Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi harus memperoleh persetujuan untuk
melakukan asesmen, evaluasi, intervensi, atau jasa diagnostik lain senagaimana yang dinyatakan dalam standar informed consent, kecuali jika : a. Pelaksanaan asesmen diatur oleh peraturan pemerintah atau hukum Analisis : Informed consent adalah prosedur yang harus dilalui oleh setiap pengguna jasa psikologi sebelum memulai setiap jasa psikologi. Dalam hal asesmen, informed consent dimungkinkan tidak dilakukan sepenuhnya, apabila assesmen berkaitan dengan penyelasian suatu masalah yang berkaitan dengan hukum, misal kasus kriminal, dimana pelaksanaannya telah diatur oleh peraturan perundang-undangan. Contoh : untuk mengetahui motiv dari sebuah pembunuhan, psikolog dimungkinkan melakukan sebuah asesmen terhadap pelaku tanpa melalui prosedur informed consent secara menyeluruh. b. Adanya persetujuan karena pelaksanaan asesmen dilakukan sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, kelembagaan atau organisasi secara rutin, misal : seleksi, ujian Analisis : sama hal nya dengan poin sebelumnya, proses asesmen dapat dijalankan tanpa prosedur informed consent sebelumnya, dalam hal ini, asesmen ditujukan untuk kepentingan tertentu misal penyeleksian dalam penerimaan karyawan ataupun mahasiswa baru.informed consent tidak perlu dilakukan karena saat peserta mendaftarkan diri dalam penyeleksan, pada dasarnya mereka telah menyetujui tahap-tahap penyeleksian yang akan dijalani, termasuk didalamnya proses asesmen. Contoh : psikotest dalam penyeleksian karyawan baru sebuah bank swasta. c. Pelakasanaan asesmen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan individu yang menjalani pemeriksaan psikologis yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam suatu pekerjaan atau perkara Analisis : apabila pelaksanaan asesmen bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam sebuah pengambilan keputusan, maka tidak perlu dilakukan proses informed consent secara rinci, karena pelaksanaan asesmen sendiri dalam hal ini prosedurnya sendiri telah disesuaikan dengan keperluan serta peraturan, baik peraturan dalam kode etik psikologi, maupun peraturan perundang-undangan. Contoh : pelaksanaan asesmen yang dilakukan untuk menentukan hak asuh yang akan diberikan untuk orang tua yang bercerai. Pasal 65 : Interpretasi Hasil Asesmen Psikolog dalam menginterprestasi hasil asesmen psikologi harus mempertimbangkan berbagai faktor dari instrumen yang digunakan, karakteristik peserta asesmen seperti keadaan situasional yang bersangkutan, bahasa dan perbedaan budaya yang mungkin kesemua ini dapat mempengaruhi ketepatan interpretasi sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
Analisis : hasil dari pelaksanaan asesmen yang dilakukan, harus
disampaikan oleh psikolog dengan cara dan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan, budaya, dan tingkat sosioekonomi dari pengguna jasa psikologi. Hal ini bertujuan agar pengguna jasa dapat mengerti dengan jelas apa yang disampaikan psikolog, serta untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memaknai hasil asesmen yang telah dijalani. Contoh : dalam menyampaikan hasil asesmen kepada pengguna jasa yang mempunyai tingkat pendidikan rendah hendaknya sebisa mungkin tidak menggunakan istilah-istilah asing yang dapat membingungkan pengguna jasa.
Pasal 66 : Penyampaian Data dan Hasil Asesmen
1. Data asesmen psikologi adalah data alat/ instrumen psikologi yang berupa data kasar, respon terhadap pertanyaan atau stimulus, catatan serta rekam psikologis. Data asesmen ini menjadi kewenangan Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi yang melakukan pemeriksaan. Jika diperlukan data asesmen dapat disampaikan kepaqda sesama profesi untuk kepentingan melakukan tindak lanjut bagi kesejahteraan individu yang m enjalani pemeriksaan psikologi. Analisis : segala bentuk hasil asesmen tetap harus dijaga kerahasiaannya, namun demikian diperbolehkan bagi psikolog untuk membagi hasil asesemen kepada psikolog lain dengan seijin pengguna jasa, dan hal ini ditujukan untuk kebaikan pengguna jasa itu sendiri, tanpa merugikan pihak lain. 2. Hasil asesmen adalah rangkuman atau integrasi data dari seluruh proses pelaksanaan asesmen. Hasil asesmen menjadi kewenangan psikolog yang melakukan pemeriksaan dan hasil dapat disampaikan kepada pengguna layanan. Hasil ini juga dapat disampaikan kepada sesama profesi, profesi lain atau sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum. Analisis : seperti yang telah dikatakan dalam pasal 64 poin a yang mengatakan bahwa pelaksanaan asesmen yang berkaitan dengan hukum, dimungkinkan bagi psikolog untuk membagi hasil asesmen yang didapat dengan psikolog lain guna kelancaran proses hukum yang berlangsung. 3. Psikolog harus memperhatikan kemampuan pengguna layanan dalam menjelaskan hasil asesmen psikologi. Hal yang harus diperhatikan adalah kemampuan bahasa dan istilah psikologi yang dipahami pengguna jasa. Analisis : cara berkomunikasi harus benar benar diperhatikan oleh psikolog dalam menyampaikan hasil asesmen kepada pengguna jasa psikologi, hendaknya psikolog mampu menyampaikan hasil asesmen dengan bahasa, gaya bicara serta gesture tubuh yang tidak membingungkan pengguna jasa. Pasal 67 : menjaga Alat, Data dan Hasil Asesmen 1. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi wajib menjaga kelengkapan dan keamanan instrumen/alat tes psikologi, data asesmen psikologi dan
hasil asesmen psikologi sesuai dengan kewenangan dan sistem
pendidikan yang berlaku, atran hukum, dan kewajiban yang telah tertuang dalam kode etik ini. Analisis : instrumen/alat tes psikologi yang digunakan dalam pelaksanaan asesmen harus benar benar lengkap dan dalam kokndisi yang baik, hal ini bertujuan agar pelaksanaan asesmen dapat berjalan dengan lancar, sehingga memberikan hasil yang optimal. 2. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi wajib menjaga kelengkapan dan keamanan data hasil asesmen psikologi sesuai dengan kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku yang telah tertuang dalam kode etik ini. Analisis : dalam menjaga kerahasiaan data hasil asesmen maka Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi harus memastikan bahwa sarana yang digunakan benar-benar dapat diandalkan, serta terjamin dari adanya kemungkinan kebocoran kerahasiaan hasil asesmen. 3. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi mempunyai hak kepemilikan sesuai dengan kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku serta bertanggung jawab terhadap alat asesmen psikologi yang ada di instansi/organisasi tempat dia bekerja. Analisis : Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi bertanggung jawab atas kepemilikan instrumen/alat asesmen serta berkewajiban menjaganya agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab