Anda di halaman 1dari 3

Pasal 64 : Informed consent dalam asesmen

Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi harus memperoleh persetujuan untuk


melakukan asesmen, evaluasi, intervensi, atau jasa diagnostik lain
senagaimana yang dinyatakan dalam standar informed consent, kecuali
jika :
a. Pelaksanaan asesmen diatur oleh peraturan pemerintah atau hukum
Analisis : Informed consent adalah prosedur yang harus dilalui oleh
setiap pengguna jasa psikologi sebelum memulai setiap jasa
psikologi. Dalam hal asesmen, informed consent dimungkinkan
tidak dilakukan sepenuhnya, apabila assesmen berkaitan dengan
penyelasian suatu masalah yang berkaitan dengan hukum, misal
kasus kriminal, dimana pelaksanaannya telah diatur oleh peraturan
perundang-undangan.
Contoh : untuk mengetahui motiv dari sebuah pembunuhan,
psikolog dimungkinkan melakukan sebuah asesmen terhadap
pelaku tanpa melalui prosedur informed consent secara
menyeluruh.
b. Adanya persetujuan karena pelaksanaan asesmen dilakukan sebagai
bagian dari kegiatan pendidikan, kelembagaan atau organisasi secara
rutin, misal : seleksi, ujian
Analisis : sama hal nya dengan poin sebelumnya, proses asesmen
dapat dijalankan tanpa prosedur informed consent sebelumnya,
dalam hal ini, asesmen ditujukan untuk kepentingan tertentu misal
penyeleksian dalam penerimaan karyawan ataupun mahasiswa
baru.informed consent tidak perlu dilakukan karena saat peserta
mendaftarkan diri dalam penyeleksan, pada dasarnya mereka telah
menyetujui tahap-tahap penyeleksian yang akan dijalani, termasuk
didalamnya proses asesmen.
Contoh : psikotest dalam penyeleksian karyawan baru sebuah bank
swasta.
c. Pelakasanaan asesmen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
individu yang menjalani pemeriksaan psikologis yang digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam suatu pekerjaan atau perkara
Analisis : apabila pelaksanaan asesmen bertujuan sebagai bahan
pertimbangan dalam sebuah pengambilan keputusan, maka tidak
perlu dilakukan proses informed consent secara rinci, karena
pelaksanaan asesmen sendiri dalam hal ini prosedurnya sendiri
telah disesuaikan dengan keperluan serta peraturan, baik peraturan
dalam kode etik psikologi, maupun peraturan perundang-undangan.
Contoh : pelaksanaan asesmen yang dilakukan untuk menentukan
hak asuh yang akan diberikan untuk orang tua yang bercerai.
Pasal 65 : Interpretasi Hasil Asesmen
Psikolog dalam menginterprestasi hasil asesmen psikologi harus
mempertimbangkan berbagai faktor dari instrumen yang digunakan,
karakteristik peserta asesmen seperti keadaan situasional yang
bersangkutan, bahasa dan perbedaan budaya yang mungkin kesemua ini
dapat mempengaruhi ketepatan interpretasi sehingga dapat
mempengaruhi keputusan.

Analisis : hasil dari pelaksanaan asesmen yang dilakukan, harus


disampaikan oleh psikolog dengan cara dan bahasa yang sesuai
dengan tingkat pendidikan, budaya, dan tingkat sosioekonomi dari
pengguna jasa psikologi. Hal ini bertujuan agar pengguna jasa dapat
mengerti dengan jelas apa yang disampaikan psikolog, serta untuk
menghindari adanya kesalahpahaman dalam memaknai hasil asesmen
yang telah dijalani.
Contoh : dalam menyampaikan hasil asesmen kepada pengguna jasa
yang mempunyai tingkat pendidikan rendah hendaknya sebisa
mungkin tidak menggunakan istilah-istilah asing yang dapat
membingungkan pengguna jasa.

Pasal 66 : Penyampaian Data dan Hasil Asesmen


1. Data asesmen psikologi adalah data alat/ instrumen psikologi yang
berupa data kasar, respon terhadap pertanyaan atau stimulus, catatan
serta rekam psikologis. Data asesmen ini menjadi kewenangan Psikolog
dan/atau ilmuwan psikologi yang melakukan pemeriksaan. Jika
diperlukan data asesmen dapat disampaikan kepaqda sesama profesi
untuk kepentingan melakukan tindak lanjut bagi kesejahteraan individu
yang m enjalani pemeriksaan psikologi.
Analisis : segala bentuk hasil asesmen tetap harus dijaga
kerahasiaannya, namun demikian diperbolehkan bagi psikolog
untuk membagi hasil asesemen kepada psikolog lain dengan seijin
pengguna jasa, dan hal ini ditujukan untuk kebaikan pengguna jasa
itu sendiri, tanpa merugikan pihak lain.
2. Hasil asesmen adalah rangkuman atau integrasi data dari seluruh
proses pelaksanaan asesmen. Hasil asesmen menjadi kewenangan
psikolog yang melakukan pemeriksaan dan hasil dapat disampaikan
kepada pengguna layanan. Hasil ini juga dapat disampaikan kepada
sesama profesi, profesi lain atau sebagaimana yang ditetapkan oleh
hukum.
Analisis : seperti yang telah dikatakan dalam pasal 64 poin a yang
mengatakan bahwa pelaksanaan asesmen yang berkaitan dengan
hukum, dimungkinkan bagi psikolog untuk membagi hasil asesmen
yang didapat dengan psikolog lain guna kelancaran proses hukum
yang berlangsung.
3. Psikolog harus memperhatikan kemampuan pengguna layanan dalam
menjelaskan hasil asesmen psikologi. Hal yang harus diperhatikan
adalah kemampuan bahasa dan istilah psikologi yang dipahami
pengguna jasa.
Analisis : cara berkomunikasi harus benar benar diperhatikan oleh
psikolog dalam menyampaikan hasil asesmen kepada pengguna
jasa psikologi, hendaknya psikolog mampu menyampaikan hasil
asesmen dengan bahasa, gaya bicara serta gesture tubuh yang
tidak membingungkan pengguna jasa.
Pasal 67 : menjaga Alat, Data dan Hasil Asesmen
1. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi wajib menjaga kelengkapan dan
keamanan instrumen/alat tes psikologi, data asesmen psikologi dan

hasil asesmen psikologi sesuai dengan kewenangan dan sistem


pendidikan yang berlaku, atran hukum, dan kewajiban yang telah
tertuang dalam kode etik ini.
Analisis : instrumen/alat tes psikologi yang digunakan dalam
pelaksanaan asesmen harus benar benar lengkap dan dalam
kokndisi yang baik, hal ini bertujuan agar pelaksanaan asesmen
dapat berjalan dengan lancar, sehingga memberikan hasil yang
optimal.
2. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi wajib menjaga kelengkapan dan
keamanan data hasil asesmen psikologi sesuai dengan kewenangan
dan sistem pendidikan yang berlaku yang telah tertuang dalam kode
etik ini.
Analisis : dalam menjaga kerahasiaan data hasil asesmen maka
Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi harus memastikan bahwa
sarana yang digunakan benar-benar dapat diandalkan, serta
terjamin dari adanya kemungkinan kebocoran kerahasiaan hasil
asesmen.
3. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi mempunyai hak kepemilikan
sesuai dengan kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku serta
bertanggung jawab terhadap alat asesmen psikologi yang ada di
instansi/organisasi tempat dia bekerja.
Analisis : Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi bertanggung jawab
atas kepemilikan instrumen/alat asesmen serta berkewajiban
menjaganya agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai