :
Laporan praktikum ini dapat menambah wawasan mahasiswa tentang pengecatan
pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA), sehingga dapat membedakan bakteri tahan asam
(acid fast) dan bakteri tidak tahan asam (non acid fast) serta mengetahui bentuk, struktur, sifat
gram dan warna bakteri setelah dilakukan pewarnaan dan diamati dibawah mikroskop
cahaya.
2. Bagi Dosen Pembimbing :
Laporan praktikum ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam proses perkulihan
dan dapat dijadikan acuan dalam memberikan penilaian serta laporan ini dapat digunakan
sebagai bahan ajar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pewarnaan diferensial artinya pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu macam
zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Sedangkan pewarnaan khusus
artinya pewarnaan yang dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel atau bakteri tertentu yang
sukar diwarnai dengan menggunakan pewarnaan biasa. Pewarnaan khusus dipakai untuk
mewarnai bagian-bagian sel kuman atau kuman tertentu yang sukar diwarnai (Noverita,
2009).
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan
tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan
bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC.
Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain
menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat
melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki
dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri
ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik
dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer.
Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga
bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk
filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan
merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan
gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka
mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain
yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella

micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan
dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup
di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH
optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan
penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk batang panjang atau
pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu
optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan
tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum, dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan,
basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 3 m. Pada media
buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain.
Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh
alkohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum dapat
diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria adalah
media nonselektif dan media selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk mencegah
pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang
dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik
(middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu
(broth media) (Jawetz et al., 2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari oksidasi
beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2 meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada
aktivitas biokimia yang menandai. Dan kecepatan pertumbuhan lebih rendah dari pada
sebagian besar bakteri. Waktu untuk menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk
saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23C, untuk
menghasilkan pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk cepat asam daripada
bentuk patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada
bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten
terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu yang lama dalam sputum
kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi, virulensi, temperatur petumbuhan
yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).

agi

Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun
Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) untuk analisis
tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis sputum:
: sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.
Spot sputum

: sputum yang dikeluarkan pada saat itu.

Collection sputum

: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam

Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu minggu.
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna carbol
fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama,
yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsinmerupakan fuksin
basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada
sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke
dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori
lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan
pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan.
BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan
melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah
penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna
biru (Lay, 1994).
Menurut

Entjang

(2003), pada pewarnaan

bakteri

dengan

metode

Ziehl-

Neelsendapat menggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu :


1.

Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tahan

asam (acid fast).


2.

Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tidak

tahan asam (non acid fast).


Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai sensitivitas
serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki
oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna yang kontras dengan
lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat
waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop fluorescens
(Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam 3% , carbol fuchsin 0,3%, serta
methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol

digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar
menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis.
Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri
akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
Standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union Against Tuberculosis
Lung Disease) seperti berikut :
-

Negatif

: Tidak dijumpai adanya BTA

Positif

: Ditemukan 1-9 BTA/100 LP

Positif 1

: Ditemukan 10-99 BTA/100 LP

Positif 2

: Ditemukan 1-10 BTA/1 LP

Positif 3

: Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP

BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pengecatan dan pembacaan preparat BTA ini dilakukan pada :
a.

Hari/tanggal

b. Tempat

: Kamis, 18 April 2013


: Laboratorium Bakteriologi

Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar


3.2 Alat, Bahan dan Reagen
a. Alat
1. Objek glass
2. Lidi
3. Api bunsen
4. Rak pewarnaan
5. Pipet tetes
6. Botol semprot
7. Label pensil kaca
8. Mikroskop
b. Bahan

1. Sampel sputum
c. Reagen
1. Carbol fuchsin 0,3%
2. Asam alkohol 3%
3. Methylene blue 0,3%
4. Oil imersi
5. Aquades

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pembuatan sediaan
1. Alat pelindung diri (APD) digunakan dengan baik, benar, dan lengkap.
2. Alat dan bahan disiapkan.
3. Objek glass diambil, difiksasi, lalu diberi label.
4. Membuka tutup tabung yang berisi sampel.
5. Sampel sputum diambil dengan lidi pada bagian yang berlendir.
6. Dibuat apusan pada objek glass.
7. Sediaan diletakkan pada posisi miring dan dikeringkan pada suhu kamar.
8. Mulut tabung dipanaskan dan ditutup kembali.
3.3.2 Fiksasi
1.

Fiksasi dilakukan dengan cara mengelilingi kaca preparat/objek glass pada api bunsen
sebanyak tiga kali.

3.3.3 Pewarnaan preparat BTA


1. Sediaan diletakkan pada rak pewarnaan.
2. Sediaan ditetesi cat ZNA (Carbol fuchsin 0,3%), dipanaskan sampai menguap (jangan sampai
mendidih), kemudian ditunggu 5 menit, lalu dibilas dengan aquades.
3. Sediaan ditetesi ZNB (Asam alkohol 3%), kemudian ditunggu menit, lalu dibilas dengan
6.

aquades.
Sediaan ditetesi ZNC (Methylene blue 0,3%), kemudian ditunggu 1 menit, lalu dibilas
dengan aquades.

4. Sediaan dikering anginkan.


3.3.4 Pembacaan preparat BTA
1.

Sediaan diamati menggunakan mikroskop lensa objektif perbesaran 10X untuk mencari
lapang pandang.

2. Preparat ditetesi 1 tetes oil imersi.


3. Preparat diamati dengan lensa objektif pembesaran 100X.
4.

Bila ditemukan BTA pada sediaan, maka jumlah BTA dihitung per lapang pandang, dan

5.

dicatat jumlahnya.
Setelah pengamatan selesai, preparat diambil, mikroskop dibersihkan kemudian disimpan
kembali.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Pembahasan
4.1.1. Pembuatan dan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang
menggunakan tiga jenis cat Ziehl Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %, asalm alcohol 3
% dan methylene blue 3 %. Dalam pengecatan ini digunakan sample sputum.
Sebelum dibuat apusan, objek glass difiksasi untuk menghilangkan lemak yang
menempel pada permukaanya dan untuk menghilangkan kontaminan lain yang ada pada
objek glass. Apusan yang dibuat tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak bertumpuktumpuk sehingga proses pengamatan bentuk sel bakteri menjadi lebih mudah, tetapi apusan
yang dibuat juga tidak boleh terlalu tipis.
Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson yng
menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut :
1.

Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin 3 %


Pewarnaan pertama ini, akan sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam, sehingga
dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel bakteri tersebut sehingga warna carbol
fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu diperhatikan, pemanasan
dilalukan jangan sampai mendidih cukup samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut tidak
rusak.

2. Penambahan larutan asam alcohol 0,3 %


Penambahan alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna
(decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel bakteri sudah mampu
menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali tertutup dalam pada
suhu semula. Sehingga sebelum dilakukan penambahan asam alcohol ditunggu samapai 5
menit. Saat penambahan asam alcohol ini, maka bakteri yang bukan BTA akan dilunturkan
kembali warna carbol fuchsin tersebut karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya
bakteri BTA.
3. Pemberian zat warna Methylene Blue

Terakhir dilakukan penambahan Methylene blue. Methylene Blue merupakan pewarna


tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam alkohol.
Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang permeabilitas
dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non BTA terekstraksi oleh asam
alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA tersebut menjadi berwarna biru. Pada
bakteri BTA dinding selnya sudah terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori
mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene
blue tidak dapat masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah.
Waktu yang dipelukan untuk menunggu setiap warna juga berbeda. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pembacaan preparat pada mikroskop.
1.

Menunggu selama 5 menit setelah pewarnaan dengan warna carbol fuchsin dan dilakukan
pemanasan bertujuan agar cat ini dapat diserap dan melekat sempurna pada dinding bakteri

2.

dan dinding selnya kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan.


Menunggu selama menit setelah penambahan larutan asam alkohol bertujuan agar zat

warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa.
3. Menunggu selama 1 menit setelah penambahan pewarna methylene blue bertujuan agar cat
ini dapat diserap sempurna pada dinding bakteri non BTA sehingga ada perbedaan warna
antara bakteri BTA dan Non BTA.
Setelah pewarnaan dan menunggu selama waktu diatas, dilakukan pembilasan dengan
aquadest yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum dilanjutkan
dengan pewarnaan berikutnya.
4.1.2. Hal yang perlu diperhatikan
Fase yang paling kritis adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang tidak
terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih karena
akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang
menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan
alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna
sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA.
Kaca obyek harus selalu dicuci dengan aquades diantara penambahan pewarna untuk
menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan pewarna berikutnya.
4.1.3. Faktor yang membedakan BTA dan Non BTA
Perbedaan mendasar antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada komponen dinding
selnya. Dinding sel BTA mengandung lapisan lilin (lapisan lemak) yang sangat banyak
sehingga dalam proses penyrapan warna perlu dilakukan pemanasan untuk memuaikan
dinding sel tersebut sehingga pewarna dapat diserap. Namun dalam dinding sel bakteri non

BTA lapisan lemaknya tidak banyak sehingga untuk melakuka penyerapan warna tidak perlu
dilakukan pemanasan dan pelunturan warna pun sangat mudah dilakukan saat penambahan
asam alkohol.
4.1.4. Pengamatan preparat pewarnaan BTA
Pada pengamatan dengan mikroskop lensa objektif pembesaran 10X terlihat lapang
pandang berwarna ungu, ditemukan sel epitel tenggorokan yang terkelupas saat pasien
mengeluarkan sputum, dan sel bakteri belum terlihat.
Pada pengamatan dengan mikroskop lensa objektif pembesaran 100X terlihat sel
epitel yang ukurannya semakin besar, dan ditemukan bakteri BTA berwarna merah dan
bakteri non BTA berwarna biru. Pada preparat sputum ditemukan :
1. Bakteri BTA berbentuk streptobasil.
2. Bakteri BTA berbentuk basil.
3. Bakteri BTA berbentuk coccus.
Dari hasil tersebut dapat didiagnosa bahwa sputum tersebut 2+.

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
Dari semua praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Untuk mempermudah pengamatan, dimana hanya BTA saja yg aakan menyerap warna merah
sedangkan bakteri lainnya akan terdekolorisasi oleh asam alkohol.Pengecatan BTA
merupakan Pengecatan yang mengguunakan metode Zeil Neelson
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecatan BTA adalah pada saat dekolorisasi
dengan asam alkohol dimana pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih karena akan
menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang
menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan
alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna
sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA. Saat pemanasan
juga tidak boleh sampai mendidih karena akan menyebabkan sel bakteri lisis.
3. Faktor-faktor yang memberikan perbedaan antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada
komponen dinding selnya.
4. Pada praktikum ini terdapat 5 BTA/1LP berbentuk basil atau streptobasil berwarna merah
sehingga sampel tersebut 2+.

5.2.

Kritik dan Saran


Mungkin inilah yang dapat diwacanakan pada laporan kelompok ini meskipun penulisan
laporan ini jauh dari kata sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih
banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami manusia yang tidak luput dari
kesalahn dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen
pembimbing mata kuliah Bakteriologi yang telah memberi kami tugas kelompok demi
kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

y, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.

ahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.

Fitri Nurrahmi. 2012. Pewarnaan Ziehl Neelsen. Online. http://mediblock.blogspot.com/2012/10/pratktikum-

Hendro.

mikrobiologi-1-pewarnaan.html. Tanggal diakses 20 April 2013


2012.

Pewarnaan

BTA

Bakteri

Tahan

Asam).

http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html.
diakses 20 April 2013

Online.
Tanggal

Anda mungkin juga menyukai