Anda di halaman 1dari 9

Surah Al Maidah : 90-91

Surah al Maidah ayat 90




(90)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.(QS. 5:90)
Imam Nasai dan Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas yang
mengatakan, "Sesungguhnya ayat pengharaman khamar itu diturunkan berkenaan
dengan peristiwa yang menimpa dua kabilah dari kalangan kaum Ansar yang
gemar minum khamar. Pada suatu hari mereka minum-minum khamar hingga
mabuk, sewaktu keadaan mabuk mulai menguasai mereka, sebagian di antara
mereka mempermainkan sebagian lainnya. Dan tatkala mereka sadar dari mabuk,
seseorang di antara mereka melihat bekas-bekasnya pada wajah, kepala dan
jenggotnya. Lalu ia mengatakan, 'Hal ini tentu dilakukan oleh si polan saudaraku,
mereka adalah bersaudara di dalam hati mereka tidak ada rasa dengki atau
permusuhan antara sesamanya.' Selanjutnya lelaki tadi berkata, 'Demi Allah!
Andaikata si polan itu menaruh belas kasihan dan sayang kepadaku, niscaya ia
tidak akan melakukan hal ini terhadap diriku.' Akhirnya setelah peristiwa itu, rasa
dengki mulai merasuk di dalam dada mereka lalu Allah swt. menurunkan ayat ini,
'Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar dan berjudi...'"
(Q.S. Al-Maidah 90).
Dengan ayat ini Allah swt. menjelaskan hukum-hukum-Nya mengenai empat
macam perbuatan, yaitu minum khamar, berjudi, mempersembahkan korban
kepada patung-patung dan mengundi nasib dengan menggunakan alat-alat yang
menyerupai anak panah yang biasa dilakukan oleh bangsa Arab sebelum datangnya
agama Islam.
Mengenai pengharaman meminum khamar, para ahli tafsir berpendapat bahwa ayat
ini merupakan taraf terakhir dalam menentukan hukum haramnya meminum
khamar. Menurut mereka, Alquran mengemukakan hukum meminum khamar itu
dalam tiga tahap.

A.Meminum Khamar
Pertama dengan firman Allah:

Artinya:

Mereka bertanya kepadamu tentang (meminum) khamar dan judi. Katakanlah,


"Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia," tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.
(Q.S. Al-Baqarah: 219)

Ayat ini turun pada masa permulaan Islam, di mana iman Kaum Muslimin
belumlah begitu kuat untuk dapat meninggalkan apa yang telah menjadi
kegemaran dan kebiasaan mereka yang sebenarnya tidak dibolehkan oleh agama
Islam. Maka setelah turun ayat ini, sebagian dari kaum Muslimin telah
menghentikan meminum khamar karena ayat tersebut telah menyebutkan adanya
dosa besar pada perbuatan itu.
Tetapi sebagian lagi masih terus meminum khamar, karena menurut pendapat
mereka ayat itu belum melarang mereka dari perbuatan itu, apalagi karena Ia masih
menyebutkan bahwa khamar itu mengandung banyak manfaat bagi manusia.
Kedua ialah firman Allah:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat sedang kamu dalam keadaan
mabuk.
(Q.S. An Nisa': 43)

Karena ayat ini melarang mereka melakukan salat dalam keadaan mabuk, maka ini
berarti bahwa mereka tidak dibolehkan minum khamar sebelum salat, supaya
mereka dapat melakukan salat itu di dalam keadaan tidak mabuk. Setelah turun
ayat ini, mereka tak dapat lagi meminum khamar sejak sebelum Zuhur, sampai
selesainya salat Isyak, karena waktu Zuhur dan Asar adalah bersambungan, dalam

masa yang pendek. Demikian pula antara Asar dan Magrib, dan antara Magrib
dengan Isyak. Apabila mereka meminum khamar sesudah salat Zuhur, atau Magrib
niscaya tak cukup waktu untuk menunggu sembuhnya mereka dari mabuk
sehingga dengan demikian mereka tak akan dapat melaksanakan salat dalam
keadaan sadar, sedangkan Allah telah melarang mereka melakukan salat dalam
keadaan mabuk.
Orang-orang yang hendak meminum khamar juga hanya mendapat kesempatan
sesudah salat Isyak dan sesudah salat Subuh. Karena jarak antara Isyak dan Subuh
dan antara Subuh dan Zuhur adalah cukup panjang.
Kemudian, setelah iman kaum Muslimin semakin kuat dan telah matang jiwa
mereka untuk dapat meninggalkan apa yang tidak diperbolehkan agama, maka
turunlah ayat 90 surah Al-Maidah ini yang memberikan ketegasan tentang
haramnya meminum khamar, yaitu dengan mengatakan bahwa meminum khamar,
dan perbuatan lainnya itu adalah perbuatan kotor, haram dan termasuk perbuatan
setan yang tak patut dilakukan oleh manusia yang beriman kepada Allah swt.
Dengan turunnya ayat ini, tertutuplah sudah semua kemungkinan bagi orang-orang
mukmin untuk meminum khamar.
Adapun judi, amat besar bahayanya bagi perorangan dan masyarakat. Judi dapat
merusak pribadi dan moral seseorang, karena seorang penjudi selalu beranganangan akan mendapat keuntungan besar tanpa bekerja dan berusaha, dan
menghabiskan umurnya di meja judi tanpa menghiraukan kesehatannya, keperluan
hidupnya dan hidup keluarganya yang menyebabkan runtuhnya sendi-sendi rumah
tangga. Judi akan menimbulkan permusuhan antara sesama penjudi dan mungkin
pula permusuhan ini dilanjutkan dalam pergaulan sehingga merusak masyarakat.
Berapa banyak rumah tangga yang berantakan, harta yang musnah karena judi.
Tidak ada seorang yang kaya semata-mata karena berjudi (lihat juga tafsir ayat 219
surat Al-Baqarah).
B.Menyembah berhala
Bangsa Arab sebelum Islam merupakan masyarakat penyembah berhala. Mereka
membuat patung-patung dari kayu dan sebagainya, kemudian mereka sembah dan
mereka agung-agungkan. Dan mereka menyembelih hewan-hewan korban untuk
dipersembahkan kepada patung-patung tersebut. Sudah barang tentu perbuatan ini
adalah perbuatan yang sesat. Yang patut disembah dan diagungkan hanyalah Allah
swt. Dan manusia dapat menyembah Allah swt. tanpa perantara apa pun juga. Dan

jika ingin berkorban, sembelihlah korban itu, kemudian dagingnya dibagi-bagikan


kepada manusia yang dapat memanfaatkannya, jangan kepada patung-patung yang
tak akan dapat mengambil manfaat apa pun dari daging korban tersebut. Oleh
sebab itu sangat tepatlah bila Agama Islam melarang kaum muslimin
mempersembahkan korban-korban kepada patung-patung, kemudian Islam
menetapkan bahwa korban itu adalah untuk mengagungkan Allah, dan dagingnya
dibagikan kepada sesama manusia.
C.Mengundi nasib atau Judi
Mengundi nasib, juga suatu perbuatan yang telah lama dikenal manusia, bahkan
sampai sekarang masih dilakukan dan dipercayai oleh sebagian orang. Ada
berbagai cara dan alat-alat digunakan untuk keperluan itu. Ada kalanya dengan
menggunakan bola ajaib, atau dengan meneliti telapak tangan, atau dengan
memperhatikan tanggal dan hari kelahiran, sebagaimana sering dicantumkan dalam
majalah hiburan atau pun surat-surat kabar. Dan bangsa Arab di zaman Jahiliah
biasa mengundi nasib dengan menggunakan "azlam", yaitu anak panah yang belum
memakai bulu. Mereka menggunakannya untuk mengambil keputusan apakah
mereka akan melakukan sesuatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah mereka
mengambil tiga buah anak panah yang belum memakai bulu tersebut lalu pada
anak panah yang pertama mereka tuliskan kata-kata "lakukanlah" sedang pada
anak panah yang kedua mereka tuliskan kata-kata "jangan lakukan"; adapun anak
panah yang ketiga tidak ditulisi apa-apa. Ketiga anak panah tersebut diletakkan
dalam suatu wadah, lalu disimpan di dalam Kakbah. Bila mereka hendak
melakukan sesuatu perbuatan, maka mereka meminta kepada tukang kunci Kakbah
untuk mengambil satu di antara ketiga anak panah tersebut. Apakah mereka akan
jadi melakukan perbuatan itu atau tidak, tergantung kepada tulisan yang didapati
pada anak panah yang diambil itu. Dan jika ternyata bahwa yang diambil itu adalah
anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian itu diulang sekali lagi.
Demikianlah mereka menggantungkan nasib kepada undian tersebut dan mereka
sangat mempercayainya. Undian-undian dan ramalan-ramalan semacam itu
mengandung banyak segi-segi negatifnya.
Apabila si peramal mengatakan bahwa orang yang bersangkutan akan menemui
nasib yang jelek, maka hal itu akan menjadikannya senantiasa merasa khawatir,
takut dan putus asa, bahkan akan menyebabkannya tidak mau bekerja dan berusaha
karena ia percaya kepada ramalan itu. Sebaliknya, bila peramal mengatakan bahwa
ia akan menjadi orang yang kaya dan berbahagia, maka hal itu pun dapat

menjadikannya malas bekerja dan memandang rendah segala macam usaha, karena
ia percaya bahwa tanpa usaha pun ia akan berbahagia atau menjadi kaya.
Orang-orang mukmin dilarang mempercayai ramalan-ramalan itu, baik yang
dikatakan langsung oleh tukang-tukang ramal, atau pun yang biasa dituliskan
dalam majalah-majalah atau surat-surat kabar. Ramalan-ramalan tersebut dapat
merusak iman. Dan orang-orang mukmin harus percaya bahwa Allah swt. sajalah
yang dapat menentukan nasib setiap makhluk-Nya. Percaya kepada kada dan kadar
Allah swt. adalah salah satu dari rukun-rukun iman.
Pada akhir ayat ini Allah swt. memerintahkan agar orang-orang mukmin menjauhi
meminum khamar, berjudi, berkorban untuk patung-patung serta mengundi nasib,
semoga dengan menjauhi perbuatan-perbuatan itu mereka akan menjadi orangorang yang beroleh sukses dan keberuntungan dalam hidup di dunia dan di akhirat.
Surah al Maidah ayat 91
)



(91

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan


kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(QS. 5:91)
Pada ayat ini Allah swt. menyebutkan alasan mengapa Dia mengharamkan
meminum khamar dan berjudi bagi orang-orang mukmin. Alasan yang disebut-Nya
dalam ayat ini ada dua macam. Pertama karena dengan kedua perbuatan itu setan
ingin menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di antara sesama
manusia. Kedua karena perbuatan itu akan melalaikan mereka dari mengingat
Allah dan salat.
Pada ayat yang lain telah disebutkan bahwa minum khamar dan berjudi adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Artinya setanlah yang membujukbujuk manusia untuk melakukannya agar timbul permusuhan dan rasa saling
membenci antara mereka.

Timbulnya bahaya-bahaya tersebut pada orang-orang yang suka meminum dan


berjudi, tak dapat diingkari lagi kenyataan yang dialami oleh orang-orang semacam
itu cukup menjadi bukti. Peminum khamar tentulah pemabuk. Dan orang-orang
yang mabuk tentu kehilangan kesadaran. Dan orang-orang yang hilang
kesadarannya mudah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak layak, atau
mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkannya. Perbuatan dan
perkataannya itu sering kali merugikan orang lain, sehingga timbullah permusuhan
antara mereka. Dan di samping itu, orang yang sedang mabuk tentulah tidak ingat
untuk melakukan ibadah dan zikir atau apabila ia melakukannya, tentu dengan cara
yang tidak benar dan tidak khusyuk.
Dan orang-orang yang suka berjudi selalu berharap akan beroleh kemenangan.
Oleh sebab itu ia tidak pernah jera dari perbuatan itu, selagi ia masih mempunyai
uang, atau barang yang akan dipertaruhkannya. Dan pada saat ia kehabisan uang
atau barang, ia akan berusaha untuk mengambil hak orang lain dengan jalan yang
tidak sah. Betapa banyaknya ditemui pegawai jawatan atau perusahaan yang telah
mengkorup uang jutaan atau uang perusahaan yang habis di meja judi. Di antara
penjudi-penjudi itu sendiri timbul rasa permusuhan, karena masing-masing ingin
mengalahkan lawannya, atau ingin membalas dendam kepada lawan yang telah
mengalahkannya. Di samping itu, seorang penjudi sudah terang tidak akan dapat
beribadah, karena mereka yang sedang asyik berjudi, tidak akan menghentikan
perjudian itu untuk melakukan ibadah, sebab hati mereka sudah tunduk kepada
setan yang senantiasa berusaha untuk menghalang-halangi manusia beribadah
kepada Allah swt.
Pada ayat ini Allah swt. hanya menyebutkan bahaya khamar dan berjudi, sedang
bahaya korban untuk berhala serta mengundi nasib tidak lagi disebutkan-Nya. Bila
kita teliti, dapatlah dikatakan bahwa hal itu disebabkan karena dua hal.
Pertama: karena korban untuk patung dan mengundi nasib itu telah disebutkan
hukumnya dalam firman Allah swt.:


Artinya:

....dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan


juga) mengundi nasib dengan anak panah. (Mengundi nasib dengan anak panah
itu) adalah kefasikan.
(Q.S. Al-Ma'idah: 3))

Kedua: perbuatan itu dalam ayat tersebut telah dinyatakan sebagai


"kefasikan".

Kedua ialah karena khamar dan judi itu amat besar bahayanya. Dan itulah yang
diutamakan pengharamannya dalam ayat ini, karena sebagian kaum Muslimin
masih saja melakukannya sesudah turunnya ayat 219 surat Al-Baqarah dan ayat 43
surat An-Nisa', terutama mengenai khamar.
Setelah menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh khamar dan judi, maka
Allah swt. dengan nada bertanya memperingatkan orang-orang mukmin, "Maka
maukah kamu berhenti (dari mengerjakan pekerjaan itu)?" Maksudnya ialah bahwa
setelah mereka diberi tahu tentang bahaya yang demikian besar dari perbuatanperbuatan itu, maka hendaklah mereka menghentikannya setelah diberitahu tentang
bahaya-bahayanya, maka mereka sendirilah yang akan menanggung akibatnya,
yaitu kerugian di dunia dan di akhirat. Di dunia ini mereka akan mengalami
kerugian harta benda dan kesehatan badan serta permusuhan dan kebencian orang
lain terhadap mereka; sedangkan di akhirat mereka akan ditimpa kemurkaan dan
azab dari Allah swt.
Di dalam kitab hadis Musnad Ahmad, dan Sunan Abu Daud dan Turmuzi
disebutkan suatu riwayat bahwa Umar bin Khattab pernah berdoa kepada Allah
swt., "Ya Allah, berilah kami penjelasan yang memuaskan mengenai masalah
khamar." Maka setelah turun ayat (219) surah Al-Baqarah, Rasulullah saw.
membacakan ayat itu kepadanya, tetapi beliau masih saja belum merasa puas, dan
beliau tetap berdoa seperti tersebut di atas. Dan demikian pula setelah turun ayat
(43) surah An-Nisa'. Akan tetapi setelah turun ayat-ayat 90 dan 91 surah Al-Maidah
ini, beliau dipanggil dan dibacakan kepadanya ayat-ayat tersebut. Beliau merasa
puas. Dan setelah bacaan itu sampai kepada firman Allah:

Artinya:

Maka maukah kamu berhenti (dari mengerjakan pekerjaan itu)?


Beliau berkata, "Kami berhenti! Kami berhenti!"
Imam Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir mengatakan,Adapun firman Allah QS.
An-Nisa : 43, ayat ini bukanlah menunjukkan pengharaman khamr, tapi lebih
kearah pengharaman shalat sewaktu mabuk.

Imam At-Thabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa,Umar ra berdoa kepada


Allah SWT untuk diberikan penjelasan nyata tentang khamr kemudian turun ayat
219 Al-Baqarah. Kemudian Umar berdoa lagi dengan doa yang sama maka turun
lagi ayat 43 An-Nisa. Kemudian Umar ra berdoa lagi dengan doa yang sama,
maka turunlah ayat 90-91 Al-Maidah. Dan Umar ra puas tidak berdoa lagi.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan :


Maka ayat ini (Al-Baqarah : 219) merupakan pendahuluan bagi pengharaman
khamar secara total. Pengharaman dalam ayat ini secara sindiran & tidak jelas.
Oleh karena itu setelah Umar membaca ayat ini, dia berkata,Ya Allah,
terangkanlah kepada kami ihwal khamar sejelas-jelasnya. Kemudian turunlah
penjelasan pengharamannya dalam surah Al-Maidah (5) : 90-91[16].
Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang beriman melakukan shalat pada saat
mabuk, yaitu ketika seseorang yang shalat tidak mengetahui apa yang dia katakan.
Pelarangan ini terjadi sebelum pengharaman khamar... [17]
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, Khamar diharamkan
sebanyak tiga kali. Rasulullah SAW tiba di Madinah sedang penduduknya masih
meminum khamar & memakan hasil judi. Kemudian mereka menanyakan kedua
perbuatan itu kepada Rasulullah. Maka Allah menurunkan ayat (Al-Baqarah : 219).
Maka orang-orang pun berkata,Keduanya tidak diharamkan kepada kita. Dia
hanya berfirman keduanya mengandung dosa besar dan manfaat bagi
manusia...Sehingga Allah menurunkan ayat lebih keras (An-Nisa : 43). Maka
orang-orang pun masih meminum khamar... Kemudian Allah menurunkan ayat
yang lebih keras lagi (Al-Maidah : 90-91). Maka orang-orang pun berkata, Ya
Allah, sekarang kami menghentikannya. [18]
Oleh karena itu, masalah khamar adalah masalah nasikh wal mansukh yang mana
kita tidak boleh menjadikan ini sebagai dalil untuk pentahapan penerapan syariat
Islam untuk saat ini. Tetapi harus menjalankan langsung hasil akhirnya tanpa

mengikuti proses pentahapannya. Karena proses nasikh wal mansukh adalah


pekerjaan Allah SWT sedangkan kita tidak berhak untuk melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai