Anda di halaman 1dari 177

Menuju Revolusi Mental

untuk

Kejayaan Bangsa
dan
Negara Indonesia
di
Masa Depan

Bambang Subaktyo EDV.F.T.


Jakarta, 1 November 2014

TAHTA saya tak punya


HARTA hanya sekedarnya
PUSAKA pun tak ada
hanya CINTA KASIH SAYANG (CKS) yang bisa kuberikan
dan ILMU PENGETAHUAN (IP) yang dapat kuwariskan

untuk

Zulvia, istri tercinta,


Putri, Ratna dan Eko,
anak-anak yang saya sayangi,
dan teman-temannya
generasi penerus bangsa.

Buku ini adalah per-wujud-an dari CKS + IP

Semoga buku ini akan membawa manfaat


yang sebesar-besarnya demi kejayaan
bangsa dan negara di masa depan.

K AT A P E N G AN T AR
Buku "Mens Sana In Corpore Sano" ini merupakan buku ke-3
dari seri "Menuju Revolusi Mental".
Buku pertama berjudul "Yang Di Depan Menjadi Panutan",
menggambarkan keadaan Indonesia sampai dengan saat bukubuku ini ditulis. Kita telah kehilangan pijakan, begitu banyak
orang yang melupakan hukum, terus melanggar peraturan,
korupsi berjamaah, pejabat banyak tersangkut kasus korupsi,
banyak pimpinan daerah yang menjadi tersangka, banyak hal
terbolak balik, apa yang hak menjadi kewajiban, yang kewajiban
terus dilupakan, dst ... dst.
Buku kedua berjudul "Pendidikan Mental Moral", berisi tentang
berbagai hal terkait Mental Moral masyarakat saat ini, tentang
keadaan saat ini, hal-hal yang perlu dilakukan, hal-hal yang
perlu disiapkan, arah dan tujuan pembangunan mental moral
kedepan, pilihan industri yang bisa disiapkan bagi bangsa dan
negara, langkah langkah yang perlu diambil, hal-hal yang perlu
dihindari, dst.
Buku pertama menggambarkan IST, keadaan Indonesia saat lalu,
buku kedua menjadi arah dan tujuan pembangunan mental
moral, sebagai bagian dari SOLL, yang seharusnya dicapai untuk
menjadikan bangsa-negara Indonesia jaya di masa depan. Buku
ketiga ini berisikan pendukung pencapaian perubahan itu.
Bangsa yang sehat akan bisa maju jaya di masa depan.
Untuk mencapai satu kondisi dimana Bangsa-Negara Indonesia
Jaya di Masa Depan, perlu dipersiapkan banyak hal, diantaranya:
badan yang sehat dan pikiran yang sehat. Berbagai hal untuk
i

pencapaian kesehatan bangsa, terutama kesehatan generasi


penerus bangsa perlu direalisasikan, perlu dipersiapkan,
dijalankan dalam kondisi yang adil tanpa perbedaan.
Kesempatan untuk bisa mencapai kondisi sehat lahir batin
itu harus tersedia bagi semua dengan mudah, adil, sederhana,
leluasa, tanpa pembiayaan (kalau mungkin), tidak perlu berlamalama dan tidak berbelit-belit untuk mendapatkannya.
Bagi generasi penerus bangsa, sudah seharusnya hal ini
menjadi hak yang tidak bisa ditampik, harus tersedia bagi
mereka tanpa melihat siapa mereka, siapa orang tuanya, dimana
tempat tinggalnya, sama rata sama rasa. Kesempatan yang sama
untuk anak-anak generasi penerus bangsa dalam mendapatkan
kesehatan, mendapatkan pendidikan, mendapatkan berbagai
kesempatan pengembangan diri. Tidak perlu ada perbedaan kelas
bagi mereka, tidak perlu ada yang mampu boleh mengusahakan
bangku di sekolah unggulan sementara yang tidak mampu hanya
diberikan bangku di sekolah buangan. Tidak perlu lagi ada istilah
sekolah unggulan dan sekolah buangan. Semua anak-anak akan
bersekolah di sekolah dekat rumah mereka, bangku sekolah
diberikan berdasarkan rayon, berdasarkan kedekatan antara
rumah dan sekolah. Buku cetak pelajaran sekolah (BCPS)
menjadi milik bersama, milik negara, anak-anak hanya
meminjam buku itu selama pelajaran berlangsung, setelah itu
dikembalikan. Bila bencana datang dan BCPS itu hancur
tertimpa bencana, pemerintah bisa mendistribusikan BCPS yang
ada di gudang persediaan sarana-prasarana sekolah, kalau
ternyata kurang, pemerintah bisa memerintahkan cetak ulang
dan menyimpan sisanya di gudang persediaan. Tidak perlu ada
'missing link' pelajaran sekolah karena anak-anak sekolah tidak
punya BCPS.
Kejayaan Bangsa-Negara hanya bisa dicapai kalau semua anak
bangsa bisa bersatu, tidak dipecah belah dengan perbedaan kelas
ii

sosial, tidak dibedakan atas dasar sekolah unggulan dan


buangan, tidak ada jarak dalam hubungan mereka sehari hari
satu sama lain, bukan dalam kondisi saling berlomba
memperlihatkan tingkat ekonomi keluarga, bukan saling
mengungguli dalam hal kepemilikan gadget teknologi tinggi, tidak
boleh ada yang tertinggal dalam banyak hal, karena yang
tertinggal akan menjadi batu sandungan bagi semua anak-anak
generasi penerus bangsa. Kalau mau maju, majulah bersama
sama, jangan hanya memajukan sebagian saja, jangan hanya
mementingkan ego beberapa orang dari kelompok 'the haves' saja.
Mau jaya, jayalah bersama, mau maju, majulah bersama, mau
sehat, sehatlah bersama sama.
Generasi penerus bangsa harus sehat lahir batin, mereka
harus sehat dalam banyak hal, sehat dalam hubungan antar
mereka sendiri, sehat dalam hubungan mereka dengan
masyarakat, sehat sebagai anak bangsa.
Kalau negara tidak bisa menyediakan fasilitas kesehatan bagi
anak-anak generasi penerus bangsa, jangan berharap kita bisa
maju jaya di masa depan, jangan harap kita bisa bersaing dengan
negara-negara lain yang sudah lebih dulu punya sistem jaminan
kesehatan bagi rakyatnya.
Perlakuan dan pemberian jaminan bagi anak-anak generasi
penerus bangsa harus segera direalisasikan, semua anak-anak
mendapatkan perawatan yang sama, tidak ada perbedaan.
Perbedaan antar anak-anak hanya boleh ada berdasarkan
hak individual mereka, ada yang ingin berkecimpung di dunia
seni maka buat mereka disiapkan kesempatan untuk itu, ada
yang ingin mengejar teknologi maka disiapkan buat mereka
kesempatan yang sama, ada yang ingin mengejar ketrampilan
disiapkan kesempatan juga, dst. Perbedaan itu berdasarkan
hasrat bakat anak-anak itu sendiri, keinginan mereka mengambil
iii

jurusan apa, bukan berdasarkan kemampuan ekonomi orang tua,


bukan karena si orang tua orang berpendidikan tinggi atau
berkedudukan tinggi, maka anak-anak mereka mendapatkan
kesempatan lebih. Mereka semua harus berbaur satu sama lain,
perbedaan kelas ekonomi tidak boleh menjadi dinding pemisah,
tetapi menjadi ajang sarana pembelajaran satu sama lain dalam
perbedaan kelas ekonomi. Persatuan dan kesatuan generasi
penerus bangsa harus digalang sejak mereka masuk Taman
Kanak-kanak, sejak SD dan seterusnya sampai tingkat sekolah
menengah atas. Barulah di perguruan tinggi dipisahkan
berdasarkan kemampuan hasrat bakat dan otak mereka.
Pertanyaan buat semua: Kita mau menggalang persatuan atau
perpecahan!?
Untuk mencapai Indonesia Jaya di Masa Depan, jelas perlu
persatuan, maka jangan bedakan mereka dalam banyak hal,
dalam hal pembentukan diri, dalam hal proses belajar mengajar,
dlsb, dan tentu dalam hal menyehatkan lahir-batin mereka.
Mari kita sehatkan pikiran dan badan mereka ... Mens Sana In
Corpore Sano!
Jakarta, Kemis, 4 Desember 2014

iv

Daftar Isi
i
1
5
7
8
8
10
12
12
12
12
13
14
16
19
25
25
25
27
29
30
33
35
36
41
43
47
49
52
53
53

KATA PENGANTAR
Mens Sana In Corpore Sano
KARTU, KARTU dan KARTU
Bermacam macam kartu yang harus dimiliki warga
WDA dan WNA!?
Yang diurus itu penduduknya atau kartunya?
Pemerintah Juga Tidak Percaya E-KTP!?
Seharusnya, Sebetulnya, Semestinya ... Se-xxx-nya
- Transparans
- Mudah Dilihat
- Berkesinambungan dan Terintegrasi Antar Lembaga
- Lingkup Nasional
- Satu kesatuan, Tidak Ada Duplikasi atau Mis-informasi
- Dapat Diakses Oleh Banyak Lembaga
Tulisan berikut ini terkait jaminan kesehatan
Mobil Ambulance & Kesehatan Pemimpin
Perawatan 3 Mantan Presiden
Mobil Ambulance Kepresidenan
Mobil Ambulance Masa Kini
Buah Tidak Akan Jatuh Jauh Dari Pohonnya
Jiwa Anak Koruptor
PERCONTOHAN YANG . . .
Banyak TUTOR Jalanan
Pengalaman Di Negeri Berjiwa Besar
Pembiaran atau Dibiarkan Terjadi
Kenapa rancangan itu sampai begitu brutal?
Jelas perlu revolusi mental (jiwa)!
Mens Sana In Corpore Sano (2)
Tidak Bebas Korupsi di Swasta
Perusahaan Penjual Barang Elektronik/Hiburan
Perusahaan Penjual Alat-Alat Komunikasi Data
v

56
61
61
63
64
65
65
66
67
67
68
68
69
70
73
75
76
78
81
82
83
83
84
85
85
86
88
90
90
91
94
97
100

Perusahaan Penyedia Jasa Pengiriman Barang


INDONESIA KAYA RAYA
Harta = Kekayaan
Hutang?
Industri Besar
Industri Tidak Tepat Sasaran
- Tidak Tepat Guna
- Tidak memberikan kemakmuran bagi rakyat
- Tidak layak
- Tidak menyertakan banyak sumber daya manusia
- Tidak aktuel
- Tidak melestarikan lingkungan
- dan tidak-tidak yang lainnya
9 Miliar Penduduk Dunia
Tanah Hak Milik!?
Tolong Menolong
Keturunan Teori Darwin
Hidup Damai di Bumi
GENERASI JEMPOLAN
Makanan yang cukup dan bergizi
Waktu
Sarana-prasarana, ruang untuk berbagai kegiatan
Kesehatan
Olahraga dan Kesenian
Kesempatan untuk mengembangkan diri
Dan lain lain
Sistem Jaminan Kesehatan
Apakah yang diurus oleh para pamong selama ini?
Pesan buat para pamong
Hak kesehatan dibedakan atas dasar besaran iuran!?
Virus Korupsi
Sakit dan Obat Herbal
OBAT KW-1
vi

102
104
106
109
110
111
112
112
113
116
124
130
132
133
137
138
140
142
144
148
150
150
152
153
155
158
159
161

Obat Farmasi atau Herbal, KW-3 atau KW-1?


Punya Otak
Merayakan Hari Anak Sedunia
Sehat dan Kesehatan
Don't judge the book by the cover!
Apa yang ingin kita capai!?
Untuk siapa!?
Obat dan Pengobatan
Untuk siapakah sistem ini dipersiapkan?
Obat herbal, ada dan tiada!?
Kerusakan Lingkungan dan Kesehatan
Tanaman Oko-Bio, Organik dan Anorganik
Sehat dengan makanan sehat
Sehat dengan kegiatan fisik
Perilaku Oknum
Motto para oknum
Pengalaman berhadapan dengan oknum
Hidup tidak bebas korupsi
Persepsi, Sudut Pandang
Manipulasi Persepsi, Skenario Adu Domba
Teori Konspirasi
Skenario pembunuhan di hari hari X
Kelompok Milisi
Milisi dan skenario hari X
Skenario borong sembako
Back To Nature, Kembali Ke Alam
Misalkan Saja, Mereka Tidak Mau Membayar
Kolaborasi Pengusaha Alien dengan Penguasa Lalim

vii

Mens Sana In Corpore Sano


A healthy mind in a healthy body
Pikiran Sehat didalam Badan Sehat
Benarkah motto itu?
Ada pikiran yang sehat di dalam badan yang sehat!?
Benarkah pasangan pikiran dan badan itu selalu seirama, dengan
badan yang sehat maka pikiran akan juga sehat, atau kalau
pikiran seseorang itu sehat pasti badan orang itu juga sehat?
Bagaimana kenyataannya?
Banyak orang-orang dengan badan yang sehat ternyata
pikirannya tidak sehat. Tidak hanya orang orang tak waras yang
masuk katagori kelompok orang berpikiran tak sehat dengan
badan yang terlihat begitu sehat. Para koruptor itu pasti
berbadan sehat, mereka punya pikiran yang tak sehat, pikiran
yang selalu 'ngeres', pikiran kotor, pikiran jorok, pikiran jahat,
pikiran culas. Pikiran yang tak sehat itu berada di dalam badan
yang sehat yang selalu dirawat dengan rutin dan mahal. Mereka
(koruptor) menyempatkan diri mencari perawatan kesehatan
sampai ke luar negeri. Jadi, jelas terlihat: badan yang sehat itu
tidak selalu menjadi tempat bersemayam pikiran yang sehat!
Sementara itu, ada orang-orang yang jelas terlihat
badannya penuh halangan rintangan, mereka tidak bisa bergerak
leluasa, gerakan sudah sangat terbatas bahkan tidak bisa
bergerak tanpa bantuan peralatan khusus, tetapi pikiran mereka
begitu maju, begitu 'didepan' dibandingkan orang banyak, dia bisa
berpikir jauh melampaui kemampuan orang rata-rata.
Contohnya: Stephen Hawking dengan teori 'black hole', dia harus
berada di kursi roda sepanjang waktu, dia tidak bisa
1

menggerakkan tangan dan kaki, dia bisa menulis menggunakan


peralatan yang khusus dirancang untuk kebutuhan khusus, dia
menulis banyak buku pengetahuan yang istimewa di atas kursi
roda yang sekaligus sebagai meja kerjanya.
Dari tulisan diatas, jelas terlihat, bahwa badan yang sehat tidak
selalu berisikan pikiran yang sehat, badan yang tidak sehat tidak
menjadi penghalang bersemayamnya pikiran yang sehat dan
cemerlang. Bagi Stephen Hawking, dia tidak menunggu badannya
sehat baru punya pikiran cemerlang, dia terus berusaha untuk
menyampaikan daya pikirnya kepada orang banyak, untuk
kebaikan orang banyak, sementara si orang tidak waras itu,
meski badan mereka sehat, tetap sulit menjadikan pikiran
mereka menjadi waras, tetap sebagai orang sakit jiwa, tetap
berhalusinasi, dan si koruptor tetap mencuri meski mereka tahu
itu salah.
Mungkin saja, yang dimaksud pikiran yang sehat adalah
kemampuan kita untuk berpikir, sekedar mampu berpikir dengan
baik. Soal tujuan atau perbuatan hasil daya pikir itu negatif, itu
lain hal.
Pikiran seseorang bisa berjalan dengan baik, otaknya
berfungsi dengan baik, tidak miring alias gila, dan bisa
memisahkan antara baik dan tidak baik, jahat dan tidak jahat,
curang dan tidak curang, jujur dan tidak jujur, dst. Pikiran itu
seharusnya bisa membedakan apakah perbuatan yang dilakukan
seseorang itu sudah benar, sudah sesuai hukum, sesuai
peraturan, sesuai dengan ajaran agama, sesuai dengan adaistiadat, sesuai dengan etika yang berlaku umum. Lain halnya
kalau otak seseorang itu miring alias gila alias tidak waras, maka
perbuatan orang itu dianggap tidak berdasarkan kesadaran.
Perlakuan terhadap pelaku pembunuhan yang dilakukan orang
waras akan berbeda dengan yang dilakukan orang otak miring
2

(gila), karena didasarkan adanya kesadaran atau tiadanya


kesadaran orang itu saat melakukan perbuatan melanggar
hukum itu.
Seorang koruptor berbadan sehat dengan kesadaran penuh
(otaknya berfungsi penuh) tetapi tetap melakukan perbuatan
melanggar hukum. Pikiran orang itu sehat, badannya sehat,
tetapi hati nurani-nya yang tidak sehat! Tidak kenal malu, tidak
kenal etika, tidak mau tahu hukum dan peraturan, dan tidak
peduli dengan agamanya, padahal biasanya para koruptor itu
terlihat begitu alim, begitu rajin menjalankan ritual agama,
begitu sering memberikan bantuan kepada kelompok agamanya,
pencitraan baik-baik begitu terlihat oleh orang banyak. Dibalik
itu semua, orang itu tetap mencuri, tetap jahat, tetap licik, tetap
culas, tetap kejam, tetap bengis, tetap nekat berbuat salah, tetap
tidak peduli kepada orang lain. Orang-orang semacam itu, punya
mindset yang salah. Daya pikirnya sehat, tetapi settingan
otaknya yang salah.
Sekedar 'Mens sana in corpore sano', sekedar pikiran sehat
didalam tubuh yang sehat, ternyata sudah tidak bisa dijadikan
motto pegangan lagi, paling tidak buat kita di Indonesia.
Kondisi itu memaksa kita menimbang nimbang, yang mana harus
lebih dulu diupayakan, apakah badan yang harus sehat atau
pikiran yang harus sehat lebih dulu. Sebuah kondisi yang mirip
seperti: Mana dulu: ayam atau telur? ... Pikiran atau badan
yang harus sehat lebih dulu!?
Kalimat Mens sana in corpore sano berasal dari sebuah ' Satire X
of the Roman poet Juvenal'. The phrase comes from Satire X of
the Roman poet Juvenal (10.356). It is the first in a list of what is
desirable in life:
3

Latin: orandum est ut sit mens sana in corpore sano.


English: It is to be prayed that the mind be sound in a sound
body.
Bahasa Indonesianya: Sebaiknya kita berdoa agar pikiran itu
sehat didalam badan yang sehat.
Rasanya, sekedar pikiran sehat berbadan sehat belum cukup,
perlu emosi yang sehat, hati nurani yang sehat, rasa sosial yang
sehat, mindset yang sehat, ... selanjutnya orang itu perlu
berkeadilan, penuh rasa kasih, punya rasa sayang, sadar
lingkungan, taat hukum, patuh peraturan, menghormati orang
lain ... dlsb. Pembentukan generasi penerus bangsa perlu
memasukkan semua hal sehat itu.
Jakarta, 4 Desember 2014

K AR T U , K AR T U d a n K AR T U
Di negeri ini, ada begitu banyak pamong bermain kartu, mereka
menyiapkan bermacam ragam kartu, setiap warga negeri ini
harus memiliki berbagai kartu itu. Setiap kepemilikan berbagai
kartu itu tentu ada biayanya.
Pamong berjualan kartu, warga 'membeli' kartu. Tentu
saja para oknum pejabat yang bermain kartu kartu itu akan
berbagi komisi pengadaan kartu-kartu yang dijual kepada warga.
Banyak juga dagangan lain yang mereka jual kepada
warga, atau warga itu sekalian yang mereka jual ke luar negeri,
entah sebagai TKI, TKW atau sebagai korban human
trafficking, entah jadi budak atau sex-slave!? Jumlah korbannya
cukup tinggi, antara 40ribu sampai 300ribu anak-anak dan
wanita per tahun yang diperjual-belikan.
Ada pejabat yang berdagang hukum, berdagang waktu
lama menginap di hotel prodeo, menjual privileges bagi setiap
orang, menjual keleluasaan untuk keluar dari hotel prodeo,
istilah mereka mendapat 'cuti prodeo'. Yang lain, yang
seharusnya mengurus kualitas sumber daya manusia, malah
lebih suka berjualan buku cetak pelajaran sekolah. Ada yang
berjualan ijin merusak hutan, ada yang berjualan ijin menangkap
ikan, ada yang jualan sapi ex luar negeri, dlsb.
Sudah lama, entah kapan dimulai, para pamong di negeri ini
cuma mengurus kartu, kartu dan kartu.
* Secara umum, bukan mutu kehidupan warganya yang diurus,
hanya kartu-kartunya saja.
* Bukan mutu hidup penduduknya, hanya kartu penduduknya
yang diurusi, bentuknya diganti secara berkala, yang terakhir
e-ktp itu, kepemilikan harus diperbaharui setiap 5 tahun
sekali.
5

Bukan mutu mengemudi kendaraan yang diurus, itu tidak


penting, hanya kartu ijin mengemudi yang diulang-ulang,
diperpendek dan diperpanjang. Meski tidak mahir
mengemudi, kalau mau beli tetap akan mendapatkan kartu
itu.
Bukan mutu transportasi angkutan umum yang diurusi,
tetapi kartu ijin trayeknya saja yang terus dijual sebanyakbanyaknya, dengan nilai yang jauh lebih tinggi dari harga
resmi. Soal bagaimana angkutan umum itu berlaku di
jalanan, itu tidaklah penting, lihatlah bagaimana kendaraan
angkutan itu saling balap, saling silang di jalan, saling
seruduk mengejar penumpang, untuk mengejar uang setoran,
dst., itu tidak dipikirkan oleh para pamong penjual kartu ijin
trayek, mereka tidak peduli sama sekali. Tidak peduli, kalau
ulah para sopir itu memakan korban jiwa atau harta, tidak
peduli kalau ulah para sopir itu menjadi panutan yang tidak
baik bagi generasi penerus bangsa.
Bukan mutu pendidikan warganya yang diperhatikan, hanya
buku cetak pelajaran sekolah yang direhab setiap tahun,
ditambah sedikit disana sini, besaran nilai dalam soal diganti,
nomor soal ditukar tempat, perubahan nama tokoh dalam
cerita. Nanti akan ada kartunya juga, kartu Indonesia pintar.
Bukan mutu kehidupan / kesehatan warganya yang
diperhatikan, mereka mengatur sedemikian rupa agar setiap
warga harus mau menjadi anggota satu lembaga tertentu,
setiap perusahaan harus mendaftarkan karyawannya, kata
mereka:
mandatory!
Setiap
warga
HARUS
MAU
mendaftarkan diri, harus membayar iuran! Kalau tidak
punya kartu dari lembaga ini, nanti akan dipersulit saat
pengurusan perpanjangan berbagai kartu yang lain. Inilah
kartu super! Super gila! Hak rakyat kok malah menjadi
kewajiban!?!?!?
6

Bermacam Macam Kartu Yang Harus Dimiliki Warga


Ada kartu (tanda) penduduk, kartu ijin mengemudi, kartu
miskin, kartu sehat, kartu pintar, kartu Jamkesmas, Jamkesda,
KIP (kartu Indonesia pintar), KIS (kartu Indonesia sehat) yang
katanya akan menggantikan kartu BPJS, KJS, KJP, kartu
Bansos*), KKS (Kartu Keluarga Sejahtera), SIMcard, PSKS
(Program Simpanan Keluarga Sejahtera), BLT, dan kartu kartu
lainnya lagi. Kartu datang dan pergi, ada yang menggantikan
yang lain, ada yang menduplikasi, ada yang ganti nama dst ...
*)Kartu Bansos: KIS, KIP, KKS

Keterkaitan Antar Kartu


Anda harus punya kartu yang satu untuk mengurus kartu yang
lain, ... hal yang lumrah adanya, jadi untuk mengurus kartu ijin
mengemudi, atau kartu sehat, atau kartu pintar, atau kartu
BPJS memang perlu memiliki kartu tanda penduduk (KTP).
Kalau tidak punya KTP, jangan harap Anda bisa mendapatkan
kartu yang lainnya.
Sekarang, malah lebih ruwet lagi, keadaan itu dibalik balik,
kalau Anda (menurut gossip, entah benar entah tidak?) ingin
memperpanjang suatu kartu atau surat surat lainnya, Anda
harus punya kartu BPJS ... untuk mengurus perpanjangan KTP
Anda harus sudah punya kartu BPJS, padahal saat membuat
kartu BPJS Anda harus punya KTP. Coba bayangkan, Anda
sedang butuh perawatan kesehatan, Anda tidak punya kartu
BPJS, dan Anda juga tidak punya KTP, mungkin hanya ada KTP
daerah?
Lalu harus bagaimana? Apakah Anda harus pulang kampung
7

dulu?
Anda boleh sakit sampai menggigil menjelang kematian, kalau:
* Anda tidak punya kartu kesehatan tertentu itu, maka Anda
dipersilahkan menghubungi lembaga perawatan kesehatan
swasta, kalaupun Anda masuk ke lembaga perawatan
kesehatan daerah, Anda harus membayar biaya-biaya yang
ada.
* Anda berasal dari daerah lain, walau Anda punya kartu
tertentu itu, maka Anda tidak boleh mendapatkan perawatan
kesehatan di daerah Anda sedang berada ... padahal Anda
bukan warganegara asing, Anda adalah warganegara
Indonesia! Hanya saja, KTP Anda dari daerah lain, kartu
Anda diterbitkan di daerah lain, Anda tidak boleh
mendapatkan perawatan kesehatan dari lembaga kesehatan
daerah setempat, karena Anda dianggap warga asing!? Walau
sesama orang Indonesia, tetap dianggap orang asing oleh
pamong daerah yang lain!?

W D A d a n W N A! ?
Meski Anda miskin, Anda tidak bisa mendapatkan kartu miskin,
kalau Anda tidak punya KTP daerah setempat. Kalau Anda
berasal suatu daerah dengan KTP dari daerah itu, jangan cobacoba mendapatkan berbagai kartu tersebut diatas dari daerah
lain ... itu TABU! Anda dinyatakan warga daerah asing, (WDA)
karena datang dari daerah lain, kalau Anda berasal dari negara
lain, Anda akan disebut warga negara asing (WNA).

Yang Diurus Itu Penduduknya atau Kartunya?


Tentu saja cuma kartunya, soal si penduduk itu sejahtera atau
miskin, sehat atau sakit, punya rumah atau tunawisma,
8

tunadaksa, tunarungu, atau tunasusila itu tidak perlu diurusi.


Apalagi kalau Anda itu WDA, maka Anda tidak perlu diurusi
oleh pamong daerah setempat, karena Anda WDA. Kalau Anda
ingin mendapatkan berbagai kartu itu, Anda harus menjadi WDS
(warga daerah setempat).
Yang lucu, kalau WDA tidak boleh mengurus kesehatannya di
daerah setempat, tetapi kalau WNA berdasarkan ketentuan
penyelenggara kartu 'tertentu', setelah 6 bulan berada di
Indonesia, maka WNA harus ikut menjadi anggota lembaga
penyelenggara kartu 'tertentu' itu. Harus bayar iuran! Nanti si
WNA harus ikut antri di lembaga perawatan daerah, di lembaga
ini nanti ditentukan apakah si WNA akan mendapatkan
perawatan di rumah sakit yang mana ... benar-benar sakit sistem
itu. Si WDA tidak boleh, sementara si WNA harus ikut menjadi
anggota, harus ikut membayar iuran.
Yang lebih lucu, atau sebenarnya sangat tidak lucu!
Saat Anda akan menjadi anggota lembaga penyelenggara kartu
'tertentu' itu, Anda harus membawa fotokopi KTP, fotokopi KK
(kartu keluarga ... hahaha satu kartu lain lagi!), bawa pasphoto
untuk setiap anggota keluarga yang ada. Tentu ada yang berpikir,
apa anehnya situasi ini!? Kan memang sudah seharusnya begitu!?
Buat orang awam, orang biasa, atau kebanyakan orang, memang
kondisi seperti diatas adalah hal yang lumrah terjadi, itu sudah
menjadi kebiasaan, sudah biasa, begitu, begitu, dan begitu itu.
Sudah tresno jalaran soko kulino atau alah bisa karena biasa
dan sesuai motto presiden terdahulu: bersama kita bisa. Buat
mereka, hal itu sudah BISA diterima, buat saya, hal itu sangat
mengecewakan, sangat tidak profesional, sangat tidak etis.
Sebagian

besar

WNI

(warga
9

negara

Indonesia)

sudah

menjalankan proses E-KTP, sudah seharusnya sistem E-KTP itu


mencakup berbagai data setiap orang, data-data otentik setiap
orang, termasuk gambar photo pemilik kartu. Seorang aparat,
hanya perlu mengetikkan (atau scan) informasi NIK (nomor
induk kependudukan), maka segala data yang diperlukan (sesuai
ketentuan / legitimasi lembaga tersebut) akan dimunculkan di
layar monitor, bisa layar komputer portabel, tablet atau gadget
khusus untuk pemantau lainnya. Lalu, buat apa mereka
menyimpan data-data itu, warga diharuskan mengisi data-data
itu, dipotret dengan kamera digital bahkan retina mata juga
dipotret!?

Pemerintah Juga Tidak Percaya E-KTP!?


Sistem E-KTP yang katanya sudah canggih sekalipun masih tidak
dipercaya oleh kebanyakan lembaga, baik lembaga negara apalagi
swasta. Setiap kali kita melakukan transaksi bisnis, perlu
dilampirkan fotocopy KTP, fotocopy KK, pasphoto kalau perlu,
bahkan mungkin diperlukan surat pengantar dari RT, surat
pengantar dari RW, sampai surat pengantar dari kelurahan.
Kenapa begitu!?
Sekali lagi, buat kebanyakan orang, hal ini dianggap sudah biasa
terjadi, sudah BISA diterima oleh masyarakat, mereka terpaksa
mengikuti permainan itu, tapi buat saya itu sangat tidak etis!!!
Kondisi pemaksaan ini, dimana setiap orang harus menyiapkan
segala tetek bengek mengenai informasi kependudukan dirinya,
itu sama juga dengan 'TIDAK PERCAYA kepada setiap WNI,
setiap orang dianggap berbohong paling tidak punya tendensi
akan berbohong, mereka yakin setiap kartu kartu atau surat
surat itu tidak benar, tidak sah, palsu, maka harus diverifikasi
oleh berbagai pamong dari berbagai tingkatan, untuk memastikan
10

bahwa orang itu adalah sebenar-benarnya orang yang tercantum


di KTP itu. Pemerintah tidak percaya kepada KTP yang mereka
buat, tidak percaya kepada E-KTP yang mereka jalankan, tidak
percaya kepada sistem yang mereka rancang sendiri.
Jadi, ketentuan seorang WNI harus menyiapkan berbagai
fotocopy kartu/surat itu merupakan sikap yang kurang ajar dari
pamong! Ketidakbecusan pemerintah!
Buat apa menyiapkan E-KTP, kalau mau mengurus di kantor
para pamong itu, kita harus membawa kartu kartu tertentu,
membawa fotocopy setiap kartu/surat kependudukan ... mereka
sebenarnya sedang melecehkan diri mereka sendiri, karena
mereka tidak percaya kepada sistem yang mereka terapkan
selama ini, yaitu sistem KTP terintegrasi secara nasional ... yang
ternyata cuma penggalan penggalan sistem, sama sekali belum
terpadu (terintegrasi) ... lembaga pamong itu tidak bisa
melakukan koneksi dengan sistem KTP terintegrasi, belum bisa
dilakukan pemeriksaan data kependudukan secara instant,
secara langsung online ... padahal namanya sudah E-KTP!!!
Kepada KTP yang mereka terbitkan sendiri, mereka tidak
percaya, apalagi kepada KTP yang dibawa WDA!? . . . Alias
pamong suatu daerah mencurigai pamong daerah lain sebagai
pamong yang tak berkelas, yang bisa membuat kesalahan. Yang
satu berpikir, jangan-jangan yang lain berbuat curang. Padahal
mereka sama sama pamong! Atau, memang begitulah adanya,
sama-sama tidak bisa dipercaya!?
Nah kecurigaan itu sekarang sudah terjawab.
Coba saja, search e-ktp palsu di Google. Saya mendapatkan
hasil: About 163,000 results (0.22 seconds). Dari begitu banyak
pages, web-site, artikel, topik, ada berita tentang e-ktp palsu, ada
berita Mendagri berbicara soal
e-ktp palsu, dan banyak
11

penawaran pembuatan e-ktp palsu.


Bayangkan, ada banyak penawaran JASA PEMBUATAN
KARTU PALSU!!!
Mendagri mengatakan: E-KTP Palsu Lebih Bagus dari Aslinya
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/11/21/mendagri-e-ktppalsu-lebih-bagus-dari-aslinya

Seharusnya, Sebetulnya, Semestinya ... Se-xxx-nya


Seharusnya, sistem kependudukan itu dibuat sedemikian rupa
agar transparans, mudah dilihat, berkesinambungan (bukan
kartunya yang transparans! ... data-nya!), terintegrasi antara
satu lembaga dengan lembaga lainnya, berlingkup nasional, satu
kesatuan tidak ada duplikasi data, tidak ada mis-informasi, jelas,
lengkap, dapat diakses oleh banyak lembaga negara ataupun
swasta dengan perbedaan hak penggunaan data disesuaikan
dengan tugas dan fungsi lembaga itu, dlsb.

T ra n s pa ra n s
Sistem kependudukan itu terbuka bagi setiap orang, bagi setiap
lembaga negara ataupun daerah, dengan hak akses yang
ditentukan oleh satu batasan kewenangan dan berdasarkan
keperluan yang dijinkan oleh hukum.

M ud a h D i l i h a t
Data seorang penduduk akan langsung tampil di layar monitor,
layar tablet atau gadget lainnya bila hal itu perlu dilakukan oleh
seorang aparat yang memang berwenang untuk memeriksa
kebenaran identitas seseorang. Untuk apa membuat E-ktp kalau
semua orang menjadi buta, tidak bisa melihat apapun dari kartu
12

itu!?

Berkesinambungan dan Terintegrasi Antar Lembaga


Kalau sudah berani membuat E-ktp, sudah seharusnya sistem ini
memiliki banyak hubungan dengan sistem yang lain yang ada
dalam suatu negara, seperti sistem kesehatan nasional, sistem
keamanan nasional, sistem pendidikan nasional, sistem
ketenagakerjaan nasional, sistem pajak nasional, dan berbagai
sistem yang lainnya lagi. Jangan sampai E-ktp cuma mengurus
masalah nomor induk penduduk saja, tetapi begitu berpindah ke
sistem kesehatan perlu kartu Indonesia sehat, atau saat
berpindah ke sistem pendidikan perlu kartu Indonesia pintar,
berpindah ke perpajakan diperlukan kartu extra (NPWP), atau
lembaga keamanan nasional membuat pengumpulan data sendiri,
padahal lembaga keamanan nasional itu pun terdiri dari
beberapa lembaga yang berjalan sendiri sendiri dengan
pengumpulan data-data masing masing terpisah satu sama lain.
Terintegrasi ke sistem ketenagakerjaan, seharusnya E-ktp
bisa membuat mapping WNI secara nasional, siapa bekerja, siapa
tidak bekerja, siapa punya keahlian apa, siapa yang tidak punya
keahlian, dlsb. Dari sistem kependudukan yang menyambung ke
berbagai lembaga itu, bisalah dibuat satu database
kependudukan dengan informasi lengkap tentang semua WNI,
bahkan yang ada di luar negeri sekalipun. Dari sistem database
ketenagakerjaan itu, kita bisa membuat perencanaan
peningkatan sumber daya setiap daerah, dengan melihat keadaan
tenaga kerja di daerah dan disesuaikan dengan kebutuhan
daerah tersebut. Perencanaan pemberian keahlian atau
ketrampilan bisa disesuaikan dengan kebutuhan daerah,
perencanaan pembangunan sekolah ataupun meningkatkan mutu
pendidikan bisa dilakukan. Dst.
13

L i n g k up N a s i o n a l
Untuk bisa berkesinambungan, terintegrasi antar lembaga dan
bisa digunakan oleh setiap lembaga di berbagai penjuru
Indonesia, maka sistem ini harus ber-lingkup nasional, bukan
lingkup ke-daerahan. Sudah seharusnya tidak perlu ada warga
negeri ini yang disebut WDA, warga daerah asing, yang tidak bisa
mendapatkan fasilitas kesehatan, fasilitas bantuan kemiskinan,
bantuan pendidikan, dll saat orang itu berada di luar daerahnya.
Jadi, nantinya tidak ada lagi pembatasan saat seorang warga
akan mencari bantuan perawatan kesehatan, saat mereka berada
di luar daerah tempat tinggalnya, selama mereka berada di
wilayah teritori negara Indonesia, mereka bisa mendapatkan
bantuan perawatan kesehatan ... seharusnya!
Untuk membuat pengamanan secara nasional, maka
setiap pamong/ponggawa keamanan negeri ini bisa saling
membantu satu sama lain menggunakan data yang ada di pusat
database, untuk mencari tersangka kriminal, mencari tersangka
korupsi, mencari tersangka teror, mengawasi gerakan WNA,
mencegah tindakan yang bisa merugikan negara dan atau warga
negeri ini. Semua lembaga yang berbeda akan memasukkan datadata yang mereka peroleh ke pusat database, disaring agar tidak
ada duplikasi atau mis-informasi dan diintegrasikan ke data
setiap orang yang perlu dilacak, perlu diawasi. Selanjutnya datadata ini bisa digunakan untuk satu pengawasan secara
internasional dalam kerjasama keamanan dengan polisi
internasional (Interpol).

Satu Kesatuan, Tidak Ada Duplikasi atau Misi n f o r ma s i


Semua lembaga begitu giat mengumpulkan data-data untuk
keperluan lembaganya sendiri, seperti lembaga penerbit
14

perawatan kesehatan dengan kartu tertentu itu ataupun lembaga


lembaga negara yang lain, semua membuat database masing
masing. Seharusnya kita tidak perlu lagi menyiapkan fotocopy
KTP, fotocopy KK, pasphoto setiap warga yang akan mendaftar
pada suatu lembaga. Sudah seharusnya mereka menggunakan
data dari sumber database nasional. Tidak perlu membuat
administrasi berbelit belit untuk mencatat data seorang warga.
Begitu juga di lembaga pajak, tidak perlu mereka membuat kartu
pajak sendiri, langsung gunakan saja NIK (nomor induk
kependudukan) yang sudah ada ... kenapa lagi harus membuat
kartu extra, setiap warganegara yang dianggap cukup umur,
dianggap sudah bekerja ... kecuali dikatakan lain, kecuali
kenyataan di lapangan memang lain. Dengan menjadikan satu
integrasi antar lembaga, akan jelas terlihat, suatu nomor
penduduk tertentu, apakah dengan umur tertentu yang dianggap
sudah waktunya bekerja, tetapi ternyata masih tercatat sebagai
mahasiswa atau masih tercatat sebagai orang yang menganggur,
maka untuk nomor penduduk tersebut tidak perlu direpotkan
dengan pelaporan pajak penghasilannya!!! Begitu saja repot!
Lembaga ketenagakerjaan perlu lebih giat lagi dalam
mengusahakan pemberian kesempatan kerja kepada setiap WNI
dimanapun orang itu berada. Setiap perusahaan yang memiliki
kesempatan kerja terbuka, dengan spesifikasi tertentu bisa
langsung dicarikan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
itu, hanya perlu membuat satu query (satu saringan) berdasarkan
klasifikasi atau katagori tertentu dan diterapkan ke database
ketenagakerjaan, maka setiap WNI yang memang sesuai akan
didapatkan dan diarahkan untuk mengisi kesempatan (lowongan)
kerja yang ada itu. Bukan seperti sekarang, entah apa kerja
lembaga ketenagakerjaan itu, karena para pencari kerja banyak
yang harus mengikuti bursa kerja atau JOB-FAIR dengan tiket
masuk bernilai tinggi, sementara si lembaga itu malah menjadi
sponsor ... atau malah menerima manfaat (profit) pribadi dari
15

kegiatan bursa kerja itu!?


Kemanakah lembaga ketenagakerjaan itu!? Apa sih yang
mereka kerjakan!?

Dapat Diakses Oleh Banyak Lembaga


Setiap lembaga negara, atau aparatur keamanan negara akan
dapat menggunakan database kependudukan itu untuk
mengawasi kemungkinan perbuatan negatif seorang tersangka.
Mereka bisa mengawasi gerakan seorang tersangka dengan
menggunakan sistem pelacakan berdasarkan gerakan nomor
induk penduduk tersebut. Begitu juga dengan WNA yang datang
ke Indonesia, mereka harus mendaftarkan diri mereka begitu
masuk ke Indonesia, dan berdasarkan nomor penduduk temporar
itu, aparat keamanan dapat mengawasi gerakan mereka. Mereka
bisa saja datang dengan alasan pariwisata tetapi ternyata
menginap di daerah tertentu yang sama sekali tidak ada kaitan
dengan kepariwisataan tetapi lebih mengarah kegiatan non
pariwisata seperti kegiata bisnis atau explorasi bisnis, maka
kepada WNA tersebut bisa dilakukan penangkapan, penangkaran
sementara dan pengiriman kembali ke luar negeri.
Seseorang yang akan menikah kedua atau ketiga atau
kesekian kalinya akan langsung dapat dicegah, tanpa banyak
repot. Setiap pendaftaran akan menikah, bisa langsung diketahui
kebenaran status perkawinan seseorang, kalau sudah pernah
menikah dan akan menikah lagi, baru ditentukan berdasarkan
hukum daerah setempat, berdasarkan aturan agama,
berdasarkan peraturan soal itu, mungkin sudah bercerai, akan
segera terlihat kebenarannya, mungkin belum bercerai dan akan
menikah lagi, sesuaikah dengan hukum yang berlaku, adakah ijin
dari istri yang masih berada dalam ikatan pernikahan dengan
sang pria itu. Kondisi ini dapat langsung diketahui oleh calon
pasangannya, baik wanita maupun pria.
16

Seseorang yang tidak pernah membayar pajak, atau hanya


membayar pajak kelas pegawai rendahan tiba-tiba akan membeli
satu aset yang nilainya tidak mungkin bisa dia peroleh dengan
besaran gajinya, maka sistem dapat memberikan warning kepada
PPATK (saya lupa lengkapnya apa, pengawas aliran transaksi
keuangan), mungkin ada usaha pencucian uang, ada penggunaan
uang dari sumber tak wajar. Maka setiap orang yang akan
mencoba korupsi akan berpikir berpuluh kali untuk korupsi,
karena setiap usaha pembelian aset tak wajar akan segera
terlihat. Setiap aparatur negara akan berusaha untuk tetap
bersih karena setiap gerakan penggunaan uang akan terkait
dengan sistem kependudukan, dengan sistem perpajakan, dst.
Seseorang yang tak pernah bekerja secara resmi, hal ini
dapat terlihat dari sistem kependudukan yang terintegrasi
ternyata akan membuka rekening di suatu lembaga keuangan,
dan mungkin bukan rekening yang pertama, mungkin yang
nomor sekian, bisa langsung terdeteksi, dengan kemungkinan
adanya gerakan uang tak wajar, mungkin uang hasil korupsi,
uang hasil kejahatan, uang hasil penjualan narkoba, atau yang
lainnya. Lembaga keuangan bisa memberikan warning kepada
PPATK atau lembaga terkait akan keadaan itu. Kalau orang itu
mendapatkan uang berlimpah dari hibah atau warisan, akan
dapat dengan mudah diketahui, dengan surat keterangan resmi
dari lembaga terkait, bisa dari notaris, bisa dari badan hukum,
dlsb. Kalaupun ada besaran pajak yang harus ditanggung dari
proses hibah atau waris tersebut juga bisa langsung ditindaklanjuti.
Pemetaan kebutuhan bangku sekolah sudah bisa
direncanakan jauh jauh hari untuk setiap daerah, daerah mana
yang memiliki anak usia tertentu yang perlu diperhitungkan
kesediaan bangku sekolah atau ruang kelas. Misal saja 3 tahun
yang akan datang bisa diperkirakan dibutuhkan sejumlah bangku
sekolah. Hal ini dapat dilihat di sistem kependudukan. Kalau
17

jumlah bangku sekolah itu terlihat kurang, sudah bisa


direncanakan akan dilakukan penambahan ruang kelas atau
pembagian bangku dari sekolah terdekat untuk anak-anak itu.
Kalau jumlah bangku sekolah itu mencukupi, tidak perlu
dilakukan penambahan, hanya pembagian bangku sekolah.
Ketentuan ini tentu saja terkait dengan sistem bangku sekolah
yang diberikan berdasarkan rayon, bukan dengan sistem sekolah
unggulan / sekolah buangan itu. Perencanaan bangku sekolah SD
kelas 1 atau SMP kelas 1 (7) dan SMPA kelas 1 (10), bisa
langsung terlihat dengan mudah.
Kalau saja apa yang saya utarakan di tulisan ini dilakukan oleh
pemerintah, maka tuduhan saya kalau pemerintah hanya
mengurusi kartu-kartu saja akan terbantahkan, karena dengan
dilakukannya segala usaha seperti tersebut diatas, maka
pemerintah bukan mengurusi kartu-kartu tetapi mengurusi
penduduknya, dalam hal sehat atau tidak sehat, dalam hal
bekerja atau menganggur, dalam hal membayar pajak atau tidak
membayar, dalam hal aman atau tidak aman, dst. Lihat
kenyataan yang ada, apa yang diurus oleh pemerintah: kartukartu atau warganya?
Pesan saya, jangan mengurusi kartu, tetapi uruslah warganegara
seperti seharusnya. Catatlah data-data yang terkait kehidupan
warga itu di satu pusat data bersama, bukan terpisah secara
kedaerahan. Buatlah sistem E-ktp yang benar-benar lingkup
nasional, gunakan data-data yang ada untuk keperluan setiap
lembaga itu. Sederhanakan proses kepemilikan kartu, tidak perlu
dirancang agar ada perpanjangan perpanjangan lagi. Seorang
rakyat telah menjadi WNI, dan dia tetap WNI selama hidupnya,
kecuali ada permintaan dari dia sendiri untuk berpindah
kewarganegaraan. Jadi buat apa kependudukan itu harus
diperpanjang, seakan akan setiap warga harus punya ijin
18

menetap di negeri sendiri hanya sebatas jangka waktu kartunya,


setelah itu harus diperpanjang.
Gunakan waktu yang ada untuk melakukan penambahan
data akibat pergerakan warga, apabila ada perubahan status
warga, ada penambahan status, untuk memperbaiki data-data
yang ada, jangan gunakan waktu untuk melakukan perpanjangan
masa berlaku KTP. WNI lahir di Indonesia, dianggap berhak atas
NIK (nomor induk kependudukan), dan nomor ini berlaku
seterusnya, sampai dia meninggal dunia atau berpindah
kewarganegaraan.
Uruslah
kondisi
warganegara
bukan
mengurusi perpanjangan kartu-kartu itu.
Di atas sudah dibahas keterkaitan data kependudukan dengan
beberapa lembaga terkait, seperti ketenagakerjaan, perpajakan,
pendidikan, dlsb. Dengan dasar database yang ada itu,
seharusnya pemerintah bisa menentukan fokus perbaikan,
perubahan kualitas hidup warganegara, meningkatkan kualitas
sumber daya manusia setiap warganegara.

Tulisan berikut ini terkait jaminan kesehatan


Semua warga memiliki hak yang sama dalam hal kesehatan,
tidak perlu ada 'KASTA' perbedaan kelas, ada kelas 3, kelas 2,
kelas 1, dan kelas excecutive seperti yang sedang berjalan saat
ini, dimana yang miskin mendapatkan kelas 3, bila ada yang
ingin masuk ke kelas yang lebih tinggi, harus membayar iuran
yang lebih besar, sementara para pejabat mendapatkan kelas
excecutive, juga masih memberikan kesempatan bagi pejabat dan
keluarganya melakukan perjalanan ke luar negeri untuk
mengejar perawatan di negeri asing dan semua biaya akan
ditanggung negara. Peraturan tentang pembiayaan pejabat tinggi
dan keluarganya mengambil perawatan kesehatan di luar negeri
atas tanggungan negara ini masih belum dicabut.
19

Kalaupun akan dibuatkan satu perbedaan kelas rawat inap bagi


warganegara, tentukan saja berdasarkan sumbangan setiap
warganegara selama ini dalam bentuk pajak penghasilan, tidak
perlu lagi warga membayar iuran keanggotaan kartu tertentu.
Kalau seseorang telah bekerja, maka mereka wajib membayar
pajak, dan mereka yang telah membantu negara dengan
membayar pajak, perlu diberi insentif.
Dasar perbedaan kelas rawat inap hanya berdasarkan
pembayaran pajak selama 12 bulan terakhir sebelum orang itu
masuk rawat inap di rumah sakit umum daerah/negara:
* barang siapa tidak pernah membayar pajak selama 12 bulan
terakhir sebelum orang ini masuk lembaga kesehatan,
mereka langsung mendapatkan kelas dasar
* barang siapa telah pernah membayar pajak minimal sekali
dalam 12 bulan terakhir, maka orang ini bisa mendapatkan
kelas menengah,
* barang siapa telah membayar pajak dengan nilai pajak
selama 12 bulan terakhir mencapai sekitar 12 kali besaran
nilai PTKP (penghasilan tidak kena pajak) pria menikah
dengan 3 anak, atau lebih besar dari itu, maka orang ini
berhak mendapatkan kelas atas.
E-KTP atau KTP nasional yang terkait dengan sistem perpajakan
akan mempermudah penentuan pemberian kelas rawat inap bagi
seorang warganegara. Mereka yang jelas telah memberikan
sumbangsih besar dalam bentuk pajak, mereka mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh kelas yang lebih baik. Bukan
karena seseorang telah berani membeli keanggotaan kelas atas,
membayar iuran untuk kelas atas, padahal orang ini belum tentu
telah membayar pajak, mungkin saja uang yang digunakan untuk
membeli keanggotaan kelas atas itu merupakan hasil korupsi.
Seseorang boleh saja terlihat kaya raya, tetapi begitu
20

masuk rawat inap bisa jadi dia hanya mendapatkan kelas dasar,
karena tidak pernah membayar pajak. Seorang buruh kecil,
seorang karyawan kelas bawah telah ikut membayar pajak, maka
bagi mereka diberikan kelas menengah, dan untuk para pemilik
perusahaan yang telah membayar pajak besar, mereka
mendapatkan prioritas kelas atas, yang belum tentu seorang
pejabat bisa masuk kelas itu, karena tidak membayar pajak
cukup besar.
Dengan KTP yang terintegrasi, dan tersambung dengan
lembaga kesehatan dimanapun, maka penentuan kelas yang
diberikan kepada seorang dapat langsung ditampilkan oleh
sistem penerimaan pasien rawat inap. Administrasi lembaga
kesehatan akan bisa dipantau langsung melalui sistem yang
tersambung secara online, petugas penerimaan pasien rawat inap
tidak bisa merubah kelas yang sudah ditentukan. Kalau orang
kaya harus masuk kelas dasar, maka begitulah adanya, seorang
buruh kelas bawah yang telah membayar pajak bisa masuk kelas
menengah, maka begitulah seharusnya. Ada sumbangsih maka
ada kelas, tidak ada sumbangsih maka sebatas kelas dasar.
Usulan saya diatas tentu berbeda dengan usaha/rencana lembaga
jaminan sosial yang sedang berjalan saat ini yang mengharuskan
warganegara
mendaftar
dan
membayar
iuran
untuk
mendapatkan kelas perawatan yang berbeda. Ada perbedaan
besar antara usulan saya diatas dengan rencana mereka:
1) dengan membedakan kelas bagi mereka yang membayar
pajak dan tidak membayar pajak merupakan satu insentif
bagi warga yang patuh dan rajin membayar pajak, rencana
lembaga tersebut, bagi mereka yang tidak bayar pajak tetapi
berani membayar iuran lebih tinggi jelas melecehkan
warganegara yang telah bekerja dengan baik dan patuh pajak,
karena kepemilikan uang banyak itu bisa saja diperoleh
dengan cara tidak halal, sementara mereka yang memperoleh
21

pendapatan halal pasti patuh membayar pajak


2) untuk semua warganegara tanpa pembayaran pajak diberikan
persamaan, perawatan kelas dasar, tanpa perlu menunggu
keputusan bahwa warga tersebut adalah orang miskin,
seorang fakir, karena terbentuknya seseorang menjadi fakir
miskin juga terkait dengan kebijakan dan kebijaksanaan
pemerintah negara selama ini, tidak mengurusi warganya
cuma mengurusi kartu-kartu saja. Rencana lembaga itu yang
mengadili seseorang sebagai fakir miskin dan hanya
mendapatkan kelas 3 merupakan kekejaman pemerintah
terhadap warganegara.

Lalu, ada yang bilang: Kita tidak punya uang untuk itu semua!.
Siapa bilang kita tidak punya uang untuk membayar semua biaya
itu!?
Belanda saja yang menjajah Indonesia karena rempah rempah,
mereka bisa membangun negerinya sehingga seperti sekarang.
Hanya berdagang rempah rempah saja sudah bisa begitu kaya,
mereka belum mengelola sumber daya alam yang lain. Kemudian
di masa Suharto, datanglah pengusaha pengusaha alien itu,
selama 40 tahun lebih telah menyedot sumber daya alam
Indonesia, dan hanya membayar Royalti 1% yang juga tidak
terbayarkan selama ini. Hanya dengan 1% yang tidak
terbayarkan, kita masih tetap bisa 'exist', Indonesia tetap bisa
menjalankan roda pemerintahan, nah bayangkan kalau kita
balik, kita yang mengambil 99% dan kepada para pengusaha alien
itu gantian hanya mendapatkan Royalti 1%. Kita bisa
mendapatkan dana yang sangat besar.
Gunakanlah semua resources (sumber daya) yang ada di negeri
ini untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, sesuai pasal 33
22

UUD'45, batalkan semua kontrak kerja yang telah dilakukan oleh


pemerintah selama ini, yang hanya mengharuskan para
pengusaha alien itu memberikan bangsa dan negara sekedar
ROYALTI yang besarnya cuma 1%, sudah selama 40 tahun lebih,
yang itupun tidak terbayarkan!
Sudah waktunya kita ambil alih semua pengelolaan
(penyedotan) segala sumber daya alam yang telah diberikan
kepada pengusaha alien itu. Sudah waktunya kita gunakan
segala sumber daya yang ada itu untuk kesejahteraan bangsa dan
negara Indonesia.
Segala sesuatu yang bisa sederhana perlu disederhanakan bukan
dibuat menjadi ruwet berliku liku ataupun simpang siur, yang
memang bisa murah harus tetap bernilai murah bukan
dipermainkan menjadi mahal ataupun menjadi murahan. Yang
bisa dirancang proses satu pintu jangan dibuat menjadi komplex
harus lewat beberapa pintu. Lagipula para PNS itu telah digaji
oleh negara, alias digaji menggunakan uang rakyat, mereka
adalah pelayan masyarakat bukan rakyat yang harus melayani
mereka!!! Para pejabat adalah pamong pelayan masyarakat bukan
aristokrat penguasa negara / daerah. Para ponggawa juga adalah
pelayan masyarakat, bukan penguasa keamanan!!!
Revolusi Mental harus dimulai dari para pejabat, para pamong,
para ponggawa agar mereka bekerja sepenuh hati demi
kesejahteraan bangsa dan negara, bukan demi kesejahteraan
mereka secara pribadi atau sekedar demi kepentingan kelompok
elite mereka!!!
Ingatlah, semua makanan, minuman, pakaian, kasur,
bantal guling, kendaraan, pakaian seragam, peralatan kerja,
peralatan perang, sepatu boot, senjata sampai butir-butir peluru
itu dibeli menggunakan uang rakyat, bukan milik pribadi mereka
sendiri, jadi bekerjalah demi rakyat bukan demi komisi dari
23

segala kegiatan mereka.


Jakarta, 6 Desember 2014

*
*
*

***
Data Anak-Anak PBB, UNICEF, mengatakan bahwa sekitar
1,2 juta anak-anak diperjual-belikan setiap tahun dengan
nilai sekitar 10 miliar dollar.
Dalam sebuah laporan berjudul Akhiri Exploitasi Anak,
badan PBB itu mengatakan bahwa jual-beli serupa itu
merupakan persoalan global dan mempengaruhi semua
negara.
Laporan itu mendapati bahwa sepertiga dari perdagangan
domestik dan internasional wanita dan anak-anak itu
berlangsung di Asia Tenggara.
Dikatakan, dalam masa tiga tahun terakhir terjadi
peningkatan 20 persen dalam jumlah pelacur di bawah umur
di Thailand, dan 15 persen dari gadis yang diperjual-belikan
dari Vietnam bagian selatan di bawah umur 15 tahun.
Di RRC, 250 ribu wanita dan anak-anak menjadi korban
perdagangan gelap manusia.
Kata laporan tadi, perdagangan tersebut tidak terbatas pada
perempuan.
Ribuan anak laki-laki semuda lima tahun diperdagangkan ke
Uni Emirat Arab dari Bangladesh, India dan Pakistan setiap
tahun untuk dipekerjakan sebagai joki-unta

Sumber:
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2003-07-30/satujuta-anak-diperjualbelikan-setiap-tahun/807082
***
24

Mobil Ambulance & Kesehatan Pemimpin


15 Juni 2009

Perawatan 3 Mantan Presiden


Saya membaca di Kompas, tentang perbedaan perawatan bagi 3
orang mantan presiden, dimana Sukarno dirawat oleh dokter
hewan, Gus Dur yang harus membayar sendiri biaya perawatan
kesehatannya, dan Suharto yang dirawat serba exclusif dengan
puluhan dokter ahli dan biayanya boleh ditagihkan ke negara.
Dari sinilah saya teringat akan pengamatan saya di waktu yang
lalu, saat si presiden atau wapres berkeliling kota dengan
rombongannya.

Mobil Ambulance Kepresidenan


Sekitar jam 9 pagi (sekitar tahun 2002) di jl. Matraman Raya,
polisi sibuk menghentikan kendaraan yang lewat, semua
kendaraan bermotor harus berhenti dan menepikan kendaraan
mereka. Dari kejauhan terdengar suara sirene meraung-raung
dari kendaraan pembuka jalan bagi kendaraan bernomor B2,
kendaraan Wakil Presiden. Beberapa kendaraan pengawal
berada di depan B2, beberapa kendaraan lagi berada di
belakangnya, dan yang terakhir ikut meluncur mobil ambulance
khusus berwarna hijau. MOBIL AMBULANCE!
Ternyata tidak hanya si Wapres yang keliling kota diiringi mobil
ambulance, si Presiden juga akan diikuti oleh mobil ambulance
kemanapun mereka meluncur . . . lucu sekali!?
Sebuah kenyataan yang pahit buat bangsa ini, sampai-sampai
25

presiden dan wakilnya harus diikuti dengan kendaraan


ambulance khusus untuk menjaga kesehatan kedua orang
terkemuka tersebut. Keikut-sertaan mobil ambulance sudah sejak
jaman presiden Suharto memerintah negara ini dan terus
berlanjut ke pemerintahan presiden berikutnya, baru saat bapak
SBY menjadi presiden mobil ambulance itu tidak kelihatan lagi,
paling tidak di Jakarta!, saya tidak tahu kalau presiden & wapres
sedang beranjang-sana ke daerah.
Ada 2 perkiraan saya untuk itu:
1) si presiden/wapres memang tidak cukup sehat, berpenyakitan
(parah tentunya) sehingga harus selalu diiringi mobil
ambulance kemanapun beliau-beliau itu berada
2) si presiden/wapres memang meragukan sistem pelayanan
kesehatan yang disediakan oleh pemerintahnya sendiri,
meragukan sistem pelayanan rumah-sakit yang ada,
meragukan kemampuan para dokter selain dokter yang
dibawanya sendiri berkeliling kota, atau mungkin takut kalau
terjadi salah perawatan sehingga perlu membawa mobil
ambulance khusus, dokter khusus, perawat khusus, peralatan
khusus dan obat-obatan khusus untuk dirinya.
Lucu sekali presiden-presiden yang lalu yang membawa keliling
mobil ambulancenya kemana-mana, karena memberikan
gambaran kalau si presiden itu berbadan tidak sehat alias
penyakitan dan sekaligus beliau-beliau itu tidak percaya kepada
sistem pelayanan kesehatan yang mereka persiapkan bagi
rakyatnya, yang begitu ambur-adul sehingga beliau-beliau itu
harus membawa ambulance, dokter, perawat, peralatan, dan
obat-obatan sendiri kemana-mana.
LUCU sekali, mereka tidak percaya kepada sistem yang
dipersiapkannya sendiri.
26

M o b i l A m b ul a n c e M a s a K i n i
Ternyata tidak hanya institusi kepresidenan saja yang
menyediakan kendaraan kesehatan khusus darurat, tetapi
banyak unit-unit departemen pemerintah Republik Indonesia
secara
terpisah-pisah
menyediakan
kendaraan-kendaraan
ambulance mereka sendiri.
Pernah saya melihat kendaraan ambulance sumbangan dari
Jepang yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari yang jelas
terlihat bukan untuk menangani masalah kesehatan khusus
darurat, mengangkut orang sakit, korban kecelakaan atau
keadaan lain, tetapi untuk kendaraan transportasi aparat,
karena jelas terlihat mereka yang mengendarai kendaraan itu
bukan petugas kesehatan! Baju dan tampang mereka jauh dari
tampang petugas kesehatan! Bahkan saya masih melihat
kendaraan ambulance puskesmas digunakan untuk antar jemput
pegawai.
Banyak klinik-klinik, yayasan-yayasan penyelenggara kesehatan
swasta yang memiliki kendaraan ambulance mereka sendiri, dan
setiap saat mereka dapat saja meminta perlakuan khusus dalam
perjalanan mereka, dengan lampu kelap-kelip dan sirene
meraung-raung mereka minta jalan agar bisa lewat dengan cepat
di kerumunan mobil-mobil yang menyesaki jalanan.
Rasanya tidak adil, melihat begitu banyak kendaraan yang dibuat
menjadi mobil ambulance tetapi sebenarnya tidak berfungsi
dengan baik dan benar, karena kendaraan itu sebenarnya sudah
mirip dengan kendaraan angkutan barang yang lain, kendaraan
pengangkut penumpang (umum), kendaraan pengangkut
furniture, pengangkut semen, pengangkut pasir, atau seperti taxi,
yang dapat dipergunakan dengan membayar sewa pemakaian
jasa. Tetapi cobalah kalau ada bencana atau kecelakaan besar,
27

apakah kendaraan itu akan dengan segera tersedia, siap


mengangkut para korban, mereka yang sakit, yang terluka . . .
belum tentu.
Jadi ternyata kebiasaan pemimpin-pemimpin yang tidak percaya
kepada sistem pelayanan kesehatannya sendiri itu terus
berlanjut sampai sekarang. SAMPAI KAPAN?
***
Artikel di atas ditulis di tahun 2009. Jadi pernyataan saya masih
berlaku saat itu.
Pemimpin yang sekarang sudah jauh lebih baik, dia tidak
membawa mobil ambulance, dia minum herbal setiap pagi, dia
mempersiapkan sistem kesehatan bagi rakyat.
Jakarta, 17 Desember 2014

28

B ua h T i d a k A k a n J a t uh J a uh D a r i P o h o n n y a
5 Desember 2014
Sebuah pepatah lama yang memberikan gambaran suatu keadaan
yang secara alamiah memang akan begitu adanya, buah yang
matang akan jatuh tidak jauh dari pohon induknya, kecil
kemungkinan buah itu jatuh terdampar sangat jauh dari pohon
induknya, kecuali ada satu hal yang luar biasa yang
menghasilkan satu keadaan yang berbeda dari seharusnya.
Demikian juga dengan jiwa manusia, secara alamiah akan
menyerupai jiwa-jiwa yang ada di sekitarnya, di rumah atau di
lingkungan kehidupan dia. Tidak akan jauh berbeda dari jiwajiwa induk yang membentuknya. Jiwa-jiwa induk yang sehat akan
menghasilkan jiwa anakan (turunan) yang juga sehat, dan yang
tidak sehat menghasilkan yang tidak sehat juga.
Jiwa (baru, anakan) tidak akan tumbuh sehat bila ia berada di
lingkungan yang tidak sehat. Jiwa yang berada di lingkungan
yang berisikan jiwa jiwa yang sudah tidak sehat selama ini, tidak
mungkin akan tumbuh menjadi jiwa sehat, jiwa itu tidak akan
jauh berbeda dengan jiwa jiwa yang ada disitu.
Bila seorang anak hidup di dalam keluarga petani, dia akan
tumbuh sebagai anak petani, bukan anak nelayan. Sebagai anak
petani, dia akan menyerap berbagai bentuk kearifan dalam
lingkungan pertanian itu, apa yang boleh, apa yang tidak, kapan
musim tanam, kapan menanam tanaman tertentu kapan
menanam yang lain. Dia mengadaptasi segala hal yang ada dalam
lingkungan kehidupan pertanian, berbagai ritual bercocok tanam,
ritual ritual sebelum menanam, selama perawatan saat panen
29

dan setelah panen, menyerap adat istiadat yang berlaku di


lingkungan itu. Jiwa petani akan langsung terserap oleh anakanak petani itu. Soal anak itu kemudian belajar sampai ke
perguruan tinggi, itu soal kemauan, tetapi jiwa anak itu tahu
bagaimana kehidupan petani yang selaras dengan alam, dan
keselarasan itu akan terus dia bawa bahkan bila dia berada di
benua lain sekalipun.
Lain halnya dengan anak-anak yang tumbuh di keluarga yang
tidak mengindahkan sopan santun, tidak ada kejujuran dari
orang tuanya, selalu berusaha mengedepankan kekuasaan,
kekerasan, keistimewaan, penuh perasaan sebagai penguasa,
pemilik segalanya, bisa sewenang wenang, maka anak-anak itu
akan juga menjadi seperti yang orang tua mereka percontohkan,
mereka akan 'semau gue', tidak mau mengalah, selalu
menyalahkan orang lain, selalu mengedepankan kekerasan, tidak
taat hukum, tidak patuh peraturan, tidak sopan kepada orang
lain ... dan itu akan dibawa oleh anak-anak itu sampai ke masa
dewasa, masa tua mereka, bahkan saat mereka pergi ke luar
negeri, hidup di negeri orang, mereka akan tetap seperti itu,
merasa sok kuasa, melanggar peraturan, dlsb.

J i w a A n a k K o r up t o r
Bagaimanapun seorang koruptor (penipu uang rakyat) berusaha
untuk tampil jujur di hadapan anak-anak mereka, tetap tidak
akan tampil seperti seharusnya, roman muka, gesture, kata kata
tetap tidak akan terlihat sebagai orang jujur yang asli, hanya
kemunafikan, kata hati yang tak tulus akan menghambat,
menghadang gerakan orang-orang itu untuk tampil apa adanya.
Tidak mungkin seorang pencuri bisa membohongi hatinya
sendiri, itu terlalu luar biasa kalau seorang koruptor bisa
berwajah tenang, adem, kalem, apa adanya, tanpa beban, santai
30

... tidak akan mungkin bisa, karena pertentangan antara baik


versus benar terus bergelora di hatinya, dan itu akan tampil
seperti orang gagap, dan kemunafikan itu akan terlihat oleh
anak-anak mereka, paling tidak akan ter-rasa-kan, akan diserap,
dan ke-gagap-an itu lama kelamaan menjadi karakter bersama
dalam keluarga mereka, yang akhirnya terlihat sebagai
keangkuhan, kesombongan, ketidakpedulian, ketidakacuhan,
sampai kekurangajaran ... apalagi kalau anak-anak mereka
kemudian tahu persis bahwa ongkos hidup mereka benar benar
bukan dari uang halal, tetapi uang dari hasil penipuan, menipu
masyarakat, mencuri kekayaan bangsa, merampok, strategi
Arisan-Bancakan kekayaan bangsa, dlsb ... anak-anak itu akan
patah semangat, berawal dari penolakan akan ketidakbenaran,
sedih akan ketidakmampuan diri (sang anak), galau karena tidak
bisa menolak kenyataan hidup dari uang haram.
Selanjutnya, ada 2 pilihan bagi sang anak: menolak dengan
frustasi atau menerima dengan kemunafikan.
* pada dasarnya setiap orang punya idealisme kejujuran, secara
alamiah seseorang akan menolak ketidakbenaran, jadi saat
awal mereka tahu akan ketidakbenaran yang muncul di
kehidupan mereka, mereka tidak mau menerima kenyataan
itu, mereka mencoba melarikan diri dari kenyataan itu,
menutup diri, minggat (jarang terjadi) dari rumah, mencari
pelarian ke dunia narkoba, pergaulan bebas, atau putus asa
dan berusaha bunuh diri,
* ada juga yang pada masa awal mereka menolak, tetapi
kemudian mengadaptasi keadaan itu, perlahan lahan
menikmati kenyataan itu, kembali menjalankan kehidupan
dalam ketidakbenaran, mulai menutupi ketidakbenaran itu
dengan gaya hidup mewah, menampilkan diri sebagai bordju
asli seakan akan kekayaan yang dimiliki adalah halal,
mencari lingkungan pergaulan dengan bordju maya yang lain,
31

bersama sama mencari pembenaran, bersekolah di sekolah


dengan aksen keagamaan yang kental agar terlihat agamais,
tampil sombong, dan berbagai kamuflase lainnya, dlsb.
Jiwa yang tak tenang, penuh kemunafikan akan mengarah
kepada kekerasan, cepat marah, emosi tinggi, ketidakpuasan,
penuh kecurigaan kepada orang lain, apalagi kalau sudah
dibarengi dengan asupan narkoba atau minuman keras, mereka
akan semakin jauh dari kebenaran.
Bayangkan, jiwa jiwa penuh kepalsuan itu saat membentuk
keluarga, mereka akan melahirkan generasi penuh kepalsuan
tingkat berikutnya. Penuh tipu tipu, penuh kemunafikan, dst.

32

P E R C O N T O H AN Y AN G . . .
10 Desember 2014
Kalau sejak kecil, anak-anak diberi contoh kebenaran, keadilan,
kesopan-santunan, penuh etika, sesuai adat budaya, sesuai
agama, maka anak-anak akan tumbuh serupa dengan apa yang
diperlihatkan, diperbuat, dipercontohkan oleh orang tua mereka.
Sungguh satu usaha yang tidak mudah bagi orang tua untuk
memberikan percontohan yang baik kepada anak-anak ...
KARENA, di masa sekarang ini, percontohan yang tidak baik itu
begitu mewabah dalam kehidupan kita, begitu kita keluar rumah,
berada di jalan, saat perpindahan anak-anak dari rumah ke
sekolah dimana mereka akan belajar taat hukum, patuh
peraturan, berdisiplin, menghormati guru dan orang lain, rajin,
baik, dst dst ... saat perpindahan itu, saat anak-anak berangkat
dari rumah ke sekolah, maka saat itulah yang paling kritis,
karena ada begitu banyak percontohan yang tidak baik, yang
tidak patut, yang tidak senonoh, yang tidak etis, yang tidak
sesuai agama, yang tidak sesuai hukum dan peraturan telah
menghadang mereka ... setiap hari, setiap detik, semua
percontohan buruk itu diperlihatkan oleh orang dari berbagai
kalangan, dari tukang ojek sampai pejabat tingkat atas sama
sama memberikan panutan yang tidak baik.
Orang tua sudah berusaha sebaik baiknya di rumah memberi
percontohan yang baik, para guru di sekolah juga sudah berusaha
sebaik baiknya di lingkungan sekolah memberi berbagai
pelajaran yang terbaik ... TETAPI setiap pagi dan petang saat
perpindahan dari rumah ke sekolah atau dari sekolah ke rumah,
anak-anak itu diberi pelajaran yang SANGAT bertolak belakang
dengan apa yang orang tua dan para guru berikan! Apakah anak33

anak lebih suka mengikuti percontohan yang benar, atau anakanak cenderung memilih percontohan yang tidak benar!?
Sudah jamak, bagi seorang manusia untuk lebih mudah
mencontoh sifat yang tidak benar daripada mengadaptasi
perilaku yang benar ... itu sudah dari 'sono'nya. Mau contoh!?
Lihat saja di jalanan, ada begitu banyak contoh contoh itu.
Lihatlah dari persepsi kebenaran, bukan dari persepsi bentukan
'alah bisa karena biasa', karena persepsi kebisaan yang sudah
menyerap ketidakbenaran yang dilakukan banyak orang sebagai
kebiasaan bersama yang sudah diaklamasi sebagai hal yang bisa
diterima bersama itu, tidak akan pernah melihat berbagai
ketidakbenaran di jalan itu sebagai hal hal yang tidak benar,
karena bisa saja orang itu sudah biasa ikut serta meramaikan
suasana ketidakbenaran, bersama sama melakukan pelanggaran,
ketidaktaatan, ketidakpatuhan, kekurang ajaran, dlsb.
Kalau lingkungan sudah seperti itu, penuh dengan jiwa jiwa yang
tidak sehat, bagaimana kita akan menumbuh kembangkan jiwa
sehat anak anak generasi penerus bangsa!?
Yang ada, mereka akan segera meniru percontohan yang
mereka serap di jalanan. Meski orang tua berusaha mengarahkan
anak-anak mereka kepada kebenaran pikiran, tapi percontohan
itu ada begitu masiv, begitu berkelanjutan, anak-anak sulit
menolak apa yang sudah dipercontohkan oleh begitu banyak
orang dewasa, mereka membentuk pemikiran bahwa apa yang
mereka lihat itu sudah benar, boleh dilakukan, begitu
menyenangkan daripada harus mengikuti arahan orang tua di
rumah ataupun ajaran guru di sekolah.

34

B a n ya k T U T O R J a l a n a n
Setiap orang dewasa yang berlaku tak benar di jalanan, secara
otomatis menjadi tutor bagi orang lain, bagi anak-anak generasi
penerus bangsa. Mereka tidak sadar saat melakukan pelanggaran
di jalan itu mereka memberi contoh buruk bagi orang lain, bagi
orang dewasa yang tak tahan godaan untuk ikut serta melakukan
pelanggaran dan tentu saja bagi anak-anak generasi penerus,
seakan-akan apa yang dilakukan itu adalah benar, seakan-akan
pelanggaran itu sebagai tindakan macho, agar terlihat (exist)
jantan, gagah, jagoan, penuh keberanian, padahal cuma sekedar
tindakan barbar, phytecanthropus erectus motoritus (manusia
purba berjalan tegak naik motor).
Perilaku melanggar peraturan yang dilakukan dengan acuh tak
acuh akan keadaan sekitarnya, tidak terlihat malu, sungkan,
tidak jengah, tidak punya rasa bersalah, bahkan tertawa tawa
seakan-akan berhasil mengakali keadaan, bahkan tidak jarang
mereka yang sedang melanggar ini akan memasang muka galak,
berteriak keras, menghardik orang lain yang sebenarnya berhak
di jalan itu dan sedang berada di jalur yang benar.
Sebaliknya, seseorang yang berusaha taat peraturan,
berhenti di depan garis putih tanda batas kendaraan menunggu
lampu traffic light merah, akan dilihat sebagai orang bodoh,
sebagai pengecut, sebagai sok jujur, sok baik, sok taat, dlsb. Tidak
jarang, mobil atau kendaraan yang berada di belakang akan
membunyikan klakson agar kita yang sedang mencoba taat itu
maju menerobos lampu merah. Jiwa-jiwa sudah terbalik balik,
yang kacau sudah terlihat begitu banyak, sebagai kelompok
mayoritas sedangkan jiwa yang masih baik berada sebagai
minoritas.
Sampai ada slogan yang ditempel di gedung KPK: Berani
Jujur, Hebat!!!. Seseorang dari kelompok minoritas yang berani
berbeda dengan kelompok mayoritas boleh dikatakan hebat,
35

karena memang tidak mudah menghadapi gerakan kelompok


mayoritas. Sungguh menyebalkan saat kita sedang menunggu
lampu merah di perempatan jalan, menunggu kesempatan untuk
bergerak, menunggu lampu hijau, sementara beberapa pengemudi
di belakang terlihat dan terasa begitu gahar (liar dan barbar)
membunyikan klakson, menyalakan lampu dan terdengar suara
mesin menggelegar saat sang pengemudi itu menginjak pedal gas
berulang-ulang, agar kita maju menerobos lampu merah. Butuh
kekuatan extra untuk tidak terpancing emosi menghadapi jiwajiwa yang sudah kacau itu. Jelas tidak mudah untuk bersikap
berbeda dari kelompok mayoritas, butuh keberanian, butuh jiwa
kuat dan mental baja. Hebat kan!?

Pengalaman Di Negeri Berjiwa Besar


Saya pernah tinggal 8 tahun di salah satu negara maju Eropa,
maju dalam banyak hal, dalam hal perindustrian, perdagangan,
ketenagakerjaan, kependudukan, sosial, ekonomi, politik, hukum
dlsb. Semua tertib berlalulintas, kendaraan pribadi menghormati
kendaraan umum, kendaraan umum berjalan tertib santai,
mereka mendapatkan privileges lebih daripada kendaraan
pribadi, tidak ada angkutan umum yang saling balap, saling
silang, semua berjalan tertib sesuai peraturan, mereka berhenti
di halte yang ditentukan, tidak pernah sekalipun menurunkan
penumpang di perempatan jalan, di jalur ke-2 atau ke-3, selalu
berhenti di lampu merah, menunggu sampai gilirannya tiba, tidak
pernah saya mengalami berkendaraan di perempatan saat
mendapat lampu hijau lalu dipotong angkutan umum yang
menerobos lampu merah, hampir tidak ada hal negatif, sulit
sekali menemukan hal negatif di jalanan, semua merasa malu
kalau melakukan kesalahan, dan akan ditegur oleh orang
banyak, masih bersukur kalau tidak dilaporkan ke polisi karena
ulah kita yang salah atau semau gue. Hampir tidak ada pagar
36

pembatas agar orang tidak menyeberang sembarangan, semua


tahu risikonya, semua akan mencari ruang yang sudah
disediakan untuk menyeberang, bisa zebra cross atau terowongan
underpass di bawah jalan. Coba saja sebagai orang asing
menyeberang sembarangan, bersukur kalau cuma dipelototin,
akan lebih memalukan kalau dikatakan sebagai barbar tak tahu
aturan, sebagai orang asing pendatang dari negeri tak beradab.
Saat naik kendaraan umum (angkutan umum), warga tertib
membeli karcis di mesin penjual tiket (vending ticket machine),
membayar sesuai jarak berdasarkan zona, begitu menyenangkan,
naik kendaraan umum apapun yang ada, pindah ke kendaraan
umum yang lain tanpa perlu membayar lagi, pindah lagi, pindah
lagi, sampai ke tujuan. Memang ada juga orang yang memang
tidak mau membayar, tapi itu satu pengecualian dari sekian
banyak penumpang.
Orang tua dan penderita cacat (invalid) mendapatkan
keistimewaan, mereka mendapat bangku khusus yang tidak
pernah ditempati oleh penumpang yang tidak masuk katagori itu,
dan saat bangku khusus itu sudah penuh, penumpang lain akan
dengan sigap memberikan bangkunya kepada orang tua atau
cacat. Coba saja untuk mengambil bangku khusus itu, rasakan
pelototan banyak orang, rasakan bagaimana para penumpang
akan memandang si 'tak tahu diri' itu sebagai orang kampungan,
tak berkelas, tak berpendidikan, barbar, dlsb. Jiwa jiwa sehat
akan segera memberi teguran dalam berbagai bentuk (cara)
kepada si jiwa tak sehat itu. Sungguh sebuah percontohan yang
sangat lumrah, mereka sudah 'alah bisa karena biasa', biasa
berjiwa sehat, maka setiap anak-anak akan mendapatkan
pelajaran kesehatan jiwa yang baik dalam keseharian mereka.
Bandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini ...
lihatlah sendiri.
37

Mari buka mata, buka hati, kita perhatikan apa yang terjadi di
jalanan ibukota. Apa yang warga lakukan di jalanan: makan di
jalan, minum di jalan, pesta di jalan, perayaan hari besar di jalan,
ritual agama di jalan, upacara kemerdekaan di jalan, bermain di
jalan, olahraga di jalan, berdagang di jalan, buka pasar di jalan,
pasar kaget malam hari di jalan, pipis di jalan, BAB di jalan,
berbagai kegiatan dicoba dilakukan di jalan, kalau perlu jalanan
diblokir oleh warga, bahkan anak-anak kecil sudah begitu berani
memasang berbagai benda di jalan sebagai barikade agar jalanan
bisa mereka pakai untuk bermain.
Begitu banyak kegiatan dilakukan di jalan, ada yang
pacaran di pinggir jalan gelap, berduaan duduk di motor yang
diparkir di pinggir jalan, ada juga yang pacaran di bibir jembatan
layang, duduk berduaan di atas motor, sudah ada yang mati
karena pacaran di pinggir jalan, duduk berduaan di dalam mobil
yang mesinnya dihidupkan, AC dipasang, mereka mati karena
gas buang knalpot kendaraan menyusup dari bawah, dan mereka
tidak membuka kaca jendela sedikitpun.
Coba lihat bagaimana warga membuang sampah
sembarangan di jalan, warga naik mobil sambil makan, dan
kertas atau plastik pembungkus dilempar keluar langsung ke
jalan, atau lihatlah di pintu masuk atau keluar tol, saat
pengemudi harus membayar karcis tol, begitu karcis diterima,
langsung diremet, digenggam, dirusak dan langsung dilepaskan di
jalan di depan petugas karcis tol itu, dan sebelum jendela ditutup,
si pengemudi tidak lupa melepaskan beberapa sampah keluar
jendela. Pembuang sampah di jalan itu bukan hanya orang-orang
kelas bawah yang tidak berpendidikan, yang tidak punya uang,
tapi juga dilakukan oleh orang berpendidikan, orang mampu
bahkan ada yang kelas atas, celebritis, toh tidak malu malu
membuang sampah di jalan. Lihat saja, mereka mampu membeli
mobil, bahkan pengendara dan penumpang mobil kelas milliaran
38

juga melakukannya.
Apa yang terjadi di jalan itu, jangan dianggap enteng, jangan
dianggap tidak bermasalah, semua yang terjadi di jalanan itu
mencerminkan budaya bangsa, budaya negara ini. Apa terjadi di
jalan itu menjadi pattern kejiwaan anak-anak generasi penerus
bangsa. Apa yang kita lihat sehari hari di jalan, maka
demikianlah bentuk kejiwaan generasi penerus bangsa di masa
depan.
Apakah kita akan biarkan saja kekacauan ini terus berlanjut,
menjadi bahan percontohan bagi generasi penerus bangsa
negara?
Silahkan baca artikel Yang di DEPAN menjadi PANUTAN di
buku dengan judul yang sama, buku pertama dari seri Menuju
Revolusi Mental, sebuah rangkaian pengamatan saya selama
bertahun tahun hidup di ibukota Indonesia, semua orang begitu
antusias untuk menjadi pengajar pengajar kegiatan Exskul (extra
kurikuler) bagi anak-anak generasi penerus bangsa.
Jiwa-jiwa yang sudah salah settingan (seperti gadget) terus
dibiarkan merajalela di jalanan. Pemimpin bangsa seakan akan
tak tampak ada, tidak terlihat adanya keinginan dari para
pemimpin bangsa untuk melakukan perubahan, semua sudah
'kadung' keasikan dengan nucleus nucleus (lingkaran lingkaran)
kehidupan masing masing yang penuh hura hura tanpa
kepedulian sosial sama sekali.
Kadung = terlanjur, kasep
Buat orang awam, berbagai kejadian di jalanan itu tidak mereka
anggap aneh, mereka sudah terbiasa, karena sudah sering
39

melihat berbagai kejadian itu sehingga terbiasa dan tidak perlu


dianggap salah, atau malah sudah sering menjadi aktor aktor
pelaku kehidupan jalanan, sering melakukan segala sesuatu yang
salah, dan segala hal negatif di jalanan itu tidak perlu dianggap
salah lagi. Toh semua orang sudah secara aklamasi menganggap
hal itu adalah benar, boleh dilakukan, dan tidak perlu punya rasa
malu lagi.
Tresno jalaran soko kulino, Alah bisa karena biasa, sudah
menjadi kebiasaan banyak orang, demikianlah adanya.

40

Pembiaran atau Dibiarkan Terjadi


13 Desember 2014
Manusia punya rasa, punya keinginan, punya emosi, punya nafsu,
punya banyak hal yang tidak bisa dibatasi, kecuali oleh etika,
agama, adat-budaya, kesopanan, kesantunan, peraturan, dan
hukum. Tetapi lihatlah tingkah laku warga saat mereka berada
di jalanan, seakan akan mereka tidak punya batasan itu, mereka
berbuat semau mau mereka, terlihat kacau, banyak yang seruduk
sana seruduk sini, ada yang menyeberang semaunya, ada yang
menerobos lampu merah, ada yang masuk ke jalur khusus, dlsb.
Contoh contoh untuk itu bisa kita temukan setiap saat di jalanan.
Ada banyak contoh tingkah laku dari jiwa-jiwa yang sudah kacau
balau!
Apakah pemerintah tidak tahu akan jiwa jiwa yang sudah kacau
balau itu?
Atau sebenarnya mereka tahu dan sadar adanya kekacauan itu?
Lihat saja di jalan, ada berbagai pertanda (signal) kalau
sebenarnya pemerintah tahu dan sadar akan kekacauan itu,
tetapi mereka tidak bisa atau tidak mau memperbaikinya,
mereka hanya mencari berbagai jalan pintas agar kekacauan jiwa
masyarakat itu bisa diarahkan, agar tidak terjadi kecelakaan,
agar korban kesembronoan masyarakat bisa dikurangi, bisa
ditekan. Pasang saja barikade disana sini, pasang pagar besi
tinggi dan rapat, bentuk ruang ruang yang tidak boleh dimasuki
oleh orang yang tak membayar sedemikian rupa, pasang pagar
beton agar kendaraan tidak melompat masuk, dan berbagai
41

barikade lainnya.
Lihatlah di jalan Matraman Raya, di tengah taman dipasang
pagar pembatas agar masyarakat tidak menyeberang di
sembarang tempat, dipasang pagar besi setinggi 2 meter, dengan
teralis besi yang rapat agar orang tidak bisa menerobos di antara
pagar besi itu. Di badan jalan, dipasang pagar setinggi 40 cm
tertanam di jalan di sisi kiri jalur bus TransJakarta, agar
kendaraan lain tidak menerobos masuk ke jalur itu. Sebelumnya
sudah dipasang beton pembatas setinggi 15-20 cm, tetapi beton
pembatas itu tidak berfungsi sepenuhnya sebagai pemisah antara
jalur khusus dan jalur umum, berbagai kendaraan apalagi
angkutan umum yang besar tetap bisa melindas pembatas itu
dengan leluasa, beralih ke jalur bus khusus yang kosong dan
kembali berpindah lagi di lokasi lain.
Di banyak lokasi, di awal jalur khusus, dipasang gerbang
(palang) besi yang dijaga petugas, agar kendaraan tidak
menerobos masuk ke jalur khusus itu. Di setiap ujung jalur
khusus dipasang rambu yang menyatakan larangan bagi
kendaraan lain masuk ke jalur khusus itu. Rambu rambu atau
palang besi itu tidak diindahkan banyak pengemudi, mereka
terus menerus mencoba masuk ke jalur khusus meski palang besi
itu dijaga petugas. Lain waktu terlihat ada pengemudi yang
terlihat seperti oknum anggota memaksa masuk ke jalur khusus
itu, dan pernah terjadi ada oknum menunjukkan sepucuk senjata
kepada petugas agar gerbang dibuka, dia ingin lewat jalur itu.
Sang petugas yang cuma pekerja kelas bawah tidak berani
menolak, terpaksa membuka palang besi, lewatlah sang oknum
bersama puluhan kendaraan dibelakangnya yang menempel rapat
di belakang kendaraan sang oknum, si petugas tidak bisa
memasang palang besi sementara waktu.
Lihatlah, saat Anda akan naik bus khusus itu, Anda harus
42

melewati jalur yang dirancang sedemikian rupa, bahkan terlihat


seperti kandang panjang karena sepanjang jalur itu dipasang besi
(teralis) sedemikian rapat, terlihat dari jauh seperti kandang
Dinosaurus di Jurasic Park, agar binatang purba itu tidak bisa
keluar dari ruang yang diperuntukkan bagi mereka atau agar
jangan sampai ada binatang liar melompat masuk ke ruang itu.
Anda tentu tidak sadar, tidak menyadari kekacauan yang ada di
jalanan, karena sudah terbiasa dengan keadaan itu, tidak
terpikirkan lagi, kenapa dan mengapa Anda harus lewat di
ruangan yang dibentuk seperti kandang besi, sudah tidak
dipertanyakan lagi. Sederhana saja, pagar besi itu dipasang agar
orang tidak bisa melompat masuk ke dalam jalur itu dan juga
sebaliknya. Lihatlah di jalur panjang seperti di halte Bendungan
Hilir yang menuju ke halte Gatot Subroto / Komdak. Terlihat
seperti kandang Dinosaurus atau seperti penjara. Hal yang sama
juga terlihat di banyak jalur (jembatan) menuju ke halte bus
khusus itu, juga tampilan halte itu tidak berbeda banyak.

Kenapa rancangan itu sampai begitu brutal?


Pengelola angkutan khusus itu tidak ingin ada orang yang
melompat masuk ke jalur yang mengarah ke halte bus khusus itu,
mereka tidak ingin kecolongan. Lihat pagar tinggi dan rapat yang
membatasi jalan Matraman Raya dan beton pembatas yang rapat
dan tinggi, agar orang tidak bisa menyeberang, tidak bisa
menerobos pagar teralis itu.
Rancangan itu sudah menggambarkan bagaimana kondisi
masyarakat Jakarta, bagaimana pandangan mereka (pemerintah
ataupun perusahaan pengelola) terhadap masyarakat. Mereka
anggap sebagai jiwa-jiwa yang tidak bisa diatur, tidak tahu
aturan, pasti punya niatan ingin naik gratis dengan melompat
43

masuk ke jalur itu, atau ingin menyeberang dimana saja, atau


anggapan bahwa para pengemudi memang sudah tidak punya
sopan santun, setiap saat akan mencoba masuk ke jalur khusus
melompati beton pembatas yang rendah itu.
Begitu parahkah jiwa-jiwa masyarakat Jakarta saat ini!?
Begitu parahnya sampai pemerintah harus memasang barikade
yang begitu kasar, begitu tinggi, begitu rapat agar orang tidak
bisa menerobos, tidak masuk ke jalur khusus, tidak naik bus jalur
khusus itu dengan gratis!?
Banyak orang tidak menyadari keadaan ini, karena sudah
terbiasa, sudah tresno jalaran soko kulino, alah bisa karena
biasa, persepsi setiap warga sudah terbentuk sedemikian rupa,
sudah nyaman dengan keadaan itu, mereka tidak melihat hal itu
sebagai ketidakbenaran, atau sebagai kekurang ajaran warga
tertentu, atau sebagai kekurang mampuan pemerintah dalam
menertibkan masyarakatnya yang membiarkan perilaku itu dan
hanya mampu memasang barikade.
Apakah larangan itu sudah tidak bisa lagi disampaikan kepada
warga dalam bentuk ucapan, dalam bentuk himbauan, tetapi
langsung saja buat tembok atau semacam pagar Jurasic Park
agar warga tidak bisa menerobos ruang tertentu. Solusi
sederhana tapi begitu kasar.
Lalu, apakah kekacayan itu akan dibiarkan saja sedemikian
rupa, perilaku itu sudah tidak bisa dirubah lagi?
Sebagai mahluk yang paling tinggi derajadnya ternyata tetap
diperlakukan seperti Dinosaurus di Jurasic Park, apakah karena
jiwa mereka sudah tidak bisa diperbaiki lagi, benarkah
44

demikian!?
Coba kita bayangkan, warga yang sudah terbiasa berlaku semau
maunya itu, yang biasa dijaga dengan barikade agar tidak
melewati batasan yang seharusnya, bagaimana saat warga ini
berada di lingkungan yang masyarakatnya tertib berdisiplin,
apakah mereka akan ikut berdisiplin atau berlaku seperti
biasanya. Liar semau maunya sendiri!?
Coba kita terapkan kondisi kekacauan ini ke bidang lain, seperti
di berbagai modus angkutan. Kapal boat yang hanya diijinkan
memuat 100 penumpang diisi sampai 300 penumpang. Truk yang
hanya boleh sekian ton, diisi berkali lipat, atau barang barang
ditumpuk diatas truk menjulang begitu tinggi. Lihat saja
kendaraan roda dua yang diberi beban sampai hampir sebesar
mobil sedan, memang tidak berat tetapi begitu besar. Lihatlah bis
patas di pagi hari, penumpang penuh sesak di dalam kendaraan
dan banyak pelajar bergelantungan di pintu bis, menyabung
nyawa agar tidak perlu membayar ongkos bis. Lihatlah bajaj yang
diisi penuh dengan barang didalam bajaj dan di atas bajaj, masih
ada yang diikat dibelakang, penumpang dan pengemudi bisa
bertiga di bagian depan.
Apakah hanya sekedar gejala, hanya dilakukan sebagian orang
saja, atau memang ada begitu banyak yang mengacau?
Atau memang sudah merupakan penyakit bersama, penyakit
mental warga?
Lihatlah saat bencana melanda suatu daerah, menimpa
sekelompok warga. Pemerintah dan berbagai lembaga
menyiapkan bantuan, mereka membangun berbagai posko, pos
bantuan makanan kering, pos bantuan makanan siap saji (nasi
45

bungkus), pos kesehatan, pos pembagian baju, pos pembagian


peralatan tidur bagi korban, dslb. Tapi coba perhatikan, yang ikut
antri itu tidak hanya para koban dari daerah itu, ada yang
datang dari tempat lain yang sama sekali tidak terkena bencana,
mereka datang dan ikut mengambil berbagai barang yang
dibagikan, atau lihatlah di pos kesehatan, semua memakai aji
mumpung, mumpung ada pemeriksaan kesehatan gratis, diberi
obat gratis, maka berbagai penyakit diungkapkan oleh para
peserta (bukan hanya korban!), mereka juga minta pengobatan
perawatan untuk kondisi kesehatan yang tidak terkait dengan
kondisi bencana saat itu.
Lihatlah pada saat terjadi kecelakaan di jalan, semua berusaha
berhenti untuk melihat apa yang terjadi, orang-orang
berkerumun di sekitar kejadian, mereka berbicara satu sama
lainnya, dan yang belakangan terjadi, banyak orang
menggunakan kamera HP memotret kejadian itu lalu berbagi
cerita di media sosial. Mereka tidak sadar, saat berkerumun itu
mereka telah membuat macet jalanan, paling tidak mereka telah
memenuhi jalan dan memperlambat laju kendaraannya sampai
hampir berhenti hanya untuk melihat apa yang terjadi. Sebagian
orang memang berusaha menolong, sebagian lagi ada yang
menolong membersihkan barang barang sang korban, aji
mumpung lagi.
Contoh lain, ada zebra cross yang dilengkapi dengan lampu, toh
tetap dijaga petugas. Saat warga akan menyeberang, mereka bisa
memencet tombol di tiang lampu traffic light khusus. Begitu
lampu hijau bagi penyeberang menyala, mereka tetap tidak bisa
leluasa menyeberang, karena pengendara tidak peduli dengan
lampu itu. Terakhir, saya melihat ada 1 atau 2 petugas keamanan
swasta yang berdiri disisi zebra cross, mereka mengacungkan
tongkat berlampu merah, memberi tanda agar kendaraan
46

berhenti saat lampu hijau bagi penyeberang menyala. Kalau tidak


ada petugas disitu, kendaraan akan terus menerobos lampu
merah, mereka tidak peduli kepada pejalan kaki yang akan
menyeberang. Mobil terus melaju, dan motor pun berlari kencang
diantara mobil mobil. Pengendara tidak peduli sama sekali akan
rambu penyeberang jalan, tidak peduli dengan keselamatan para
pejalan kaki. Peduli amat, kenal juga tidak!?
Lihatlah di dekat stasiun Manggarai, ada begitu banyak warga
menguasai jalan untuk berdagang, mereka taruh meja dagangan
mereka, mereka gelar dagangan mereka di badan jalan, di pagar
taman di tengah jalan dijadikan tempat menggantung pakaian,
menjemur pakaian mereka, lalu ada kambing kambing yang
dibiarkan berkeliaran mencari makan, dan hampir setiap malam
minggu anak anak akan memblokade jalan itu untuk mereka
gunakan sebagai tempat bermain, dan begitu sering warga
menutup jalan untuk mereka jadikan tempat pesta dengan
memasang tarub besar dan panjang. Dan itu terus berlangsung
setiap waktu!? Terus dibiarkan!?
Setelah membaca tulisan ini, mungkin ada yang berpikir, saya,
penulis yang terlalu pesimis, terlalu gila ... gila sendirian, atau
memang sudah benar apa yang saya paparkan dalam tulisan ini:
kekacauan jiwa-jiwa warga.

Jelas perlu revolusi mental (jiwa)!


Mungkin termasuk saya juga?
Dan yang paling pertama harus mengalami revolusi mental,
mungkin para penyelenggara negara ini lebih dulu, para pamong,
para ponggawa, para "OKNUM", oknum anggota, oknum wakil
rakyat, oknum pejabat, dan berbagai oknum lainnya. Semua
47

harus belajar lagi dari dasar bagaimana memandang segala


sesuatu bukan dari sudut pribadi demi keuntungan diri sendiri
atau kelompok tetapi demi kepentingan bangsa dan negara.
Janganlah membiarkan kekacauan ini terus terjadi. Marilah kita
sadar bersama . . . demi masa depan bangsa dan negara
Indonesia.

Berdasarkan berita di radio malam ini, 19 Desember 2014, pada


saat bencana longsor di di dusun Jemblung, Karangkobar,
Kabupaten Banjarnegara, Jateng, warga yang sedang melihat
bencana malah menjadi korban longsor yang kedua.

48

Mens Sana In Corpore Sano (2)

Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Gue pilih
tubuh (fisik) dulu!
Pertama jelas FISIK dulu, tapi bukan dalam arti face (muka)
tetapi postur tubuhnya. Face bisa 9 (sorry) tetapi kalau postur
tubuhnya cuma 6 yang ini sih jelek.
Kalau kita lihat dari sekelompok wece-wece, lihat dulu postur
tubuhnya, terutama bagian kaki, dari paha ke bawah. Lihat
apakah cukup atletis atau kekar (spt pemain bola!) atau gemuk
en gombyor atau kurus.
Kalau gue pilih yang atletis. Baru lihat facenya, cukup? atau
malah lebih dari cukup?
Gue pilih yang badan atletis dengan nilai 8 dan face cukup 7.
Kaki yang atletis dapat menggambarkan apakah seseorang itu
memiliki kehidupan yang baik, banyak bergerak, banyak
berolahraga, aktiv, mengerjakan sendiri banyak pekerjaan yang
bisa dikerjakan tanpa menyuruh orang lain, makan yang sehat
dan cukup baik. Kaki yang gemuk bisa berarti kebalikan, kurang
gerak, cuma mau nyuruh doang, makan makanan tidak sehat,
makan makanan mahal tetapi belum tentu baik!
Pakaian yang bagus, face yang 8 atau 9 tetapi badan tidak cukup
olahraga menggambarkan orang kaya yang manja, paling buat
pergi ke pesta, yang ini sih susah buat diajak hidup bersama
dijaman krismon seperti sekarang.
49

Jadi kuncinya yaitu: fisik yang sehat, atletis, aktive, baru lihat
kepribadiannya, kalau imbang GO-ON.
Sebetulnya kalau orang cukup pintar atau berpengalaman, dari
wajah juga bisa dilihat apakah seseorang itu cukup bahagia
dalam hidupnya, atau penuh kemanjaan, atau penuh penderitaan.
Belum tentu kaya memberikan kebahagiaan dan keindahan,
tetapi malah sebaliknya. Dan yang hidup sederhana dapat
menjadi pribadi yang menyenangkan karena kehidupannya yang
imbang.
Buat apa face 9 tetapi penuh kemunafikan, mending yang 7
dengan kesederhanaan dan kekuatan untuk hidup dalam alam
krismon!
Buat yang mau menikah en punya anak, tentu perlu
mempertimbangkan perbandingan pinggang en pinggul, demi
kemudahan saat melahirkan!!!
Dikirim pada 9 April 1999

***
Tulisan diatas adalah cara berpikir seorang pria saat mencari
seorang pacar. Hanya sekedar intermeso saja. Karena nyata
sekali, tubuh (fisik) yang bagus belum tentu berjiwa yang bagus.
Ada seorang teman pernah bilang, dia ingin wanita KUTILANG,
kurus tinggi langsing, yang lain punya pilihan lain pula. Itulah
pilihan pria berdasarkan impian.
Bagi orang Jawa, ada ketentuan 'Bibit, Bebet, Bobot' dalam
50

memilih pasangan.
Bibit: Asal usul seseorang, keturunan siapa?
Bebet: Pakaian, kain yang dipakai alias status kehidupan
seseorang.
Bobot: Kualitas pribadi, pendidikan, kemampuan diri, alias
mentalitas dan kejiwaan seseorang.
Jakarta, 17 Desember 2014

51

Tidak Bebas Korupsi di Swasta


10 Juni 2009
Menurut pengalaman saya sebagai konsultan teknologi informasi,
ada banyak sekali tindakan kegiatan korupsi di perusahaan
swasta. Dimulai dari ketidak-jujuran dalam pembuatan laporan
pajak, usaha-usaha membuat banyak transaksi akuntansi
menjadi sedemikian samar, tidak teratur, tidak jelas, tidak bisa
ditrace-balik, pencurian kecil-kecilan berbagai asset perusahaan .
. . sampai menutupi biaya-biaya entertainment aparatur agar
tidak terlihat sebagai aksi suap-menyuap aparat.
Biaya suap-menyuap ada, tetapi tidak boleh terlihat sebagai
suatu pembayaran uang suap. Transaksi itu jelas tidak bisa
masuk di sistem akuntansi, karena pasti tidak ada bukti tandaterima. Jangankan dengan lembaga tinggi negara (tingkat
departemen), dengan lembaga administrasi daerah tingkat bawah
pasti ada saja biaya-biaya yang tidak diberikan bukti tandaterima, kadang disebut sebagai uang 'sedekah', uang partisipasi,
tidak dipaksakan tetapi harus.
Ada juga transaksi pembiayaan yang diatur sedemikian rupa oleh
karyawan perusahaan swasta bekerja-sama dengan oknum
aparatur lembaga administrasi tertentu yang diatur sedemikian
rupa sehingga sulit diperiksa/dibuktikan. Kerjasama yang kadang
tidak hanya 2 pihak tetapi bisa tripartit, 3 pihak. Petugas
pengusaha jasa dengan petugas penerima jasa dan oknum
lembaga terkait. Misal, pengusaha jasa meminjamkan peralatan
yang dipakai pemakai jasa dan peralatan itu akan diletakkan di
kantor si oknum lembaga terkait. Padahal ditaruh disana
seminggu, tetapi dibuatkan tagihan 2 minggu. Jadi seakan-akan
52

tagihan itu resmi padahal aspal.

Perusahaan Penjual Barang Elektronik/Hiburan


Ada satu kejadian saya memasang sistem pemakaian alat kantor
sampai sistem pemesanan barang ke supplier, di satu perusahaan
yang direkturnya saya kenal baik. Setelah sistem dipasang,
ketahuan deh berapa jumlah kalkulator yang 'dimakan' setiap
pegawai perusahaan atau berapa jumlah barang lainnya yang
ditelan suatu bagian/departemen. Dalam jumlah yang tidak
wajar. Sebelumnya petugas bagian umum tidak bisa melakukan
pemeriksaan berapa barang yang sudah diambil seorang petugas
atau suatu bagian, karena petugas bagian umum itu sudah sibuk
dengan pekerjaan rutinnya setiap hari. Apakah pimpinan bagian
umum senang akan keterbukaan penggunaan barang/alat tulis
kantor itu? Ternyata tidak juga, karena dengan terpantaunya
jumlah barang yang 'dimakan' seorang pegawai atau suatu
bagian/departemen, maka permintaan yang berlebihan itu
menumbuhkan ketidak-nyamanan banyak pihak, lagipula dengan
berkurangnya
kemungkinan
pemesanan
barang
berarti
mengecilnya uang komisi yang bisa diterima bagian umum dari
penjual barang/alat tulis kantor. Mutual-simbiosis. Kena satu
yang lain kena juga. Untung yang satu yang rugi juga. Maka
dengan alasan-alasan yang dibuat-buat diajukan kepada atasan
agar sistem itu tidak dipakai.

Perusahaan Penjual Alat-Alat Komunikasi Data


Kejadian lain, di tahun 1990, saya memasang sistem gudang
(keluar masuk barang) di perusahaan distributor alat-alat
telekomunikasi. Begitu program terpasang, data-data yang
selama ini merupakan lembaran-lembaran serah-terima barang
itu di-entry kedalam program. Ternyata terdapat sejumlah
53

barang yang nilainya hampir 2 milyar rupiah (tahun 1990!).


Barang-barang yang nyangkut di berbagai posisi.
*

Ada yang dipinjamkan ke pelanggan dalam bentuk promosi,


kalau suka boleh bayar belakangan ternyata dipakai selama
beberapa tahun tanpa membayar karena tidak pernah
dibuatkan tagihan untuk itu atau ditarik,
ada yang dibawa bagian pemasaran, dipinjamkan sebagai
barang promosi, tidak dikembalikan, tidak diproses lebih
lanjut, tidak diketahui berapa yang sudah dibawa si bagian
pemasaran,
ada yang ditukar-pinjamkan karena barang milik pelanggan
rusak, sedang diperbaiki, setelah itu barang yang rusak entah
kemana, yang dipinjamkan tidak kembali,
dan banyak kemungkinan lain.

Setelah program dipasang, barang-barang keluar masuk bisa


diawasi. Tetapi nasib barang-barang yang sudah keluar gudang
dan tidak jadi uang itu tidak saya ketahui lebih lanjut. Sebagian
yang dipinjamkan ke bagian pemasaran masih bisa diselamatkan,
tetapi yang sudah bertahun-tahun di tangan calon pelanggan
atau pelanggan lama, tentu tidak mudah untuk ditagih. Mungkin
sebagian diputihkan. Setelah itu memang proses keluar-masuk
barang dapat dilakukan dengan disiplin. Unsur sengaja dan tidak
sengaja disini memang tidak jelas, samar-samar, sengaja ataukah
tidak.
Di kejadian di atas, beberapa petugas di bagian-bagian yang
mengambil barang dari gudang jelas memiliki kesengajaan
mengambil barang dengan mengambil keuntungan secara tidak
langsung. Pelanggan diberikan 3 barang mungkin hanya harus
membayar 1 barang.
54

Perusahaan yang sama kemudian minta satu sistem yang


terintegrasi dari depan sampai ke ujung paling belakang, dari:
* sistem penerimaan pesanan pelanggan,
* pesanan disetujui menjadi job-order,
* job-order difollow bagian gudang,
* bagian gudang mengumpulkan barang-barang, memberikan
tanda ok,
* bagian tehnik, quality-controll mengambil barang di bagian
gudang, memeriksa spek dan kualitas, memberikan tanda ok,
* bagian pengiriman menyiapkan pengiriman, membuat faktur
pengiriman, mengirim barang, menerima tanda terima dari
pelanggan, memberikan tanda ok,
* bagian penagihan membuatkan invoice, mengirimkan invoice,
* bagian keuangan menerima tagihan,
* bagian akuntansi langsung menerima data dari sistem,
* bagian keuangan membuat perhitungan insentif setiap
petugas pemasaran berdasarkan prestasi penjualan masingmasing.
Semua urutan langkah kerja dari satu bagian ke bagian lainnya
telah berjalan begitu rapi, hampir paperless, kecuali beberapa
surat tanda-terima fisik dari bagian gudang, faktur pengiriman,
dan invoice.
Ternyata setelah sistem dijalankan, beberapa orang managemen
tengah tidak suka, karena sistem itu membatasi kemungkinan
bermain nilai didalam transaksi-transaksi itu, karena nilai-nilai
entertainment yang sebenarnya sudah disiapkan 3 alokasi: diskon
resmi 1, diskon resmi 2 dan diskon 3 (setengah resmi) tetap tidak
mencukupi. Besaran entertainment bagi petugas-petugas di
kantor pelanggan tidak bisa dicakup dalam 3 alokasi diskon itu.
BAHAYA! Bahaya bagi si petugas di perusahaan itu dan
berbahaya bagi petugas di kantor pelanggan. Maka atas dasar
pertimbangan matang di-antara mereka, maka sistem diputus,
55

hanya digunakan untuk membuat invoice saja tanpa masuk ke


bagian akuntansi. Hanya satu sub-sistem yang dipakai, yang lain
dibebas-tugaskan.
Nyata sekali kalau ada unsur kesengajaan untuk mensamarkan
transaksi-transaksi keuangan agar kepentingan banyak orang di
perusahaan itu ataupun perusahaan-perusahaan pelanggan dapat
dipertahankan. Unsur korupsinya sebenarnya bukan hanya di
dalam perusahaan itu saja, tetapi juga di perusahaan pelanggan
dan dalam perhitungan pajaknya. Apa boleh buat, saya sudah
dibayar untuk keseluruhan sistem, tetapi mereka hanya
menggunakan 1 sub-sistem saja.
***
Tulisan diatas dibuat pada 10 Juni 2009, tulisan di bawah
dilengkapi pada 5 November 2014
***

Perusahaan Penyedia Jasa Pengiriman Barang


Di perusahaan ini saya mendapat job membuat sistem terpadu
Management Jasa Penggunaan Container. Untuk waktu itu
nilainya sudah lumayan besar, sekitar 612 jam kerja X Rp50.000
per jam kerja atau sekitar 30juta rupiah.
Program bisa memberikan informasi dimana suatu
container (20 feet atau 40 feet) itu berada, bisa di pelabuhan luar
negeri, di kapal dalam perjalanan, di pelabuhan, di terminal
container, di perjalanan menuju pelanggan, di pelanggan, di depo
container, dst. Program ini langsung bisa menghitung nilai-nilai
biaya yang harus dibayar pelanggan, berdasarkan posisi (lokasi)
container itu berada, nilai jaminan dan nilai biaya penggunaan
container bisa langsung dihitung secara otomatis berdasarkan
perbedaan lokasi container itu berada.
Misal saja, suatu kapal berisi container bernomor tertentu
56

tiba di pelabuhan, muncul biaya pemindahan untuk container


nomor nomor tertentu itu dari kapal ke terminal, saat itu bisa
diketahui container tertentu itu berada di terminal, data tanggal
container tertentu berada di terminal langsung tercatat,
pelanggan sudah bisa membayar jaminan pengeluaran dan
penggunaan (peminjaman) container untuk jangka waktu
tertentu yang harus dibayar agar container bisa dikeluarkan dari
pelabuhan, berikut nilai penggunaan container alias sewa selama
perjalanan dari terminal ke lokasi pelanggan. Ada data-data
THC, DC (demurage) dan bermacam biaya lainnya muncul dalam
kegiatan itu.
Biaya selama di terminal jelas bisa langsung dihitung yaitu data
tanggal kapal tiba di pelabuhan, data container itu masuk
terminal, kemudian muncul data tanggal container itu
meninggalkan terminal (dalam perjalanan ke pelanggan),
kemudian data tanggal container tiba di pelanggan, data tanggal
container itu bergerak menuju depo, dst.
Data tanggal masuk terminal dan data tanggal
meninggalkan terminal menjadi data waktu lamanya container
itu berada di terminal, disitulah muncul biaya-biaya THC, DC
dlsb itu. Berapa lama sebuah container berada di terminal
langsung bisa terlihat, berapa besaran biaya yang harus dibayar
pelanggan untuk penyimpanan container di terminal juga
diketahui, invoice atau billing menggunakan data-data tanggal
yang ada itu, tanggal yang satu membatasi waktu pada posisi
container sebelumnya, begitu seterusnya.
Seharusnya pelanggan dan perusahaan bisa mendapatkan
keuntungan dari ketepatan data waktu penggunaan container
dan bisa mengetahui dengan tepat berapa biaya-biaya yang
muncul pada setiap kombinasi posisi container itu berada.
Seharusnya! Tetapi para pelaksana lapangan tidak bisa bermain
57

'tanggal dan waktu' lagi, setiap kombinasi data tanggal terkait


pergerakan container itu langsung membatasi nilai biaya-biaya
yang muncul. Para pelaksana lapangan, baik dari pihak
perusahaan pemesan program maupun pelaksana lapangan dari
perusahaan pemakai container merasa keberatan, mereka tidak
bisa bermain lagi.
Sebelum program dipasang, mereka bisa bermain main
dengan 'tanggal dan waktu', dikatakan container tertentu 'milik'
pelanggan tertentu berada di terminal untuk seminggu lamanya,
pelaksana lapangan bisa memberitahu bagian billing (invoicing)
untuk menerbitkan tagihan biaya terminal untuk 7 hari lamanya,
padahal container itu hanya berada di terminal selama 3 hari,
tagihan 7 hari dibuatkan dan diajukan kepada perusahaan
pelanggan, sementara nilai yang mauk ke perusahaan pemesan
program hanya nilai 3 hari. Nilai 4 hari kelebihan itu dibagi-bagi
di antara para pelaksana lapangan dan manager lapangan. Nilai
satu hari di terminal bisa mencapai 100US$. Kalikan 4 hari
waktu perbedaan itu, dikalikan berapa ribu container sebulan?
Demikian juga dengan jangka waktu penggunaan
container dari sejak meninggalkan terminal sampai masuk depo
penyimpanan milik perusahaan pemesan program, itupun bisa
dimanipulasi di bagian billing, bekerja sama dengan bagian
billing - invoicing.
Jelas keberadaan program yang seharusnya memberikan
kemudahan bagi perusahaan pemesan, dan bagi perusahaan
pelanggan, tidak diinginkan oleh manager lapangan dan para
pelaksana lapangan dari kedua belah pihak itu. Mereka tidak
bisa bermain 'tanggal dan waktu' lagi, karena waktu yang
tercatat itu tidak bisa dimanipulasi. Begitu juga para pemain
'tanggal dan waktu' yang berada di departemen keuangan,
mereka tidak bisa lagi bermain sulap nilai biaya.
58

Begitu program diinstall dan dijalankan, terlihatlah nilai-nilai


biaya yang sebenarnya, proses penerbitan jaminan, penerbitan
invoice benar-benar sesuai dengan kejadian keberadaan container
itu setiap hari. Besaran yang tercantum di formulir jaminan atau
di lembaran invoice adalah nilai yang pasti. Ketiga pihak itu,
manager - pelaksana lapangan dari perusahaan pemesan
program, pelaksana lapangan dari perusahaan pengguna
container dan para pemain sulap yang berada di departemen
keuangan (billing) itu hanya bisa gigit jari, tidak ada lagi nilai
lebih.
Mereka protes dan melakukan unjuk rasa dalam bentuk
'fitnah' bahwasanya program tidak berjalan, program itu kacau,
program tidak bisa dipakai, dst, dlsb. Apalagi bagian keuangan,
mereka menolak menjalankan program itu, mereka lebih suka
membuat surat jaminan dan lembar invoice secara manual.
Akhir kata, program terintegrasi itu dibabat habis. Saya sudah
dibayar oleh perusahaan pemesan program, program sudah diuji
coba selama sebulan, semua kondisi sudah benar adanya, setiap
container bisa dilacak keberadaannya, tanggal dan waktu
berjalan berkesinambungan, besaran nilai uang jaminan, uang
yang harus dibayar di invoice sudah bisa langsung masuk
(terhubung) langsung ke sistem akuntansi, bagian akuntansi
tidak perlu bekerja keras memasukkan data-data lagi, semua
data langsung disupply oleh sistem management container itu.
Program management container itu dijauhkan oleh para
pihak yang merasa tidak bisa bermain lagi. Tinggallah program
akuntansi keuangan yang berdiri sendiri, itupun tidak dijalankan
dengan benar, karena takut kebenaran akan terungkap. Program
yang satu lagi, personalia dan payroll saja yang berjalan bulan
demi bulan, karena program itu bisa berdiri sendiri dan tidak
harus mensupply data akuntansi payroll bulanan ke sistem
akuntansi yang ada.
59

Dari pengalaman saya sebagai konsultan IT di Indonesia, rasanya


susah sekali untuk bisa menerapkan sistem aplikasi yang benarbenar bersih, karena perusahaan pemakai jasa saya itu
sebenarnya tidak suka akan kebenaran yang sebenar-benarnya.
Mereka masih ingin bermain dengan double book, triple book
dalam masalah pelaporan keuangan, dan itu saya tahu benar dari
beberapa pelanggan yang ada. Data akuntansi keuangan
perusahaan bisa dirubah disesuaikan, di-dress-up sedemikian
rupa agar memberikan gambaran yang sebagus-bagusnya untuk
mereka yaitu dengan nlai keuntungan yang sekecil-kecilnya agar
tidak perlu membayar pajak yang sebenarnya.
Korupsi sudah menjalar kemana-mana, tidak hanya di
pemerintahan, di departemen tertentu, tetapi juga bersemayam di
berbagai perusahaan yang ada. Semua ingin untung sebesarbesarnya, dengan nilai pajak yang sekecil-kecilnya. Kalau sampai
ada pemeriksaan, toh bisa bermain mata lagi.
Mau bagaimana lagi? Mungkin sudah JONGKO-nya begitu ...
semua edan, yang tidak edan tidak keduman!?

60

IN D O N E S IA K A Y A R A Y A ?
Sebagai rakyat Indonesia, sering kita mendengar pernyataanpernyataan pejabat pemerintahan yang menyatakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang kaya raya, kaya dengan sumber
daya alam yang masih terkandung di bumi nusantara ini, ada
minyak, gas, batu bara, emas, bauxit, dll, kita memiliki tanah
yang subur, apa saja yang ditancapkan ke tanah akan jadi
tanaman, sumber daya manusia yang besar, dst. dst.
Sebuah pernyataan yang membuat kita menjadi bangga,
bangga karena kita hidup di bumi nusantara yang kaya, bangga
akan kemampuan bangsa kita untuk mengolah dan mengelola
kekayaan bumi nusantara.
Ada banyak sumber daya alam kita yang di kelola oleh
pengusaha-pengusaha Indonesia secara mandiri atau dengan
bantuan negara lain, dan tidak sedikit yang pengelolaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha asing.
Hutan Indonesia sudah di-kapling-kan kepada banyak pengusaha,
ada yang dapat puluhan hektar, ratusan, ribuan, dan bahkan ada
yang mendapatkan jutaan hektar sekaligus. Demikian juga
kepulauan dan lautan, sudah ada yang dimiliki perorangan
ataupun perusahaan baik untuk tempat tinggal, peristirahatan,
usaha, atau yang lain, bahkan ada yang mulai merambah
pegunungan juga. Tentunya kita tidak perlu khawatir, karena
tanah (hutan) kita ada berjuta-juta hektar, pulaunya ada 7000
pulau, gunungnya ada puluhan (ratusan ?). Luas dan lebar.

Harta = Kekayaan
Menurut rumus (formula) akuntansi yang biasa dipakai adalah:
HARTA = KEKAYAAN, dimana bila seseorang atau badan, baik
61

sebagai pribadi ataupun sebagai perusahaan yang memiliki


banyak HARTA berarti memiliki KEKAYAAN yang setara
dengan harta tersebut, dimana harta tersebut dapat saja dibeli
dengan MODAL yang kita miliki. Jadi rumusan awalnya: HARTA
= MODAL
Tetapi rasanya kita telah silap akan suatu hal, dimana
banyak HARTA tidak selalu KAYA, karena harta tersebut dalam
bentuk barang, peralatan, kendaraan, bangunan, dll bisa
didapatkan dengan cara kredit alias berhutang. Jadi HARTA tsb
berasal dari MODAL sendiri dan dari HUTANG. Maka rumus
yang berlaku menjadi HARTA = HUTANG + MODAL.
Kalau kita telaah sedikit mendalam: kalau saja HUTANG kita 0,
jelas KEKAYAAN bangsa Indonesia akan sangat besar nilainya,
dan kalau saja hutang ada dan lebih kecil dari harta yang ada,
kekayaan bangsa Indonesia masih juga besar. Tetapi apa yang
terjadi kalau hutang itu sangat besar nilainya, dan saat besaran
hutang itu kita bagi rata dengan jumlah penduduk Indonesia,
maka setiap orang harus menanggung bagian hutang yang sangat
besar seperti sekarang ini, apa yang dapat kita sebut sebagai
KAYA RAYA. Kalau KAYA akan HUTANG bisa saja. Tentu saja
keadaan ini membuat rakyat Indonesia sangat menyesal.
Dan saat ini kita sudah berhutang cukup besar, senilai
>140 milliar dollar, dan itu masih akan ditambah dengan hutang
yang akan diambil berikutnya senilai >50 milliar dollar lagi. Dan
bila nilai hutang yang ada tersebut dibagi dengan jumlah rakyat
Indonesia, maka setiap orang perlu menanggung hutang sebesar:
200 milliar dollar X kurs/210 juta penduduk= Rp. ????. per
kepala.
Bayi yang baru lahir pun akan miskin jadinya.
200milliar dibagi 210 juta orang = 200.000.000.000 / 210.000.000
alias +/- 1000 US$ per orang = 6.5 juta rupiah per orang!!! Kalau
62

dianggap hutang ini langsung jatuh tempo, dengan bunga per


bulan 2%= Rp. 130.000,- Bayangkan kalau setiap orang hanya
bisa membayar rata-rata Rp. 5.000 per hari, bisa dikatakan per
bulan kita hanya sanggup membayar biaya bunganya saja . . .
sedangkan hutang pokoknya tidak akan pernah terbayar sampai
kita mati!!! GIMANA DONG, saya, Anda semua sudah miskin!!!

H ut a n g ?
Sebetulnya buat apa kita berhutang, kalau kita memang kaya
raya ?
Jadi dengan beban hutang yang demikian besar, rakyat Indonesia
harus menanggung beban 2 kali lipat:
1. Kekayaan alam Indonesia yang demikian besar itu dimana,
kemana, siapa yang menikmati?
2. Hutang yang sangat besar itu untuk apa?
Selama ini rakyat Indonesia tidak pernah diberikan informasi
mengenai pengolahan dan pengelolaan kekayaan alam Indonesia,
semuanya terkesan ditutup-tutupi, lihat saja Freeport di Irian,
atau Busang, atau Pertamina, dll. Kita tidak pernah diberikan
gambaran mengenai berapa hasilnya, kemana hasilnya, dll.
Jangankan menikmati, tahu pun tidak !!!
Bayangkan
masyarakat
di
sekitar
projek-projek
pengolahan dan pengelolaan kekayaan alam itu, mereka tidak
pernah menikmati hasil kekayaan alam yang ada di daerah
mereka. Mereka telah di rampok!
Hutang yang didapat dari luar negeri digunakan untuk
membangun banyak industri ber skala besar, yang kebanyakan
tidak tepat sasaran.
63

Industri Besar
Kita sudah memiliki banyak Industri Besar yang dibangun oleh
pemerintah (kata pemerintah!!!), baik industri berat (metal,
kimia) maupun industri perkebunan dan kehutanan. Banyak
industri dibangun dengan pinjaman dari luar negeri dengan nilai
yang besaaaaaar sekali.
Ada banyak pertanyaan yang timbul dari usaha pemerintah
membangun banyak industri tsb:
1. Apakah pinjaman yang diambil untuk pembangunan industri
itu benar jumlahnya, setara nilainya?
2. Apakah peralatan / mesin / perlengkapan industri tsb dibeli
dengan benar, sesuai kebutuhan, sesuai dengan spesifikasi,
apakah mesin baru atau barang bekas?
3. Apakah yang dihasilkan oleh industri tsb benar?
4. Apakah sumbangan dari hasil industri tsb benar nilainya ?
Masuk ke kas negara?
5. Apakah rakyat benar-benar menikmati hasil dari industri
tsb?
6. Apakah kehidupan rakyat di sekitar lokasi industri tsb terangkat ? Atau malah memburuk?
dan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan.
Apabila pembangunan industri tsb dapat memberikan nilai
tambah kepada rakyat? Apabila benar, tentunya rakyat di
sekitar lokasi industri tsb tidak akan melakukan protes, karena
kehidupan mereka juga ikut ter-angkat. Tetapi kenyataannya,
rakyat di sekitar lokasi industri tsb tidak banyak menikmati
hasilnya. Lihat saja di perkebunan kelapa sawit saat ini, rakyat
hanya dijadikan buruh dengan gaji yang kecil. Padahal
sebelumnya tanah garapan rakyat diambil alih (baik dengan
sukarela diserahkan oleh rakyat, atau dengan persuasi, atau
dengan paksaan dan kekerasan) dan mereka hanya mendapatkan
64

ganti rugi yang sangat kecil, dengan janji-janji bahwa kehidupan


mereka dengan adanya industri perkebunan akan juga terangkat.
Kenyataannya, jauh dari benar, jauh dari janji-janji, jauh
dari impian mereka, mereka hanya menjadi budak (buruh, kata
halusnya).
Dan
setelah
reformasi,
mereka
menuntut
pengembalian tanah garapan mereka, mereka memperlihatkan
ke-tidak-rela-an mereka yang selama ini dipendam.
Buat apa ada industri kalau tidak membawa kemakmuran bagi
rakyat dan hanya menambah kekayaan beberapa gelintir orang
seperti pengusaha dan pejabat pemerintahan saja.
Kalau demikian sama saja dengan penjajahan oleh bangsa
sendiri, jadi jelas saat reformasi mereka menuntut pembebasan
tanah yang dikuasai oleh industri dan pengusaha yang dianggap
sebagai penjajah model baru, eh ORBA.

Industri Tidak Tepat Sasaran


Ada banyak pembangunan industri yang tidak tepat sasaran,
karena:
* tidak tepat guna,
* tidak memberikan kemakmuran bagi rakyat,
* tidak layak,
* tidak menyertakan banyak sumber daya manusia,
* tidak aktuel,
* tidak melestarikan lingkungan,
* dan tidak-tidak yang lainnya

Tidak tepat guna


Industri yang sebenarnya tidak perlu dibangun dengan biaya
65

negara, misalnya saja industri kapal terbang yang belum


memberikan
hasil
penjualan
yang
mendekati
nilai
pembiayaannya. Teknologi yang diterapkan tidak bisa menyamai
teknologi dari industri negara yg memulai industri tsb dari dasar.
Industri kendaraan penumpang yang diambil dari negara
lain begitu saja dengan cara membeli secara borongan, dengan
model kendaraan yang juga fail dalam penjualannya.
Seharusnya kita mulai membangun sendiri industri
kendaraan penumpang dari dasar, dan dimulai dari kendaraan
niaga pengganti becak / bajaj / ojek yang berlanjut kepada
kendaraan penumpang yang murah dengan teknologi sederhana
sebagai pengganti (pengimbang) Kijang / Panther dlsb sejenis.
Dan selanjutnya berpindah kepada kendaraan penumpang yang
lebih comfort dst.
Demikian juga dengan industri perkapalan, sekiranya
dimulai dengan perencanaan kapal-kapal murah dan kuat untuk
para nelayan dan dijual kepada nelayan dengan cara pembayaran
yang murah, sederhana dan menguntungkan kedua belah pihak.

Tidak memberikan kemakmuran bagi rakyat


Ada banyak projek-projek industri besar yang tidak memberikan
kemakmuran bagi rakyat dan malahan menyengsarakan rakyat
di sekitar area lokasi projek. Tanah mereka diambil begitu saja
tanpa kompromi, mereka digusur dan diusir, yang menolak akan
mendapatkan tekanan dan kekerasan aparat, dan setelah
industri itu berjalan, rakyat tidak mendapatkan manfaat yang
cukup untuk kehidupan mereka. Jadi jangankan makmur, untuk
hidup-pun mereka susah. Hasil kekayaan alam tidak diberikan
kepada rakyat setempat, malah dipindah-tangankan tanpa satu
prosedur yang terbuka bagi rakyat.
Pada akhirnya bukan kemakmuran yang diperoleh rakyat
setempat, malah kelaparan yang terorganisir yang mereka alami.
66

Rakyat setempat telah dibuat kelaparan agar mereka tidak dapat


berontak, agar mereka tidak dapat bangkit untuk melawan
penguasa dan pengusaha di daerah tsb.
Contohnya: Irian dengan Freeport, atau Perkebunan Kelapa
Sawit di Sumatra

T i d a k l a ya k
Ada juga industri besar, yang dibangun dengan moto: sekali
tembak semua hancur, dengan contoh pabrik gula yang dibangun
di Timor-Timur oleh keluarga Suharto yang menggunakan bahan
baku import dari Australia, yang katanya akan menggantikan
produksi seluruh pabrik gula yang ada selama ini.
Tidak layak, karena dibangun dengan dana pinjaman yang
besar, tanpa jaminan yang cukup dan dengan sasaran
menghancurkan pabrik sejenis yang ada sebelumnya. Seharusnya
kita mencoba memperbaiki pabrik sejenis yang ada, atau
membangun pabrik yang menggunakan bahan baku lokal (tebu)
dengan membangun perkebunan tebu di tempat yang layak yang
akan memberikan pekerjaan bagi banyak orang, bukan dengan
begitu saja melakukan import.

Tidak menyertakan banyak sumber daya manusia


Motto yang sebelumnya selalu di-dengung-dengung-kan pejabat
pemerintah yaitu pembangunan industri padat karya yang layak,
dan memberikan kemakmuran bagi banyak orang. tidak
dilakukan oleh pemerintah, dan bahkan keluarga dari mantan
presiden telah melakukan pelanggaran dengan membangun pabri
dengan teknologi robot. Padahal produknya sendiri tidak layak.
Dibangunnya pabrik Timor menggunakan teknologi robot yang
tidak memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang juga
67

tidak memberikan kemakmuran bagi rakyat.

Tidak aktuel,
IPTN telah dikembangkan untuk dijadikan industri pesawat
terbang yang besar, tetapi usaha ini sebetulnya melawan arus,
dimana teknologi pesawat terbang telah jauh kedepan, dan IPTN
mencoba masuk di-tengah perkembangan dengan teknologi yang
tidak cukup aktuel, sehingga produksi pesawat yang dihasilkan
tidak memiliki nilai jual yang baik, tidak menghasilkan penjualan
yang cukup untuk mengimbangi biaya yang telah dikeluarkan.

Tidak melestarikan lingkungan,


Banyak industri yang ada tidak mencoba menjaga lingkungan,
mereka hanya mengexploitir sumber daya alam, tanpa mencoba
melestarikan lingkungan, dan kalau ada hanya merupakan kedok
/ topeng untuk menghindarkan kecaman.
Hal ini banyak terlihat dari banyak kegiatan industri yang
dibangun tanpa pengelolaan hasil limbahnya dengan baik, limbah
yang dikeluarkan oleh kegiatan industri dibiarkan mengalir ke
saluran irigasi pertanian dan perikanan, yang kemudian merusak
kehidupan masyarakat di seputar industri tsb, dimana pertanian
dan perikanan menjadi gagal, air sungai untuk mandi dan air
minum menjadi berwarna dengan rasa yang tidak keruan, dan
tidak dapat diminum bahkan menyebabkan penyakit kulit.
Cara-cara memulai usaha industri kehutanan atau kehutanan
banyak dilakukan tanpa pemikiran untuk melestarikan
lingkungan. Pengusaha dan kadang sekaligus penguasa
melakukan babat-hutan dengan cara yang tidak memikirkan
lingkungan, mereka tidak melakukan tebang pilih, dan setelah
ditebang tidak mempersiapkan tanaman pengganti, kalaupun
68

disediakan jumlah yang disediakan tidak cukup atau hanya


sekedar agar terlihat ada tanaman pengganti. Yang terakhir
terjadi kebakaran hutan, karena cara babat-hutan yang
dilakukan dengan sembrono. Babat-hutan dilakukan dengan
membakar hutan tersebut, agar proses pembukaan hutan
berjalan dengan cepat dan murah. Cara babat-hutan dengan api
ini merembet secara cepat dan tak terkendali mencapai areal
hutan disekitarnya.
Diluar kesengajaan pembakaran hutan, pengusaha hutan juga
tidak mempersiapkan diri dengan regu / pasukan anti kebakaran
hutan, mereka membiarkan hutan terbakar tanpa usaha yang
berarti untuk memadamkan kebakaran yang terjadi. Setiap
kebakaran yang terjadi dinyatakan sebagai ulah dari rakyat
perambah hutan yang sebenarnya tidak pernah melakukan hal
tsb secara besar-besaran.

d a n t i d a k -t i d a k y a n g l a i n n y a
23 April 1999, 9 Juni 1999

69

9 Milliar Penduduk Dunia


1 Desember 2014
Kita hidup di dunia tidak sendirian, ada 9 miliar penduduk
dunia:
* RRT 1.306.148.035
* India 1.065.070.607
* Uni Eropa 495.128.529
* Amerika 297.336.946
* Indonesia 241.452.952
* Brasil 184.101.109
* dst...
Di tahun 2100, penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 11
miliar orang.
Menurut jurnal ilmiah di Amerika Serikat, 2 miliar tambahan
populasi yang diramalkan pada tahun 2100 akan terjadi banyak
di Afrika dengan tingkat kelahiran yang tinggi. Selain itu,
diperkirakan juga akan ada sekitar 70 persen populasi manusia
yang tidak stabil sebelum pengujung abad ini.
Penduduk Asia ada sekitar 4,4 miliar akan naik menjadi 5 miliar.
Saat ini, kita merupakan bagian dari 9 miliar penduduk dunia, 9
miliar manusia yang ada di sebuah planet biru, 9 miliar manusia
berbagi ruang, berbagi sumber daya dari planet yang sama,
menghirup udara yang sama, makan dari bumi yang sama, energi
sebagian ada di bumi yang sama, sebagian lagi dari alam semesta.
Rakyat Indonesia yang berjumlah 241.452.952 orang merupakan
warga dunia, menjadi bagian dari 9 miliar orang di dunia yang
megantungkan hidupnya dari sumber daya yang ada di bumi ini.
Kita harus berbagi dalam menggunakan berbagai sumber daya
70

itu, kekayaan alam yang ada di Indonesia tidak hanya menjadi


milik warga Indonesia tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan
umat dunia. Hanya kebetulan saja, kekayaan alam itu ada di
Indonesia, atau dengan kata lain, juga sebuah kebetulan negara
yang disebut Indonesia berada di kawasan Nusantara yang kaya
raya ini. Apa yang ada di kawasan Nusantara ini bukan hanya
milik sebuah negara, bukan hanya milik rakyat Indonesia, tetapi
juga milik seluruh umat manusia. Ingat, siapa pencipta alam
semesta termasuk dunia, termasuk kawasan Nusantara ini ...
Tuhan YMK sebagai pencipta adalah pemilik seluruh kekayaan
yang ada di alam semesta, juga umat manusia yang ada di bumi
ini merupakan kreasiNYA, maka kita sebagai satu mahluk
ciptaanNYA harus mau berbagi kekayaan yang dititipkan kepada
kita itu bersama seluruh umat manusia yang lain.
Jangan hanya berpikir untuk diri sendiri, tetapi cobalah untuk
mulai berpikir apa keterkaitan kita kepada 9 miliar orang itu.
Jangan hanya berpikir bagaimana kita sendiri cukup makan atau
malah makan terlalu banyak, kemudian makanan di piring tidak
dihabiskan, sementara yang 1 miliar warga dunia saat ini sedang
hidup dalam kelaparan, mereka pergi tidur dalam keadaan perut
kosong.
Mentang mentang punya uang berlebih, sanggup membeli
makanan dalam jumlah banyak, lalu dengan sombong atau acuh
tak acuh hanya memakan sebagian kecil dari porsi yang ada di
piring ... itu saja sudah sikap yang salah, malah bisa dikatakan
kurang ajar karena tidak menghargai makanan. Ambil atau beli
makanan sebanyak yang kita mampu makan, jangan berlebih, itu
sebuah penghargaan kepada Sang Maha Pencipta atas
karyaNYA, apa yang ada di bumi ini yang telah kita jadikan
makanan.
Dengan memakan habis makanan yang kita ambil, pesan,
beli itu sudah cukup bagus. meski sikap ini tidak secara langsung
71

menolong warga 1 miliar yang kelaparan, tetapi kita sudah


berusaha menghargai makanan itu, mengingat akan adanya
sebegitu banyak warga dunia yang tidak punya makanan.
Kalau kita beragama, maka kita akan berusaha memberikan
kehidupan yang layak bagi orang lain, berusaha menyehatkan
orang lain, berusaha menyejahterakan orang lain, dan kalau
mampu kita harus bisa memberikan kebahagiaan kepada orang
lain. Ada 9 milliar umat manusia yang merupakan hasil
ciptaanNYA! 9 milliar umat manusia yang berbeda warna kulit,
berbeda warna rambut, berbeda type rambut, berbeda bentuk
mata, berbeda bangsa, berbeda bahasa, berbeda agama dan
kepercayaan, berbeda adat budaya, berbeda negara . . . semua itu
adalah ciptaanNYA, hanya ada satu yang menciptakan semua
umat itu, berikut alam semesta, yaitu SANG MAHA PENCIPTA,
YMK (Yang Maha Kuasa).
Jadi, kita tidak bisa hanya mementingkan diri sendiri, kita
harus memikirkan keberadaan orang lain di sekitar kita, tidak
bisa kita membiarkan umat manusia yang berbeda warna kulit,
berbeda warna rambut, berbeda type rambut, berbeda bentuk
mata, berbeda bangsa, berbeda bahasa, berbeda agama dan
kepercayaan, berbeda adat budaya, berbeda negara itu mengalami
kesulitan, karena kita sama, merupakan ciptaanNYA. Kalau kita
mencintai Sang Maha Pencipta, YMK, maka sudah seharusnya
kita memberikan kasih kepada semua ciptaanNYA itu, karena
setiap warga dunia adalah hasil karya Sang Maha Pencipta. Kita
juga harus menyayangi alam semesta yang juga merupakan hasil
karya Sang Maha Pencipta.
Jangan pernah membeda bedakan umat manusia karena
perbedaan yang ada itu, semuanya sama, meupakan hasil karya
Sang Maha Pencipta. Jangan pernah mengatakan Tuhan-nya
berbeda, karena Sang Pencipta itu hanya ada satu! Bukan 2
72

apalagi banyak, hanya ada Tuhan Yang Maha Esa, bukan maha
banyak. Pencipta semua yang ada itu cuma satu, karya ciptanya
yang bermacam ragam, jadi kita harus menghargai hasil karya
Sang Maha Pencipta, yaitu umat manusia di dunia.
Jangan hanya berpikir bahwa kelompok Anda yang paling benar,
yang paling berhak dari yang lainnya atas suatu kekayaan alam
yang ada di bumi ini. Kekayaan alam itu ada untuk semua umat
manusia, setiap orang harus berusaha maksimal menjaga,
membudidayakan setiap unsur yang ada di bumi ini, demi
kepentingan orang banyak. Lahan yang ada harus digunakan
sebaik baiknya agar bermanfaat bagi orang banyak, bukan
dibiarkan terbengkalai atau malah dirusak. Jangan juga lahan
yang seharusnya secara alamiah menjadi lahan resapan air hujan
malah ditutup dengan beton sepenuh penuhnya, seluas luasnya,
tanpa memberikan kesempatan bagi air hujan untuk masuk ke
dalam tanah. Sikap mentang mentang bisa membeli sepetak
tanah di lokasi mahal, sebidang tanah luas di lokasi strategis
kemudian membangun sebesar besarnya di tanah 'hak milik' itu
tanpa memberikan kesempatan air hujan meresap ke dalam
tanah.

T A N A H H A K M IL IK ! ?
Ada istilah 'tanah hak milik' ... tolong jawab pertanyaan ini,
bagaimana kita melakukan jual beli dengan Sang Pemilik Alam
Semesta itu? Kapan transaksinya? Di notaris PPAT yang mana?
Berapa nilai jual beli saat itu?
Mentang mentang sudah menjadi 'hak milik', lalu bisa semau gue
menutup tanah 'hak milik' itu!? Lalu air hujan yang turun
dibiarkan mengalir ke jalan dan menggenang di daerah yang
rendah. Genangan semakin banyak, akhirnya menjadi banjir ...
73

pemilik tanah 'hak milik' yang menyebabkan banjir itu sudah


memperkosa alam, merugikan warga yang berada di daerah
rendah dengan kiriman air banjir itu.
Boleh saja, istilah 'hak milik' itu diterapkan, digunakan untuk
pembatasan lahan yang digunakan seseorang, tetapi janganlah
membuat orang lain kesusahan, janganlah memperkosa sifat
alam, air hujan harus masuk kedalam tanah, bukan dialirkan ke
jalanan dan menjadi banjir di tempat lain.
Seorang pemimpin suatu kelompok seharusnya menyiapkan
peraturan hukum yang membatasi usaha setiap orang di atas
lahan yang dianggap 'hak milik' itu, pembatasan yang adil,
dimana seseorang yang merasa memiliki tanah itu, walau entah
jual beli itu terjadi dengan Sang Pemilik tunggal, tetap saja harus
ada pembatasan, pengaturan agar setiap orang menerima apa
yang telah disiapkan oleh alam, direncanakan oleh Sang
Penguasa Tunggal itu, agar terjadi keadilan dalam penggunaan
segala unsur yang ada di bumi, demi kehidupan umat manusia
secara keseluruhan.
Negara, bangsa yang menggunakan idealisme kapitalisme,
materialisme, liberalisme yang mengijinkan penguasaan alam dan
mengexploitir alam sedemikian rupa dengan brutal, sebenarnya
bukanlah negara atau bangsa yang beragama, mereka cuma
sekelompok barbar yang berbaju jas, berdasi, bermobil bagus,
bertempat tinggal di gedung mewah, mereka tidak pernah
menghargai Sang Maha Pencipta. Ke-agama-an mereka cuma
artificial, cuma semu, cuma sekedar pencitraan, seakan akan
mereka beragama, padahal sama sekali tidak beragama. Apalagi
apa yang para pengusaha dari negara Alien itu lakukan di bumi
Pertiwi ini, mereka menyedot kekayaan alam dengan buas seperti
binatang buas, padahal binatang pun tahu batasan, tidak akan
74

makan lebih banyak daripada yang bisa dia muat kedalam


perutnya, setelah makan cukup dia tinggalkan untuk binatang
yang lain. Para pengusaha dari negara Alien itu memang tidak
punya agama, karena mereka terus menerus menyedot kekayaan
alam bumi Pertiwi, merusak alam bumi Pertiwi dan hanya
memberikan manfaat yang kecil bagi rakyat Indonesia, hanya
sekedar Royalti 1% selama 40 tahun lebih dan itupun kata ketua
KPK tidak terbayarkan!?!?!?
Kalaupun mereka itu menyebut diri mereka manusia, pasti
manusia dengan jiwa yang rusak, mental yang bobrok!!! Begitu
juga para kolaborator, para penguasa negeri ini yang telah
mengijinkan para pengusaha negara Alien itu melakukan
penyedotan dan pengrusakan alam bumi Pertiwi ... sama sama
jiwa rusak, mental bobrok.
Jangankan memberi bantuan kepada 1 miliar warga dunia yang
kelaparan, mereka itu (pengusaha negara Alien dan kolaborator
cs-nya) malah menghancurkan bumi, demi kapitalisme,
liberalisme, materialisme!!! Demi ego ego pribadi mereka, demi
sikap barbar mereka!!!
Dengan sikap mereka seperti itu, masih berani mereka menyebut
diri mereka sebagai bagian dari kelompok terhormat, sebagai
orang-orang terhormat, sebagai kelompok yang memiliki
keistimewaan lebih daripada kelompok lain, daripada bangsa
lain, lebih baik dari rakyat Indonesia yang telah mereka bohongi
selama puluhan tahuan!?

Tolong menolong
Segala sesuatu di dunia ini pasti ada keterkaitan satu sama
lainnya, antara satu warga dengan warga lainnya dengan
75

masyarakat dimana dia tinggal, antara warga suatu negara


dengan warga negara lainnya, antara warga bumi dengan warga
bumi yang lain yang bertempat tinggal nun jauh dari pandangan
mata, semua saling bersaudara. Sudah seharusnya kita saling
tolong
menolong
satu
sama
lainnya.
Bukan
saling
menghancurkan satu sama lain, bukan yang satu mengexploitir
yang lain, bukan yang satu menyedot kekayaan yang lain, tetapi
harus saling berbagi, saling melengkapi satu sama lainnya, saling
bantu membantu.

Keturunan Teori Darwin


Kalau memang orang merasa sebagai ciptaanNYA, sebagai salah
satu dari sekian miliar ciptaanNYA, maka sudah seharusnya
orang-orang saling bantu membantu. Kecuali, dan hanya kecuali,
seseorang itu merasa bukan saling bersaudara dengan warga
bumi yang lain, mungkin orang itu lebih percaya kalau dirinya
adalah keturunan 'teori Darwin', alias Nyomet (keturunan
Monyet)!
Rasanya sih, banyak warga dunia lebih memilih disebut sebagai
keturunan 'teori Darwin'. Buktinya banyak yang saling
membunuh satu sama lain demi berbagai alasan. Ada yang
menyebut negara mereka sebagai polisi dunia tetapi begitu
membenci warga negara lain karena berbeda paham, berbeda
kepentingan, dan di sisi lain, perusahaan dari negara polisi dunia
itu telah menghancurkan bumi Pertiwi dengan menyedot sumber
kekayaan alam Indonesia dengan begitu greedy, begitu rakus,
begitu brutal, kemudian menghancurkan alam Indonesia secara
langsung dan tidak langsung, dan hanya memberikan bagian
kepada bangsa ini sekedar Royalti sebesar 1% yang sudah
berlangsung selama 40 tahun lebih, itupun tak terbayarkan.
Kerjasama perusahaan dari negara Alien itu bersama para
76

kolaborator dari negeri ini telah menghancurkan kehidupan


rakyat Indonesia secara tidak langsung, dengan mengambil
kekayaan bangsa ini dan tidak memberikan bagian dengan
berkeadilan. Jadi buat mereka itu sudah selayaknya tidak usah
disebut sebagai saudara karena mereka memang tidak ingin
bersaudara dengan bangsa bangsa kulit berwarna seperti kita
bangsa Indonesia, terbukti jelas, fakta jelas, 40 tahun lebih
mereka begitu tega mencuri kekayaan bangsa ini dengan begitu
culas. Tepatlah kiranya bagi mereka itu disebut sebagai
keturunan 'teori Darwin'.
Bukan hanya mereka, ada juga berbagai kelompok milisi
bersenjata ringan sampai lengkap dan berat, mereka terus
menerus melakukan teror kepada warga dunia yang lain, dengan
alasan membela agama, membela Tuhan!?!? Sungguh naif apa
yang mereka lakukan. Tuhan Sang Maha Pencipta sudah ada
jauh, ribuan tahun, jutaan tahun sebelum agama mereka
diturunkan, dan bermacam agama itu toh diturunkan oleh Sang
Maha Pencipta sendiri, kenapa agama mereka harus dianggap
yang paling benar, yang paling berkuasa, yang paling berhak
untuk menghabisi warga dengan agama yang berbeda!?
Apakah dengan alasan Tuhan-nya berbeda, beda agama
maka beda Tuhan!? Sungguh hebat mereka yang mengatakan
Tuhan itu ada banyak! Apakah mereka pernah pergi ke alam
'sana', beranjangsana ke alam gaib, kemudian disana mereka
melihat ada beberapa 'Tuhan' yang mewakili beberapa agama!?
Kemudian, mereka kembali ke alam dunia ini, dan menyebarkan
temuan mereka ... "OOOO Tuhan-nya berbeda, Tuhan-nya ada
banyak!".
Hebat sekali mereka yang beralasan beda Tuhan, beda
agama, maka warga beda agama harus dihabisi kalau tidak mau
ikut masuk ke agama mereka. Orang orang itu bukan lagi
disebut orang gila, tetapi lebih mungkin disebut warga keturunan
77

'teori Darwin', karena mereka sebenarnya tidak mau mengaku


manusia yang lain itu sebagai saudara, apalagi kalau tidak seagama dengan mereka. Jadi jelas perilaku mereka lebih dekat
sebagai mahluk liar, sebagai binatang daripada sebagai manusia.
Sungguh picik cara berpikir mereka. Tuhan saja
membiarkan setan, iblis, demon, dan mahluk dunia gelap itu
tetap berkeliaran, tidak langsung dihabisi. Setan, iblis, dlsb itu
tetap ada sampai sekarang, tetap exist! Bukankah kekuasaan
Tuhan itu begitu besar, akan sangat mudah untuk
menghilangkan mereka dari alam maya. Toh itu tidak dilakukan,
tetap dibiarkan ... tiba-tiba sekelompok keturunan 'teori Darwin'
mengatakan agama mereka yang paling benar, dan mereka
merasa mendapatkan wahyu, wangsit, ketetapan yang
mengijinkan mereka membunuh orang lain karena tidak seagama, karena tidak mau masuk agama mereka!?!? Kenapa
mereka bisa lebih berkuasa daripada Sang Maha Pencipta, yang
membiarkan setan, iblis, dlsb itu tetap ada, yang membiarkan
begitu banyak pendosa tetap berkeliaran di muka bumi ini. Para
pendosa itu termasuk warga dari negara Alien yang telah
merampok kekayaan bangsa lain, merusak alam di negara lain.
Mereka tetap ada sampai sekarang, tidak langsung dipunahkan
begitu saja!?
Sadarlah, kita semua bersaudara! 9 miliar manusia itu
bersaudara! Soal bisa berbeda warna kulit, beda warna mata,
beda kecil kecil itu tetap sama sama manusia ciptaan Yang Maha
Kuasa. Perbedaan itu merupakan rahasia Sang Maha Pencipta.

H i d up D a m a i d i B um i
9 miliar manusia seharusnya saling tolong menolong ... kalau
memang merasa manusia yang bersaudara, yang berasal dari
sumber yang sama yaitu ciptaan Sang Maha Pencipta yang Esa,
78

cuma satu. Agama apapun sumbernya sama, Tuhan sudah ada


sebelum agama itu ada, bukan baru ada setelah suatu agama itu
ada.
Saat ini kehidupan di dunia sudah semakin berat, ruang untuk
menanam tanaman bahan pangan sudah banyak tergerus,
berubah menjadi lahan perumahan. Di Indonesia banyak petani
kehilangan tanah garapan karena kurang perhatian dari
pemimpinnya, terjadi banyak persengketaan antara petani
dengan perusahaan bermodal kuat yang ingin merubah lahan
pertanian menjadi perkebunan monokultur. Import bahan pangan
dari luar negeri juga mengalir deras, para pamong lebih suka
mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional dengan membeli dari luar negeri daripada memomong
para petani. Lebih mudah mengeluarkan ijin import bahan
pangan, daripada mengurus berbagai masalah pertanian yang
merepotkan dan hanya menghasilkan uang kecil. Ijin import pasti
lebih menguntungkan, bisa langsung dapat uang besar dari si
pembeli ijin pemasukan bahan pangan dari luar negeri. Komisi
bagi hasil jelas lebih besar didapat dari pengusaha besar daripada
dari para petani. Beras import, buah import, sampai garam yang
hanya perlu menjemur air laut dengan sinar matahari juga sudah
diimport, gula import, kacang kedele bahan tahu tempe juga
import, dlsb.
Jangankan ikut menolong 1 miliar warga dunia yang kelaparan,
menjadi penghasil bahan pangan untuk keperluan rakyat sendiri
tidak mampu. Sebenarnya bukan tidak mampu, tetapi banyak
oknum pamong lebih suka bermain DO (dokumen order), lebih
suka jual beli bermacam DO untuk import bermacam bahan
pangan keperluan nasional.
Selain itu, lahan pertanian juga tergerus berubah fungsi
menjadi ruang industri, lahan perumahan, atau berpindah tangan
79

ke orang ber-duit tetapi tak mau menanam. Distribusi pupuk tak


berjalan mulus. Managemen air untuk pertanian kalah oleh
kepentingan beberapa pengusaha bermodal kuat. Air gunung
disedot dan dijual sebagai air kemasan.

80

G E N E R AS I J E M P O L AN
Untuk menjadikan Indonesia Jaya di Masa Depan, kita butuh
generasi penerus yang jempolan, yang mampu bersaing dengan
bangsa bangsa lain di dunia. Kita perlu menyiapkan berbagai hal
untuk bisa menjadikan mereka jempolan, bukan kacangan, agar
mereka sehat ...
Apakah SEHAT itu?
Apakah sehat itu hanya terkait kepada badan yang tidak sakit
saja?
Apakah yang sakit itu hanya badan seseorang saja?
Bagaimana dengan kondisi psychis kejiwaan, apakah kejiwaan
seseorang tidak bisa sakit, bagaimana dengan pikiran seseorang,
apakah pikiran tidak bisa sakit, atau apakah mental seseorang
tidak akan pernah sakit?
Apakah seseorang itu bisa sakit karena kurang makan, salah
makan, terserang bakteri atau virus, hanya karena Toxin, Poison
dan Dirt saja?
Bukankah kondisi kejiwaan dan pikiran seseorang bisa
menyebabkan orang itu kehilangan gairah hidup, kehilangan
semangat hidup, kemudian kondisi badannya melemah dan
akhirnya bisa sakit?
Jadi slogan Men sana in corpore sano tidak begitu saja bisa
dikatakan jiwa yang sehat berada di badan yang sehat. Jiwa,
mental, spiritual, emosi tidak selalu sehat meski badan seseorang
itu sedang dalam keadaan sehat. Atau sebaliknya, jiwa, mental,
spiritual, pikiran, emosi seseorang itu sehat sementara badan
81

orang itu dalam keadaan tidak sehat. Kata orang Inggris: Don't
judge a book by the cover, jangan membuat satu penilaian hanya
dari tampilan luar saja, alias tampilan luar yang terlihat itu
belum tentu sama dengan isi didalamnya. Penampilan luar yang
bagus belum tentu isinya sama bagusnya atau sebaliknya,
terlihat di luar jelek, belum tentu isinya sama jeleknya. Bisa saja
terbalik balik, pria tampan berbadan sehat, tegap dan macho
ternyata melambai. Atau seperti sang menteri perikanan saat ini,
hanya tamatan SD, ternyata otaknya brilian, punya bisnis
mancanegara, kaya raya tetapi tetap sederhana dan baik hati.
Pembahasan 'SEHAT' di buku ini bukan sekedar sehat badaniah
(jasmaniah) saja, tetapi juga sehat jiwa dan rohani (spiritual).
Kita memerlukan 'SEHAT' ini hadir dalam kehidupan generasi
penerus bangsa, sehat dalam banyak segi, bukan sekedar
badaniah saja.
Untuk bisa mendapatkan generasi penerus bangsa yang jempolan,
diperlukan banyak pendukung seperti:
- makanan yang cukup dan bergizi
- waktu
- sarana prasarana, ruang untuk berbagai kegiatan
- kesehatan
- olahraga dan kesenian
- kesempatan untuk mengembangkan diri
- dll.

Makanan yang cukup dan bergizi


Anak-anak harus mendapatkan asupan makanan yang cukup dan
bergizi. Untuk mereka diusahakan untuk mendapatkan
tambahan makanan yang disediakan di sekolah mereka, siapkan
kantin sekolah yang menyediakan makan siang untuk mereka.
82

Paling tidak mereka mendapatkan sebagian asupan selama


mereka berada di sekolah.

W a k tu
Anak-anak harus punya cukup waktu untuk bisa bermain,
bersilaturahmi antar anak-anak, berolahraga, bergiat dalam
hobby dan mengejar hasrat bakat mereka di berbagai bidang yang
tidak ada di sekolah atau melanjutkan kegiatan yang ada di
sekolah di luar jam sekolah. Anak-anak tidak perlu membuang
banyak waktu dalam perjalanan dari rumah ke sekolah dan saat
pulang dari sekolah ke rumah. Mereka juga butuh istirahat yang
cukup, bukan menghabiskan waktu lebih banyak di jalanan
karena rumahnya jauh dari sekolah. Begitu juga Orang tua harus
punya cukup waktu untuk bisa berbicara dengan anak-anak
mereka, bisa bercengkrama, bisa makan malam bersama, bisa
berlibur bersama. Jangan habiskan waktu orang tua hanya untuk
perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya saat
pulang kerja. Jangan sampai pagi hari sang bapak/ibu berangkat
kerja sang anak sudah tidak ada di rumah karena pagi pagi
sudah harus berangkat ke sekolah yang jauh dari rumah, dan
saat sang bapak/ibu pulang kerja, sesampai di rumah, anak-anak
mereka sudah tidur pulas. Harus tersedia lebih banyak waktu
bagi keluarga agar hubungan mereka bisa lebih harmonis, lebih
sehat. Orang tua bisa memberi nasehat kepada anak-anak, orang
tua bisa membantu dalam pekerjaan rumah anak-anak, orang tua
bisa memberi arahan dan masukan bagi anak-anak.

Sarana prasarana, ruang untuk berbagai kegiatan


Untuk bisa menyehatkan generasi penerus bangsa lahir-batin,
diperlukan bermacam sarana-prasarana dan ruang untuk
berbagai kegiatan mereka. Ruang berupa taman, lapangan untuk
83

mereka belajar sportivitas dalam berolahraga, untuk mereka


bermain, berolahraga, bersilaturahmi, dll. Sarana-prasarana
diperlukan untuk memberikan mereka kesempatan mengejar
hobby kesukaan mereka, untuk menambah wawasan mereka
dalam keilmuan, dalam hal ketrampilan, dalam hal pemenuhan
hasrat mereka mendapatkan pengetahuan. Sarana-prasarana
yang sifatnya terbuka bagi mereka baik berada di satu gedung
pertemuan anak remaja (Youth Centre) atau di sekolah atau di
gedung umum seperti perpustakaan dlsb. Bebaskan mereka
untuk menggunakan sarana-prasarana itu tanpa biaya,
berlakukan aturan yang membangun tanggung jawab mereka.
Jelas bukan sarana-prasarana yang berbiaya tinggi, yang mampu
(punya uang) bisa menggunakannya sementara yang tidak
mampu hanya menelan ludah karena tidak punya uang untuk
bisa membayar biaya penggunaannya.

Kesehatan
Buat apa kita menggunakan sistem kartu yang membedakan
perawatan kesehatan antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya, ada yang di kelas 3, ada yang di kelas 2, ada yang di
kelas 1, seakan akan ada kasta - golongan. Buatkan peraturan,
undang undang yang membebaskan biaya bagi anak-anak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan yang sama bagi semua anakanak Indonesia. Setiap anak (orang) yang masih berstatus usia
sekolah atau masih berada didalam pendidikan, segala tingkatan
itu boleh mendapatkan perawatan kesehatan dimana saja tanpa
biaya. TIDAK PERLU KARTU KESEHATAN!
Setiap saat seorang anak merasakan tidak sehat, dia bisa
diantar ke rumah sakit umum negara untuk mendapatkan
perawatan kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Cukup dengan menunjukkan KTP, bagi yang berusia diatas 21
tahun dan masih tidak bekerja, dan KTP atau kartu pelajar bagi
84

mereka yang dibawah 21 tahun. KTP itu harus sudah online dan
jelas ada data-data yang menyatakan si pemegang KTP itu masih
dalam proses pendidikan, masih bersekolah atau masih duduk di
perguruan tinggi.

Olahraga dan Kesenian


Masalah kesempatan ber-olahraga ini sudah dibahas di saranaprasarana dan ruang untuk berbagai kegiatan. Berikan support
bagi anak-anak yang menyukai olahraga tertentu, dengan
menyediakan sarana-prasarana, ruang untuk mereka berlatih,
dan juga peralatan pribadi mereka dalam menjalankan olahraga
itu, seperti menyediakan sepatu, raket, dll buat mereka yang
berprestasi. Selenggarakan berbagai lomba antar sekolah, antar
daerah agar mereka bisa saling mengadu kemampuan.
Olahraga merupakan ruang untuk belajar sportivitas,
berani kalah, menerima kekalahan, menang dengan rendah hati
... bukan hanya menyehatkan badan tetapi juga mendapatkan
kesehatan pikiran. Sementara kesenian adalah ruang untuk
menyelaraskan badan dan pikiran, untuk kesehatan badan dan
pikiran.
Bantuan bukan hanya untuk olahraga, juga untuk
berkesenian, terutama kesenian daerah. Berikan kesempatan dan
bantuan yang seluas luasnya, sebesar besarnya bagi anak-anak
yang memang memiliki hasrat bakat olahraga dan berkesenian.
Siapkan sarana-prasarana dan ruang untuk itu.

Kesempatan untuk mengembangkan diri


Setiap anak pasti unik, mereka berbeda dalam hal hasrat pribadi
seperti olahraga dan kesenian, dalam hal kegemaran mereka di
berbagai bidang. Siapkan ruang ruang kelas untuk itu, siapkan
pelatih, trainer, guru untuk berbagai jurusan pengembangan diri.
85

Tidak hanya anak-anak, remaja tingkat sekolah atau mahasiswa,


tetapi peserta umum dewasa harus mendapatkan kesempatan
untuk mengembangkan diri, dari ketrampilan memasak,
ketrampilan menjahit, ketrampilan seni pekerjaan tangan, kursus
bahasa daerah sampai kursus bahasa asing, dan berbagai
kegiatan lain untuk meningkat pengetahuan (pengembangan diri)
ataupun sekedar pengisi waktu. Setiap kesempatan itu harus
disediakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah, diberikan
pengarahan, dicarikan jalan keluar untuk mendapatkan
peningkatan pendapatan mereka. Semua kesempatan itu
disesuaikan dengan kebutuhan daerah, dengan budaya lokal dan
nasional.

Dan lain lain


Beberapa sistem yang memanage data-data terkait generasi
penerus perlu disiapkan, data-data ini bisa digabungkan dengan
sistem kependudukan nasional, menjadi semacam historical
information setiap anak Indonesia, berisikan informasi
kegemaran, keahlian, ketrampilan, kegiatan kesenian, kesehatan,
kekurangan atau handicap, dlsb.
Bilamana diperlukan, data-data itu bisa digunakan untuk
pemberdayaan masyarakat berdasarkan dengan biodata yang
tersimpan di database tersebut dan disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada.
Dibutuhkan sistem perencanaan bangku sekolah
berdasarkan usia setiap anak di setiap daerah atau rayon.
Pamong bisa melakukan perencanaan pembangunan gedung
sekolah, penambahan ruang kelas, penambahan guru (pengajar)
dan pelatih untuk berbagai jurusan atau bidang yang sesuai
dengan keadaan setiap daerah.
Dan berbagai fasilitas pendukung tercapainya generasi
penerus bangsa yang jempolan, yang bisa bersaing dengan anak86

anak dari mancanegara.


Jakarta, 6 Desember 2014

87

Sistem Jaminan Kesehatan


14 Desember 2014
Apa saja yang masuk kedalam jaminan kesehatan itu?
Apakah jaminan kesehatan dimaksudkan sebagai perawatan
kesehatan bagi orang sakit, yang badannya sedang terserang
penyakit, dimana rakyat yang sakit itu diberikan perawatan yang
bebas biaya, diberikan obat-obatan yang bebas biaya, dimana
biaya perawatan dan biaya pengadaan obat itu ditanggung oleh
pemerintah?
*

Sistem jaminan kesehatan memang sudah dipersiapkan


dalam beberapa tahun terakhir ini, tapi masih belum cukup
bagus, belum terintegrasi, belum jelas aturan mainnya.
Hak warga untuk bisa sehat, saat ini malah menjadi
kewajiban dimana warga yang ingin ikut dalam sistem
jaminan kesehatan itu harus mendaftar dan membayar iuran.
Warga harus memeriksakan dirinya lebih dulu ke
PUSKESMAS dekat tempat tinggalnya, mereka harus antri
di PUSKESMAS tersebut sampai jam 14, dokter
PUSKESMAS akan memeriksa apakah penyakit warga itu
bisa diselesaikan disitu, diberi perawatan, diberi obat dan
warga bisa pulang ke rumah, atau perlu perawatan lebih
lanjut dengan peralatan yang tidak tersedia di PUSKESMAS,
memerlukan diagnosa lebih jauh dari dokter spesialis
tertentu, maka warga yang sakit itu akan diberi surat
rujukan untuk melanjutkan proses pemeriksaan kesehatan di
rumah sakit yang memiliki peralatan dan atau dokter
spesialis itu.
Dari cerita pengalaman seorang warga yang sudah menjadi
88

anggota sistem jaminan kesehatan itu, sudah membayar


iuran bulanan, saat dia sakit di akhir November 2014, dia
tidak pergi ke PUSKESMAS tetapi ke dokter umum swasta
dan dia harus membayar biaya pemeriksaan juga membeli
obat di apotik. Warga itu mengatakan, dia tidak punya waktu
untuk antri berlama-lama di PUSKESMAS dan kalau
penyakitnya parah, dia harus pergi ke rumah sakit yang
ditunjuk dan kembali harus antri beberapa jam sampai dia
mendapatkan perawatan yang seharusnya. Warga itu sehari
hari bekerja sebagai tukang parkir, dia mengatakan: Kalau
saya harus antri di dua tempat itu, habislah waktu saya,
siapa yang akan memberi saya uang untuk makan!?.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh, seorang pekerja
yang harus bertugas di luar daerah, dan telah terdaftar di
sistem kesehatan itu, tetap tidak bisa mendapatkan
perawatan di rumah sakit daerah tempat dia sedang
bertugas, karena ada satu keharusan dimana seorang warga
yang sakit harus pergi ke PUSKESMAS yang dekat dengan
tempat tinggalnya lebih dulu kemudian PUSKESMAS itu
akan memberikan surat rujukan untuk melanjutkan
perawatan/pemeriksaan kesehatan di rumah sakit tertentu.
Jadi pekerja yang terpaksa bekerja jauh dari tempat
tinggalnya itu belum bisa mendapatkan perawatan kesehatan
yang semestinya, karena dia tidak bisa begitu saja pergi ke
PUSKESMAS di tempat dia bekerja atau begitu saja masuk
ke rumah sakit di tempat dia bekerja, karena aturan
bakunya, seorang warga harus pergi ke PUSKESMAS dekat
tempat tinggalnya. Proses dimulai dari PUSKESMAS
tersebut.
Sistem jaminan kesehatan ini belum terintegrasi antar
daerah, jadi seorang warga masih belum boleh sakit bila ia
berada jauh dari PUSKESMAS (jauh dari tempat tinggalnya),
seorang rakyat hanya boleh sakit saat berada di tempat
89

tinggalnya, kalau dia pergi keluar kota dia tidak boleh sakit
sama sekali, karena sistem jaminan kesehatan masih belum
bisa mengatur itu.
Masih kembali ke sistem kartu, pemerintah masih terus
mengejar bagaimana kartu kartu itu dibuat, dibagikan
(didistribusikan) kepada rakyat, tetapi belum mampu untuk
membantu menyehatkan warganya saat seorang warga
berada di daerah lain, meski daerah itu masih berada
didalam wilayah Indonesia, bahkan meski orang itu cuma
berada di Tanggerang dan terdaftar di Jakarta Selatan, orang
itu tidak bisa begitu saja mencari PUSKESMAS terdekat
dimana dia sedang terkena penyakit, dia harus pulang ke
wilayah dimana dia terdaftar, di kelurahan tertentu dimana
dia terdaftar, dia harus menuju PUSKESMAS di kelurahan
dia terdaftar.

Apakah yang diurus oleh para pamong selama ini?


Warga harus terus mengurus berbagai kartu-kartu, itulah yang
para pamong kedepankan, hanya menampilkan berbagai kartukartu baru untuk berbagai hal dan melupakan kebutuhan hidup
warganegara. Ada kartu Jamkesmas, Jamkesda, BPJS, KJS, KJP,
kartu Bansos: KIS, KIP, KKS (Kartu Keluarga Sejahtera),
SIMcard, PSKS (Program Simpanan Keluarga Sejahtera), BLT,
dll. Hanya kartu-kartu yang dipermasalahkan, siapa berhak atas
kartu apa, siapa wajib atas kartu apa, siapa berhak atas
pelayanan kelas apa, dst.

Pesan buat para pamong


Berhentilah bergaya seperti pedagang eceran di kakilima, yang
terus menjajakan barang kelontong kepada para pejalan kaki,
siapa terlihat mampu harus bayar lebih tinggi, siapa terlihat
90

tidak mampu boleh mendapatkan barang kelas rongsokan, siapa


yang cuma berani melihat lihat saja boleh diper-olok-olok-an
dikatakan tidak berkelas. Cobalah mulai berubah menjadi
pelayan masyarakat yang sebenar-benarnya, toh ongkos hidup
kalian telah dibayar oleh rakyat Indonesia, mulailah bersikap
adil kepada rakyat Indonesia!
Janganlah berbicara berbelit belit, membuat rencana
memasang perangkap agar warga dapat terbelenggu dengan
peraturan yang tidak berpihak kepada rakyat, sudah cukup
rakyat diperdaya selama puluhan tahun oleh pamong pamong
yang greedy, yang hanya memikirkan kantong pribadi, yang
mengejar nafsu perut dan nafsu bawah perut selama ini.

Hak kesehatan dibedakan atas dasar besaran iuran!?


Sistem jaminan kesehatan yang ditawarkan kepada rakyat saat
ini dibedakan berdasarkan besaran iuran yang dibayar seorang
peserta, atau berdasarkan pekerjaan di lembaga negara atau
lembaga swasta, berdasarkan jabatan seseorang sebagai pejabat,
padahal gaji para pegawai negara itu dibayar dengan uang
rakyat, mereka cuma pekerja suruhan rakyat, hanyalah para
pelayan rakyat, kenapa mereka mendapatkan keistimewaan lebih
daripada rakyat yang membayar gaji mereka!?
Kemudian peserta yang bukan pekerja formal, para
pensiunan 'yang mampu membayar', atau perorangan, siapapun,
dipersilahkan ikut sebagai peserta dan boleh ikut kelas
perawatan yang lebih tinggi asalkan mau membayar iuran sesuai
kelas yang diinginkan, mau kelas 1 silahkan bayar iuran yang
sesuai. Bagi fakir miskin yang ditentukan oleh mereka, diberikan
peawatan kelas 3. Bagi yang mampu membayar iuran yang lebih
tinggi boleh mendapatkan perawatan kelas 1.
Lihat artikel KARTU, KARTU dan KARTU di bagian buku
91

MSICS ini, tentang jaminan kesehatan. Seharusnya pemberian


kelas perawatan dikaitkan dengan kesetiaan seorang warga
kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak penghasilan.
Siapa yang telah membayar pajak penghasilan dengan setia,
dengan jujur, maka bagi mereka langsung diberikan kelas
menengah.
Bagi mereka yang telah membayar pajak penghasilan cukup
besar boleh mendapatkan kelas atas.
Sementara warga yang tidak pernah membayar pajak
penghasilan, langsung mendapatkan perawatan kelas dasar.
Barangsiapa mendapatkan penghasilan secara halal, telah
membayar pajak penghasilan, akan mendapatkan penghargaan
dalam bentuk pelayanan kesehatan kelas menengah. Yang
penting warga telah membayar pajak penghasilannya, maka
penghargaan diberikan kepada mereka, meski orang itu cuma
buruh pabrik sekalipun, dia akan mendapatkan perawatan kelas
menengah.
Seorang yang kaya raya, dan tidak pernah membayar
pajak penghasilan, maka dia hanya boleh mendapatkan
perawatan kelas dasar. Seorang pejabat tinggi yang hanya
membayar pajak sekedarnya saja, hanya mendapatkan perawatan
kelas menengah juga. Hanya mereka yang nilai pembayaran
pajak penghasilannya begitu tinggi. Misal saja pajak yang telah
dia bayar sebesar 12 kali nilai PTKP pria menikah dengan 3
anak, bagi orang ini diberikan perawatan kelas atas.
Maka, mantan pejabat yang pernah korupsi, terlihat kaya
raya, tapi tidak pernah membayar pajak, akan diberikan
perawatan kelas dasar.
Menggunakan KTP yang terintegrasi, seseorang yang akan
masuk perawatan kesehatan, hanya perlu menunjukkan KTPnya, maka petugas penerimaan perawatan di rumah sakit negara
92

langsung bisa menentukan bahwa orang itu berhak atas kelas


perawatan tertentu. Tidak diperlukan peraturan mandatory
yang mengharuskan rakyat mendaftar sebagai peserta, atau
perusahaan mendaftarkan pekerja (pegawai) sebagai peserta.
KTP sudah mewakili hak jaminan kesehatan. Yang bekerja dan
membayar pajak, langsung mendapatkan kelas menengah. Yang
bekerja dan membayar pajak tinggi, langsung mendapatkan kelas
atas. Yang tidak bekerja atau yang tidak pernah membayar pajak
langsung mendapatkan kelas dasar.
Saat ini, lembaga itu berusaha mendapatkan sebanyak
banyaknya peserta, mengharuskan rakyat menjadi anggota,
paling lambat tahun 2015. Kalau seluruh rakyat harus menjadi
peserta, kenapa lagi seorang rakyat harus mendaftar!? Anggap
saja saat ini, semua orang yang punya KTP, yang punya NIK
dianggap telah terdaftar!!! Begitu saja kok repot!?
Sudah begitu saat, mendaftar seorang warga harus membawa
fotocopy KTP, fotocopy KK, pasfoto dll. Buat apa lagi!? Hanya
menambah pekerjaan saja. Gunakan NIK atau KTP sebagai kartu
utama, hanya satu itu saja sebagai penentu perawatan kesehatan.

93

V i r us K o r up s i
Virus korupsi sudah menjalar kemana mana, segala lembaga
negara sudah tercemar virus korupsi bahkan lembaga agama
negara termasuk yang tercemar paling berat, sampai kitab suci
agama pun dijadikan projek korupsi. Lembaga pendidikan negara
juga tidak lepas dari pencemaran korupsi.
Saya teringat suatu kejadian saat suatu daerah di selatan Jawa
Timur terkena tsunami kecil, banyak rumah hancur, banyak
warga menjadi korban. Sang menteri sosial yang waktu itu
dipegang seorang putri dari sang presiden berkata: Tolong ya,
bantuan ini jangan dikorupsi!, dijawab oleh pamong daerah
setempat waktu itu: Insyaallah tidak dikorupsi bu!.
Bayangkan, dengan pemikiran mereka yang begitu hebatnya,
seakan akan bantuan itu tidak dikorupsi atas ijin YMK, dan
tentu akan dikorupsi dengan ijin YMK juga. Sederhana sekali!!!
Begitu mudah untuk mengatakan bahwa segala sesuatu berjalan
atas ijin dan kehendak YMK, seperti sebuah KOLABORASI saja!
Padahal NIAT dan KEHENDAK itu ada pada otak dan hati para
pamong.
Para pamong seperti ingin menyampaikan pesan, kalau
bantuan yang seharusnya diterima oleh para korban itu bisa
sampai kepada mereka atau tidak bisa sampai, semua itu atas ijin
dan kehendak YMK, bukan akibat ulah mereka. Dikorupsi dan
tidak dikorupsi juga atas ijin dan kehendak YMK. Lebih lanjut,
ada yang berkata, kalau keadaan tidak baik itu merupakan ujian
dari YMK, jadi kalau tidak diterimanya suatu bantuan juga
berarti sebagai ujian dari YMK!?
Korupsi tidak menjadi hal TABU bagi para pamong dan
94

ponggawa, mereka sudah terbiasa dengan kegiatan berjamaah


yang satu ini. Sudah menjadi kehendak YMK kalau hal hal
negatif itu melanda negeri tercinta ini . . . kan kalau hal itu tidak
diperkenankan, pasti tidak akan terjadi . . . bukan!?
Kalau hal hal negatif bisa terjadi di lembaga negara yang
seharusnya menjadi pengelola kesejahteraan rakyat, maka di
lembaga swasta tentu saja boleh ikut meramaikan suasana perkorupsi-an . . . sudah jamak bukan!?
Kalau lembaga negara bidang agama dan bidang pendidikan
sudah tercemar virus korupsi, begitu juga dengan bidang bidang
lainnya, maka sudah barang tentu lembaga swasta tidak bebas
dari virus korupsi. Tentu saja semua lembaga swasta bisa
tercemar virus korupsi, tidak hanya lembaga swasta yang
mememang sudah 'profit oriented' tetapi lembaga swasta yang
mengurus bidang bidang pendidikan, kesehatan juta tidak lepas
bebas dari virus korupsi.
Seperti mafia farmasi yang merupakan suatu kerja sama
(joint operation) antara lembaga negara bidang kesehatan,
dengan lembaga swasta produsen obat, dengan lembaga swasta
bidang distribusi obat, dengan lembaga swasta pengecer obat,
dengan lembaga swasta penjual jasa kesehatan yang menulis
resep obat, yang mengarahkan para pasien ke pembelian obat
obat tertentu dengan komisi tinggi. Mereka bekerja sama dalam
mengejar profit (keuntungan) yang sebesar besarnya. Soal
seorang rakyat sebagai pasien mereka bisa sembuh atau jatuh
miskin karena harga obat (perawatan) yang mahal, itu tidak ada
dalam benak mereka, yang penting nafsu perut dan nafsu bawah
perut mereka terpenuhi.
Lalu, apakah dengan adanya pemerintahan baru dibawah
presiden ke-7 ini, mereka sudah ber-metamorfose (berubah
95

bentuk) menjadi lembaga lembaga yang ber-hati-nurani, yang


mengedepankan kesehatan rakya Indonesia, yang mengutamakan
kesehatan rakyat diatas nilai keuntungan mereka!?
Sistem jaminan kesehatan memang sudah disiapkan, dicoba
terapkan dalam kehidupan rakyat Indonesia, tetapi mafia
farmasi masih belum meninggalkan tabiat utama mereka,
mengejar keuntungan yang sebesar besarnya demi nafsu perut
dan nafsu bawah perut mereka yang masih terus menggelembung
besar seperti balon terbang yang sedang terbang tinggi di awan,
terlihat kecil saat mereka berada di atas awan padahal begitu
besar saat berada di daratan.
Ada sedikit banyak manfaat yang diterima rakyat dari sistem
jaminan kesehatan yang sedang dicoba terapkan oleh pemerintah
saat ini, tetapi dibalik itu masih ada mafia farmasi bercokol di
belakang sistem itu. Mereka terus membuka moncong moncong
mereka sebesar besarnya, menyedot dana rakyat Indonesia yang
digelontorkan oleh pemerintah demi kepentingan kesehatan
rakyatnya.
Rakyat menerima sedikit manfaat dari gelontoran dana
yang dikeluarkan pemerintah, rakyat tetap kurus berpenyakit
sementara kelompok mafia itu semakin gendut dan lebih gendut
lagi.

96

Sakit dan Obat Herbal


30 Desember 2013
(Judul aslinya: 'Sakit dan Terapi Pete')
Anda sakit?
Itu adalah satu kesempatan untuk mengingat Allah YMK.
Saat sakit, sebagian orang mulai berdoa minta disembuhkan:
sebagian di antara mereka tidak bisa berbuat apa apa, karena
tidak punya uang dan daerah tempat tinggalnya tidak
menyediakan KJS (Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Jaminan
Sehat), jadi cuma berdoa saja,
sebagian lagi mulai mencari tanaman obat karena kebetulan
tinggal di pedesaan, masih ada banyak macam tanaman obat,
sebagian lagi mulai berkunjung ke penulis resep obat farmasi
dan mulai mengkonsumsi obat imitasi,
sebagian lagi pergi ke luar negeri untuk mencari pengobatan
'yang lebih baik',
sebagian lagi pergi mencari orang pintar, shaman (dukun,
alternative) juga pergi ke PONARI si pemilik batu ajaib, ...
dst.
Saat berdoa itu, mereka ingat kepada Allah YMK, jadi
sebenarnya sudah ada rasa percaya kepada Allah YMK, tetapi ...
sebagian besar di antara mereka lebih percaya kepada obat
buatan manusia yang cuma imitasi dari obat alam (herbal) ...
kenapa tidak sekalian saja menumbuhkan rasa percaya kepada
obat obatan yang sudah disediakan Allah YMK, yaitu HERBAL.
Jadi, cuma yang berTAQWA penuh kepada YMK itulah yang mau
menggunakan HERBAL, yang lain, cuma setengah hati.
97

Maaf, itulah adanya ...!

Mereka yang mau menerima tawaran Terapi Herbal (Pete) adalah


'orang orang yang percaya' itu, sementara yang tidak menerima
tawaran saya dan lebih memilih meminum obat imitasi, adalah
orang-orang yang tidak percaya, mereka tidak percaya kepada
saya atau tidak percaya akan kemampuan terapi herbal.
Tidak mau menerima itu adalah sikap, karakter orang yang tidak
percaya akan kebenaran, curiga kepada orang lain, dengan
berbagai pertimbangan:
mana ada orang baik di jaman KACAU sekarang ini,
pasti hanya kebohongan belaka,
mana mungkin ada orang memberikan suatu jasa dengan
cuma-cuma, dlsb.
tapi yang paling jelek adalah tidak percaya akan kemampuan
si herbal itu. Mana mungkin Stink bean! Evil smelling bean!
bisa memberikan faedah besar untuk kesehatan manusia!?
Allah YMK menciptakan segala sesuatu itu pasti ada kegunaan
di suatu sisi ... tinggal si manusia yang cerdas mau mengexplorasi segala sesuatu itu untuk kebaikan dirinya atau untuk
masyarakat dimana dia tinggal. Dan itulah yang telah dikerjakan
para leluhur, mereka telah mencari dan mendapatkan begitu
banyak obat herbal, dan resep herbal itu telah diwariskan turun
temurun kepada anak cucunya masing masing, tentu sesuai
dengan lokasi daerah mereka bermukim.
Tawaran Terapi Pete ini hanyalah 1 dari begitu banyak obat
alami yang disediakan Allah YMK. Anda percaya kebenaran
terapi ini, berarti Anda percaya kebesaran Allah YMK ... kalau
98

Anda tidak percaya, berarti ... (silahkan isi sendiri deh) ...
Wa ALLAHu 'alam Bissawab. ... Kita bertekad untuk beribadah
dengan sepenuh keyakinan dan bertaqwa kpd Allah SWT!
... Yakinkah Anda?

Tidak percaya kepada sistem kesehatan yang ada


Sang presiden tidak percaya kepada sistem kesehatan-nya
sendiri, dia siapkan peraturan yang mengijinkan pejabat negara
pergi ber-obat ke luar negeri, berikut keluarga mereka.
... ini potongan dari pemberitaan sekretaris kabinet:
Rumah Sakit di Luar Negeri
Dalam Perpres No. 105/2013 dan Perpres No. 106/2013 itu
disebutkan, pelayanan kesehatan paripurna sebagaimana
dimaksud, termasuk pelayanan kesehatan rumah sakit di luar
negeri yang dilakukan dengan mekanisme penggantian biaya. ...
http://www.setkab.go.id/berita-11531-menteri-pejabat-tertentuketuaanggota-lembaga-negara-dapat-pelayanan-kesehatanparipurna.html

99

O B A T K W -1
15 Januari 2014
Sudah dari dulu, entah sejak kapan ... manusia menggunakan
berbagai zat dari tanaman, hewan atau mineral untuk mengobati
berbagai penyakit. Obat-obatan itu sudah tersedia di sekitar
manusia. Allah YMK sudah menyediakan obat-obatan KW1
(kualitas nomor wahid), herbal itulah yang ORI (original).
Kemudian obat herbal itu diusahakan sedemikian rupa,
dibentuk, dan dikemas agar bisa bertahan lebih lama, agar bisa
didistribusikan ke tempat yang lebih jauh dari tempat herbal itu
berada. Herbal yang diproduksi di pabrik menggunakan bahan
alami tapi diolah dan dicampur sedemikian rupa itu bisa
dikatakan sebagai obat KW2 (kualitas nomor 2).
Sementara obat-obatan buatan pabrik yang diproduksi
menggunakan bahan kimia, dirancang sedemikian rupa
menyerupai obat alami, merupakan IMITASI dari obat alami ...
saya sebut sebagai obat KW3 (kualitas nomor 3).
Kalau ada yang ORI (original) KW1, kenapa sih harus
menggunakan yang KW3!
Pemerintah seharusnya lebih menggalakkan obat-obatan KW1,
karena bahan bahan itu ada di bumi pertiwi ini cukup banyak,
ada banyak tersedia di daerah tropis, di kebun-kebun, di halaman
rumah, di gunung, di hutan, dlsb.
Pemerintah tidak berusaha kembali ke alam, mereka sudah tidak
percaya kepada obat ciptaan YMK ... jangankan percaya kepada
100

yang ORI ciptaan YMK, ... kepada sistem kesehatan mereka


sendiri mereka tidak percaya! Mereka buat peraturan yang
memberikan mereka (para pejabat) kesempatan untuk pergi
keluar negeri mencari pengobatan, dengan biaya negara ...
sementara mereka tidak pernah mengurus sistem kesehatan
bangsa dan negara ini dengan benar.
Sudah begitu, hutan tropis yang sebenarnya punya potensi
mengandung berbagai tanaman obat malah di-bumi-hangus-kan,
diganti dengan tanaman mono kultur yang punya potensi besar
merusak sumber hara. Bangsa ini dan umat manusia di dunia
mengalami kerugian dengan dihancurkannya hutan hutan tropis
itu. Hilanglah potensi obat KW1!!!
Jangan cuma melihat devisa dan komisi sesaat, dan tidak pernah
berhitung akan kerugian jangka panjang dengan penghancuran
berbagai tanaman yang ada di hutan tropis itu.
Hei, Allah tidak menciptakan hanya tanaman mono kultur itu
secara masal, tetapi menciptakan hutan tropis dengan variasi
yang begitu komplek (banyak jenis, bermacam ragam) sebagai
cadangan obat-obatan KW1. Jangan jangan, mereka itu
sebenarnya tidak beragama!? Mahluk hijau itulah yang mereka
sembah ... DUIT!

101

Obat Farmasi atau Herbal, KW-3 atau KW-1?


Dengan adanya jaminan kesehatan, seorang warga yang sakit
boleh mendapatkan bantuan perawatan kesehatan, biaya rawat
jalan - biaya rawat inap disediakan oleh pemerintah, dan obat
disediakan oleh pemerintah . . . TETAPI . . . obat yang diberikan
kepada rakyat yang sedang sakit itu masih berupa obat
konvensional, KW-3, artificial, hasil rancangan peneliti luar
negeri, bukan obat orisinil dari negeri sendiri, bukan KW-1!
Kenapa rakyat yang sakit itu harus diberi obat konvensional,
obat KW-3 padahal kita punya banyak banyak obat alam warisan
leluhur, herbal dari berbagai bahan alam, dari bagian tanaman,
bagian hewan dan mineral. Banyak yang sudah ada sejak ratusan
bahkan ribuan tahun yang lalu. Buku buku resep obat alam
masih banyak yang tidak dipublikasikan, atau malah dibiarkan
hancur dimakan rayap.
Kita semua tahu obat KW-1 itu lebih aman daripada obat KW-3
yang cuma sekedar tiruan (artificial) dari obat alam. Obat KW-3
itu tidak hanya menyembuhkan tetapi juga membawa masalah
lain.
Kalau saja kita mau menyiapkan obat KW-1 yang tersedia sejak
lama, sudah ada turun temurun itu, selain mendapatkan obat
ampuh, kita juga mendapatkan nilai tambah yang jauh lebih
besar, kegiatan mempersiapkan obat KW-1 itu berarti
memberikan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, sebagai
petani yang menanam dan memelihara tanaman obat, sebagai
pengelola (manajemen), sebagai penjual, sebagai peracik yang
menjalankan proses persiapan dari bahan dasar alami sampai
menjadi obat siap pakai, semua itu menjadi program padat karya
102

bagi banyak warga Indonesia di berbagai wilayah (daerah)


tergantung kepada kesesuaian alam, maka tanaman hortikultura
yang sesuai akan dibudidayakan di daerah itu oleh warga
setempat, dikelola dan dipersiapkan oleh banyak orang, tidak
perlu usaha industri yang bermodal besar dengan peralatan
canggih yang hanya memerlukan beberapa orang ahli farmasi
berikut robot robot industri yang bisa memproduksi ribuan atau
jutaan pil setiap waktu dengan sedikit pekerja.
Usaha kita mempersiapkan berbagai obat herbal akan
menjadi industri besar skala nasional dengan banyak orang yang
bekerja di segala lini, dari lini budidaya di pertanian, di hutan, di
gunung, sampai ke lini penjualan secara eceran di pasar, di mall,
penjualan ke luar negeri, bisa melibatkan begitu banyak orang di
seluruh Indonesia.
Dengan obat KW-1 yang ada, kita bisa menyehatkan warga
Indonesia, tidak hanya sehat di badan tetapi juga sehat di
kantong rakyat Indonesia, menyehatkan perekonomian warga
Indonesia, sementara kalau kita menggunakan obat KW-3, hanya
sekelompok mafia farmasi saja yang akan sejahtera sementara
rakyat hanya menjadi pelanggan saja.

103

P un y a O t a k
13 Juli 2010
*
*

*
*
*
*

*
*

Seorang anak mengalami gegar otak, kepalanya diperban.


Begitu keluar dari ruang praktek dokter yg menyatakan
dirinya kena gegar otak, anak ini langsung bergembira,
teriak-teriak dan melompat-lompat.
Dia teriak: "hore-hore ... saya gegar otak .... hore-hore ... saya
gegar otak!!!" begitu terus .
Orang yg melihat, menjadi bingung ... "ada apa?"
Banyak yg kaget, bingung, terdiam ... dll.
Tetapi ada seorang tua yg kemudian bertanya kepada anak
itu: "lho nak, ada apa ini, kalau kamu gegar otak itu tidak
boleh teriak-teriak apalagi melompat-lompat?"
Si anak itupun segera menjawab sambil berteriak: "hahaha ...
saya gembira, karena ternyata saya masih punya otak ... dan
otak saya itu ada di kepala!!!"
Si orang tua itu jadi bingung, "lho kok begitu ...???"
Dijawab si anak: "iya, kan saya dengar, banyak orang nggak
punya otak! Kalaupun ada pasti di dengkul!" ... "jadi saya
gembira, saya punya otak ... dan otak saya berada di kepala
bukan di dengkul ... gitu!!!"
Si orang tua itu terdiam, sambil berkata dalam hati (... benar
juga si gila ini ... apa saya juga punya otak ... dan otak saya di
kepala ya??? ...)
Kegilaanpun berlanjut ....

Saya juga ikut bertanya, kalau begitu kenapa ada peraturan baru
... pengendara motor harus memakai helm full dan SNI pula?
Mungkin agar kita semua merasa punya otak, dan otak itu ada di
104

kepala!!?? Begitu barangkali?

105

Merayakan Hari Anak Sedunia


23 November 2014
Hari Anak sedunia, 20 November 2014 dirayakan di Jakarta,
berlangsung di area Car Free Day ... alias di JALANAN!
Kasihan anak anak generasi penerus bangsa, mereka sudah tidak
punya lahan bermain, tidak punya lapangan atau taman atau
ruang untuk berolahraga, untuk bersosialisasi, juga untuk
masyarakat bersilaturahmi ... semua BOLEH dan HARUS
dilakukan di JALANAN!!!
Makan di jalan, minum di jalan, pesta di jalan, upacara hari raya
di jalan, peringatan kemerdekaan di jalan, pesta kemerdekaan di
jalan, ritual agama di jalan, bermain di jalan, olahraga di jalan,
pacaran di jalan, demo di jalan, kampanye di jalan, pipis di jalan,
aak (BAB) juga di jalan ... terus anak-anak Indonesia mau
dijadikan ANAK JALANAN!? Gitu!?
Belum lagi, setiap hari, anak-anak sekolah belajar mengacau di
jalanan, orang tua harus mengantar anak mereka ke sekolah
yang jauh dari rumah dalam waktu sesingkat-singkatnya, jadi
terpaksa memberikan pelajaran tambahan extra kurikuler:
bagaimana melanggar peraturan, melawan arah, berbelok di
tempat dilarang berbelok, berkendaraan roda dua bertiga atau
bahkan berempat sering terlihat ... setiap hari, dari jam 7:30
sampai jam 14 anak-anak belajar berdisiplin, taat hukum, patuh
peraturan, menghormati guru dan orang lain ... tetapi pagi saat
berangkat ke sekolah dan sore saat pulang sekolah, mereka
belajar mengacau di jalan, dari orang lain atau bahkan dari orang
tuanya sendiri!?
106

Jadi, sebenarnya apa yang akan diperingati di acara HARI ANAK


SEDUNIA itu?
Hanya sekedar memeriahkan 'hari'-nya saja, lalu soal nasib anakanak di dunia atau nasib anak-anak generasi penerus bangsa itu
terus ACUH TAK ACUH?
Kemana para pembela anak-anak Indonesia?
Kemana komnas anak Indonesia? Ngapain saja mereka!?
Banyak yang IMPOTENS soal nasib generasi penerus bangsa ...
kebanyakan cuma memikirkan perut sendiri sendiri, lupa akan
kebersamaan, lupa akan masa depan bangsa!
Apa faktor yang memungkinkan Bangsa dan Negara Indonesia
Jaya di Masa Depan!?
Kejayaan hanya mungkin terjadi bila kita memperhatikan anakanak kita saat ini.
Nasib masa depan bangsa dan negara ada di tangan anak-anak
generasi penerus bangsa!
Jadi, jangan cuma merayakan hari Anak Sedunia itu di jalanan,
tetapi mulailah minta kepada penguasa agar anak-anak
dijauhkan dari jalanan, agar anak-anak bisa bermain dan
berolahraga di tempat yang seharusnya, bukan dijalanan atau di
mall atau di tempat hiburan yang mahal harganya yang bisa
mengundang konsumerism. Tolong mintalah kepada setiap
penguasa daerah agar mereka mulai memikirkan anak-anak
generasi penerus bangsa, agar mereka mulai menyiapkan
berbagai fasilitas pembentukan jiwa dan mental anak-anak yang
tidak berbau jalanan.

107

Inilah masanya REVOLUSI MENTAL, dimulai dari menjauhkan


anak-anak dari kegiatan jalanan, jangan bermain di jalan, jangan
olahraga di jalan, jangan tawuran di jalan, dst.
Sekolah juga dikembalikan ke sistem rayon, anak-anak tidak
perlu naik kendaraan dari rumah ke sekolah, agar mereka bisa
berjalan kaki atau naik sepeda, mereka bisa saling
bersilaturahmi satu sama lain, agar persatuan itu terbentuk
sejak kecil, agar anak-anak bisa saling kenal dengan anak-anak
bertetangga, bisa bermain bersama, bukan saling bertemu dan
berjanji di MALL atau hanya bermain gadget teknologi canggih
yang membuat anak-anak terbelenggu di batok tempurung
masing-masing.
Adakah yang masih berpikir jauh ke depan, demi kejayaan
bangsa dan negara, dengan menyelamatkan anak-anak kita,
sebagai generasi penerus bangsa dan negara Indonesia!?
***
Bila kita ingin memberikan kesempatan anak-anak generasi
penerus bangsa ini bisa menjadi generasi JEMPOLAN, yang bisa
bersaing dengan warga mancanegara, maka kita harus
mempersiapkan segala sarana prasarana bagi membesarkan
mereka dengan aman, dengan penuh kedamaian, penuh nilainilai positif, dengan berbagai kesempatan bagi mereka menikmati
hari-hari mereka sebagai anak-anak, bukan sebagai anak jalanan.

108

Sehat dan Kesehatan


24 Desember 2014
*

Sehat adalah satu kondisi dimana segala sesuatu berjalan


normal dan bekerja sesuai fungsinya dengan semestinya. (ada
banyak sumber terkait definisi sehat: menurut UU, WHO, dll)
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan)

Sehat itu tidak sekedar hidup normal, dan semua anggota badan
dan organ tubuh bekerja sesuai fungsinya dengan semestinya,
menurut WHO ataupun Undang Undang ada beberapa kriteria
lain:
* Sehat Jasmani,
* Sehat Mental,
* Sehat Spiritual atau Rohani.
Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya, keadaan sehat
jasmani belum tentu berisikan mental yang sehat seperti pada
orang gila (sakit jiwa), meski orang itu terlihat berbadan sehat
tetapi perilaku dan cara berpikir orang itu tidak sehat, begitu
juga meski jasmani (badan) orang itu tidak sehat bisa saja
berisikan mental baja (tentu sangat sehat) seperti Stephen
Hawking atau orang invalid yang berhasil melakukan perjalanan
keliling Indonesia, meski cacat jasmani ternyata tetap bisa
melakukan hal hal besar. Soal sehat spiritual (rohani) ini
merupakan keharusan, harus ada dalam setiap orang yang sehat
jasmani maupun yang cacat, mereka yang sehat spiritual
biasanya sehat mental.
109

Mungkin ketiga hal itu bisa diwakili oleh IQ, EQ dan SQ


walau belum tentu benar sepenuhnya, karena seorang Stephen
Hawking pasti punya IQ, EQ dan SQ tinggi walau cacat jasmani.
Ada orang-orang yang berbadan sehat, dengan tingkat
spiritual yang tinggi bisa saja salah jalan, mereka bermental baja
berani berperang, tetapi mereka menjadi orang-orang sadis yang
suka membunuh orang lain yang tidak mau ikut dengan aliran
keagamaan mereka.
Begitu juga di Indonesia, ada banyak orang yang terlihat
sehat, dengan perawatan kesehatan yang super mahal (selalu
minta perawatan VVIP), terlihat punya IQ tinggi punya titel
kesarjanaan kelas atas dengan jabatan tinggi di pemerintahan,
terlihat punya EQ karena sering memberi amal dan sedekah,
terlihat punya SQ tinggi - begitu rajin menjalankan ritual agama
bahkan punya titel keagamaan hasil dari seringnya pergi ziarah
ke tempat suci . . . toh mereka yang berpenampilan sehat di
segala segi itu ternyata cuma KORUPTOR kelas paus!

Don't judge the book by the cover!


Soal sehat dan tidak sehat seseorang tidak bisa dinilai dari
penampilan seseorang karena itu cuma cover luar, hanya casing
saja, buat saya, yang paling penting adalah bagian dalam yang
tersembunyi di dalam badan seseorang, mental, jiwa, moral, EQ
dan SQ yang seimbang.
Tampilan seorang yang terlihat ganteng, perlente, begitu
berpendidikan, bertitel sarjana dan titel keagamaan, dengan
jabatan tinggi, rumah mewah, mobil mewah, dst dst itu bisa jadi
cuma tipuan, seakan akan taat peraturan, patuh hukum, sangat
beretika, begitu alim (taat agama), dst padahal bisa jadi cuma
seorang koruptor kelas paus.
Sungguh berbeda dengan orang pinggiran yang sudah tua
renta, badan gelap tertimpa sinar matahari, tak punya uang
110

cukup untuk makan apalagi untuk beramal atau bersedekah,


cuma duduk paling belakang di rumah ibadah, tetapi orang itu
tidak pernah kalah mental, tidak pernah takut miskin (sudah
paling miskin), tidak punya apa apa, rumah pun sekedar
berteduh dari panas tapi tidak bebas dari tetesan air hujan yang
turun di atap rumah yang bocor, orang seperti itu terpinggirkan,
tak dipandang sebelah mata, padahal mereka orang orang yang
bermental baja, tak kenal menyerah, tak mau mencuri, tak ingin
menguasai harta orang lain, tak iri dengan keadaan orang lain
yang lebih baik . . . dst.
Jadi. Kita mau memilih sehat yang bagaimana!?
Buat saya, kedua contoh extrim itu tidak bisa dijadikan pilihan,
tidak sebagai orang perlente yang koruptor juga tidak sebagai
orang miskin yang tak punya apa apa meski bermental baja.
Buku seri Menuju Revolusi Mental ini diharapkan bisa membuka
mata banyak orang agar tidak mengambil panutan seperti tipe
koruptor tersebut diatas, juga jangan sampai ada orang-orang
yang menderita seperti si bapak tua miskin itu. Kita perlu
mencari jalan keluar dari kesemrawutan saat ini, dari mental
mental munafik saat ini, menjadi mental mental baja yang tak
kenal menyerah, yang tidak berkompromi dengan para koruptor
itu, dan mau menaikkan derajad rakyat kecil.

A p a ya n g i n g i n k i t a c a p a i ! ?
Target kita bersama: Sehat dalam segala segi, sehat badan, sehat
mental, sehat spiritual bagi rakyat Indonesia, bukan hanya
sebagian kecil tetapi secara keseluruhan.
Untuk itu perlu dirancang sistem sistem kesehatan yang
menyeluruh yang bisa merubah keadaan yang ada selama ini,
111

dari 'IST' yang ada menuju satu 'SOLL' yang jelas yaitu, rakyat
Indonesia yang sehat badan, sehat mental dan sehat spiritual.
Banyak hal perlu di-format ulang, dibongkar dan dibangun baru,
karena sistem yang lama telah salah jalan.

U n t uk s i a p a ! ?
Sehat dan kesehatan yang dibahas dalam buku ini, tidak hanya
berlaku untuk rakyat Indonesia, tetapi berlaku umum, untuk
kepentingan warga dunia, kita tidak bisa berusaha untuk
mendapatkan status sehat atau mencari satu teknologi kesehatan
hanya untuk satu golongan, hanya satu kelompok masyarakat
saja, segala daya upaya dalam mendapatkan status sehat dan
teknologi kesehatan harus bisa diterapkan, diaplikasikan ke
semua orang, semua warga dunia . . .
* tidak bisa hanya suatu kelompok masyarakat yang bisa sehat
sendirian sementara warga dunia yang lain sedang menderita
berbagai penyakit,
* tidak mungkin negara maju yang menguasai sistem
pengobatan (perawatan) kesehatan yang super canggih hanya
menggunakan sistem itu untuk warganya saja, sementara
warga dari negara terbelakang yang terpapar penyakit
mematikan dibiarkan menderita, seperti beberapa keadaan
yang lalu saat Flu burung, flu babi atau Ebola itu menyerang
warga negara berkembang. Para dokter, para ahli dari negara
maju segera datang ikut membantu menghadapi berbagai
penyakit mematikan itu.

Obat dan Pengobatan


Obat adalah bahan, sesuatu yang digunakan untuk
menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit, sementara
pengobatan adalah cara, metode, teknik yang digunakan untuk
112

menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit.


Kita perlu mencari obat dan pengobatan yang terbaik,
termurah, yang sederhana tetapi ampuh, yang tidak
menyembuhkan, yang tidak meracuni badan sang pasien, tidak
merusak badan sang pasien, mudah didapat, tersedia di berbagai
lokasi penjualan. Obat alam perlu diutamakan bukan obat buatan
pabrik yang data-datanya disembunyikan. Obat generik yang
umum yang bisa diperoleh ataupun diolah sendiri lebih
diutamakan, bukan obat obat yang dijadikan milik suatu
kelompok saja, yang memberikan keuntungan kelompok tertentu
saja.

Untuk siapakah sistem ini dipersiapkan?


Sehat atau sistem kesehatan, obat atau pengobatan yang dibahas
disini tidak hanya berlaku untuk warga Indonesia saja, tetapi
mempunyai lingkup internasional, apa yang ada, yang terjadi di
belahan dunia manapun, sudah seharusnya menjadi pemikiran
orang banyak dari seluruh dunia, dimana ada penyakit yang
mengancam maka semua ahli di dunia perlu ikut mencari obat
dan pengobatannya, begitu juga dengan obat yang ada di
Indonesia, dalam hal ini kepemilikan berbagai herbal yang belum
termanfaatkan dengan benar apalagi yang sudah ada selama ini
sebagai warisan turun temurun dari nenek moyang itu bisa
menjadi obat dan sistem pengobatan bagi warga dunia. Berbagai
kemungkinan, obat dan pengobatan yang dimiliki setiap
kelompok masyarakat untuk mencapai kesehatan harus disebar
luaskan ke mancanegara, memberikan kesempatan bagi setiap
manusia dimanapun mereka berada untuk mendapatkan berbagai
obat dan pengobatan yang ada dengan mudah dan murah.
Obat yang selama ini ada di bumi Pertiwi, sudah
diwariskan turun temurun dari nenek moyang merupakan obat
obatan alami, KW-1, bukan buatan farmasi, KW-3, artificial,
113

cloning dari obat KW-1. Obat alami, obat herbal ini, jelas punya
nilai lebih daripada obat KW-3 yang artificial, karena memang
dari alam, dari bagian tanaman, dari bagian hewan dan mineral.
Kita punya banyak bahan-bahan alam, kita punya lahan: bumi
Pertiwi yang bisa ditanami sepanjang tahun, dengan curah hujan
hampir sepanjang tahun, dengan suhu temperatur yang hampir
sama sepanjang tahun, berbagai tanaman tumbuh di negeri ini,
dengan kemungkinan menjadi obat alami, kemungkinan yang
belum digali dengan serius selama ini. Begitu banyak jenis
tanaman yang bisa dijadikan obat, bisa dibudidayakan, bisa
diolah, bisa dikelola dengan serius menjadi bahan dagangan
bangsa Indonesia ke manca negara. Inilah opportunity
(kesempatan) bagi Indonesia untuk mengedepankan berbagai
herbal yang tumbuh di bumi Pertiwi.
Ada buah yang bisa digunakan sebagai obat atau untuk menjaga
kesehatan: belimbing sebagai obat penurun darah tinggi, nanas
sebagai penyedia vitamin C, sebagai obat kanker darah, ada ubi
manis sebagai pencegah kanker, ada jambu biji untuk demam
berdarah, daun buah mengkudu untuk kencing manis, kulit buah
manggis untuk berbagai pengobatan, buah merah asal Irian
untuk berbagai pengobatan, buah naga untuk menjaga kesehatan,
kulit buah jengkol untuk kencing manis, terapi buah pete dan
terapi kulit pete untuk berbagai pengobatan, dlsb. Tentang obat
herbal ini, apa saja, bagaimana cara menggunakannya
(pengobatan) bisa diperoleh di banyak media, ada yang sudah
berbentuk buku buku resep herbal, ada yang disebarkan di
internet, dipublikasikan di majalah dan tabloid, ditawarkan
secara online ataupun di berbagai acara televisi.
Begitu banyak obat alami yang ada di bumi Pertiwi, bisa kita
bawa ke hadapan publik mancanegara, bisa menjadi komoditas
penghasil devisa, bisa menjadi kesempatan kerja bagi jutaan
114

rakyat Indonesia, menjadi pekerja di berbagai linie dalam


budidaya tanaman obat, dalam manajemen pengelolaan
komoditas itu, menjadi tenaga ahli pemroses bahan-bahan obat,
menjadi ahli ahli peracik obat, menjadi pengecer (penjual jamu,
penjual bahan jamu seduh), menjadi peneliti obat herbal, menjadi
pedagang mancanegara, dlsb.
Adanya obat herbal ini tidak hanya sebagai obat untuk
mencapai status sehat bagi rakyat Indonesia, tetapi menjadi
kesempatan kerja, menjadi komoditas ekspor, menjadi bahan
pariwisata alam, dst.
Seorang teman punya akses ke publikasi leluhur berupa buku
resep kuno dalam bahasa Jawa Kawi yang masih belum bisa
diterjemahkan, karena buku itu begitu tua dan begitu tebal,
penuh daya magis, untuk menterjemahkan buku itu perlu
kesucian diri, harus menjalankan puasa lebih dulu dan selama ini
sang pemegang buku baru bisa membaca dan menterjemahkan
beberapa belas halaman. Sebelum bisa membaca buku itu perlu
prosesi pensucian diri, perlu puasa selama beberapa belas hari,
dan setelah itu dia hanya bisa membaca beberapa lembar saja,
tenaganya sudah terkuras habis, dan perlu istirahat panjang. Ini
bukanlah kisah 1001 malam yang penuh keanehan, tetapi sebuah
kenyataan. Nyata sekali, leluhur kita punya 'kesaktian', punya
kemampuan tinggi, punya kebudayaan tinggi, punya penghargaan
yang sangat tinggi kepada karya karya Sang Maha Pencipta alam
semesta, mereka sudah menuliskan berbagai resep, berbagai
jangka (jongko), berbagai ramalan terkait perbintangan, waktu
dan berbagai hal dalam bentuk buku primbon. Leluhur kita
sudah berbudaya tinggi, lihat kenyataan munculnya fakta fakta
di situs Gunung Padang yang menyatakan leluhur sudah punya
kebudayaan, keberadaban di masa 25 ribu tahun yang lalu,
sementara di daerah lain masih dalam era barbar, masih
terbelakang dalam hal kebudayaan, dalam hal keberadaban.
115

Lihat juga berita berita kemungkinan benua Atlantis adalah di


Indonesia, dlsb. Kita punya kearifan yang sudah jauh sebelum
bangsa bangsa lain, kenapa kita tidak gali lebih jauh, kita angkat
kembali, kita pelajari, kita publikasikan demi kemaslahatan umat
manusia, dan saat inilah massa (era) itu. Mari kita kembali ke
alam, 'back to nature', kembali ke leluhur, kembali kepada Sang
Maha Pencipta, pencipta alam semesta, pencipta semua umat
manusia, kembali kepada satu kepercayaan adanya Tuhan Yang
Maha Esa sebagai sumber segala unsur, segala daya yang ada
dalam kehidupan manusia.
Sang Maha Pencipta, Maha Pengasih Maha Penyayang, Maha
Kuasa, tentu menciptakan alam semesta dalam keseimbangan,
ada berbagai mahluk, ada berbagai tanaman, ada berbagai
hewan, ada mineralian, ada bakteri, ada virus, ada penyakit . . .
dan tentu ada disediakan olehNYA, berbagai obat untuk berbagai
penyakit itu, dari bagian tanaman, dari bagian hewan, dari
mineralian, dari berbagai unsur di alam kehidupan ini . . . semua
ada tersedia, tinggal kita manusia sebagai 'mahluk paling cerdas'
menggali harta karun itu untuk kebaikan kita semua, untuk
kesehatan umat manusia.

Obat herbal, ada dan tiada!?


Herbal berasal dari kata herbs, tanaman yang bisa digunakan
sebagai makanan, sebagai bumbu penyedap, pemberi rasa,
sebagai obat, sebagai pewangi, dlsb. Ada begitu banyak
bentuk/macam obat herbal:
* ada yang berbentuk kumpulan dari bahan bahan tanaman
dikeringkan yang disebut sebagai jamu godok, ada yang
berasal dari akar, batang, daun, umbi, kulit, daun bunga,
bunga, buah, kulit buah,
* ada yang masih berbentuk bagian tanaman seperti apa
116

adanya diambil dari pertanian, dari hutan, dari pohon


tertentu (benalu teh), berupa daun (salam, jambu biji,
mengkudu), akar atau umbi (laos, jahe, kunyit, bengle, ubi
manis, dll), buah (pete, jengkol, mengkudu, naga, dll), kulit
pohon (kina, dll), dlsb. Herbal ini masih seperti adanya, bisa
diracik sebagai penambah rasa didalam masakan, bisa
direbus dan dimakan sebagai obat, bisa dikeringkan
kemudian direbus dan air rebusan itu diminum,
ada yang berbentuk cairan hasil proses buah atau bagian
tanaman tertentu, seperti cairan buah merah, cairan sari
kulit manggis, cairan sari bawang putih, baik sebagai cairan
tunggal (satu jenis buah/tanaman) atau berbentuk ramuan
atau campuran beberapa herbal, ada yang dijual sebagai jamu
gendong, ada yang dimasukkan ke dalam botol plastik dijual
di toko serba ada dan di toko obat, ada cairan hasil destilasi
seperti minyak kayu putih, minyak telon, dll
ada yang berbentuk bubuk yang dapat digunakan sebagai
bumbu masakan, atau ditaruh kedalam kapsul dan diminum
sebagai obat,
dlsb.

Khusus herbs seperti jahe, laos (lengkoas), kunyit, lada, kemiri,


dll itu biasa dicampurkan kedalam masakan, sebagai penambah
rasa, penghilang bau (amis), pewangi, dlsb. Bumbu masak ini
sebetulnya obat herbal yang tidak disadari orang banyak.
Masakan yang disiapkan menggunakan bumbu alami jelas lebih
bermanfaat daripada masakan cepat saji yang dimasak
menggunakan bahan penyedap artificial, karena rasa dan wangi
yang muncul itu sekedar rekayasa laboratorium menggunakan
bahan-bahan kimia.
Buku ini tidak membahas apa manfaat setiap herbs yang biasa
kita pakai, informasi untuk setiap bahan herbs itu bisa kita baca
117

dari berbagai sumber, seperti buku tanaman herbal, mencari dan


membaca di internet dengan kata kunci manfaat herbs tertentu,
misal manfaat pete, manfaat jahe, dlsb. Khusus untuk herbal
buah pete, silahkan mencari dengan kata kunci terapi pete,
akan muncul banyak informasi tentang terapi pete yang saya
teliti selama 15 tahun, sejak tahun 1995 s/d 2010. Ada banyak
manfaat terapi buah pete dan atau terapi air pete (air rebusan
kulit pete), bisa untuk menyembuhkan asam urat, rheumatik,
osteophorosis, darah tinggi, kencing manis, impotensi dlsb.
Dengan pete sebagai herbal saja sudah begitu banyak
kemungkinan pengobatan yang bisa dicapai oleh para peserta
terapi, padahal itu cuma 1 macam buah saja. Kita punya begitu
banyak pilihan. Obat dan pengobatan alami, yang telah
disediakan oleh Sang Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Ada dan tidak adanya obat herbal ini tergantung sudut pandang
seseorang, ada yang memang tidak suka dengan obat KW-3
produksi pabrik farmasi, maka buat kelompok ini obat herbal itu
benar benar ada, mereka terus mencari pengobatan
menggunakan bahan bahan alami, memasak menggunakan
bahan-bahan alam (bumbu masak), mengurangi berbagai
makanan cepat saji, mengurangi jajan makanan restoran yang
diperkirakan menggunakan bahan-bahan artificial sebagai
penyedap dan pewangi makanan. Sementara bagi mereka yang
sombong, merasa punya uang dan mengira bisa membeli
pengobatan dari produk produk KW-3, mereka tidak mau tahu
dengan herbal, mereka anggap herbal itu nonsens, banyak para
ahli kesehatan yang menolak keberadaan herbal (obat /
pengobatan), mereka katakan tidak ada penelitian ilmiah dengan
obat dan pengobatan herbal. Buat kelompok terakhir ini, obat
herbal itu dianggap tidak pernah ada. Kelompok ini sangat tidak
percaya, kalau Sang Maha Pencipta telah menciptakan alam
118

semesta dalam keseimbangan, ada berbagai mahluk, ada berbagai


tanaman, ada berbagai binatang, ada mineralien, ada virus, ada
bakteri, ada penyakit . . . Sang Maha Pencipta tentu telah
menyediakan obat untuk berbagai penyakit itu, sudah ada sejak
awal penciptaan itu! Oo . . . itu bukan obat farmasi, bukan
rekayasa laboratorium, tetapi obat yang ada di alam, HERBAL!!!
Sekali lagi, kita rakyat Indonesia harus bersukur, kita punya
bumi Pertiwi yang menyediakan begitu banyak ragam herbal,
tersedia sepanjang tahun, kita punya tanah yang begitu subur,
berbagai penyakit yang ada pasti ada obat herbalnya. Coba lihat
ke bagian utara khatulistiwa atau ke bagian selatan khatulistiwa,
semakin ke utara dan semakin ke selatan, tanaman itu semakin
jarang, semakin sedikit ragamnya, jauh lebih sedikit daripada
yang ada di bumi Pertiwi ini. Kita pasti punya banyak ragam
herbal, dan itu belum dikelola dengan benar, belum diexplor
dengan benar, hanya sebagian kecil yang jelas manfaatnya yang
dipakai sebagai bumbu masak dan sebagai obat herbal, pasti
masih ada berbagai macam herbal yang siap untuk diangkat ke
permukaan, digunakan dalam pengobatan, untuk menghadapi
berbagai penyakit yang ada di dunia. Dibudidayakan, dikelola
dengan benar, dengan baik, dijadikan komoditas ekspor Indonesia
ke mancanegara, kita akan mendapatkan devisa dari herbal,
memberikan begitu banyak kesempatan kerja bagi rakyat
Indonesia dalam berbagai linie (bidang) pekerjaan terkait obat
dan pengobatan herbal.
*
*
*

Obat herbal dari bahan alam akan mendapatkan kesempatan


untuk menggantikan obat farmasi
Indonesia punya kesempatan untuk menjadi penyedia herbal
dunia
kondisi alam Indonesia, yang subur, dengan sinar matahari
sepanjang tahun, dengan hujan yang turun hampir sepanjang
119

tahun, dengan variasi hortikultura begitu besar yang masih


belum diexplor, masih banyak sekali kemungkinan untuk ...
tetapi mempersiapkan kesempatan bagi rakyat Indonesia ke
dalam industri padat karya, mereka bisa menjadi pengusaha,
pedagang, petani dalam budidaya tanaman obat, tenaga
trampil yang menyiapkan bahan-bahan herbal, tenaga ahli
dalam meracik bahan bahan herbal menjadi obat, pedagang
jamu yang menyiapkan jamu seduh, pedagang jamu gendong,
dll.

Rempah rempah sudah sejak dulu menjadi komoditas


perdagangan yang menguntungkan, sebagai bumbu masak,
sebagai campuran herbal, campuran minuman, dll. Coba kita
lihat, bagaimana sebuah negara kecil di Eropa yang telah
menjajah Indonesia sekian ratus tahun, dan mereka berhasil
membangun negaranya yang berada di bawah permukaan air laut
dari hasil perdagangan rempah rempah alias bumbu dapur alias
herbs alias herbal itu. Dan waktu dulu itu tidak banyak rempah
rempah yang dianggap berharga yang mereka perjualbelikan.
Hanya dengan berdagang (monopoli) rempah rempah saja mereka
bisa kaya dan berhasil exist terus sampai sekarang . . . coba kalau
sekarang kita jadikan begitu banyak herbal itu (termasuk bumbu
dapur, alias rempah rempah) itu sebagai komoditas ekspor!?
Kenapa tidak kita coba lagi sekarang, dengan lebih intensif dan
lebih aman.
Mari kita lihat fakta fakta yang dipaparkan berbagai media
internasional:
* Perusahaan
farmasi
menutupi
data
obat
mereka:
menceritakan bagaimana orang yang minum obat Tammy Flu
untuk anti flu burung telah mengalami hallusinasi, di antara
mereka yang kemudian berlanjut berusaha bunuh diri, dan
120

ada yang menjadi korban. Dari Big Pharma Plays Hide-TheBall With Data, Newsweek edisi 21 November 2014.
*

Ebola bukanlah virus yang paling mengerikan, ada banyak


virus lain yang telah membunuh lebih banyak dari Ebola,
seperti rabies yang membunuh 50ribu orang per tahun, itu
sudah 10 kali lebih banyak dari korban Ebola, kemudian
virus flu yang membunuh 300ribu orang, kemudian ada
Chikungunya epidemi di Karibik, sekitar 40ribu orang
terpapar virus ini setiap minggu, begitu juga Florida sudah
mulai mendapatkan serangan virus itu. Di Austria sampai
pertengahan tahun 2014 sudah terdapat 6 orang yang
terserang virus ini. Chikungunya dan Dengue fever mulai
menyerang Eropa. Tahun 2007, 200 orang warga Ravenna
terpapar virus Chikungunya. 3 tahun setelah itu, 2000 warga
Francis bagian selatan terserang Chikungunya, jumlah yang
tercatat dalam 2 tahun itu merupakan yang terbesar dalam
kurun waktu 100 tahun selama ini. Kemudian 2 tahun
sebelumnya Dengue juga menyerang Kroatia dan Francis
dalam skala yang lebih kecil. Awal Agustus 2014, para
peneliti Jerman pertama kali menemukan nyamuk abu abu
pembawa Dengue di tempat paling utara pertama kali
nyamuk dari daerah tropis ini ditemukan. Peneliti Herwig
Kollaritsch dari Univeritas Wien menyatakan virus Dengue
jauh lebih berbahaya daripada virus Ebola. Ebola tidak
keluar dari Afrika sementara Dengue telah dibawa oleh para
turis mancanegara ke Eropa, saat nyamuk dan sang pembawa
itu bertemu maka menyebarlah virus Dengue. Berdasarkan
data yang mereka himpun, korban Dengue sebanyak 20ribu
orang per tahun memang secara prosentase sedikit dibanding
jumlah orang yang terpapar, sekitar 50juta orang per tahun.
Dari majalah Austria profil edisi ke-44 tahun ke-45, 27
Oktober 2014.
121

Kejahatan mafia farmasi sudah mengglobal, mereka


mendistribusikan obat palsu ke berbagai jaringan toko obat.
Bisnis obat palsu ini sangat menggiurkan karena keuntungan
dari penjualan obat palsu ini lebih besar dari perdagangan
narkoba. Dari Wirtschafts Woche edisi 3 November 2014.

Penyakit Diabetes mellitus (kencing manis, penyakit gula),


berdasarkan data IDF (International Diabetes Federation):
- Kwartal I 2013 ada 347 juta penderita
- November 2013 ada 382 juta penderita
- Desember 2013 ada 385 juta penderita
jadi, sejak April sampai Desember ada 8 bulan dengan
pertambahan (385-347) juta=38 juta selama 8 bulan.
Pertambahan penderita ada sekitar 4 - 5 juta orang per bulan!
Pertambahan pertahun antara 48 - 60 juta orang, dengan
kematian sekitar 10% dari total penderita.
Diabetes akan menjadi penyakit no 7 di dunia sebagai
penyebab kematian.
Desember 2013 ada 385 juta penderita, dengan perkiraan
pertambahan sekitar 48-60 juta orang pertahun, maka
mungkin saja saat (Desember 2014) sudah ada sekitar 430
juta penderita di berbagai negara, dan mungkin lebih banyak
lagi pada kondisi pradiabetes (prediabets). Total perkiraan
seluruhnya bisa 2 kali lipat atau sekitar 860 juta penderita di
dunia.
DM tidak hadir sendirian, tetapi membawa bermacam
penyakit lainnya, mulai dari kehilangan penglihatan
(katarak, glaucoma,dll), kehilangan pendengaran, penyakit
jantung, darah tinggi (hypertensi), komplikasi kaki (sampai
harus amputasi), komplikasi kulit, menyerang saraf, Erectile
dysfunction (male impotence, impotensi!), dll sampai
menyerang kesehatan mental.
122

Sumber:
* http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
* http://diabetesmelitus.org/#ixzz2RTtkd5zY
* http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/
* http://en.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
* http://www.medicalnewstoday.com/info/diabetes/
*

Dalam satu artikel majalah pria Penthouse bahasa Jerman


edisi September 2007, 50% pria umur 20-30 tahun sudah
tidak bisa berdiri (tidak bisa ereksi, alias impotens), untuk
bisa bangun mereka menggunakan pil biru atau sejenisnya.
Ada banyak penyebab keadaan tidak sehat itu, bisa dari gaya
hidup modern, makanan yang dikonsumsi, kurang olahraga,
dlsb. Di negara yang begitu bagus sistem kesehatan, dengan
kesempatan untuk hidup sehat yang cukup tersedia, dengan
sistem pengamanan obat dan makanan yang baik, keadaan
ini sudah terjadi cukup mengerikan di usia itu. Bagaimana
dengan kita, yang sejak dari pertanian sudah begitu banyak
racun dipakai seperti insektisida, pestisida dan herbisida,
kemudian bahan-bahan pengawet, bahan penyedap artificial,
dlsb itu? Tidak ada pengamanan bahan pangan yang cukup
baik, tidak ada cukup ruang untuk membentuk kesehatan
masyarakat. Entahlah . . . tidak ada survey untuk itu!

Kita bisa belajar hidup sehat dan cara menyehatkan dari negara
lain, kita bisa mengambil gambaran yang baik dari sana,
menukar hal hal buruk yang ada di Indonesia dengan hasil
pembelajaran kita dari luar negeri, dan kita kedepankan modal
yang kita miliki (herbal dalam bentuk natura dan produk herbal)
untuk disebarluaskan ke mancanegara untuk menyehatkan
warga dunia dan menyejahterakan rakyat Indonesia.

123

Kerusakan Lingkungan dan Kesehatan


27 Desember 2014
Suhu udara terasa begitu panas, hujan turun tak tepat waktu,
kekeringan dan kebanjiran silih berganti, longsor terjadi di
banyak tempat, bukan hanya di Indonesia, begitu juga banjir
besar juga terjadi di mancanegara. Iklim tak menentu, berubah
rubah tak sesuai jadwal, Natal tak bersalju terjadi tahun ini
(2014), baru tanggal 26 Desember 2014 turun salju. Daerah yang
sebenarnya tidak pernah turun salju malah mendapatkan
kiriman salju. Cuaca dingin extrim terjadi di beberapa tempat
menjelang musim dingin, serangan udara panas sampai 40
derajat menyerang Eropa di musim panas, musim panas menjadi
lebih panjang . . .

Musim panas yang lebih panjang, suhu udara panas itu tidak
hanya menjadi beban bagi sebagian orang Eropa, karena disana
tidak banyak yang memasang sistem pendingin udara, tetapi
bahaya serangan nyamuk menjadi lebih besar. Nyamuk punya
waktu lebih panjang untuk mengembara ke Eropa bagian utara,
saat bertemu dengan warga pembawa (trager) virus Dengue atau
virus Chikungunya maka nyamuk mendapatkan pasokan virus
untuk disebarluaskan.
Seorang trager adalah orang yang pernah berwisata ke
negara tropis dan pernah menjadi korban 'gigitan' nyamuk tetapi
tidak langsung jatuh sakit, dia hanya menjadi media pengembang
biakan saja. Kemudian dia pulang ke negerinya, dan saat dia
digigit nyamuk yang tepat, berpindahlah virus itu ke nyamuk itu,
tersebarlah virus itu.

124

Pencemaran alam (lingkungan) telah terjadi dimana mana,


banyak orang tidak peduli akan kerusakan (pengrusakan) alam
yang terjadi, bencana alam terjadi dimana mana, banjir, longsor,
angin topan (tornado), air dan tanahaman tercemar berbagai
unsur dan bakteri, penyakit karena pencemaran air dan tanaman
terjadi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga melanda
negara maju. Selain itu ada rekayasa genetik dari tanaman yang
disiapkan sebagai bahan pangan ternyata tidak hanya tanaman
itu saja yang berubah genetikanya tetapi berikut dengan bakteri
yang ada di tanaman itu ikut berubah, menjadi lebih ganas, lebih
kuat terhadap obat anti bakteri.
*

South Asia landslides 'on the rise'


By Navin Singh Khadka Environment reporter, BBC News.
Sumber:
http://www.bbc.com/news/science-environment18872398

World's Most Extreme Weather Events So Far in 2014.


By Jon Erdman. Published Feb 28 2014 02:24 PM EST
weather.com
Sumber:
http://www.weather.com/science/news/2014-worldextreme-weather-events-20140226#/1
* Indonesia punya banyak bencana, bergilir dari satu daerah
ke daerah lainnya, silih berganti, dari kebanjiran, tanah
longsor, angin puting beliung, gempa bumi, gunung meletus,
dst. Frekuensi bencana semakin tinggi, karena kerusakan
alam. Data tentang bencana banyak disediakan berbagai
media, tetapi tidak jelas berapa yang besaran yang paling
benar. Berita atau artikel tentang bencana bisa dilihat di
internet. Jelas bukan karena alam ingin membuat susah
manusia, tetapi manusia yang tidak menjaga alam
lingkungan.
125

Serangan angin topan, tornado, putting beliung di Amerika


terlihat semakin sering dan semakin tinggi daya rusaknya.
Keseimbangan alam terjadi, penyeimbang antara kerusakan
yang disebabkan oleh manusia dibalas dengan kerusakan
yang disebabkan oleh alam.

Mungkin di Amerika atau Eropa tidak terjadi pengrusakan alam


separah yang ada di khatulistiwa, tetapi perusahaan perusahaan
dari negeri Alien itu telah menyumbang pengrusakan alam di
Indonesia, mereka menyedot kekayaan alam Indonesia, merusak
dan tidak berusaha memperbaikinya kembali. Keseimbangan
telah diusahakan oleh alam itu sendiri. Mungkin inilah rahasia
alam semesta. Orang Jawa bilang: 'Ketulah', orang Hindu bilang
itu 'Karma Darma'. Lebih parah lagi, mereka cuma memberikan
bangsa negara Indonesia bagian dalam bentuk Royalti yang
besarnya cuma 1% dan sudah berjalan selama 40 tahun lebih,
itupun tak terbayarkan!
Dengan 'pemberian' bagian berjudul Royalti sebesar 1%
selama 40 tahun lebih dan tidak terbayarkan itu, telah membawa
penderitaan bagi rakyat Indonesia sebagai pemilik kekayaan
alam itu. Penderitaan selama 40 tahun lebih itu pasti membawa
dampak buruk kepada alam lingkungan Indonesia, rakyat
berusaha mengolah tanah dengan cara cara yang kasar, mereka
berusaha mendapatkan hasil bumi sebesar besarnya tanpa
pertimbangan keseimbangan alam, ditambah lagi ada banyak
pengusaha negeri asing lainnya yang mendapatkan hak konsesi
untuk merubah jutaan hektar hutan heterogen menjadi
perkebunan monokultur, mereka membabat hutan dengan kasar
secepat cepatnya agar bisa segera menanami lahan itu dengan
tanaman monokultur agar sesegera mungkin mendapatkan
keuntungan dari perkebunan mereka, jadi mereka melakukan
126

penebangan dan pembakaran hutan sesuka hati mereka. Lihat


juga para kolaborator yang bekerja sama dengan para pengusaha
Alien itu, mereka menjadi pemilik lahan dimana mana, mereka
hanya sekedar ingin mencuci uang haram mereka, menukarkan
uang komisi itu dengan berbagai bidang tanah, tapi tidak mereka
pelihara, mereka membangun villa villa di daerah peresapan air,
mereka tutup tanah untuk resapan air itu dengan betonan
bangunan yang luas.
Rakyat berusaha mencari kesempatan bercocok tanam di
setiap lokasi yang ada, hutan, bukit dan lereng gunung mereka
jadikan lahan bercocok tanam, pohon pohon besar mereka tebang,
dan jelas hasil akhirnya bisa kita lihat belakangan ini temperatur
naik dan naik terus, hujan salah waktu, kekeringan terjadi
karena air tidak diresapkan di gunung yang gundul, banjir pun
merebak kemana mana karena air hujan tidak ditahan di bagian
hulu, tanah di gunung sudah tidak bisa menahan air karena
gundul, air turun tidak bisa meresap, akhirnya berkumpul di
tempat yang lebih rendah menjadi banjir.
Kenaikan temperatur di khatulistiwa 1 derajad bisa berdampak
kenaikan yang lebih tinggi di bagian utara khatulistiwa dan di
bagian selatan khatulistiwa, 1 derajad di khatulistiwa bisa
menambah beberapa derajad di bagian yang lebih ke utara atau
ke selatan, semakin ke utara dan semakin ke selatan kenaikan
akan semakin tinggi. Lihatlah kondisi musim panas di Eropa
yang bisa mencapai 40 derajad (di tahun 2003!) dengan korban
14,802 orang akibat serangan panas di Perancis.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang_panas_Eropa_2003
Ada banyak tulisan mengenai dampak kenaikan temperatur
bumi, dan itu bermula di khatulistiwa! Kenaikan 1 derajad di
khatulistiwa bisa menambah beberapa derajad panas di bagian
127

utara khatulistiwa, dan terus ke atas bisa bertambah menjadi


belasan derajad. Dengan kenaikan temperatur bumi, terjadi
peningkatan bermacam bencana di mancanegara, benua es di
kutub mencair, terjadilah kenaikan permukaan laut, ada banyak
pulau yang tergenang air laut, ada negara pulau yang terpaksa
ditinggalkan karena sudah tertutup air laut, banyak kekeringan,
banyak gagal panen, dlsb. Begitu banyak permasalahan muncul
karena global warming.
http://saveourearth10.blogspot.com/2009/10/efek-global-warmingpada-cuaca-dunia.html
http://gogreenindonesia.blogspot.com/2008_12_01_archive.html
Ada banyak sekali artikel, tulisan terkait global warming, terkait
kenaikan suhu bumi, jadi tidak perlu dibeberkan lagi, silahkan
baca di internet, Anda tidak akan kekurangan bahan bacaan.
Jadi, soal bisa hidup itu bukan lagi masalah sehat atau sakit,
bukan hanya terkait dengan penyakit, atau obat dan pengobatan
belaka, tetapi terkait juga dengan keadaan alam lingkungan yang
sudah rusak belakangan ini. Udara panas, serangan udara panas
telah membunuh banyak orang orang tua di Perancis karena
dehidrasi, karena mereka tidak terbiasa dengan udara yang
begitu panas dan datang tiba tiba. Kalau di negara seperti
Perancis, kondisi itu bisa didokumentasikan, berapa korban
meninggal yang secara langsung terkait kondisi serangan panas
bisa ditampilkan, mereka membuat dokumentasi yang rinci
tentang berbagai keadaan, tetapi di negeri seperti Indonesia,
tentu saja kematian seseorang yang ada entah dimana tidak akan
dicatat, tidak didokumentasikan dengan rinci, berapakah orang
yang telah meninggal karena perubahan cuaca itu? Pasti tidak
ada yang akan bisa menjawab. Kalaupun ada beberapa sumber
berita, tidak ada gambaran pasti mengenai jumlah kejadian,
jumlah korban. Lihatlah soal jumlah bencana di tahun 2014, ada
128

yang menulis sekitar 120-an kali dalam setahun, ada yang


menulis 200-an kali, ada yang menulis 300-an kali . . . entah yang
mana yang paling benar. Itulah adanya.
Kenapa bisa begitu?
Selama ini yang diurus memang cuma kartu, kartu dan kartu.
Soal keabsahan suatu kartu, itu tidak jadi hal yang penting,
suruh saja seseorang membawa berbagai kartu sekaligus untuk
menampilkan identitas orang itu. Yang mana paling valid,
entah!?
Mau bukti, coba saja pergi mengurus hal formal, kita pasti
diminta membawa fotocopy KTP, fotocopy KK, surat pengantar
RT, surat pengantar RW, surat pengantar Kelurahan, bahkan
ada juga yang minta surat keterangan berkelakuan baik dari
aparat keamanan setempat, bahwa kita tidak tersangkut ini atau
itu atau itu yang lain. Semua amburadul adanya. Itu nyata!!!
Jadi, kematian seorang TKI di luar negeri bisa saja tidak
terlacak, dimana orang itu bertempat tinggal di Indonesia,
karena semua surat surat yang dimiliki orang itu cuma ASPAL,
asli tapi juga palsu. Ada yang masih dibawah umur dikatakan
sudah cukup umur, ada yang menggunakan nama dan keterangan
identitas orang lain bahkan paspor orang lain agar bisa pergi
bekerja ke luar negeri.
Semua menjadi abu abu, gelap, samar samar, tak jelas. Itulah
adanya!
Mereka lebih suka mengurus kartu kartu itu, karena ada kepeng
disitu, ada komisi disitu, soal rakyat itu hidup atau mati, sakit
atau sehat, punya pekerjaan atau cuma pengangguran, dlsb itu
tidak menjadi pemikiran para pamong selama ini. Cuma kartu,
kartu dan kartu saja!
129

T a n a m a n O k o -b i o , O r g a n i k d a n A n o r g a n i k
Hidup rakyat kecil sudah terpuruk, mereka berusaha semaksimal
mungkin untuk bisa mendapatkan hasil dari berbagai kegiatan
mereka. Sebagai petani, untuk bisa mendapatkan untung sangat
sulit, ada begitu banyak mafia yang ikut bermain, mafia bibit,
mafia pupuk, mafia distribusi, dlsb. Untuk bisa mendapatkan
pinjaman sangat sulit, mereka terjerat mafia kredit.
Lahan pertanian yang ada harus digenjot agar
menghasilkan panen yang maksimal. Untuk itu mereka
menggunakan berbagai cara, termasuk menggunakan insektisida,
pestisida, herbisida agar mendapatkan hasil yang maksimal. Soal
kemudian hasil panen itu tercemar bahan bahan kimia, tidak
menjadi perhatian mereka, mereka tidak peduli akan hal itu,
yang penting mereka bisa terus bercocok tanam.
Racun sudah diserap oleh berbagai hasil bumi, kemudian hasil
bumi itu didistribusikan, dijual ke pasar, ke supermarket, dlsb.
Sebagian hasil pertanian, perkebunan dan peternakan yang cepat
rusak (busuk) akan diberi bahan pengawet, tentu dicari yang
paling gampang diperoleh dan paling murah, dipakailah borax
dan formalin (pengawet mayat). Bertambahlah racun itu.
Sebagian racun pengawet sudah ditebar saat hasil bumi
itu akan masuk jalur distribusi, sebagian lagi ditebar di lokasi
pengecer atau penjualan, di toko ataupun supermarket besar hal
ini bisa terjadi. Bertambah lagi racun yang dikandung hasil bumi
itu. Kemudian hasil bumi itu disimpan di lemari pendingin,
ditambahkan atau tidak sengaja mendapatkan salmonela.
Lalu hasil bumi itu diproses di warung makan, di restoran,
ditambahkan lagi pengawet lain, ditambahkan penyedap
artificial, pewarna artificial, rasa dan wangi artificial. Ada yang
digoreng dengan minyak bekas, ada yang digoreng dengan oli, ada
130

yang ditambahkan plastik kedalam minyak goreng . . . dst . . . dst.


Jangan lupa, bahan-bahan kadaluarsa dan bahan-bahan yang
kotor juga ikut dimasukkan kedalam proses persiapan makanan,
tidak dibersihkan dengan benar, bahan beku tidak dicairkan dan
dicuci dengan benar. Lengkaplah sudah . . .
Sadarkah kita akan kemungkinan itu!?
Itulah yang terjadi setiap detik dalam kehidupan kita saat ini,
yang satu meracuni yang lain!
Bagaimana kita bisa sehat!?
Lebih lanjut, bisakah kita mendapatkan makanan yang sehat,
dengan kondisi pertanian, perkebunan dan peternakan yang
tidak memikirkan kemaslahatan orang banyak yang hanya
berusaha
mendapatkan
hasil
yang
maksimal
dengan
menggunakan berbagai racun untuk menggenjot hasil produksi
mereka?
Bagaimana dengan bermacam racun yang telah dicampurkan,
baik di sisi produsen, di sisi distribusi, di sisi penjualan, di sisi
prosesing makanan, dlsb itu?
Rakyat kecil (petani, peternak, dll) terpaksa menempuh jalur
salah karena tidak ada perhatian dari para pamong. Para pamong
hanya sibuk mengurus kartu, kartu dan kartu. Sebagian pamong
di tingkat tertinggi malah cuma jadi kolaborator pengusaha dari
negeri Alien, mereka menjadi anggota arisan bancakan hasil
komisi dari kolaborasi itu. Bahkan para anggota dan ketua partai
partai berlambang agama berperilaku sangat jauh dari
keagamaan mereka, mereka hanya sibuk mencari kesempatan
untuk naik menjadi ketua arisan bancakan itu. Mereka sibuk
131

menyembunyikan harta mereka dengan berbagi skenario, antara


lain dengan membuat segala sesuatu yang bisa dibuat sulit
semakin menjadi lebih sulit, segala yang mudah dibuat sulit, yang
sederhana dibuat jadi rumit, yang murah dibuat menjadi mahal,
yang seharusnya bisa langsung jadi dibuat menjadi berbelit belit.
Yang penting agar rakyat sibuk dengan berbagai kartu, kartu dan
kartu itu.
Ada yang menikah siri di berbagai tempat atau punya
banyak istri simpanan, menjadikan istri istri siri/simpanan itu
sebagai celengan, tempat menyembunyikan uang dan harta
haram mereka.

Sehat dengan makanan sehat


Bagaimana mungkin bisa hidup sehat, kalau makanan yang
tersedia saat ini sudah begitu tercemar dengan berbagai racun
yang ada, yang sengaja dimasukkan kedalam bahan makanan
dalam berbagai linie kegiatan produksi bahan pangan sampai
kegiatan persiapan masakan siap saji.
Tidak mudah mendapatkan bahan makanan yang benar benar
diproses dengan cara bebas racun, yang biasa disebut bahan
Okologi atau Bio-product, karena untuk menghasilkan bahan
pangan yang bebas racun itu perlu biaya tinggi. Jangankan di
Indonesia, di Jerman saja yang sudah begitu maju, cukup sulit
untuk bisa bertahan sebagai petani/peternak Okologi (Bioproduct) itu.
Lihatlah bagaimana 50% pria di umur 20 30 tahun
sudah sulit untuk ereksi (Penthouse Jerman, September 2007),
itu jelas akibat makanan mereka yang tidak sehat, ditambah
dengan gaya hidup modern yang membuat jiwa mereka tertekan.
Kalau di negara maju saja sudah begitu parah, bagaimana dengan
kita di Indonesia?
Tapi maaf, di Indonesia tidak ada survey
132

untuk itu . . . karena memang para pamong tidak peduli akan hal
ini, mereka masih sibuk mengurus kartu, kartu dan kartunya
saja.
Kerusakan alam, lingkungan telah berdampak kepada kehidupan
rakyat secara langsung dan tidak langsung. Alam yang menjadi
lebih pelit dalam memberikan hasil panen perlu digenjot dengan
tebaran racun dimana mana. Masa tanam yang menjadi lebih
pendek atau jadwal masa tanam yang tidak jelas karena
perubahan musim penghujan dan masa kering, ditambah dengan
datangnya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim
kering itu, menambah kesulitan petani, mereka terpaksa
mengakali dengan menggenjot hasil panen dengan tebaran racun.
Jadilah bahan pangan kita penuh dengan berbagai racun
insektisida, pestisida dan herbisida di hulu produksi bahan
pangan, ditambah lagi dengan bahan pengawet, kemudian
penyedap artificial, pewarna artificial, dlsb . . . jadilah makanan
kita penuh dengan toxin, posion, dan dirt!

Sehat dengan kegiatan fisik


Sehat itu bukan sekedar tidak sakit. Untuk bisa sehat bukan
sekedar mendapatkan kesempatan untuk bisa berkunjung ke
PUSKESMAS tanpa biaya, atau sekedar bisa mendapatkan
kesempatan rawat inap di rumah sakit, tetapi sehat itu juga
termasuk bagaimana badan, pikiran, kegiatan warga itu bisa
sehat, bisa mendapatkan kesempatan berolahraga, bisa
melakukan kegiatan luar rumah dengan leluasa, bisa
menjalankan silaturahmi antar warga setiap saat di tempat dan
ruang yang sesuai ... apakah kesempatan untuk ber-sehat
tersebut tersedia saat ini?
Rakyat akan diberikan jaminan kesehatan, tetapi rakyat tidak
133

bisa berolahraga di tempat yang layak, mereka mencoba


berolahraga di jalanan. Rakyat terpaksa mencari tempat untuk
bersilaturahmi di mall, di pusat perbelanjaan, di pinggir jalan
yang berdebu, bahkan belakangan banyak warga berpasangpasangan duduk-duduk di atas motor mereka di atas jembatan
layang, karena hanya tempat itulah yang masih gratis, sementara
di tempat lain mereka harus membayar biaya parkir. Di jembatan
itu tidak ada yang melarang mereka untuk duduk bercengkrama,
tidak ada yang peduli dengan keberadaan mereka disana.
Saya melihat di beberapa sudut ibukota, anak-anak berkumpul di
jalan, di tengah jalan, mereka mencoba untuk bermain bola,
berlari-larian di jalanan ramai, dan sering juga saya melihat
mereka memblokade jalan umum pada hari-hari tertentu, pada
malam malam tertentu seperti di akhir pekan agar mereka bisa
mendapatkan ruang untuk bermain dan berolahraga. Mereka
tidak punya ruang (lahan) yang memang khusus dipersiapkan
bagi mereka, tidak punya ruang aman bagi mereka untuk
bermain. Yang ada jalanan yang keras dan tidak aman bagi
mereka, dan mereka sudah dibiasakan untuk menjadi penguasa
jalanan agar mereka bisa bermain dan berolahraga.
Ketiadaan ruang bermain yang aman, ruang silaturahmi yang
nyaman, tempat berolahraga yang bebas dari bahaya, bukan saja
menghalangi kesempatan warga untuk bisa sehat dengan olah
tubuh, tetapi sekaligus mengancam mental dan moral anak-anak
generasi penerus bangsa dengan kegiatan menguasai jalanan,
latihan menutup jalan umum menjadi tempat mereka bermain
dan berolahraga, mereka tidak peduli akan keselamatan dirinya
ataupun orang lain, mereka tidak peduli bahwa itu adalah sarana
umum, bukan milik pribadi, mereka tidak peduli akan
keberadaan orang lain, mereka berani mengusir pengendara atau
pejalan kaki, bahkan kadang mereka sengaja melakukan
134

penghalangan orang yang akan lewat, kemudian belajar


mengganggu wanita yang lewat disitu, dst.
Kalau anak-anak sudah dibiasakan semau gue di jalanan,
maka anak-anak akan menjadi anak jalanan, sedari kecil belajar
keras, belajar acuh, belajar mengganggu, belajar kurang ajar
kepada orang lain, dst.
Para pamong telah menghancurkan tatanan kehidupan
masyarakat dengan membiarkan pembangunan wilayah mereka
tanpa memikirkan kebutuhan warga untuk melakukan olah
tubuh, untuk berolahraga, untuk bersilaturahmi, untuk belajar
etika, belajar mengatur emosi, belajar fair (sportifitas), belajar
menerima kekalahan . . . semua wilayah telah dibiarkan dibeton,
dibangun habis, tidak disiakan ruang ruang untuk berolahraga,
bersilaturahmi, beristirahat, dlsb. Selain tidak tersedianya ruang
ruang tersebut diatas, juga tidak ada lagi ruang penyerapan air
hujan, karena ijin pembangunan telah diberikan kepada para
pemilik modal untuk membangun seluas luasnya, menjual setiap
jengkal tanah yang telah dibeton habis. Para pamong tidak peduli
kepada alam dan lingkungan, yang penting mereka bisa terus
menjual kartu, kartu dan kartu (surat ijin mendirikan bangunan)
tanpa persyaratan penyerapan air hujan, tanpa ruang hijau
pertukaran udara, CO2 dengan O2. Lihatlah, hujan satu jam saja
sudah begitu banyak genangan air dimana mana, lalulintas tidak
bergerak karena terhalang genangan air. Berapa kerugian karena
pembakaran bahan bakar di jalanan yang macet itu?
Belum lagi kita membahas soal transportasi umum dan polusi
udara akibat permainan kartu para pamong, mereka hanya
mengejar penjualan kartu ijin trayek, sebanyak banyaknya dan
mahal, yang akhirnya menjadikan sistem transportasi itu
amburadul, semua saling balap membalap, saling silang di
jalanan, saling seruduk, ngebut semau gue, berhenti di tempat
135

berbahaya (bagi penumpang), membuat macet dengan ngetem di


sembarang tempat, di tempat dilarang stop, di tempat dilarang
parkir bahkan di ujung perempatan jalan. Hal ini dibahas di buku
pertama seri Menuju Revolusi Mental, Yang Di Depan Menjadi
Panutan.
Logam berat yang ada di udara berpolusi itu menghambat
perkembangan otak anak. Polusi merusak kesehatan, dan sistem
jualan kartu ijin trayek itu secara langsung dan tidak langsung
telah ikut merusak mental dan moral anak-anak generasi
penerus bangsa!

136

Perilaku Oknum
21 Maret 2014, 29 Desember 2014
Sebelum menjalankan Pendidikan Mental Moral bagi anak-anak
generasi penerus bangsa, ada baiknya kita melihat dulu generasi
tua yang sedang (sudah) bercokol di berbagai lembaga
pemerintahan saat ini, dan sebelumnya.
Sudah biasa buat para oknum pamong selama ini, mereka
menjadi tuan tuan besar, sementara rakyat menjadi objek
permainan mereka. Mereka tidak sadar sama sekali kalau
rakyatlah yang seharusnya dilayani oleh pamong, bukan seperti
yang terjadi selama ini, rakyat memberikan pelayanan kepada
mereka, terpaksa, suka ataupun tidak suka, rakyat harus
membayar berbagai jasa yang mereka tampilkan ke hadapan
rakyat. Padahal gaji mereka itu dibayar dengan uang rakyat,
semua biaya hidup mereka itu dibayar dengan uang rakyat,
seragam, kendaraan, peralatan kerja, sampai senjata dibayar
dengan uang rakyat. Rakyat lah pemilik negara ini, para pamong
itu sebagai hamba pelayan rakyat.
Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menganggap
negara ini seperti perusahaan besar milik mereka bersama,
pamong yang paling tinggi jabatannya adalah pemegang saham
besar, kemudian berjenjang kebawah ada pamong tingkat
menengah dengan saham menengah, pamong paling bawah
adalah pemegang saham kecil, sementara rakyat hanya
dipandang sekedar pelanggan kelas bawah. Setiap kali rakyat
memerlukan suatu jasa dari mereka, maka rakyat harus
membayar, dan untuk itulah mereka menyiapkan berbagai
pilihan jasa yang harus ditebus dengan sejumlah uang, maka
disiapkanlah berbagai kartu itu.
137

M o t t o p a r a o k n um
-

bila sesuatu bisa dibikin susah, kenapa harus dibikin mudah


bila sesuatu bisa dibikin mahal kenapa harus dibikin murah
bila sesuatu bisa dibikin berbelit belit kenapa harus dibikin
sederhana
bila sesuatu bisa dibikin lama kenapa harus dibikin cepat
bila sesuatu bisa dibikin panjang kenapa harus dibikin
pendek
dst.

Jadi,
* kalau suatu proyek bisa menguntungkan diri mereka atau
kelompok itu, kenapa harus memikirkan kepentingan rakyat,
* kalau suatu kontrak pengolahan SDA bisa dibentuk
sedemikian rupa agar bisa menguntungkan kelompok mereka,
kenapa harus memikirkan kepentingan bangsa, nah
dibuatlah kontrak yang hanya mengharuskan perusahaan
Alien itu membayar bangsa dan negara ini dalam bentuk
Royalti senilai 1% dan itu sudah berjalan selama 40 tahun
lebih, dan kata ketua KPK, itupun tak terbayarkan!,
* kalau konsesi hutan itu bisa dibuat agar menguntungkan
kelompok mereka, kenapa harus memikirkan kerusakan
alam, tidak perlu juga memikirkan nasib suku pemilik hutan
adat, buatkan saja kontrak kepada perusahaan Alien untuk
membabat hutan tropis itu dan digantikan dengan
perkebunan tanaman monokultur, soal keseimbangan alam
itu rusak, tidak perlu dipikirkan,
* kalau konsesi penangkapan ikan di laut bisa diberikan
kepada nelayan asing demi keuntungan kelompok mereka,
tidak perlu memikirkan nelayan lokal, yang penting kan bisa
bagi hasil komisi, urusan rakyat tidak mendapat apa apa dari
138

kekayaan laut Indonesia, tak perlu dipikirkan,


kalau bisa jualan ijin trayek sebanyak banyaknya, semahal
mahalnya, dengan keuntungan besar buat kelompok mereka,
tak perlu memikirkan akibat buruknya, biarkan saja
lalulintas semrawut, biarkan saja polusi semakin tinggi,
biarkan saja jalanan macet, biarkan saja pemborosan BBM
terjadi,
kalau bisa segala sesuatu harus bayar uang siluman, uang jin,
uang genderuwo, uang kuntilanak, uang setan, uang dedemit,
dan berbagai uang gaib lainnya, soal biaya produksi jadi
tinggi, harga harga menjulang tinggi, tentu tidak perlu
dipikirkan kan, toh hidup mereka sudah tercukupi sampai 7
turunan, soal rakyat hidup susah karena berbagai uang
siluman itu, tidak perlu juga mereka pikirkan,
kalau buku cetak pelajaran sekolah bisa dicetak ulang setiap
tahun, dan buku cetak pelajaran tahun sebelumnya dibuat
sedemikian rupa agar tidak bisa dipakai di tahun pelajaran
berikutnya . . . kenapa juga tidak dibuat demikian, yang
penting komisi 40% bisa dibagi bagikan di kelompok mereka .
. . bayangkan 30juta anak usia sekolah X Rp500ribu per anak
per tahun = Rp15triliun!, dan dengan komisi 40% => 40/100
X Rp15triliun = Rp6triliun bisa mereka bagi bagikan di
kelompok mereka, soal anak sekolah tidak punya buku saat
kena bencana, tidak perlu juga dipikirkan, itu nasib mereka .
. . siapa suruh jadi rakyat biasa, begitu kan!?

Sungguh bejad mental para oknum itu, mereka jadikan negara ini
bagaikan sapi perah, berbagai kepentingan rakyat dijadikan
bahan
permainan,
dimanipulasi,
kekayaan
negara
disembunyikan, dikuasai, di-akal-i, dst . . . bahkan lembaga
negara bidang agama dan bidang pendidikan termasuk yang
paling tinggi nilai korupsinya. Sudah bejad, juga munafik, sudah
menggarong disana sini tapi penampilan seperti borjuis perlente
139

agamais tersuci.

Pengalaman berhadapan dengan oknum


Pengalaman saya secara pribadi dan juga pengalaman banyak
orang saat menghadapi para oknum di berbagai lembaga: mereka
bersikap kasar, tidak ada sopan santun, tidak punya etika,
mereka bisa marah marah - membentak bentak dan minta uang
tidak pakai aturan, serasa tidak sedang berhadapan dengan
manusia, mungkin boleh dibilang kita sedang berhadapan dengan
binatang, binatang buas yang liar . . . kalau berhadapan dengan
manusia, bahkan yang barbar sekalipun masih ada unggah
ungguh, masih ada sopan santun kalau menghadapi mereka,
sudah tidak ada etika, sudah gila, meski mereka punya embel
embel keagamaan di depan nama mereka atau memakai pakaian
simbolik agama, itu hanya sekedar pencitraan, sekedar cover
depan seseorang, sementara kalau dilihat dari belakang sangat
bertolak belakang . . . mengerikan seperti setan.
***
Seorang teman alumni Jerman pernah punya pengalaman sangat
buruk sekitar tahun 1990. Dia telah menyelesaikan pendidikan
kesarjanaan dengan susah payah di Jerman, dia bukan anak
orang kaya, dia harus bekerja untuk membayar biaya hidup
selama kuliah. Cukup lama dia di Jerman, lebih dari 10 tahun,
dan akhirnya pulang membawa secarik kertas A4 bertuliskan
lulus sebagai Dipl. Ing. bidang sipil, hanya selembar kertas A4.
Bukan lembaran ijazah dari karton tebal, hanya A4 80gram.
Tanpa bertanya kepada teman teman alumni yang sudah
pulang lebih dulu, dia bawa lembaran kelulusan itu ke lembaga
pendidikan negara di Senayan sono, dia ingin mendapatkan
pengesahan dan kesetaraan atas kelulusan itu. Lembaran itu
harus diserahkan, dan bukan fotocopy lembaran itu yang dia
140

serahkan.
Seminggu kemudian dia pergi menemui orang yang
mengurus pengesahan dan kesetaraan kelulusan itu. Saat dia
bertanya apakah sudah selesai, dijawab oleh oknum itu: Oo
belum!. Seminggu kemudian dia pergi kesana lagi, dijawab oleh
si oknum: Oo belum selesai!, minggu berikutnya dia kesana lagi,
dia sudah mulai kesal, jawaban kembali sama, belum selesai,
minggu berikutnya dia kesana lagi, jawaban yang sama keluar
dari mulut si oknum. Sang teman mulai resah, kesal, sebal, benci,
dlsb. 3 bulan bolak balik tanpa hasil, akhirnya dia bertanya
kepada si oknum: Mana lembaran kelulusan saya!? . . . dijawab
oleh si oknum, nggak ada, kamu tidak pernah memberikan
selembar kertas apapun! Sang teman naik pitam, dia langsung
shock, dia sangat tergoncang, sakit hati, marah, dendam . . . dia
pun 'mental break down', jadi kehilangan ingatan, kehilangan
kesadaran, sejak itu dia jadi gila.
Sang teman itu begitu terbiasa dengan kehidupan di Jerman. Di
sana, apa yang boleh akan jadi boleh, yang tidak boleh akan tetap
tidak boleh. Dia tidak mengerti kenapa lembaran itu tidak
pernah terselesaikan, dia tidak mengerti si oknum mengharapkan
IMBALAN untuk tugas yang diemban itu. Dia sama sekali tidak
tahu bahwa di Indonesia, apapun yang dibutuhkan dari para
pelayan rakyat itu harus ditebus dengan sejumlah uang, meski
sang pelayan rakyat itu telah dibayar gajinya dengan uang
rakyat. Si oknum, dengan tenang mengatakan tidak pernah
menerima selembar kertas apapun, karena memang itu sudah
menjadi kebiasaan mereka, tidak ada lembar serah terima
apapun, agar sang oknum bisa dengan mudah bisa lepas tangan
dari tanggung jawab.
Sang teman akhirnya pulang ke Surabaya, dia masuk perawatan
bagi orang sakit jiwa, dan setelah dia sembuh, dia bekerja di
141

lembaga perawatan itu. Tahun lalu (2013) dia meninggal dunia,


saya terlambat menemui dia. Semoga dia diterima di sisi NYA,
dan diampuni segala dosanya.
***
Perilaku oknum itu sudah keterlaluan, mereka terus
berkolaborasi bersama sama, mereka melakukan korupsi
berjamaah, mereka tidak pernah takut akan hukuman setelah
mereka mati, kebanyakan dari mereka sudah tahu risiko itu,
setelah mati mereka akan menjadi penunggu kuburan, entah
selama berapa tahun, 100 tahun, 1000 tahun atau sejuta tahun,
sampai kiamat itu datang, baru mereka akan dibangunkan dan
barulah mereka akan diadili. Selama menunggu itu, mereka bisa
gentayangan, bebas merdeka tidak perlu malu karena pernah
menjadi boss para maling, tidak perlu takut akan siksaan, itu
belum jelas kapan akan datang, dan selama itu pula keluarganya,
anak cucu cicit buyut canggah dst bisa menikmati uang korupsi
yang tak habis 7 turunan.
Mental dan moral mereka sudah sangat rusak. Mereka sudah
terbiasa selama berpuluh tahun hidup dalam kemunafikan,
penuh ke-pura-pura-an, penuh kebohongan.

Hidup tidak bebas korupsi


Sejak tahun 2000-an dalam berbagai kesempatan, di radio,
seminar, talkshow, pertemuan, saya ajukan pertanyaan "Adakah
seorang aparatur negara ini yang hidupnya bebas korupsi?",
ternyata tidak ada seorangpun yang bisa atau mau menjawab.
Baru di tahun 2014 pertanyaan itu sedikit terjawab. Sejak
pemerintahan presiden ke-7 ini, ada terlihat beberapa aparatur
negara yang hidupnya bebas korupsi. Meski begitu, pertanyaan
ini masih berlaku sampai sekarang.
142

Coba ajukan pertanyaan berikut kepada setiap orang yang kita


kenal:
* Apakah semua biaya hidup itu dibayar dengan gaji resmi?,
* Apakah semua biaya pembelian mobil mewah, rumah mewah,
belanja barang mewah, tamasya ke luar negeri, perawatan
kesehatan super VVIP, pembelian berbagai gadget, biaya
sekolah mahal dan berbagai biaya hidup lainnya itu dibayar
dengan uang gaji resmi?
Seperti sebuah lagu "Seorang anak bertanya kepada bapaknya"
karya Bimbo,
ada anak bertanya pada bapaknya
apa benar semua biaya dibayar dengan gaji resmi?
ada anak bertanya pada bapaknya
darimana uang untuk membeli mobil mewah ini?
dst . . .
Coba ajukan pertanyaan itu kepada teman, tetangga, kerabat,
bahkan orang tua kita sendiri, galilah kebenaran hidup kita
selama ini.
Ingat! Jangan pernah menuduh atau menyebut mereka korupsi!
Itu berbahaya, karena kita bisa diseret ke meja hijau dengan dalil
'pencemaran nama baik'! Lebih baik kita bernyanyi bait bait lagu
itu saja.
***
Kalau bangsa ini ingin jaya di masa depan, jelas kita perlu
menjalankan revolusi mental dan sudah sepatutnya, harus
dimulai dengan merombak mental dan moral para oknum pamong
dan oknum ponggawa lebih dulu. Mereka sangat jauh dari 'Mens
Sana In Corpore Sano'. Jiwa mereka sudah sangat rusak.

143

Persepsi, Sudut Pandang


19 November 2014
Yakinkan dulu semua orang kalau permasalahan itu sebenarbenarnya ada dan serius. Kalau memang hal ini diterima orang
banyak dan dinyatakan benar ada, baru segala sesuatu yang
salah itu bisa dicarikan solusi penyelesaiannya. Tapi kalau
keadaan buruk yang salah itu dianggap tidak ada, kenyataan ini
tidak diterima orang banyak karena faktor bisa karena biasa,
nggak bakal ada perubahan.
Untuk uji kebenaran hal ini, coba saja perhatikan orangorang yang melanggar peraturan itu, yang sedang melawan arus
(arah jalan), atau yang sedang menerobos lampu merah, atau
yang berputar di tempat dilarang berputar, atau parkir di tempat
dilarang stop. Lihatlah wajah wajah mereka, apakah mereka
terlihat ragu ragu, was was, atau terlihat ada pertentangan batin,
ataukah malah mereka terlihat begitu tegar, begitu yakin,
tersenyum, ceria, dst dst. Saat mereka melanggar peraturan,
mereka sudah terbiasa, mereka tidak ragu ragu lagi, semua
pelanggaran itu sudah bisa diterima, bukan satu hal yang tabu,
bukan melanggar etika, itu hanya rutinitas harian dan terjadi
setiap saat, semua terlihat melakukan, tidak perlu dirisaukan,
lakukan saja.
Cobalah kita katakan kepada mereka kalau perbuatan
yang sedang mereka lakukan itu salah, melanggar aturan,
melanggar hukum, tidak etis, tidak baik, berbahaya dlsb. Mereka
tidak akan menjadi takut atau menjadi gugup, malah bisa jadi
mereka akan melotot, marah marah, sumpah serapah, dan bisa
jadi mengajak tengkar mulut atau malah mengajak bertukar
ketupat Bangkahulu, alias mengajak berkelahi.

144

Kalau ketidakbenaran sudah bisa diterima sebagai satu


kebenaran, kesalahan sudah dianggap hal yang benar,
penyimpangan perilaku sudah diterima secara aklamasi oleh
orang banyak sebagai hal umum, pembiaran oleh aparat juga
terus berlangsung. Kadangkala pembiaran itu seperti masa
pembibitan, masa awal menanam berbagai kesalahan, agar setiap
orang merasa hal itu sebagai hal yang diijinkan, dan sesekali
akan ada uji petik untuk mengetahui apakah bibit pelanggaran
itu sudah cukup matang untuk dipanen, dan suatu saat terjadilah
panen besar, masa dimana razia besar-besaran dilakukan, dan
setiap orang yang tertangkap harus membayar uang damai.
Panen besar dijalankan selama beberapa hari dengan dalih
mendisiplinkan warga agar taat peraturan, agar berdisiplin . . .
setelah masa panen besar lewat, penanaman bibit pelanggaran
dimulai lagi, pembiaran demi pembiaran diterapkan lagi. Bibit
bibit pelanggaran dipersiapkan dibiarkan agar menjadi lebih
besar lagi, dan nanti sesekali uji petik dan satu saat panen besar
lagi.
Marilah kita mencoba membuka sudut pandang kita terhadap
permasalahan bangsa saat ini, kenapa kita begitu terpuruk, kita
hampir nomor satu di dunia dalam hal korupsi dan posisi
pembangunan sumber daya manusia Indonesia berada pada
nomor 108 dari 148 negara, Malaysia pada posisi 62, dan
Singapore pada posisi 9.
(http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Develo
pment_Index)
Terimalah kenyataan ini, kita benar benar terpuruk, ada banyak
permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . . . dan
yang paling utama, kerusakan mental dan moral telah mewabah
di segala sendi kehidupan kita. Kalau kita bisa menerima
kenyataan ini, persepsi kita bisa rubah, sudut pandang bisa kita
145

selaraskan, kemudian kita mau mengerti akan adanya keburukan


dalam perilaku kita, adanya kerusakan mental - moral, dan kita
punya kemauan (keinginan) merubah keadaan yang buruk ini
menjadi baik, baru kita beranjak kepada bagaimana kita merubah
status buruk menjadi baik, mulai merancang berbagai rencana
perubahan, dan kemudian ikut melakukan perubahan mental
moral, perubahan perilaku, perubahan budi pekerti, disesuaikan
dengan berbagai aturan hukum, peraturan, etika, adat istiadat,
dan agama.
Kalau kita sudah terlanjur terbiasa dan bisa menerima kondisi
saat ini, atau malah sudah Tresno jalaran soko kulino, sudah
terlanjur ikutan gelombang kekacauan berjamaah, dan tetap
tidak mau menerima kenyataan keadaan mental moral bobrok
itu, tetap bersiteguh kalau perilaku kita sudah benar walau
dalam sebenarnya salah, maka kita tidak akan bisa kemana
mana, kita akan terus terpuruk, akan terus direndahkan oleh
bangsa lain, dst dst.
Apalagi sebagai aparatur negara, sudah sepatutnya mulai
menerima kenyataan bahwa saat ini sudah begitu banyak di
antara mereka yang menjadi oknum oknum di berbagai bidang,
oknum oknum yang terus menerus mengganggu kehidupan
berbangsa dan bernegara, oknum oknum yang terus menerus
lebih banyak menyusahkan hidup rakyat daripada membantu
memberikan kesejahteraan, membantu memberikan kesehatan,
membantu kehidupan rakyat. Oknum oknum itu begitu banyak,
sehingga sulit mencari di antara mereka yang sebenar-benarnya
bukan
oknum.
Mereka
sudah
berjamaah
melakukan
penggerogotan kehidupan bangsa dan negara, mereka secara
berjamaah mencari keuntungan pribadi atau keuntungan
kelompok, mereka bergabung dalam satu kelompok arisan
bancakan dalam berbagi komisi dari segala kontrak kontrak
146

dengan pengusaha alien selama 40 tahun lebih. Mereka bukan


warga Indonesia yang punya rasa nasionalis, mereka cuma tikus
tikus raksasa yang berbaju perlente, borjuis tetapi tetap mental
tikus. Jangan pernah anggap mereka itu beragama, karena itu
cuma sekedar kedok, hanya pencitraan seakan akan taat
menjalankan ritual agama, seakan akan alim dan suci.
Marilah membuka mata, telinga, dan hati kita, lihatlah dan
dengarkan apa yang rakyat awam harapkan dari negara ini.
Mereka ingin bisa hidup sehat, sejahtera, adil dan makmur.
Mulailah menerima keterpurukan ini, ini kesalahan kita semua
sebagai bangsa. Mulailah ikut dalam Revolusi Mental Moral . . .
demi kejayaan bangsa dan negara di masa depan.

147

Manipulasi Persepsi, Skenario Adu Domba


16 Desember 2014
Sebelum kita bisa melihat sesuatu dengan benar, perlu kita
perjelas dulu sudut pandang kita. Apakah kita melihat sesuatu
itu dari luar ber jarak jauh, atau dari dalam suatu sistem, kedua
posisi itu akan menghasilkan sudut pandang yang berbeda.
Seperti pepatah lama: Gajah di pelupuk mata tak tampak, kutu
di seberang lautan tampak. Pepatah ini menggambarkan posisi
(lokasi) sudut pandang seseorang terhadap sesuatu, suatu
permasalahan, suatu keadaan, suatu situasi, suatu kondisi yang
sedang berlangsung. Yang dekat belum tentu melihat dengan
jelas, hanya melihat secara kasar dan terbatas, yang dari jauh
bisa melihat secara jelas dan lebih luas, lebih menyeluruh.
Seseorang yang berada di dalam kereta yang sedang bergerak
hanya akan bisa melihat sebagian badan luar kereta saat kereta
itu berbelok. Dalam track lurus seorang penumpang tidak bisa
melihat bagian belakang dari kereta, tetapi saat berbelok, si
penumpang bisa melihat dari jendela ke arah belakang kereta,
itupun bila si penumpang berdiri di sisi bagian dalam dari
tikungan, kalau dia berdiri di sisi bagian luar tikungan dia tidak
bisa melihatnya.
Seseorang yang berada di pinggir lintasan kereta, juga
tidak bisa melihat kereta yang lewat itu secara keseluruhan,
mungkin hanya sekedar kelebatan bayangan tak berbentuk.
Untuk melihat keseluruhan kereta dari luar, orang harus berada
pada posisi cukup jauh dari kereta itu sehingga kecepatan kereta
berapapun tetap dapat terlihat sebagai kereta. Terlalu dekat
malah terlihat samar, terlalu jauh hanya sekedar sebuah titik,
hanya pada jarak tertentu maka kereta itu terlihat jelas dan
148

utuh. Kereta konvensional mesin uap, masih bisa dilihat dalam


jarak dekat, bisa terlihat dengan jelas sebagai kereta, tetapi
kereta modern super cepat, 300 km/jam atau lebih, tidak akan
bisa terlihat dengan jelas dari jarak dekat, hanya sekedar
bayangan. Saat kita mundur beberapa puluh meter, mulai
terlihat gambaran samar kereta bergerak cepat, mundur lagi
ratusan meter, baru terlihat gambaran yang lebih jelas, mau
melihat lebih jelas lagi perlu mundur lagi ke belakang.
Ada cara lain untuk melihat apa yang ada di dalam kereta
yang bergerak cepat, anggaplah dalam suatu lingkaran yang
cukup besar dan kita berada di tengah lingkaran, yaitu dengan
ikut berputar searah gerakan kereta, harus cukup cepat dengan
kecepatan sudut yang sama dengan kecepatan kereta itu
berputar, maka kereta dan isinya akan tampak jelas. Di
fotography hal ini disebut 'Freezing a moving object' atau
'Panning', dimana seorang fotographer mengambil gambar benda
yang bergerak cepat dengan menggerakkan kamera (berputar
pada poros) mengikuti gerakan benda yang akan dipotret.
Hasilnya, benda itu akan tampil jelas sementara latar belakang
atau apapun yang ada di belakang benda itu apalagi yang ada di
depan benda itu akan tampil blur (samar).
Keterbatasan sudut pandang seseorang akan mempengaruhi daya
pikir, daya penerimaan seseorang terhadap sesuatu yang sedang
dia lihat. Orang ini akan melihat sesuatu didepannya sebagai
suatu yang samar, dan kalau dia biarkan terus keadaan ini, maka
daya pikirnya mengatakan begitulah tampang benda itu, hanya
samar, kalau terus menerus dia berada di posisi itu, dia akan
mengatakan, oo itu benda (samar samar) itu adalah kereta yang
sedang lewat dengan cepat.
Persepsi dan sudut pandang bisa dimanipulasi, bisa dibuat
sedemikian rupa, seakan akan satu keadaan, suatu kondisi
149

sedang berlangsung, bisa saja seseorang diberi informasi yang


salah terus menerus, maka dia akan berpandangan bahwa suatu
hal adalah demikian seperti informasi yang telah diserapnya
selama itu. Sekelompok orang bisa juga dimanipulasi dengan
berbagai cara, dengan berbagai idealisme, dengan berbagai
pandangan berdasarkan adat, budaya, agama, atau suatu patokan
lain, sehingga kelompok orang itu memiliki pandangan yang
diinginkan, melakukan apa yang telah direncanakan oleh si Mind
Master alias sang dalang.

Teori Konspirasi
16 Desember 2014
Untuk melihat pembentukan persepsi atau sudut pandang, dan
cara berpikir seseorang atau sekelompok orang, saya tampilkan
contoh yang sebetulnya pernah terjadi di Indonesia, dan bukan
cuma sesekali tetapi telah dijalankan dalam banyak operasi
militer terselubung.

Skenario pembunuhan di hari hari X


Seorang serdadu yang ditugaskan melakukan operasi militer,
entah dimana saja mereka berada, tidak perlu mengerti apa yang
mereka lakukan di suatu hari mereka ditugaskan untuk
melakukan penyerangan ke suatu lokasi, kepada suatu kelompok.
Mereka bergerak seperti robot di pabrik manufacturing yang
terprogram, berdasarkan perintah untuk menyerang dan
menghabisi lawan mereka. Seorang jenderal perang juga belum
tentu tahu skenario apa yang sedang dipersiapkan oleh sang
panglima perang. Seorang jenderal diberi perintah menyerang
pada satu hari tertentu, ke satu target tertentu, dan pada hari
tertentu lainnya diperintahkan menyerang target yang lain.
Kemudian, bisa saja jenderal yang memimpin satu pasukan di
150

ujung barat diberi perintah menyerang ke timur, jenderal yang


berada di timur diberi perintah menyerang ke utara, dlsb. Mereka
bergerak seseuai ketentuan, tanpa bisa menolak perintah yang
diberikan.
Perintah telah diberikan, sang pimpinan pasukan harus
menjalankan perintah, tanpa tahu ada apa dan kenapa, tabu
untuk menolak atau mempertanyakan perintah dari panglima.
Semua serdadu tidak menyadari bahwa mereka telah
menjalankan penyerangan, pembunuhan di hari hari yang sama
yaitu di hari tertentu itu. Sang jenderal mungkin tidak sadar
akan hal ini. Perintah diterima dan dijalankan tanpa dipikirkan
kenapa di hari tertentu itu harus ada penyerangan dan
pembunuhan. Di hari X yang lain, bisa saja pasukan yang lain
dengan pimpinan yang lain yang dikerahkan untuk melakukan
penyerangan dan pembunuhan ke tempat tertentu.
Itulah satu contoh, bagaimana satu persepsi, satu pandangan
orang yang berada di dalam suatu grup tertentu tidak bisa
mengetahui apa yang terjadi, karena mereka berada di bagian
dalam dari grup itu. Mereka yang berada dalam suatu sistem,
bisa dimanipulasi sedemikian rupa untuk menjalankan satu
rencana tertentu, dan mereka tidak bisa melihat kenapa atau ada
tujuan apa dalam gerakan gerakan itu. Yang mereka tahu, hanya
hari tersebut mereka menyerbu dan menghancurkan musuh di
suatu lokasi.
Hanya orang yang berada di luar dari grup (kelompok,
sistem) itulah yang bisa melihat adanya satu persamaan, yaitu
hari hari yang sama dalam berbagai penyerangan dan
pembunuhan itu. Mereka yang berada di dalam grup penyerang
itu tidak sadar bahwa mereka telah diperintahkan melakukan
penyerangan dan pembunuhan di satu hari tertentu yang sama,
di hari X yang sama. Mereka melihat kegiatan menyerbu itu
151

sebagai satu perintah atasan kepada bawahan, apa yang menjadi


tujuan dari sang panglima terlihat samar buat mereka, dan
mereka memang tidak boleh mempertanyakan apa maksud dan
tujuan dari suatu penyerangan, penyerbuan dan pembunuhan itu
apalagi menolak melakukan perintah.
Hanya orang yang teliti, berada di luar grup, diluar kelompok itu,
tidak punya kepentingan yang sama dengan kelompok itulah
yang bisa melihat ada apakah gerangan dari begitu banyak
gerakan penyerangan itu, kenapa terjadi di hari hari yang sama,
yaitu hari X!? Siapakah yang menjadi penggerak begitu banyak
kejadian di hari X itu? Apa maksud dan tujuan dari gerakan
gerakan yang banyak makan korban jiwa itu!? Apa maksud dari
skenario penyerangan dan pembunuhan di hari hari yang sama
itu, untuk apa??
Hanya orang yang bersih dari pengaruh kelompok itu, berpikir
jernih, tidak ada keberpihakan kepada para penyerang ataupun
kepada para korban, yang bisa melihat ada apa dibalik gerakan
pembunuhan itu. Tentang siapa yang menjadi panglima, dan apa
maksud pembunuhan di hari hari yang sama itu, tidak perlu
diungkapkan, karena tulisan ini hanya terkait kepada Persepsi
dan Sudut Pandang, hanya sekedar contoh.

Kelompok Milisi
Begitu juga dengan sekelompok milisi yang dibentuk oleh orangorang tertentu yang bisa jadi merupakan bawahan dari sang
Mind Master. Anggota milisi tidak perlu tahu apa tujuan sang
panglima, bahkan anggota terbawah tidak perlu tahu siapa
panglima yang sebenarnya, mungkin pimpinan tertinggi yang
mereka lihat bukanlah panglima yang sebenarnya, dan mungkin
cuma sekedar boneka yang ditempatkan di posisi pimpinan.
152

Apalagi keanggotaan milisi itu hanya berdasarkan paham


dangkal tentang suatu agama, hanya sekedar tahu tentang suatu
idealisme sederhana, tidak ada suatu keterbukaan tentang
maksud dan tujuan dari kelompok itu, tidak ada usaha untuk
membukakan pengetahuan para anggota. Semakin rendah
pengetahuan anggota kelompok itu akan semakin baik, semakin
mudah diarahkan, semakin mudah diberi perintah untuk
melakukan gerakan gerakan yang merugikan kelompok lain,
merugikan orang lain di luar kelompok itu.
Seseorang yang tak punya tujuan, tidak punya
pengetahuan, tidak punya cukup pendidikan, hanya daya pikir
yang sederhana, tidak punya pekerjaan, tidak punya masa depan,
tidak ada harapan untuk bisa mendapatkan pekerjaan
(penghasilan) yang pasti, maka orang orang seperti ini sangat
mudah untuk dijerumuskan kedalam kelompok kelompok milisi
itu. Elit kelompok tahu jelas bagaimana memanipulir daya pikir
orang-orang seperti itu, kemudian memberi orang-orang itu
doktrin yang sesuai dengan paham sederhana orang-orang itu,
maka ikutlah mereka kedalam kelompok milisi tertentu. Mereka
siap berkorban harta dan nyawa demi idealisme dangkal, mereka
tidak bisa melihat apa yang sedang diskenariokan oleh orangorang di tingkat atas.

Milisi dan skenario hari X


Kelompok milisi memang dibentuk untuk dikorbankan. Seperti
kelompok rakyat terlatih, pengamanan swakarsa, atau kelompok
pembela idealisme tertentu, pembela agama tertentu, semua itu
hanya sekedar pengumpulan massa untuk satu pengorbanan di
satu kesempatan tertentu. Kapan waktu pengorbanan itu tidak
diketahui anggota kelompok milisi, hanya sang dalang tertinggi
yang tahu.
Satu kelompok milisi A dikirim untuk menyerang suatu
153

kelompok K yang dikatakan cenderung dekat kepada idealisme


kiri, padahal belum tentu kelompok K itu benar benar
beridealisme kiri. Saat kelompok A menyerbu, kelompok K
diberitahu kalau penyerbu itu adalah kelompok beridealisme kiri
yang akan melakukan pembunuhan. Kedua kelompok merasa
pada jalur benar, maka baku hantam terjadi. Keduanya merasa
benar, keduanya berburuk sangka kepada kelompok yang lain
sebagai kelompok buruk dan jahat. Sang dalang tertinggi akan
memfasilitasi kedua kelompok agar keduanya berbenturan dan
terjadilah korban pada hari X!
Setelah itu dikirimlah pasukan untuk menghabisi kedua
kelompok, pasukan diberi informasi kalau kedua kelompok itu
beraliran kiri. Serdadu tentu tidak perlu bertanya dulu apakah
informasi itu benar atau tidak, yang penting jalankan perintah.
Habislah kedua kelompok itu, lalu disebarlah informasi kepada
khalayak umum bahwa kedua kelompok itu telah dihabisi oleh
kelompok kiri. Cerita pun berlanjut, berita tersebar luas, ada
kelompok kiri bersenjata lengkap melakukan penyerangan dan
pembunuhan, semua orang marah dan baku hantam satu sama
lain. Semua menjadi korban karena sang dalang ingin terjadi
pembunuhan di hari X!
Sang dalang menerapkan teori 'The Prince' dari Machiavelli,
suatu cara melakukan peredaman pergolakan, ketidakpuasan
dengan menempatkan orang-orang yang berbeda dari kelompok
yang akan dikuasai. Jadi kalau ada pergerakan gesekan milisi
dengan milisi di suatu daerah, misal di timur, maka dikirimlah
pasukan dari daerah barat untuk menghabisi pergesekan itu.
Pasukan dari barat tentu saja tidak mengerti apa yang sedang
terjadi di daerah timur itu, yang penting jalankan tugas, lihat,
serbu dan hancurkan. Lain kali ada pergesekan di daerah barat,
baik hal itu karena ketidak sesuaian paham warga daerah barat
154

atau memang diskenariokan sedemikian rupa, maka dikirimlah


pasukan dari selatan untuk menyelesaikan hal itu. Pasukan
selatan jelas tidak perlu bertanya apakah situasi dan kondisi
disana itu asli atau hasil pabrikasi rancangan seorang dalang,
yang penting, serbu dan hancurkan.
Milisi A dan milisi K diadu domba, lalu dikatakan ada
gerakan kelompok kiri yang dibenci orang, padahal tidak ada
sama sekali gerakan itu, kejadian itu adalah hasil pabrikasi
(rencana terperinci dan terstruktur) dari sang dalang, dan
kemudian sang dalang bisa menugaskan salah satu pasukan dari
daerah lain untuk 'menentramkan' daerah pergolakan itu. Dan
itu bisa saja terjadi di hari X!

Skenario borong sembako


Permainan persepsi, manipulasi keadaan yang sangat matang
dan dijalankan dengan rapi adalah kejadian tanggal 8 Januari
1998, dan tanggal 15 Januari 1998, keduanya sama terjadi pada
hari Kemis. Bukan sebuah kebetulan, tetapi ada sebuah skenario
di belakang itu.
Pada tanggal 8 Januari 1998, hari Kemis. Tiba tiba muncul
sebuah isu, entah darimana dimulai, telah menyebar di Jakarta.
Isu itu mengatakan akan terjadi kekurangan sembilan bahan
pokok (SEMBAKO), akan terjadi pemutusan jalur distribusi
sembako, dan cadangan sembako yang berada di toko, di pasar, di
supermarket itulah yang tersisa.
Begitu banyak warga terpancing isu itu, mereka segera
menyerbu toko, supermarket, pasar, mereka segera memborong
berbagai bahan pangan, tidak hanya sembako, tetapi berbagai
keperluan masyarakat langsung dibeli warga, beras, gula, minyak
goreng, susu, kopi, susu anak, mie instan, dlsb. Warga menyerbu
dan memborong dengan kalap dan ketakutan tidak kebagian, ada
155

yang setelah selesai belanja membawa barang belanjaan itu


pulang ke rumah dan segera menuju toko (supermarket) yang lain
yang sekiranya masih memiliki cadangan barang. Warga panik
karena ada isu akan terjadi hambatan penyediaan sembako,
semua barang pangan, mentah ataupun produk siap saji segera
diborong, banyak toko supermarket terlihat kosong, barang
barang yang ada sudah dibeli habis oleh warga. Warga kaya
segera menyiapkan kendaraan dan memasukkan semua barang
belanjaan ke kendaraan mereka, lalu bergerak menuju
supermarket yang lain, memborong di tempat lainnya . . . toko
dan supermarket segera membuat batasan jumlah barang yang
boleh dibeli setiap pelanggan.
Tanggal 8 Januari 1998, skenario borong habis itu terjadi nyaris
sempurna, hampir semua warga terpancing untuk memborong
berbagai barang sembako di berbagai outlet. Tidak hanya itu,
siaran radio yang waktu itu masih menjadi andalan rakyat untuk
mendapatkan hiburan dan informasi juga telah dimanipulasi.
Semua siaran radio gelombang FM, di semua pemancar radio
hanya memperdengarkan lagu dangdut yang sama. Dan hal ini
juga terjadi sampai ke kota Malang. Banyak orang berpikir
sendiri sendiri, mengira radio mereka yang rusak karena hanya
bisa mendengar lagu yang sama di seluruh pemancar yang ada.
Begitu juga di radio gelombang AM, semua pemancar yang ada di
gelombang AM juga memperdengarkan lagu dangdut yang sama.
Sementara di gelombang multiband SW UHF maupun VHF
semua frekuensi pemancar yang dikenal telah di-jammer (di-jam)
dan hanya memperdengarkan suara desis atau brum, tidak ada
satupun pemancar yang dikenal bisa menyiarkan berita, tidak
ada informasi apa yang telah terjadi.
Semua orang seperti berada didalam kereta yang bergerak
cepat dengan jendela tertutup rapat, dan semua mengikuti
skenario itu, karena persepsi mereka telah dibentuk
156

(dimanipulasi) sedemikian rupa, seakan akan sembako langka,


tidak ada distribusi tambahan, hanya tersisa di outlet yang ada.
Seminggu kemudian, tanggal 15 Januari 1998 skenario
yang sama diulang kembali, dan warga tetap bisa diprovokasi,
persepsi mereka kembali dimanipulasi dan aksi borong sembako
kembali terjadi. Siaran radio kembali dimanipulasi persis sama
seperti pada tanggal 8 Januari.
Sebuah 'psy war' menerapkan teori psikologi masa, memancing
emosi warga dan menutup jalur komunikasi informasi, sangat
ter-rencana dengan management yang rapi dan menggunakan
teknologi cukup canggih dan berkekuatan besar yang mampu
meng-cover siaran semua frekuensi (gelombang) di hampir
seluruh Jawa. Siapakah yang bermain!? Kontra intelijen nasional
atau internasional? Bukan pekerjaan mudah untuk menutup
semua pemancar yang ada di gelombang FM dan AM dan
memperdengarkan satu lagu yang sama di setiap pemancar itu.
Siapa Mind Master kali ini!?
***
Kejadian (skenario) diatas bisa terjadi karena persepsi yang
terbatas, karena kesengajaan pembatasan informasi, karena
pengkotak-kotakan masyarakat, karena kurangnya pengetahuan
masyarakat, dan memang merupakan strategi dan skenario
penguasa agar mereka bisa tenang duduk-duduk di atas
singgasana tanpa gangguan dari rakyat yang tidak suka akan
keadaan di negara itu.
Rakyat dibiarkan baku hantam satu sama lain, agar
rakyat sibuk dengan urusan masing masing, agar rakyat tidak
punya kesempatan untuk melihat bagaimana sang penguasa telah
berkolaborasi dengan pengusaha alien dalam menyedot kekayaan
alam bangsa.
157

Back To Nature, Kembali Ke Alam


19 November 2014
Kita kembali kepada kekuatan modal yang kita miliki yaitu Bumi
Pertiwi, tanah dan air, alam lingkungan yang kita punya yang
mungkin tidak ada duanya di bumi ini, kita punya berbagai
variasi kekuatan alam yang bisa kita explor, bisa kita exploitasi,
bisa kita kembangkan, bisa kita kedepankan, bisa kita jadikan
bahan jualan kepada dunia.
Indonesia, Nusantara berada di khatulistiwa, sebagai
sebuah area di muka bumi ini yang menjadi pengatur suhu bumi,
suhu naik 1 derajat celsius di khatulistiwa maka di belahan utara
dan belahan selatan bumi akan naik lebih tinggi, semakin ke
utara dan semakin ke selatan akan jauh lebih tinggi lagi, bisa
mencapai belasan derajat celsius. Lihat artikel Kerusakan
Lingkungan dan Kesehatan.
Dengan sebuah rencana mengembalikan alam (Back to Nature)
dimulai dari lingkungan Indonesia, menghijaukan kembali
Indonesia, merubah cara hidup masyarakat di seluruh daerah di
Indonesia, kembali menanami hutan-hutan dengan berbagai
pepohonan, mengganti semua kebun kebun monokultur kembali
menjadi hutan heterogen, hutan tropis seperti sebelumnya.
Kegiatan mengembalikan alam ini bisa memberikan
kekuatan bagi Indonesia untuk menuntut semua negara di dunia
membayar ongkos 'Back To Nature' ini. Rakyat Indonesia menjadi
pekerja-pekerja pengelola hutan tropis, menjadi pekerja-pekerja
yang menanami semua hutan-hutan yang telah digunduli oleh
orang-orang tak bertanggung jawab selama ini, yang terus
dibiarkan oleh para pemimpin dunia, tanpa keberanian mereka
mengajukan keberatan kepada orang-orang tak bertanggung
158

jawab yang bersembunyi dibelakang para penguasa Indonesia.


Indonesia akan menjadi negara yang akan mengembalikan
suhu global kembali ke suhu yang menyenangkan bagi
kehidupan, tentu dengan biaya bersama, ditanggung oleh semua
penduduk dunia, kita akan menghentikan pengrusakan alam
yang telah dilakukan oleh pengusaha (perusahaan) multi
nasional yang selama ini telah merampok bangsa dan negara
Indonesia dalam satu skenario keji antara penguasa dan
pengusaha itu. Kita hentikan pengrusakan itu, kita kembalikan
alam lingkungan Indonesia menjadi asri, hijau, nyaman, dan
aman. Dan tentu saja semua negara-negara dunia yang telah
menyaksikan skenario keji dan terus membiarkan hal itu terjadi
selama 40 tahun lebih itu, mereka harus membayar dalam bentuk
dana sumbangan bagi rakyat Indonesia yang akan bekerja
sebagai pengendali alam lingkungan Indonesia, menjadi pekerja
yang menanami hutan, menjadi perawat alam, menjadi penjaga
alam, dst.

Misalkan Saja, Mereka Tidak Mau Membayar


Misalkan saja, negara-negara besar dunia tidak merasa bersalah
dalam perampokan kekayaan bangsa Indonesia selama 40 tahun
lebih itu, yang telah merusak alam lingkungan Indonesia, yang
telah membiarkan rakyat Indonesia hanya menerima bagian
dalam bentuk Royalti yang besarnya hanya 1% dan juga belum
tentu dibayarkan, yang memberikan kesempatan kong-kalikong
antara pengusaha alien dan para penguasa bermain mata,
bermain petak umpet, berbagi kekayaan hasil rampokan selama
ini, dan mereka negara-negara besar itu tidak juga sadar akan
perbuatan mereka, dan tetap bersiteguh tidak mau membayar
ganti rugi atas kerusakan yang telah mereka perbuat, maka
rakyat Indonesia akan tetap seperti sekarang ini, mereka akan
terus kehilangan jati diri, mereka akan tidak terkendali dan akan
159

terus melanjutkan pengrusakan alam dan lingkungan dalam


usaha usaha mereka mencari kesempatan untuk hidup, untuk
bertahan hidup dalam kemiskinan karena dirampok oleh para
pengusaha alien yang datang dari negara-negara besar dunia itu.
Boleh jadi, alam dan lingkungan akan terus dihancurkan, suhu
dunia akan terus naik, global warming pasti lebih parah lagi, dan
bumi ini akan hancur, semakin banyak daerah di muka bumi
akan kekeringan, semakin banyak kematian karena kelaparan
dan serangan penyakit, semakin banyak penyakit menjalar dari
daerah tropis naik ke sub-tropis dan terus makin ke utara atau
ke selatan, dan rakyat di daerah utara pasti tidak punya daya
tahan tubuh yang sama dengan orang-orang yang selama ini telah
terbiasa dengan keadaan alamnya, dengan berbagai penyakit
tropis selama ini. Daya tahan (daya imun) tubuh warga tropis
jelas lebih baik dalam menghadapi berbagai penyakit itu,
sementara warga utara jelas tidak terbiasa dan akan mengalami
serangan penyakit yang biasanya ada di daerah tropis, seperti
malaria, demam berdarah, chikunguya, diaree, dlsb.
Di satu sisi, kekeringan akan terjadi di berbagai wilayah di dunia,
dan di sisi lain, banjir besar akan datang, menenggelamkan
banyak wilayah, mungkin termasuk Indonesia, dan itu berarti
tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki suhu global. Kalau
itu terjadi, sudah terlambat, suhu dunia akan semakin tinggi dan
tidak akan nyaman bagi seluruh umat manusia. Kekacauan iklim
pasti terjadi lebih parah, penyakit tropis pasti akan naik terus ke
utara dan bercokol disana.
Atau, masih juga warga bagian utara itu merasa sebagai warga
utama dunia, sementara warga di bagian selatan (khatulistiwa)
adalah warga kelas tiga atau seperti yang mereka sebut sebagai
warga 'untermenschen', silahkan saja. Mereka menyebut warga
kulit berwarna sebagai 'untermenschen', warga yang direndahkan
160

oleh Tuhan, memang sengaja dibuat demikian, seperti paham


yang mereka anut selama ini, sementara mereka yang berkulit
putih sebagai warga utama.
Tetapi, kenapa Atlantis ada di khatulistiwa?
Atlantis dikatakan ada di sekitar Indonesia!?
Kenapa tidak berada di utara?
Dan lihatlah, bukti Situs Gunung Padang yang memperlihatkan
peradaban kuno berbudaya tinggi yang ada sekitar 23.000 tahun
yang lalu, bukankah itu berarti leluhur kita sudah berbudaya
sementara yang lain mungkin masih bar-bar. Akankah sikap dan
sifat bar-bar itu diteruskan ke abad 21 ini dengan cara cara yang
tidak 'manusiawi', melakukan perampokan sumber daya alam
Indonesia selama 40 tahun lebih dengan bekerja sama dengan
para penguasa lalim yang lalu lalu!? Rakyat Indonesia hanya
diberi bagian dalam bentuk Royalti sebesar 1%, sudah selama 40
tahun lebih dan belum tentu dibayarkan!?

Kolaborasi Pengusaha Alien dengan Penguasa Lalim


Perampokan kekayaan SDA Indonesia oleh pengusaha Alien
bersama penguasa lalim selama 40 tahun lebih, hampir tidak
memberikan manfaat bagi bangsa ini, malah kerusakan alam
yang mereka terus lakukan sampai sekarang. Rakyat Indonesia
yang begitu pasrah dan tawakal, nrimo (kata orang Jawa),
membiarkan semua kejadian itu dan terus berusaha untuk tetap
hidup dengan berbagai cara, mereka mencoba dan mencoba,
tetapi dengan cara cara yang tentu ketinggalan teknologi, karena
memang ada skenario pembodohan dari penguasa lalim yang lalu,
agar rakyat tidak mengerti, tidak paham apa yang sedang mereka
(pengusaha Alien dan penguasa Lalim) sedang lakukan, yaitu
menjarah kekayaan SDA Indonesia.
161

Dalam
keterbatasan
pengetahuan,
ketertinggalan
teknologi, rakyat berusaha sebisa mungkin, mereka mencoba
bercocok tanam untuk mendapatkan makanan. Dalam usaha
mereka itu mendapatkan kehidupan, sebagian di antara mereka
melakukan pengrusakan alam, mereka menanami segala area
yang mungkin ditanami, mereka menebangi pohon karena
membutuhkan tanah untuk bercocok tanam. Lihatlah ada banyak
bencana longsor, karena daerah di sebelah atas bukit atau
gunung telah digunduli untuk bercocok tanam. Mereka
melakukan itu karena kekurangtahuan mereka, karena memang
tidak ada usaha pamong masa lalu untuk memberikan
pengetahuan soal bercocok tanam yang aman bagi lingkungan.
Para pamong sibuk sendiri dalam kegiatan mereka sebagai
anggota arisan bancakan berbagi komisi kolaborasi pengusaha
Alien dengan penguasa Lalim, mereka tidak peduli dengan
kehidupan rakyat kecil di pedesaan.
Kemudian datang lagi pengusaha dari negeri lain, yang
dengan kekuatan modal dan kedekatan dengan pamong mereka
mendapatkan konsesi jutaan hektar, menghancurkan hutan
tropis, membabat hutan tropis, menggunduli jutaan hektar hutan,
membakarnya juga, dan mengganti pohon-pohon heterogen itu
dengan tanaman monokultur. Tanaman monokultur yang
berjarak renggang satu sama lain, tidak mengikat air hujan, tidak
menahan panas, merusak siklus alam, merusak lingkungan,
akhirnya pemanasan terjadi berlanjut ke global warming.
Kerusakan alam Indonesia, menyebabkan kerusakan cuaca
dunia, global warming ... jadi mereka yang telah mengacau itu
harus membayar segala biaya perbaikan alam Indonesia, agar
kembali asri, kembali memberikan kenyamanan bagi seluruh
penduduk dunia ... kalau mereka tidak mau membayar segala
biaya itu, rakyat Indonesia dibiarkan merusak alam Indonesia,
menjadikan cuaca dunia semakin extrim ... itu pilihan bagi
162

mereka: membayar atau KIAMAT dunia!


Target dari tulisan ini:
mengingatkan rakyat Indonesia akan kejahatan pengusaha
negara Alien, mereka telah merampok rakyat Indonesia,
mereka hanya memberikan bagian dalam bentuk Royalti
sebesar 1%, dan kata ketua KPK, itupun tidak terbayarkan,
memberitahu rakyat Indonesia akan kejahatan para
penguasa di masa lalu, mereka telah berkolaborasi dengan
pengusaha Alien dalam perampokan segala SDA Indonesia,
lihat di buku Yang Di Depan Menjadi Panutan, artikel
Kekayaan Alam Indonesia,
memperingatkan dunia agar berhenti mengeruk kekayaan
SDA Indonesia tanpa memberikan manfaat terbesar bagi
bangsa ini, sudah sangat kurang ajar apa yang mereka
lakukan selama ini, membiarkan penjajahan terselubung
selama 40 tahun lebih, dimana kekayaan SDA bangsa ini
telah dibiarkan dirampok oleh pengusaha Alien, bahkan PBB
membiarkan ketimpangan itu, membiarkan penjajahan itu,
kondisi ini malah lebih buruk daripada penjajahan Belanda
dengan Strategi Tanam Paksa yang masih memberikan
keuntungan bagi rakyat Indonesia waktu itu,
memberi warning kepada seluruh umat manusia, harus ada
rasa KASIH satu sama lain, rasa kasih antara sesama umat
manusia, tidak ada yang berbeda di mata Tuhan, semua
sama, janganlah warga dunia bagian utara merasa menjadi
warga utama karena berkulit putih, sementara warga kulit
berwarna hanya sekedar Untermenschen yang tidak berhak
hidup layak, termasuk bangsa Indonesia. Bukankah itu yang
mereka lakukan selama puluhan tahun itu, sampai sekarang.
Mereka hidup senang diatas penderitaan rakyat Indonesia
sebagai pemilik kekayaan yang sah. Warga dunia harus
punya rasa SAYANG kepada alam - lingkungan, termasuk
163

kepada Alam - Lingkungan Indonesia. Ketahuilah, kegiatan


pengusaha Alien itu mengatasnamakan warga dunia bagian
utara, mereka telah menjarah Indonesia, telah merusak alam
Indonesia. Kita berharap mereka (warga dunia) yang selama
ini tidak sadar telah setuju dengan para pengusaha Alien itu
tersadarkan dan mulai menuntut pemerintah mereka sendiri
yang telah ikutan merusak alam - lingkungan Indonesia,
telah menghancurkan kehidupan rakyat Indonesia, telah
membuat kerusakan dunia, telah menjadikan cuaca dunia
semakin memburuk, global warming ...

Keserakahan Warga Belahan Utara


Selama ini keserakahan untuk menguasai negara lain, menguras
kekayaan negara lain itu telah ditampilkan, dilakukan oleh
warga dunia terutama warga dunia bagian utara melalui wakil
mereka yaitu pengusaha Alien itu. Mereka sama sekali tidak
punya rasa KASIH, apalagi punya rasa SAYANG, mereka hanya
mengedepankan nafsu belaka, nafsu perut dan nafsu bawah perut
mereka saja.
Mereka telah dengan licik (culas) berkolaborasi dengan penguasa
lalim dengan menyiapkan kontrak kerja yang jelas hanya
memberikan bagian kepada bangsa ini dalam bentuk Royalti
sebesar 1% yang sudah berlangsung selama 40 tahun lebih, dan
itupun tidak terbayarkan!!!
Jadi, untuk menjadikan hidup di dunia menjadi lebih baik, tidak
hanya warga Indonesia saja yang melakukan perubahan mental
moral, tetapi warga dunia juga harus melakukan perubahan,
janganlah menutup mata saat wakil mereka, perusahaan Alien
itu menjarah kekayaan SDA Indonesia, sadarilah penjarahan dan
penindasan itu pasti berdampak negatif tidak hanya bagi warga
164

Indonesia yang telah dijarah dan dirusak alam lingkungannya


tetapi juga akan dirasakan warga dunia yang lain dimanapun
mereka berada.
Ternyata REVOLUSI MENTAL MORAL ini tidak hanya perlu
dijalankan oleh warga Indonesia saja, tetapi juga warga dunia!

165

166

167

Anda mungkin juga menyukai