untuk
Kejayaan Bangsa
dan
Negara Indonesia
di
Masa Depan
untuk
K AT A P E N G AN T AR
Buku "Mens Sana In Corpore Sano" ini merupakan buku ke-3
dari seri "Menuju Revolusi Mental".
Buku pertama berjudul "Yang Di Depan Menjadi Panutan",
menggambarkan keadaan Indonesia sampai dengan saat bukubuku ini ditulis. Kita telah kehilangan pijakan, begitu banyak
orang yang melupakan hukum, terus melanggar peraturan,
korupsi berjamaah, pejabat banyak tersangkut kasus korupsi,
banyak pimpinan daerah yang menjadi tersangka, banyak hal
terbolak balik, apa yang hak menjadi kewajiban, yang kewajiban
terus dilupakan, dst ... dst.
Buku kedua berjudul "Pendidikan Mental Moral", berisi tentang
berbagai hal terkait Mental Moral masyarakat saat ini, tentang
keadaan saat ini, hal-hal yang perlu dilakukan, hal-hal yang
perlu disiapkan, arah dan tujuan pembangunan mental moral
kedepan, pilihan industri yang bisa disiapkan bagi bangsa dan
negara, langkah langkah yang perlu diambil, hal-hal yang perlu
dihindari, dst.
Buku pertama menggambarkan IST, keadaan Indonesia saat lalu,
buku kedua menjadi arah dan tujuan pembangunan mental
moral, sebagai bagian dari SOLL, yang seharusnya dicapai untuk
menjadikan bangsa-negara Indonesia jaya di masa depan. Buku
ketiga ini berisikan pendukung pencapaian perubahan itu.
Bangsa yang sehat akan bisa maju jaya di masa depan.
Untuk mencapai satu kondisi dimana Bangsa-Negara Indonesia
Jaya di Masa Depan, perlu dipersiapkan banyak hal, diantaranya:
badan yang sehat dan pikiran yang sehat. Berbagai hal untuk
i
iv
Daftar Isi
i
1
5
7
8
8
10
12
12
12
12
13
14
16
19
25
25
25
27
29
30
33
35
36
41
43
47
49
52
53
53
KATA PENGANTAR
Mens Sana In Corpore Sano
KARTU, KARTU dan KARTU
Bermacam macam kartu yang harus dimiliki warga
WDA dan WNA!?
Yang diurus itu penduduknya atau kartunya?
Pemerintah Juga Tidak Percaya E-KTP!?
Seharusnya, Sebetulnya, Semestinya ... Se-xxx-nya
- Transparans
- Mudah Dilihat
- Berkesinambungan dan Terintegrasi Antar Lembaga
- Lingkup Nasional
- Satu kesatuan, Tidak Ada Duplikasi atau Mis-informasi
- Dapat Diakses Oleh Banyak Lembaga
Tulisan berikut ini terkait jaminan kesehatan
Mobil Ambulance & Kesehatan Pemimpin
Perawatan 3 Mantan Presiden
Mobil Ambulance Kepresidenan
Mobil Ambulance Masa Kini
Buah Tidak Akan Jatuh Jauh Dari Pohonnya
Jiwa Anak Koruptor
PERCONTOHAN YANG . . .
Banyak TUTOR Jalanan
Pengalaman Di Negeri Berjiwa Besar
Pembiaran atau Dibiarkan Terjadi
Kenapa rancangan itu sampai begitu brutal?
Jelas perlu revolusi mental (jiwa)!
Mens Sana In Corpore Sano (2)
Tidak Bebas Korupsi di Swasta
Perusahaan Penjual Barang Elektronik/Hiburan
Perusahaan Penjual Alat-Alat Komunikasi Data
v
56
61
61
63
64
65
65
66
67
67
68
68
69
70
73
75
76
78
81
82
83
83
84
85
85
86
88
90
90
91
94
97
100
102
104
106
109
110
111
112
112
113
116
124
130
132
133
137
138
140
142
144
148
150
150
152
153
155
158
159
161
vii
K AR T U , K AR T U d a n K AR T U
Di negeri ini, ada begitu banyak pamong bermain kartu, mereka
menyiapkan bermacam ragam kartu, setiap warga negeri ini
harus memiliki berbagai kartu itu. Setiap kepemilikan berbagai
kartu itu tentu ada biayanya.
Pamong berjualan kartu, warga 'membeli' kartu. Tentu
saja para oknum pejabat yang bermain kartu kartu itu akan
berbagi komisi pengadaan kartu-kartu yang dijual kepada warga.
Banyak juga dagangan lain yang mereka jual kepada
warga, atau warga itu sekalian yang mereka jual ke luar negeri,
entah sebagai TKI, TKW atau sebagai korban human
trafficking, entah jadi budak atau sex-slave!? Jumlah korbannya
cukup tinggi, antara 40ribu sampai 300ribu anak-anak dan
wanita per tahun yang diperjual-belikan.
Ada pejabat yang berdagang hukum, berdagang waktu
lama menginap di hotel prodeo, menjual privileges bagi setiap
orang, menjual keleluasaan untuk keluar dari hotel prodeo,
istilah mereka mendapat 'cuti prodeo'. Yang lain, yang
seharusnya mengurus kualitas sumber daya manusia, malah
lebih suka berjualan buku cetak pelajaran sekolah. Ada yang
berjualan ijin merusak hutan, ada yang berjualan ijin menangkap
ikan, ada yang jualan sapi ex luar negeri, dlsb.
Sudah lama, entah kapan dimulai, para pamong di negeri ini
cuma mengurus kartu, kartu dan kartu.
* Secara umum, bukan mutu kehidupan warganya yang diurus,
hanya kartu-kartunya saja.
* Bukan mutu hidup penduduknya, hanya kartu penduduknya
yang diurusi, bentuknya diganti secara berkala, yang terakhir
e-ktp itu, kepemilikan harus diperbaharui setiap 5 tahun
sekali.
5
dulu?
Anda boleh sakit sampai menggigil menjelang kematian, kalau:
* Anda tidak punya kartu kesehatan tertentu itu, maka Anda
dipersilahkan menghubungi lembaga perawatan kesehatan
swasta, kalaupun Anda masuk ke lembaga perawatan
kesehatan daerah, Anda harus membayar biaya-biaya yang
ada.
* Anda berasal dari daerah lain, walau Anda punya kartu
tertentu itu, maka Anda tidak boleh mendapatkan perawatan
kesehatan di daerah Anda sedang berada ... padahal Anda
bukan warganegara asing, Anda adalah warganegara
Indonesia! Hanya saja, KTP Anda dari daerah lain, kartu
Anda diterbitkan di daerah lain, Anda tidak boleh
mendapatkan perawatan kesehatan dari lembaga kesehatan
daerah setempat, karena Anda dianggap warga asing!? Walau
sesama orang Indonesia, tetap dianggap orang asing oleh
pamong daerah yang lain!?
W D A d a n W N A! ?
Meski Anda miskin, Anda tidak bisa mendapatkan kartu miskin,
kalau Anda tidak punya KTP daerah setempat. Kalau Anda
berasal suatu daerah dengan KTP dari daerah itu, jangan cobacoba mendapatkan berbagai kartu tersebut diatas dari daerah
lain ... itu TABU! Anda dinyatakan warga daerah asing, (WDA)
karena datang dari daerah lain, kalau Anda berasal dari negara
lain, Anda akan disebut warga negara asing (WNA).
besar
WNI
(warga
9
negara
Indonesia)
sudah
T ra n s pa ra n s
Sistem kependudukan itu terbuka bagi setiap orang, bagi setiap
lembaga negara ataupun daerah, dengan hak akses yang
ditentukan oleh satu batasan kewenangan dan berdasarkan
keperluan yang dijinkan oleh hukum.
M ud a h D i l i h a t
Data seorang penduduk akan langsung tampil di layar monitor,
layar tablet atau gadget lainnya bila hal itu perlu dilakukan oleh
seorang aparat yang memang berwenang untuk memeriksa
kebenaran identitas seseorang. Untuk apa membuat E-ktp kalau
semua orang menjadi buta, tidak bisa melihat apapun dari kartu
12
itu!?
L i n g k up N a s i o n a l
Untuk bisa berkesinambungan, terintegrasi antar lembaga dan
bisa digunakan oleh setiap lembaga di berbagai penjuru
Indonesia, maka sistem ini harus ber-lingkup nasional, bukan
lingkup ke-daerahan. Sudah seharusnya tidak perlu ada warga
negeri ini yang disebut WDA, warga daerah asing, yang tidak bisa
mendapatkan fasilitas kesehatan, fasilitas bantuan kemiskinan,
bantuan pendidikan, dll saat orang itu berada di luar daerahnya.
Jadi, nantinya tidak ada lagi pembatasan saat seorang warga
akan mencari bantuan perawatan kesehatan, saat mereka berada
di luar daerah tempat tinggalnya, selama mereka berada di
wilayah teritori negara Indonesia, mereka bisa mendapatkan
bantuan perawatan kesehatan ... seharusnya!
Untuk membuat pengamanan secara nasional, maka
setiap pamong/ponggawa keamanan negeri ini bisa saling
membantu satu sama lain menggunakan data yang ada di pusat
database, untuk mencari tersangka kriminal, mencari tersangka
korupsi, mencari tersangka teror, mengawasi gerakan WNA,
mencegah tindakan yang bisa merugikan negara dan atau warga
negeri ini. Semua lembaga yang berbeda akan memasukkan datadata yang mereka peroleh ke pusat database, disaring agar tidak
ada duplikasi atau mis-informasi dan diintegrasikan ke data
setiap orang yang perlu dilacak, perlu diawasi. Selanjutnya datadata ini bisa digunakan untuk satu pengawasan secara
internasional dalam kerjasama keamanan dengan polisi
internasional (Interpol).
masuk rawat inap bisa jadi dia hanya mendapatkan kelas dasar,
karena tidak pernah membayar pajak. Seorang buruh kecil,
seorang karyawan kelas bawah telah ikut membayar pajak, maka
bagi mereka diberikan kelas menengah, dan untuk para pemilik
perusahaan yang telah membayar pajak besar, mereka
mendapatkan prioritas kelas atas, yang belum tentu seorang
pejabat bisa masuk kelas itu, karena tidak membayar pajak
cukup besar.
Dengan KTP yang terintegrasi, dan tersambung dengan
lembaga kesehatan dimanapun, maka penentuan kelas yang
diberikan kepada seorang dapat langsung ditampilkan oleh
sistem penerimaan pasien rawat inap. Administrasi lembaga
kesehatan akan bisa dipantau langsung melalui sistem yang
tersambung secara online, petugas penerimaan pasien rawat inap
tidak bisa merubah kelas yang sudah ditentukan. Kalau orang
kaya harus masuk kelas dasar, maka begitulah adanya, seorang
buruh kelas bawah yang telah membayar pajak bisa masuk kelas
menengah, maka begitulah seharusnya. Ada sumbangsih maka
ada kelas, tidak ada sumbangsih maka sebatas kelas dasar.
Usulan saya diatas tentu berbeda dengan usaha/rencana lembaga
jaminan sosial yang sedang berjalan saat ini yang mengharuskan
warganegara
mendaftar
dan
membayar
iuran
untuk
mendapatkan kelas perawatan yang berbeda. Ada perbedaan
besar antara usulan saya diatas dengan rencana mereka:
1) dengan membedakan kelas bagi mereka yang membayar
pajak dan tidak membayar pajak merupakan satu insentif
bagi warga yang patuh dan rajin membayar pajak, rencana
lembaga tersebut, bagi mereka yang tidak bayar pajak tetapi
berani membayar iuran lebih tinggi jelas melecehkan
warganegara yang telah bekerja dengan baik dan patuh pajak,
karena kepemilikan uang banyak itu bisa saja diperoleh
dengan cara tidak halal, sementara mereka yang memperoleh
21
Lalu, ada yang bilang: Kita tidak punya uang untuk itu semua!.
Siapa bilang kita tidak punya uang untuk membayar semua biaya
itu!?
Belanda saja yang menjajah Indonesia karena rempah rempah,
mereka bisa membangun negerinya sehingga seperti sekarang.
Hanya berdagang rempah rempah saja sudah bisa begitu kaya,
mereka belum mengelola sumber daya alam yang lain. Kemudian
di masa Suharto, datanglah pengusaha pengusaha alien itu,
selama 40 tahun lebih telah menyedot sumber daya alam
Indonesia, dan hanya membayar Royalti 1% yang juga tidak
terbayarkan selama ini. Hanya dengan 1% yang tidak
terbayarkan, kita masih tetap bisa 'exist', Indonesia tetap bisa
menjalankan roda pemerintahan, nah bayangkan kalau kita
balik, kita yang mengambil 99% dan kepada para pengusaha alien
itu gantian hanya mendapatkan Royalti 1%. Kita bisa
mendapatkan dana yang sangat besar.
Gunakanlah semua resources (sumber daya) yang ada di negeri
ini untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, sesuai pasal 33
22
*
*
*
***
Data Anak-Anak PBB, UNICEF, mengatakan bahwa sekitar
1,2 juta anak-anak diperjual-belikan setiap tahun dengan
nilai sekitar 10 miliar dollar.
Dalam sebuah laporan berjudul Akhiri Exploitasi Anak,
badan PBB itu mengatakan bahwa jual-beli serupa itu
merupakan persoalan global dan mempengaruhi semua
negara.
Laporan itu mendapati bahwa sepertiga dari perdagangan
domestik dan internasional wanita dan anak-anak itu
berlangsung di Asia Tenggara.
Dikatakan, dalam masa tiga tahun terakhir terjadi
peningkatan 20 persen dalam jumlah pelacur di bawah umur
di Thailand, dan 15 persen dari gadis yang diperjual-belikan
dari Vietnam bagian selatan di bawah umur 15 tahun.
Di RRC, 250 ribu wanita dan anak-anak menjadi korban
perdagangan gelap manusia.
Kata laporan tadi, perdagangan tersebut tidak terbatas pada
perempuan.
Ribuan anak laki-laki semuda lima tahun diperdagangkan ke
Uni Emirat Arab dari Bangladesh, India dan Pakistan setiap
tahun untuk dipekerjakan sebagai joki-unta
Sumber:
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2003-07-30/satujuta-anak-diperjualbelikan-setiap-tahun/807082
***
24
M o b i l A m b ul a n c e M a s a K i n i
Ternyata tidak hanya institusi kepresidenan saja yang
menyediakan kendaraan kesehatan khusus darurat, tetapi
banyak unit-unit departemen pemerintah Republik Indonesia
secara
terpisah-pisah
menyediakan
kendaraan-kendaraan
ambulance mereka sendiri.
Pernah saya melihat kendaraan ambulance sumbangan dari
Jepang yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari yang jelas
terlihat bukan untuk menangani masalah kesehatan khusus
darurat, mengangkut orang sakit, korban kecelakaan atau
keadaan lain, tetapi untuk kendaraan transportasi aparat,
karena jelas terlihat mereka yang mengendarai kendaraan itu
bukan petugas kesehatan! Baju dan tampang mereka jauh dari
tampang petugas kesehatan! Bahkan saya masih melihat
kendaraan ambulance puskesmas digunakan untuk antar jemput
pegawai.
Banyak klinik-klinik, yayasan-yayasan penyelenggara kesehatan
swasta yang memiliki kendaraan ambulance mereka sendiri, dan
setiap saat mereka dapat saja meminta perlakuan khusus dalam
perjalanan mereka, dengan lampu kelap-kelip dan sirene
meraung-raung mereka minta jalan agar bisa lewat dengan cepat
di kerumunan mobil-mobil yang menyesaki jalanan.
Rasanya tidak adil, melihat begitu banyak kendaraan yang dibuat
menjadi mobil ambulance tetapi sebenarnya tidak berfungsi
dengan baik dan benar, karena kendaraan itu sebenarnya sudah
mirip dengan kendaraan angkutan barang yang lain, kendaraan
pengangkut penumpang (umum), kendaraan pengangkut
furniture, pengangkut semen, pengangkut pasir, atau seperti taxi,
yang dapat dipergunakan dengan membayar sewa pemakaian
jasa. Tetapi cobalah kalau ada bencana atau kecelakaan besar,
27
28
B ua h T i d a k A k a n J a t uh J a uh D a r i P o h o n n y a
5 Desember 2014
Sebuah pepatah lama yang memberikan gambaran suatu keadaan
yang secara alamiah memang akan begitu adanya, buah yang
matang akan jatuh tidak jauh dari pohon induknya, kecil
kemungkinan buah itu jatuh terdampar sangat jauh dari pohon
induknya, kecuali ada satu hal yang luar biasa yang
menghasilkan satu keadaan yang berbeda dari seharusnya.
Demikian juga dengan jiwa manusia, secara alamiah akan
menyerupai jiwa-jiwa yang ada di sekitarnya, di rumah atau di
lingkungan kehidupan dia. Tidak akan jauh berbeda dari jiwajiwa induk yang membentuknya. Jiwa-jiwa induk yang sehat akan
menghasilkan jiwa anakan (turunan) yang juga sehat, dan yang
tidak sehat menghasilkan yang tidak sehat juga.
Jiwa (baru, anakan) tidak akan tumbuh sehat bila ia berada di
lingkungan yang tidak sehat. Jiwa yang berada di lingkungan
yang berisikan jiwa jiwa yang sudah tidak sehat selama ini, tidak
mungkin akan tumbuh menjadi jiwa sehat, jiwa itu tidak akan
jauh berbeda dengan jiwa jiwa yang ada disitu.
Bila seorang anak hidup di dalam keluarga petani, dia akan
tumbuh sebagai anak petani, bukan anak nelayan. Sebagai anak
petani, dia akan menyerap berbagai bentuk kearifan dalam
lingkungan pertanian itu, apa yang boleh, apa yang tidak, kapan
musim tanam, kapan menanam tanaman tertentu kapan
menanam yang lain. Dia mengadaptasi segala hal yang ada dalam
lingkungan kehidupan pertanian, berbagai ritual bercocok tanam,
ritual ritual sebelum menanam, selama perawatan saat panen
29
J i w a A n a k K o r up t o r
Bagaimanapun seorang koruptor (penipu uang rakyat) berusaha
untuk tampil jujur di hadapan anak-anak mereka, tetap tidak
akan tampil seperti seharusnya, roman muka, gesture, kata kata
tetap tidak akan terlihat sebagai orang jujur yang asli, hanya
kemunafikan, kata hati yang tak tulus akan menghambat,
menghadang gerakan orang-orang itu untuk tampil apa adanya.
Tidak mungkin seorang pencuri bisa membohongi hatinya
sendiri, itu terlalu luar biasa kalau seorang koruptor bisa
berwajah tenang, adem, kalem, apa adanya, tanpa beban, santai
30
32
P E R C O N T O H AN Y AN G . . .
10 Desember 2014
Kalau sejak kecil, anak-anak diberi contoh kebenaran, keadilan,
kesopan-santunan, penuh etika, sesuai adat budaya, sesuai
agama, maka anak-anak akan tumbuh serupa dengan apa yang
diperlihatkan, diperbuat, dipercontohkan oleh orang tua mereka.
Sungguh satu usaha yang tidak mudah bagi orang tua untuk
memberikan percontohan yang baik kepada anak-anak ...
KARENA, di masa sekarang ini, percontohan yang tidak baik itu
begitu mewabah dalam kehidupan kita, begitu kita keluar rumah,
berada di jalan, saat perpindahan anak-anak dari rumah ke
sekolah dimana mereka akan belajar taat hukum, patuh
peraturan, berdisiplin, menghormati guru dan orang lain, rajin,
baik, dst dst ... saat perpindahan itu, saat anak-anak berangkat
dari rumah ke sekolah, maka saat itulah yang paling kritis,
karena ada begitu banyak percontohan yang tidak baik, yang
tidak patut, yang tidak senonoh, yang tidak etis, yang tidak
sesuai agama, yang tidak sesuai hukum dan peraturan telah
menghadang mereka ... setiap hari, setiap detik, semua
percontohan buruk itu diperlihatkan oleh orang dari berbagai
kalangan, dari tukang ojek sampai pejabat tingkat atas sama
sama memberikan panutan yang tidak baik.
Orang tua sudah berusaha sebaik baiknya di rumah memberi
percontohan yang baik, para guru di sekolah juga sudah berusaha
sebaik baiknya di lingkungan sekolah memberi berbagai
pelajaran yang terbaik ... TETAPI setiap pagi dan petang saat
perpindahan dari rumah ke sekolah atau dari sekolah ke rumah,
anak-anak itu diberi pelajaran yang SANGAT bertolak belakang
dengan apa yang orang tua dan para guru berikan! Apakah anak33
anak lebih suka mengikuti percontohan yang benar, atau anakanak cenderung memilih percontohan yang tidak benar!?
Sudah jamak, bagi seorang manusia untuk lebih mudah
mencontoh sifat yang tidak benar daripada mengadaptasi
perilaku yang benar ... itu sudah dari 'sono'nya. Mau contoh!?
Lihat saja di jalanan, ada begitu banyak contoh contoh itu.
Lihatlah dari persepsi kebenaran, bukan dari persepsi bentukan
'alah bisa karena biasa', karena persepsi kebisaan yang sudah
menyerap ketidakbenaran yang dilakukan banyak orang sebagai
kebiasaan bersama yang sudah diaklamasi sebagai hal yang bisa
diterima bersama itu, tidak akan pernah melihat berbagai
ketidakbenaran di jalan itu sebagai hal hal yang tidak benar,
karena bisa saja orang itu sudah biasa ikut serta meramaikan
suasana ketidakbenaran, bersama sama melakukan pelanggaran,
ketidaktaatan, ketidakpatuhan, kekurang ajaran, dlsb.
Kalau lingkungan sudah seperti itu, penuh dengan jiwa jiwa yang
tidak sehat, bagaimana kita akan menumbuh kembangkan jiwa
sehat anak anak generasi penerus bangsa!?
Yang ada, mereka akan segera meniru percontohan yang
mereka serap di jalanan. Meski orang tua berusaha mengarahkan
anak-anak mereka kepada kebenaran pikiran, tapi percontohan
itu ada begitu masiv, begitu berkelanjutan, anak-anak sulit
menolak apa yang sudah dipercontohkan oleh begitu banyak
orang dewasa, mereka membentuk pemikiran bahwa apa yang
mereka lihat itu sudah benar, boleh dilakukan, begitu
menyenangkan daripada harus mengikuti arahan orang tua di
rumah ataupun ajaran guru di sekolah.
34
B a n ya k T U T O R J a l a n a n
Setiap orang dewasa yang berlaku tak benar di jalanan, secara
otomatis menjadi tutor bagi orang lain, bagi anak-anak generasi
penerus bangsa. Mereka tidak sadar saat melakukan pelanggaran
di jalan itu mereka memberi contoh buruk bagi orang lain, bagi
orang dewasa yang tak tahan godaan untuk ikut serta melakukan
pelanggaran dan tentu saja bagi anak-anak generasi penerus,
seakan-akan apa yang dilakukan itu adalah benar, seakan-akan
pelanggaran itu sebagai tindakan macho, agar terlihat (exist)
jantan, gagah, jagoan, penuh keberanian, padahal cuma sekedar
tindakan barbar, phytecanthropus erectus motoritus (manusia
purba berjalan tegak naik motor).
Perilaku melanggar peraturan yang dilakukan dengan acuh tak
acuh akan keadaan sekitarnya, tidak terlihat malu, sungkan,
tidak jengah, tidak punya rasa bersalah, bahkan tertawa tawa
seakan-akan berhasil mengakali keadaan, bahkan tidak jarang
mereka yang sedang melanggar ini akan memasang muka galak,
berteriak keras, menghardik orang lain yang sebenarnya berhak
di jalan itu dan sedang berada di jalur yang benar.
Sebaliknya, seseorang yang berusaha taat peraturan,
berhenti di depan garis putih tanda batas kendaraan menunggu
lampu traffic light merah, akan dilihat sebagai orang bodoh,
sebagai pengecut, sebagai sok jujur, sok baik, sok taat, dlsb. Tidak
jarang, mobil atau kendaraan yang berada di belakang akan
membunyikan klakson agar kita yang sedang mencoba taat itu
maju menerobos lampu merah. Jiwa-jiwa sudah terbalik balik,
yang kacau sudah terlihat begitu banyak, sebagai kelompok
mayoritas sedangkan jiwa yang masih baik berada sebagai
minoritas.
Sampai ada slogan yang ditempel di gedung KPK: Berani
Jujur, Hebat!!!. Seseorang dari kelompok minoritas yang berani
berbeda dengan kelompok mayoritas boleh dikatakan hebat,
35
Mari buka mata, buka hati, kita perhatikan apa yang terjadi di
jalanan ibukota. Apa yang warga lakukan di jalanan: makan di
jalan, minum di jalan, pesta di jalan, perayaan hari besar di jalan,
ritual agama di jalan, upacara kemerdekaan di jalan, bermain di
jalan, olahraga di jalan, berdagang di jalan, buka pasar di jalan,
pasar kaget malam hari di jalan, pipis di jalan, BAB di jalan,
berbagai kegiatan dicoba dilakukan di jalan, kalau perlu jalanan
diblokir oleh warga, bahkan anak-anak kecil sudah begitu berani
memasang berbagai benda di jalan sebagai barikade agar jalanan
bisa mereka pakai untuk bermain.
Begitu banyak kegiatan dilakukan di jalan, ada yang
pacaran di pinggir jalan gelap, berduaan duduk di motor yang
diparkir di pinggir jalan, ada juga yang pacaran di bibir jembatan
layang, duduk berduaan di atas motor, sudah ada yang mati
karena pacaran di pinggir jalan, duduk berduaan di dalam mobil
yang mesinnya dihidupkan, AC dipasang, mereka mati karena
gas buang knalpot kendaraan menyusup dari bawah, dan mereka
tidak membuka kaca jendela sedikitpun.
Coba lihat bagaimana warga membuang sampah
sembarangan di jalan, warga naik mobil sambil makan, dan
kertas atau plastik pembungkus dilempar keluar langsung ke
jalan, atau lihatlah di pintu masuk atau keluar tol, saat
pengemudi harus membayar karcis tol, begitu karcis diterima,
langsung diremet, digenggam, dirusak dan langsung dilepaskan di
jalan di depan petugas karcis tol itu, dan sebelum jendela ditutup,
si pengemudi tidak lupa melepaskan beberapa sampah keluar
jendela. Pembuang sampah di jalan itu bukan hanya orang-orang
kelas bawah yang tidak berpendidikan, yang tidak punya uang,
tapi juga dilakukan oleh orang berpendidikan, orang mampu
bahkan ada yang kelas atas, celebritis, toh tidak malu malu
membuang sampah di jalan. Lihat saja, mereka mampu membeli
mobil, bahkan pengendara dan penumpang mobil kelas milliaran
38
juga melakukannya.
Apa yang terjadi di jalan itu, jangan dianggap enteng, jangan
dianggap tidak bermasalah, semua yang terjadi di jalanan itu
mencerminkan budaya bangsa, budaya negara ini. Apa terjadi di
jalan itu menjadi pattern kejiwaan anak-anak generasi penerus
bangsa. Apa yang kita lihat sehari hari di jalan, maka
demikianlah bentuk kejiwaan generasi penerus bangsa di masa
depan.
Apakah kita akan biarkan saja kekacauan ini terus berlanjut,
menjadi bahan percontohan bagi generasi penerus bangsa
negara?
Silahkan baca artikel Yang di DEPAN menjadi PANUTAN di
buku dengan judul yang sama, buku pertama dari seri Menuju
Revolusi Mental, sebuah rangkaian pengamatan saya selama
bertahun tahun hidup di ibukota Indonesia, semua orang begitu
antusias untuk menjadi pengajar pengajar kegiatan Exskul (extra
kurikuler) bagi anak-anak generasi penerus bangsa.
Jiwa-jiwa yang sudah salah settingan (seperti gadget) terus
dibiarkan merajalela di jalanan. Pemimpin bangsa seakan akan
tak tampak ada, tidak terlihat adanya keinginan dari para
pemimpin bangsa untuk melakukan perubahan, semua sudah
'kadung' keasikan dengan nucleus nucleus (lingkaran lingkaran)
kehidupan masing masing yang penuh hura hura tanpa
kepedulian sosial sama sekali.
Kadung = terlanjur, kasep
Buat orang awam, berbagai kejadian di jalanan itu tidak mereka
anggap aneh, mereka sudah terbiasa, karena sudah sering
39
40
barikade lainnya.
Lihatlah di jalan Matraman Raya, di tengah taman dipasang
pagar pembatas agar masyarakat tidak menyeberang di
sembarang tempat, dipasang pagar besi setinggi 2 meter, dengan
teralis besi yang rapat agar orang tidak bisa menerobos di antara
pagar besi itu. Di badan jalan, dipasang pagar setinggi 40 cm
tertanam di jalan di sisi kiri jalur bus TransJakarta, agar
kendaraan lain tidak menerobos masuk ke jalur itu. Sebelumnya
sudah dipasang beton pembatas setinggi 15-20 cm, tetapi beton
pembatas itu tidak berfungsi sepenuhnya sebagai pemisah antara
jalur khusus dan jalur umum, berbagai kendaraan apalagi
angkutan umum yang besar tetap bisa melindas pembatas itu
dengan leluasa, beralih ke jalur bus khusus yang kosong dan
kembali berpindah lagi di lokasi lain.
Di banyak lokasi, di awal jalur khusus, dipasang gerbang
(palang) besi yang dijaga petugas, agar kendaraan tidak
menerobos masuk ke jalur khusus itu. Di setiap ujung jalur
khusus dipasang rambu yang menyatakan larangan bagi
kendaraan lain masuk ke jalur khusus itu. Rambu rambu atau
palang besi itu tidak diindahkan banyak pengemudi, mereka
terus menerus mencoba masuk ke jalur khusus meski palang besi
itu dijaga petugas. Lain waktu terlihat ada pengemudi yang
terlihat seperti oknum anggota memaksa masuk ke jalur khusus
itu, dan pernah terjadi ada oknum menunjukkan sepucuk senjata
kepada petugas agar gerbang dibuka, dia ingin lewat jalur itu.
Sang petugas yang cuma pekerja kelas bawah tidak berani
menolak, terpaksa membuka palang besi, lewatlah sang oknum
bersama puluhan kendaraan dibelakangnya yang menempel rapat
di belakang kendaraan sang oknum, si petugas tidak bisa
memasang palang besi sementara waktu.
Lihatlah, saat Anda akan naik bus khusus itu, Anda harus
42
demikian!?
Coba kita bayangkan, warga yang sudah terbiasa berlaku semau
maunya itu, yang biasa dijaga dengan barikade agar tidak
melewati batasan yang seharusnya, bagaimana saat warga ini
berada di lingkungan yang masyarakatnya tertib berdisiplin,
apakah mereka akan ikut berdisiplin atau berlaku seperti
biasanya. Liar semau maunya sendiri!?
Coba kita terapkan kondisi kekacauan ini ke bidang lain, seperti
di berbagai modus angkutan. Kapal boat yang hanya diijinkan
memuat 100 penumpang diisi sampai 300 penumpang. Truk yang
hanya boleh sekian ton, diisi berkali lipat, atau barang barang
ditumpuk diatas truk menjulang begitu tinggi. Lihat saja
kendaraan roda dua yang diberi beban sampai hampir sebesar
mobil sedan, memang tidak berat tetapi begitu besar. Lihatlah bis
patas di pagi hari, penumpang penuh sesak di dalam kendaraan
dan banyak pelajar bergelantungan di pintu bis, menyabung
nyawa agar tidak perlu membayar ongkos bis. Lihatlah bajaj yang
diisi penuh dengan barang didalam bajaj dan di atas bajaj, masih
ada yang diikat dibelakang, penumpang dan pengemudi bisa
bertiga di bagian depan.
Apakah hanya sekedar gejala, hanya dilakukan sebagian orang
saja, atau memang ada begitu banyak yang mengacau?
Atau memang sudah merupakan penyakit bersama, penyakit
mental warga?
Lihatlah saat bencana melanda suatu daerah, menimpa
sekelompok warga. Pemerintah dan berbagai lembaga
menyiapkan bantuan, mereka membangun berbagai posko, pos
bantuan makanan kering, pos bantuan makanan siap saji (nasi
45
48
Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Gue pilih
tubuh (fisik) dulu!
Pertama jelas FISIK dulu, tapi bukan dalam arti face (muka)
tetapi postur tubuhnya. Face bisa 9 (sorry) tetapi kalau postur
tubuhnya cuma 6 yang ini sih jelek.
Kalau kita lihat dari sekelompok wece-wece, lihat dulu postur
tubuhnya, terutama bagian kaki, dari paha ke bawah. Lihat
apakah cukup atletis atau kekar (spt pemain bola!) atau gemuk
en gombyor atau kurus.
Kalau gue pilih yang atletis. Baru lihat facenya, cukup? atau
malah lebih dari cukup?
Gue pilih yang badan atletis dengan nilai 8 dan face cukup 7.
Kaki yang atletis dapat menggambarkan apakah seseorang itu
memiliki kehidupan yang baik, banyak bergerak, banyak
berolahraga, aktiv, mengerjakan sendiri banyak pekerjaan yang
bisa dikerjakan tanpa menyuruh orang lain, makan yang sehat
dan cukup baik. Kaki yang gemuk bisa berarti kebalikan, kurang
gerak, cuma mau nyuruh doang, makan makanan tidak sehat,
makan makanan mahal tetapi belum tentu baik!
Pakaian yang bagus, face yang 8 atau 9 tetapi badan tidak cukup
olahraga menggambarkan orang kaya yang manja, paling buat
pergi ke pesta, yang ini sih susah buat diajak hidup bersama
dijaman krismon seperti sekarang.
49
Jadi kuncinya yaitu: fisik yang sehat, atletis, aktive, baru lihat
kepribadiannya, kalau imbang GO-ON.
Sebetulnya kalau orang cukup pintar atau berpengalaman, dari
wajah juga bisa dilihat apakah seseorang itu cukup bahagia
dalam hidupnya, atau penuh kemanjaan, atau penuh penderitaan.
Belum tentu kaya memberikan kebahagiaan dan keindahan,
tetapi malah sebaliknya. Dan yang hidup sederhana dapat
menjadi pribadi yang menyenangkan karena kehidupannya yang
imbang.
Buat apa face 9 tetapi penuh kemunafikan, mending yang 7
dengan kesederhanaan dan kekuatan untuk hidup dalam alam
krismon!
Buat yang mau menikah en punya anak, tentu perlu
mempertimbangkan perbandingan pinggang en pinggul, demi
kemudahan saat melahirkan!!!
Dikirim pada 9 April 1999
***
Tulisan diatas adalah cara berpikir seorang pria saat mencari
seorang pacar. Hanya sekedar intermeso saja. Karena nyata
sekali, tubuh (fisik) yang bagus belum tentu berjiwa yang bagus.
Ada seorang teman pernah bilang, dia ingin wanita KUTILANG,
kurus tinggi langsing, yang lain punya pilihan lain pula. Itulah
pilihan pria berdasarkan impian.
Bagi orang Jawa, ada ketentuan 'Bibit, Bebet, Bobot' dalam
50
memilih pasangan.
Bibit: Asal usul seseorang, keturunan siapa?
Bebet: Pakaian, kain yang dipakai alias status kehidupan
seseorang.
Bobot: Kualitas pribadi, pendidikan, kemampuan diri, alias
mentalitas dan kejiwaan seseorang.
Jakarta, 17 Desember 2014
51
60
IN D O N E S IA K A Y A R A Y A ?
Sebagai rakyat Indonesia, sering kita mendengar pernyataanpernyataan pejabat pemerintahan yang menyatakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang kaya raya, kaya dengan sumber
daya alam yang masih terkandung di bumi nusantara ini, ada
minyak, gas, batu bara, emas, bauxit, dll, kita memiliki tanah
yang subur, apa saja yang ditancapkan ke tanah akan jadi
tanaman, sumber daya manusia yang besar, dst. dst.
Sebuah pernyataan yang membuat kita menjadi bangga,
bangga karena kita hidup di bumi nusantara yang kaya, bangga
akan kemampuan bangsa kita untuk mengolah dan mengelola
kekayaan bumi nusantara.
Ada banyak sumber daya alam kita yang di kelola oleh
pengusaha-pengusaha Indonesia secara mandiri atau dengan
bantuan negara lain, dan tidak sedikit yang pengelolaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha asing.
Hutan Indonesia sudah di-kapling-kan kepada banyak pengusaha,
ada yang dapat puluhan hektar, ratusan, ribuan, dan bahkan ada
yang mendapatkan jutaan hektar sekaligus. Demikian juga
kepulauan dan lautan, sudah ada yang dimiliki perorangan
ataupun perusahaan baik untuk tempat tinggal, peristirahatan,
usaha, atau yang lain, bahkan ada yang mulai merambah
pegunungan juga. Tentunya kita tidak perlu khawatir, karena
tanah (hutan) kita ada berjuta-juta hektar, pulaunya ada 7000
pulau, gunungnya ada puluhan (ratusan ?). Luas dan lebar.
Harta = Kekayaan
Menurut rumus (formula) akuntansi yang biasa dipakai adalah:
HARTA = KEKAYAAN, dimana bila seseorang atau badan, baik
61
H ut a n g ?
Sebetulnya buat apa kita berhutang, kalau kita memang kaya
raya ?
Jadi dengan beban hutang yang demikian besar, rakyat Indonesia
harus menanggung beban 2 kali lipat:
1. Kekayaan alam Indonesia yang demikian besar itu dimana,
kemana, siapa yang menikmati?
2. Hutang yang sangat besar itu untuk apa?
Selama ini rakyat Indonesia tidak pernah diberikan informasi
mengenai pengolahan dan pengelolaan kekayaan alam Indonesia,
semuanya terkesan ditutup-tutupi, lihat saja Freeport di Irian,
atau Busang, atau Pertamina, dll. Kita tidak pernah diberikan
gambaran mengenai berapa hasilnya, kemana hasilnya, dll.
Jangankan menikmati, tahu pun tidak !!!
Bayangkan
masyarakat
di
sekitar
projek-projek
pengolahan dan pengelolaan kekayaan alam itu, mereka tidak
pernah menikmati hasil kekayaan alam yang ada di daerah
mereka. Mereka telah di rampok!
Hutang yang didapat dari luar negeri digunakan untuk
membangun banyak industri ber skala besar, yang kebanyakan
tidak tepat sasaran.
63
Industri Besar
Kita sudah memiliki banyak Industri Besar yang dibangun oleh
pemerintah (kata pemerintah!!!), baik industri berat (metal,
kimia) maupun industri perkebunan dan kehutanan. Banyak
industri dibangun dengan pinjaman dari luar negeri dengan nilai
yang besaaaaaar sekali.
Ada banyak pertanyaan yang timbul dari usaha pemerintah
membangun banyak industri tsb:
1. Apakah pinjaman yang diambil untuk pembangunan industri
itu benar jumlahnya, setara nilainya?
2. Apakah peralatan / mesin / perlengkapan industri tsb dibeli
dengan benar, sesuai kebutuhan, sesuai dengan spesifikasi,
apakah mesin baru atau barang bekas?
3. Apakah yang dihasilkan oleh industri tsb benar?
4. Apakah sumbangan dari hasil industri tsb benar nilainya ?
Masuk ke kas negara?
5. Apakah rakyat benar-benar menikmati hasil dari industri
tsb?
6. Apakah kehidupan rakyat di sekitar lokasi industri tsb terangkat ? Atau malah memburuk?
dan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan.
Apabila pembangunan industri tsb dapat memberikan nilai
tambah kepada rakyat? Apabila benar, tentunya rakyat di
sekitar lokasi industri tsb tidak akan melakukan protes, karena
kehidupan mereka juga ikut ter-angkat. Tetapi kenyataannya,
rakyat di sekitar lokasi industri tsb tidak banyak menikmati
hasilnya. Lihat saja di perkebunan kelapa sawit saat ini, rakyat
hanya dijadikan buruh dengan gaji yang kecil. Padahal
sebelumnya tanah garapan rakyat diambil alih (baik dengan
sukarela diserahkan oleh rakyat, atau dengan persuasi, atau
dengan paksaan dan kekerasan) dan mereka hanya mendapatkan
64
T i d a k l a ya k
Ada juga industri besar, yang dibangun dengan moto: sekali
tembak semua hancur, dengan contoh pabrik gula yang dibangun
di Timor-Timur oleh keluarga Suharto yang menggunakan bahan
baku import dari Australia, yang katanya akan menggantikan
produksi seluruh pabrik gula yang ada selama ini.
Tidak layak, karena dibangun dengan dana pinjaman yang
besar, tanpa jaminan yang cukup dan dengan sasaran
menghancurkan pabrik sejenis yang ada sebelumnya. Seharusnya
kita mencoba memperbaiki pabrik sejenis yang ada, atau
membangun pabrik yang menggunakan bahan baku lokal (tebu)
dengan membangun perkebunan tebu di tempat yang layak yang
akan memberikan pekerjaan bagi banyak orang, bukan dengan
begitu saja melakukan import.
Tidak aktuel,
IPTN telah dikembangkan untuk dijadikan industri pesawat
terbang yang besar, tetapi usaha ini sebetulnya melawan arus,
dimana teknologi pesawat terbang telah jauh kedepan, dan IPTN
mencoba masuk di-tengah perkembangan dengan teknologi yang
tidak cukup aktuel, sehingga produksi pesawat yang dihasilkan
tidak memiliki nilai jual yang baik, tidak menghasilkan penjualan
yang cukup untuk mengimbangi biaya yang telah dikeluarkan.
d a n t i d a k -t i d a k y a n g l a i n n y a
23 April 1999, 9 Juni 1999
69
apalagi banyak, hanya ada Tuhan Yang Maha Esa, bukan maha
banyak. Pencipta semua yang ada itu cuma satu, karya ciptanya
yang bermacam ragam, jadi kita harus menghargai hasil karya
Sang Maha Pencipta, yaitu umat manusia di dunia.
Jangan hanya berpikir bahwa kelompok Anda yang paling benar,
yang paling berhak dari yang lainnya atas suatu kekayaan alam
yang ada di bumi ini. Kekayaan alam itu ada untuk semua umat
manusia, setiap orang harus berusaha maksimal menjaga,
membudidayakan setiap unsur yang ada di bumi ini, demi
kepentingan orang banyak. Lahan yang ada harus digunakan
sebaik baiknya agar bermanfaat bagi orang banyak, bukan
dibiarkan terbengkalai atau malah dirusak. Jangan juga lahan
yang seharusnya secara alamiah menjadi lahan resapan air hujan
malah ditutup dengan beton sepenuh penuhnya, seluas luasnya,
tanpa memberikan kesempatan bagi air hujan untuk masuk ke
dalam tanah. Sikap mentang mentang bisa membeli sepetak
tanah di lokasi mahal, sebidang tanah luas di lokasi strategis
kemudian membangun sebesar besarnya di tanah 'hak milik' itu
tanpa memberikan kesempatan air hujan meresap ke dalam
tanah.
T A N A H H A K M IL IK ! ?
Ada istilah 'tanah hak milik' ... tolong jawab pertanyaan ini,
bagaimana kita melakukan jual beli dengan Sang Pemilik Alam
Semesta itu? Kapan transaksinya? Di notaris PPAT yang mana?
Berapa nilai jual beli saat itu?
Mentang mentang sudah menjadi 'hak milik', lalu bisa semau gue
menutup tanah 'hak milik' itu!? Lalu air hujan yang turun
dibiarkan mengalir ke jalan dan menggenang di daerah yang
rendah. Genangan semakin banyak, akhirnya menjadi banjir ...
73
Tolong menolong
Segala sesuatu di dunia ini pasti ada keterkaitan satu sama
lainnya, antara satu warga dengan warga lainnya dengan
75
H i d up D a m a i d i B um i
9 miliar manusia seharusnya saling tolong menolong ... kalau
memang merasa manusia yang bersaudara, yang berasal dari
sumber yang sama yaitu ciptaan Sang Maha Pencipta yang Esa,
78
80
G E N E R AS I J E M P O L AN
Untuk menjadikan Indonesia Jaya di Masa Depan, kita butuh
generasi penerus yang jempolan, yang mampu bersaing dengan
bangsa bangsa lain di dunia. Kita perlu menyiapkan berbagai hal
untuk bisa menjadikan mereka jempolan, bukan kacangan, agar
mereka sehat ...
Apakah SEHAT itu?
Apakah sehat itu hanya terkait kepada badan yang tidak sakit
saja?
Apakah yang sakit itu hanya badan seseorang saja?
Bagaimana dengan kondisi psychis kejiwaan, apakah kejiwaan
seseorang tidak bisa sakit, bagaimana dengan pikiran seseorang,
apakah pikiran tidak bisa sakit, atau apakah mental seseorang
tidak akan pernah sakit?
Apakah seseorang itu bisa sakit karena kurang makan, salah
makan, terserang bakteri atau virus, hanya karena Toxin, Poison
dan Dirt saja?
Bukankah kondisi kejiwaan dan pikiran seseorang bisa
menyebabkan orang itu kehilangan gairah hidup, kehilangan
semangat hidup, kemudian kondisi badannya melemah dan
akhirnya bisa sakit?
Jadi slogan Men sana in corpore sano tidak begitu saja bisa
dikatakan jiwa yang sehat berada di badan yang sehat. Jiwa,
mental, spiritual, emosi tidak selalu sehat meski badan seseorang
itu sedang dalam keadaan sehat. Atau sebaliknya, jiwa, mental,
spiritual, pikiran, emosi seseorang itu sehat sementara badan
81
orang itu dalam keadaan tidak sehat. Kata orang Inggris: Don't
judge a book by the cover, jangan membuat satu penilaian hanya
dari tampilan luar saja, alias tampilan luar yang terlihat itu
belum tentu sama dengan isi didalamnya. Penampilan luar yang
bagus belum tentu isinya sama bagusnya atau sebaliknya,
terlihat di luar jelek, belum tentu isinya sama jeleknya. Bisa saja
terbalik balik, pria tampan berbadan sehat, tegap dan macho
ternyata melambai. Atau seperti sang menteri perikanan saat ini,
hanya tamatan SD, ternyata otaknya brilian, punya bisnis
mancanegara, kaya raya tetapi tetap sederhana dan baik hati.
Pembahasan 'SEHAT' di buku ini bukan sekedar sehat badaniah
(jasmaniah) saja, tetapi juga sehat jiwa dan rohani (spiritual).
Kita memerlukan 'SEHAT' ini hadir dalam kehidupan generasi
penerus bangsa, sehat dalam banyak segi, bukan sekedar
badaniah saja.
Untuk bisa mendapatkan generasi penerus bangsa yang jempolan,
diperlukan banyak pendukung seperti:
- makanan yang cukup dan bergizi
- waktu
- sarana prasarana, ruang untuk berbagai kegiatan
- kesehatan
- olahraga dan kesenian
- kesempatan untuk mengembangkan diri
- dll.
W a k tu
Anak-anak harus punya cukup waktu untuk bisa bermain,
bersilaturahmi antar anak-anak, berolahraga, bergiat dalam
hobby dan mengejar hasrat bakat mereka di berbagai bidang yang
tidak ada di sekolah atau melanjutkan kegiatan yang ada di
sekolah di luar jam sekolah. Anak-anak tidak perlu membuang
banyak waktu dalam perjalanan dari rumah ke sekolah dan saat
pulang dari sekolah ke rumah. Mereka juga butuh istirahat yang
cukup, bukan menghabiskan waktu lebih banyak di jalanan
karena rumahnya jauh dari sekolah. Begitu juga Orang tua harus
punya cukup waktu untuk bisa berbicara dengan anak-anak
mereka, bisa bercengkrama, bisa makan malam bersama, bisa
berlibur bersama. Jangan habiskan waktu orang tua hanya untuk
perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya saat
pulang kerja. Jangan sampai pagi hari sang bapak/ibu berangkat
kerja sang anak sudah tidak ada di rumah karena pagi pagi
sudah harus berangkat ke sekolah yang jauh dari rumah, dan
saat sang bapak/ibu pulang kerja, sesampai di rumah, anak-anak
mereka sudah tidur pulas. Harus tersedia lebih banyak waktu
bagi keluarga agar hubungan mereka bisa lebih harmonis, lebih
sehat. Orang tua bisa memberi nasehat kepada anak-anak, orang
tua bisa membantu dalam pekerjaan rumah anak-anak, orang tua
bisa memberi arahan dan masukan bagi anak-anak.
Kesehatan
Buat apa kita menggunakan sistem kartu yang membedakan
perawatan kesehatan antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya, ada yang di kelas 3, ada yang di kelas 2, ada yang di
kelas 1, seakan akan ada kasta - golongan. Buatkan peraturan,
undang undang yang membebaskan biaya bagi anak-anak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan yang sama bagi semua anakanak Indonesia. Setiap anak (orang) yang masih berstatus usia
sekolah atau masih berada didalam pendidikan, segala tingkatan
itu boleh mendapatkan perawatan kesehatan dimana saja tanpa
biaya. TIDAK PERLU KARTU KESEHATAN!
Setiap saat seorang anak merasakan tidak sehat, dia bisa
diantar ke rumah sakit umum negara untuk mendapatkan
perawatan kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Cukup dengan menunjukkan KTP, bagi yang berusia diatas 21
tahun dan masih tidak bekerja, dan KTP atau kartu pelajar bagi
84
mereka yang dibawah 21 tahun. KTP itu harus sudah online dan
jelas ada data-data yang menyatakan si pemegang KTP itu masih
dalam proses pendidikan, masih bersekolah atau masih duduk di
perguruan tinggi.
87
tinggalnya, kalau dia pergi keluar kota dia tidak boleh sakit
sama sekali, karena sistem jaminan kesehatan masih belum
bisa mengatur itu.
Masih kembali ke sistem kartu, pemerintah masih terus
mengejar bagaimana kartu kartu itu dibuat, dibagikan
(didistribusikan) kepada rakyat, tetapi belum mampu untuk
membantu menyehatkan warganya saat seorang warga
berada di daerah lain, meski daerah itu masih berada
didalam wilayah Indonesia, bahkan meski orang itu cuma
berada di Tanggerang dan terdaftar di Jakarta Selatan, orang
itu tidak bisa begitu saja mencari PUSKESMAS terdekat
dimana dia sedang terkena penyakit, dia harus pulang ke
wilayah dimana dia terdaftar, di kelurahan tertentu dimana
dia terdaftar, dia harus menuju PUSKESMAS di kelurahan
dia terdaftar.
93
V i r us K o r up s i
Virus korupsi sudah menjalar kemana mana, segala lembaga
negara sudah tercemar virus korupsi bahkan lembaga agama
negara termasuk yang tercemar paling berat, sampai kitab suci
agama pun dijadikan projek korupsi. Lembaga pendidikan negara
juga tidak lepas dari pencemaran korupsi.
Saya teringat suatu kejadian saat suatu daerah di selatan Jawa
Timur terkena tsunami kecil, banyak rumah hancur, banyak
warga menjadi korban. Sang menteri sosial yang waktu itu
dipegang seorang putri dari sang presiden berkata: Tolong ya,
bantuan ini jangan dikorupsi!, dijawab oleh pamong daerah
setempat waktu itu: Insyaallah tidak dikorupsi bu!.
Bayangkan, dengan pemikiran mereka yang begitu hebatnya,
seakan akan bantuan itu tidak dikorupsi atas ijin YMK, dan
tentu akan dikorupsi dengan ijin YMK juga. Sederhana sekali!!!
Begitu mudah untuk mengatakan bahwa segala sesuatu berjalan
atas ijin dan kehendak YMK, seperti sebuah KOLABORASI saja!
Padahal NIAT dan KEHENDAK itu ada pada otak dan hati para
pamong.
Para pamong seperti ingin menyampaikan pesan, kalau
bantuan yang seharusnya diterima oleh para korban itu bisa
sampai kepada mereka atau tidak bisa sampai, semua itu atas ijin
dan kehendak YMK, bukan akibat ulah mereka. Dikorupsi dan
tidak dikorupsi juga atas ijin dan kehendak YMK. Lebih lanjut,
ada yang berkata, kalau keadaan tidak baik itu merupakan ujian
dari YMK, jadi kalau tidak diterimanya suatu bantuan juga
berarti sebagai ujian dari YMK!?
Korupsi tidak menjadi hal TABU bagi para pamong dan
94
96
Anda tidak percaya, berarti ... (silahkan isi sendiri deh) ...
Wa ALLAHu 'alam Bissawab. ... Kita bertekad untuk beribadah
dengan sepenuh keyakinan dan bertaqwa kpd Allah SWT!
... Yakinkah Anda?
99
O B A T K W -1
15 Januari 2014
Sudah dari dulu, entah sejak kapan ... manusia menggunakan
berbagai zat dari tanaman, hewan atau mineral untuk mengobati
berbagai penyakit. Obat-obatan itu sudah tersedia di sekitar
manusia. Allah YMK sudah menyediakan obat-obatan KW1
(kualitas nomor wahid), herbal itulah yang ORI (original).
Kemudian obat herbal itu diusahakan sedemikian rupa,
dibentuk, dan dikemas agar bisa bertahan lebih lama, agar bisa
didistribusikan ke tempat yang lebih jauh dari tempat herbal itu
berada. Herbal yang diproduksi di pabrik menggunakan bahan
alami tapi diolah dan dicampur sedemikian rupa itu bisa
dikatakan sebagai obat KW2 (kualitas nomor 2).
Sementara obat-obatan buatan pabrik yang diproduksi
menggunakan bahan kimia, dirancang sedemikian rupa
menyerupai obat alami, merupakan IMITASI dari obat alami ...
saya sebut sebagai obat KW3 (kualitas nomor 3).
Kalau ada yang ORI (original) KW1, kenapa sih harus
menggunakan yang KW3!
Pemerintah seharusnya lebih menggalakkan obat-obatan KW1,
karena bahan bahan itu ada di bumi pertiwi ini cukup banyak,
ada banyak tersedia di daerah tropis, di kebun-kebun, di halaman
rumah, di gunung, di hutan, dlsb.
Pemerintah tidak berusaha kembali ke alam, mereka sudah tidak
percaya kepada obat ciptaan YMK ... jangankan percaya kepada
100
101
103
P un y a O t a k
13 Juli 2010
*
*
*
*
*
*
*
*
Saya juga ikut bertanya, kalau begitu kenapa ada peraturan baru
... pengendara motor harus memakai helm full dan SNI pula?
Mungkin agar kita semua merasa punya otak, dan otak itu ada di
104
105
107
108
Sehat itu tidak sekedar hidup normal, dan semua anggota badan
dan organ tubuh bekerja sesuai fungsinya dengan semestinya,
menurut WHO ataupun Undang Undang ada beberapa kriteria
lain:
* Sehat Jasmani,
* Sehat Mental,
* Sehat Spiritual atau Rohani.
Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya, keadaan sehat
jasmani belum tentu berisikan mental yang sehat seperti pada
orang gila (sakit jiwa), meski orang itu terlihat berbadan sehat
tetapi perilaku dan cara berpikir orang itu tidak sehat, begitu
juga meski jasmani (badan) orang itu tidak sehat bisa saja
berisikan mental baja (tentu sangat sehat) seperti Stephen
Hawking atau orang invalid yang berhasil melakukan perjalanan
keliling Indonesia, meski cacat jasmani ternyata tetap bisa
melakukan hal hal besar. Soal sehat spiritual (rohani) ini
merupakan keharusan, harus ada dalam setiap orang yang sehat
jasmani maupun yang cacat, mereka yang sehat spiritual
biasanya sehat mental.
109
A p a ya n g i n g i n k i t a c a p a i ! ?
Target kita bersama: Sehat dalam segala segi, sehat badan, sehat
mental, sehat spiritual bagi rakyat Indonesia, bukan hanya
sebagian kecil tetapi secara keseluruhan.
Untuk itu perlu dirancang sistem sistem kesehatan yang
menyeluruh yang bisa merubah keadaan yang ada selama ini,
111
dari 'IST' yang ada menuju satu 'SOLL' yang jelas yaitu, rakyat
Indonesia yang sehat badan, sehat mental dan sehat spiritual.
Banyak hal perlu di-format ulang, dibongkar dan dibangun baru,
karena sistem yang lama telah salah jalan.
U n t uk s i a p a ! ?
Sehat dan kesehatan yang dibahas dalam buku ini, tidak hanya
berlaku untuk rakyat Indonesia, tetapi berlaku umum, untuk
kepentingan warga dunia, kita tidak bisa berusaha untuk
mendapatkan status sehat atau mencari satu teknologi kesehatan
hanya untuk satu golongan, hanya satu kelompok masyarakat
saja, segala daya upaya dalam mendapatkan status sehat dan
teknologi kesehatan harus bisa diterapkan, diaplikasikan ke
semua orang, semua warga dunia . . .
* tidak bisa hanya suatu kelompok masyarakat yang bisa sehat
sendirian sementara warga dunia yang lain sedang menderita
berbagai penyakit,
* tidak mungkin negara maju yang menguasai sistem
pengobatan (perawatan) kesehatan yang super canggih hanya
menggunakan sistem itu untuk warganya saja, sementara
warga dari negara terbelakang yang terpapar penyakit
mematikan dibiarkan menderita, seperti beberapa keadaan
yang lalu saat Flu burung, flu babi atau Ebola itu menyerang
warga negara berkembang. Para dokter, para ahli dari negara
maju segera datang ikut membantu menghadapi berbagai
penyakit mematikan itu.
cloning dari obat KW-1. Obat alami, obat herbal ini, jelas punya
nilai lebih daripada obat KW-3 yang artificial, karena memang
dari alam, dari bagian tanaman, dari bagian hewan dan mineral.
Kita punya banyak bahan-bahan alam, kita punya lahan: bumi
Pertiwi yang bisa ditanami sepanjang tahun, dengan curah hujan
hampir sepanjang tahun, dengan suhu temperatur yang hampir
sama sepanjang tahun, berbagai tanaman tumbuh di negeri ini,
dengan kemungkinan menjadi obat alami, kemungkinan yang
belum digali dengan serius selama ini. Begitu banyak jenis
tanaman yang bisa dijadikan obat, bisa dibudidayakan, bisa
diolah, bisa dikelola dengan serius menjadi bahan dagangan
bangsa Indonesia ke manca negara. Inilah opportunity
(kesempatan) bagi Indonesia untuk mengedepankan berbagai
herbal yang tumbuh di bumi Pertiwi.
Ada buah yang bisa digunakan sebagai obat atau untuk menjaga
kesehatan: belimbing sebagai obat penurun darah tinggi, nanas
sebagai penyedia vitamin C, sebagai obat kanker darah, ada ubi
manis sebagai pencegah kanker, ada jambu biji untuk demam
berdarah, daun buah mengkudu untuk kencing manis, kulit buah
manggis untuk berbagai pengobatan, buah merah asal Irian
untuk berbagai pengobatan, buah naga untuk menjaga kesehatan,
kulit buah jengkol untuk kencing manis, terapi buah pete dan
terapi kulit pete untuk berbagai pengobatan, dlsb. Tentang obat
herbal ini, apa saja, bagaimana cara menggunakannya
(pengobatan) bisa diperoleh di banyak media, ada yang sudah
berbentuk buku buku resep herbal, ada yang disebarkan di
internet, dipublikasikan di majalah dan tabloid, ditawarkan
secara online ataupun di berbagai acara televisi.
Begitu banyak obat alami yang ada di bumi Pertiwi, bisa kita
bawa ke hadapan publik mancanegara, bisa menjadi komoditas
penghasil devisa, bisa menjadi kesempatan kerja bagi jutaan
114
ada yang menjadi korban. Dari Big Pharma Plays Hide-TheBall With Data, Newsweek edisi 21 November 2014.
*
Sumber:
* http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
* http://diabetesmelitus.org/#ixzz2RTtkd5zY
* http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/
* http://en.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
* http://www.medicalnewstoday.com/info/diabetes/
*
Kita bisa belajar hidup sehat dan cara menyehatkan dari negara
lain, kita bisa mengambil gambaran yang baik dari sana,
menukar hal hal buruk yang ada di Indonesia dengan hasil
pembelajaran kita dari luar negeri, dan kita kedepankan modal
yang kita miliki (herbal dalam bentuk natura dan produk herbal)
untuk disebarluaskan ke mancanegara untuk menyehatkan
warga dunia dan menyejahterakan rakyat Indonesia.
123
Musim panas yang lebih panjang, suhu udara panas itu tidak
hanya menjadi beban bagi sebagian orang Eropa, karena disana
tidak banyak yang memasang sistem pendingin udara, tetapi
bahaya serangan nyamuk menjadi lebih besar. Nyamuk punya
waktu lebih panjang untuk mengembara ke Eropa bagian utara,
saat bertemu dengan warga pembawa (trager) virus Dengue atau
virus Chikungunya maka nyamuk mendapatkan pasokan virus
untuk disebarluaskan.
Seorang trager adalah orang yang pernah berwisata ke
negara tropis dan pernah menjadi korban 'gigitan' nyamuk tetapi
tidak langsung jatuh sakit, dia hanya menjadi media pengembang
biakan saja. Kemudian dia pulang ke negerinya, dan saat dia
digigit nyamuk yang tepat, berpindahlah virus itu ke nyamuk itu,
tersebarlah virus itu.
124
T a n a m a n O k o -b i o , O r g a n i k d a n A n o r g a n i k
Hidup rakyat kecil sudah terpuruk, mereka berusaha semaksimal
mungkin untuk bisa mendapatkan hasil dari berbagai kegiatan
mereka. Sebagai petani, untuk bisa mendapatkan untung sangat
sulit, ada begitu banyak mafia yang ikut bermain, mafia bibit,
mafia pupuk, mafia distribusi, dlsb. Untuk bisa mendapatkan
pinjaman sangat sulit, mereka terjerat mafia kredit.
Lahan pertanian yang ada harus digenjot agar
menghasilkan panen yang maksimal. Untuk itu mereka
menggunakan berbagai cara, termasuk menggunakan insektisida,
pestisida, herbisida agar mendapatkan hasil yang maksimal. Soal
kemudian hasil panen itu tercemar bahan bahan kimia, tidak
menjadi perhatian mereka, mereka tidak peduli akan hal itu,
yang penting mereka bisa terus bercocok tanam.
Racun sudah diserap oleh berbagai hasil bumi, kemudian hasil
bumi itu didistribusikan, dijual ke pasar, ke supermarket, dlsb.
Sebagian hasil pertanian, perkebunan dan peternakan yang cepat
rusak (busuk) akan diberi bahan pengawet, tentu dicari yang
paling gampang diperoleh dan paling murah, dipakailah borax
dan formalin (pengawet mayat). Bertambahlah racun itu.
Sebagian racun pengawet sudah ditebar saat hasil bumi
itu akan masuk jalur distribusi, sebagian lagi ditebar di lokasi
pengecer atau penjualan, di toko ataupun supermarket besar hal
ini bisa terjadi. Bertambah lagi racun yang dikandung hasil bumi
itu. Kemudian hasil bumi itu disimpan di lemari pendingin,
ditambahkan atau tidak sengaja mendapatkan salmonela.
Lalu hasil bumi itu diproses di warung makan, di restoran,
ditambahkan lagi pengawet lain, ditambahkan penyedap
artificial, pewarna artificial, rasa dan wangi artificial. Ada yang
digoreng dengan minyak bekas, ada yang digoreng dengan oli, ada
130
untuk itu . . . karena memang para pamong tidak peduli akan hal
ini, mereka masih sibuk mengurus kartu, kartu dan kartunya
saja.
Kerusakan alam, lingkungan telah berdampak kepada kehidupan
rakyat secara langsung dan tidak langsung. Alam yang menjadi
lebih pelit dalam memberikan hasil panen perlu digenjot dengan
tebaran racun dimana mana. Masa tanam yang menjadi lebih
pendek atau jadwal masa tanam yang tidak jelas karena
perubahan musim penghujan dan masa kering, ditambah dengan
datangnya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim
kering itu, menambah kesulitan petani, mereka terpaksa
mengakali dengan menggenjot hasil panen dengan tebaran racun.
Jadilah bahan pangan kita penuh dengan berbagai racun
insektisida, pestisida dan herbisida di hulu produksi bahan
pangan, ditambah lagi dengan bahan pengawet, kemudian
penyedap artificial, pewarna artificial, dlsb . . . jadilah makanan
kita penuh dengan toxin, posion, dan dirt!
136
Perilaku Oknum
21 Maret 2014, 29 Desember 2014
Sebelum menjalankan Pendidikan Mental Moral bagi anak-anak
generasi penerus bangsa, ada baiknya kita melihat dulu generasi
tua yang sedang (sudah) bercokol di berbagai lembaga
pemerintahan saat ini, dan sebelumnya.
Sudah biasa buat para oknum pamong selama ini, mereka
menjadi tuan tuan besar, sementara rakyat menjadi objek
permainan mereka. Mereka tidak sadar sama sekali kalau
rakyatlah yang seharusnya dilayani oleh pamong, bukan seperti
yang terjadi selama ini, rakyat memberikan pelayanan kepada
mereka, terpaksa, suka ataupun tidak suka, rakyat harus
membayar berbagai jasa yang mereka tampilkan ke hadapan
rakyat. Padahal gaji mereka itu dibayar dengan uang rakyat,
semua biaya hidup mereka itu dibayar dengan uang rakyat,
seragam, kendaraan, peralatan kerja, sampai senjata dibayar
dengan uang rakyat. Rakyat lah pemilik negara ini, para pamong
itu sebagai hamba pelayan rakyat.
Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menganggap
negara ini seperti perusahaan besar milik mereka bersama,
pamong yang paling tinggi jabatannya adalah pemegang saham
besar, kemudian berjenjang kebawah ada pamong tingkat
menengah dengan saham menengah, pamong paling bawah
adalah pemegang saham kecil, sementara rakyat hanya
dipandang sekedar pelanggan kelas bawah. Setiap kali rakyat
memerlukan suatu jasa dari mereka, maka rakyat harus
membayar, dan untuk itulah mereka menyiapkan berbagai
pilihan jasa yang harus ditebus dengan sejumlah uang, maka
disiapkanlah berbagai kartu itu.
137
M o t t o p a r a o k n um
-
Jadi,
* kalau suatu proyek bisa menguntungkan diri mereka atau
kelompok itu, kenapa harus memikirkan kepentingan rakyat,
* kalau suatu kontrak pengolahan SDA bisa dibentuk
sedemikian rupa agar bisa menguntungkan kelompok mereka,
kenapa harus memikirkan kepentingan bangsa, nah
dibuatlah kontrak yang hanya mengharuskan perusahaan
Alien itu membayar bangsa dan negara ini dalam bentuk
Royalti senilai 1% dan itu sudah berjalan selama 40 tahun
lebih, dan kata ketua KPK, itupun tak terbayarkan!,
* kalau konsesi hutan itu bisa dibuat agar menguntungkan
kelompok mereka, kenapa harus memikirkan kerusakan
alam, tidak perlu juga memikirkan nasib suku pemilik hutan
adat, buatkan saja kontrak kepada perusahaan Alien untuk
membabat hutan tropis itu dan digantikan dengan
perkebunan tanaman monokultur, soal keseimbangan alam
itu rusak, tidak perlu dipikirkan,
* kalau konsesi penangkapan ikan di laut bisa diberikan
kepada nelayan asing demi keuntungan kelompok mereka,
tidak perlu memikirkan nelayan lokal, yang penting kan bisa
bagi hasil komisi, urusan rakyat tidak mendapat apa apa dari
138
Sungguh bejad mental para oknum itu, mereka jadikan negara ini
bagaikan sapi perah, berbagai kepentingan rakyat dijadikan
bahan
permainan,
dimanipulasi,
kekayaan
negara
disembunyikan, dikuasai, di-akal-i, dst . . . bahkan lembaga
negara bidang agama dan bidang pendidikan termasuk yang
paling tinggi nilai korupsinya. Sudah bejad, juga munafik, sudah
menggarong disana sini tapi penampilan seperti borjuis perlente
139
agamais tersuci.
serahkan.
Seminggu kemudian dia pergi menemui orang yang
mengurus pengesahan dan kesetaraan kelulusan itu. Saat dia
bertanya apakah sudah selesai, dijawab oleh oknum itu: Oo
belum!. Seminggu kemudian dia pergi kesana lagi, dijawab oleh
si oknum: Oo belum selesai!, minggu berikutnya dia kesana lagi,
dia sudah mulai kesal, jawaban kembali sama, belum selesai,
minggu berikutnya dia kesana lagi, jawaban yang sama keluar
dari mulut si oknum. Sang teman mulai resah, kesal, sebal, benci,
dlsb. 3 bulan bolak balik tanpa hasil, akhirnya dia bertanya
kepada si oknum: Mana lembaran kelulusan saya!? . . . dijawab
oleh si oknum, nggak ada, kamu tidak pernah memberikan
selembar kertas apapun! Sang teman naik pitam, dia langsung
shock, dia sangat tergoncang, sakit hati, marah, dendam . . . dia
pun 'mental break down', jadi kehilangan ingatan, kehilangan
kesadaran, sejak itu dia jadi gila.
Sang teman itu begitu terbiasa dengan kehidupan di Jerman. Di
sana, apa yang boleh akan jadi boleh, yang tidak boleh akan tetap
tidak boleh. Dia tidak mengerti kenapa lembaran itu tidak
pernah terselesaikan, dia tidak mengerti si oknum mengharapkan
IMBALAN untuk tugas yang diemban itu. Dia sama sekali tidak
tahu bahwa di Indonesia, apapun yang dibutuhkan dari para
pelayan rakyat itu harus ditebus dengan sejumlah uang, meski
sang pelayan rakyat itu telah dibayar gajinya dengan uang
rakyat. Si oknum, dengan tenang mengatakan tidak pernah
menerima selembar kertas apapun, karena memang itu sudah
menjadi kebiasaan mereka, tidak ada lembar serah terima
apapun, agar sang oknum bisa dengan mudah bisa lepas tangan
dari tanggung jawab.
Sang teman akhirnya pulang ke Surabaya, dia masuk perawatan
bagi orang sakit jiwa, dan setelah dia sembuh, dia bekerja di
141
143
144
147
Teori Konspirasi
16 Desember 2014
Untuk melihat pembentukan persepsi atau sudut pandang, dan
cara berpikir seseorang atau sekelompok orang, saya tampilkan
contoh yang sebetulnya pernah terjadi di Indonesia, dan bukan
cuma sesekali tetapi telah dijalankan dalam banyak operasi
militer terselubung.
Kelompok Milisi
Begitu juga dengan sekelompok milisi yang dibentuk oleh orangorang tertentu yang bisa jadi merupakan bawahan dari sang
Mind Master. Anggota milisi tidak perlu tahu apa tujuan sang
panglima, bahkan anggota terbawah tidak perlu tahu siapa
panglima yang sebenarnya, mungkin pimpinan tertinggi yang
mereka lihat bukanlah panglima yang sebenarnya, dan mungkin
cuma sekedar boneka yang ditempatkan di posisi pimpinan.
152
Dalam
keterbatasan
pengetahuan,
ketertinggalan
teknologi, rakyat berusaha sebisa mungkin, mereka mencoba
bercocok tanam untuk mendapatkan makanan. Dalam usaha
mereka itu mendapatkan kehidupan, sebagian di antara mereka
melakukan pengrusakan alam, mereka menanami segala area
yang mungkin ditanami, mereka menebangi pohon karena
membutuhkan tanah untuk bercocok tanam. Lihatlah ada banyak
bencana longsor, karena daerah di sebelah atas bukit atau
gunung telah digunduli untuk bercocok tanam. Mereka
melakukan itu karena kekurangtahuan mereka, karena memang
tidak ada usaha pamong masa lalu untuk memberikan
pengetahuan soal bercocok tanam yang aman bagi lingkungan.
Para pamong sibuk sendiri dalam kegiatan mereka sebagai
anggota arisan bancakan berbagi komisi kolaborasi pengusaha
Alien dengan penguasa Lalim, mereka tidak peduli dengan
kehidupan rakyat kecil di pedesaan.
Kemudian datang lagi pengusaha dari negeri lain, yang
dengan kekuatan modal dan kedekatan dengan pamong mereka
mendapatkan konsesi jutaan hektar, menghancurkan hutan
tropis, membabat hutan tropis, menggunduli jutaan hektar hutan,
membakarnya juga, dan mengganti pohon-pohon heterogen itu
dengan tanaman monokultur. Tanaman monokultur yang
berjarak renggang satu sama lain, tidak mengikat air hujan, tidak
menahan panas, merusak siklus alam, merusak lingkungan,
akhirnya pemanasan terjadi berlanjut ke global warming.
Kerusakan alam Indonesia, menyebabkan kerusakan cuaca
dunia, global warming ... jadi mereka yang telah mengacau itu
harus membayar segala biaya perbaikan alam Indonesia, agar
kembali asri, kembali memberikan kenyamanan bagi seluruh
penduduk dunia ... kalau mereka tidak mau membayar segala
biaya itu, rakyat Indonesia dibiarkan merusak alam Indonesia,
menjadikan cuaca dunia semakin extrim ... itu pilihan bagi
162
165
166
167