PENDAHULUAN
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah cepat
menjadi berkisar antara 150 sampai 280 per menit. TSV merupakan jenis disritmia
yang paling sering ditemukan pada usia bayi dan anak. Prevalensi TSV kurang
lebih 1 di antara 25.000 anak lebih. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia
4 bulan dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan
sedangkan pada anak yang lebih besar prevalensi di antara kedua jenis kelamin
tidak berbeda.
Pengenalan secara dini jenis takidisritmia ini sangat penting, terutama
pada bayi karena sifatnya yang gawat darurat. Diagnosis awal dan tatalaksana
SVT memberikan hasil yang memuaskan. Keterlambatan dalam menegakkan
diagnosis dan memberikan terapi akan memperburuk prognosis, mengingat
kemungkinan terjadinya gagal jantung bila TSV berlangsung lebih dari 24-36 jam,
baik dengan kelainan struktural maupun tidak. Referat ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan tatalaksana terhadap takikardi supraventikular
pada bayi dan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Supraventricular tachycardia (SVT) adalah satu jenis takidisritmia
yang ditandai dengan perubahan denyut jantung yang mendadak bertambah
cepat. Perubahan denyut jantung pada bayi dengan SVT umumnya menjadi
berkisar antara 220 kali/menit sampai 280 kali/menit (Doniger & Sharieff,
2006). Sedangkan, denyut jantung pada anak-anak yang berusia lebih dari 1
tahun umumnya lebih lambat, yaitu berkisar 180 kali/menit sampai dengan
240 kali/menit (Schlechte, et al., 2008).
Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi
di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS
normal. Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan
gagal jantung (Schlechte, et al., 2008).
B. EPIDEMIOLOGI
Takikardi
supraventrikular
merupakan
kegawatdaruratan
kardiovaskular yang sering ditemukan pada bayi dan anak. Angka kejadian
SVT diperkirakan 1 per 250.000 sampai 1 per 250. Angka kekerapan masingmasing bentuk SVT pada anak berbeda dengan SVT pada dewasa (Chun &
Van Hare, 2004).
Kasus SVT pada anak-anak diperkirakan hampir 50-60% terjadi pada
tahun pertama kehidupan, tapi sering terjadi sebelum umur 4 bulan (Schlechte,
et al., 2008). Sebagian besar SVT pada bayi dengan struktur jantung yang
normal dan hanya 15% bayi SVT yang disertai dengan penyakit jantung,
karena obat-obatan atau karena demam (Kantoch, 2005). SVT akan
menghilang secara spontan pada beberapa bayi pada usia 6 sampai 12 bulan
(Hanisch, 2001). Namun, sampai dengan 33% pasien tersebut akan mengalami
kekambuhan pada usia sekitar 8 tahun (Schlechte, et al., 2008). Bahkan, untuk
SVT jenis atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT) biasanya
E. ELEKTROFISIOLOGI
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh
gangguan pembentukan rangsang, gangguan konduksi rangsang dan gangguan
pembentukan serta penghantaran rangsang.
1) Gangguan pembentukan rangsang
Gangguan ini dapat terjadi secara pasif atau aktif. Bila gangguan rangsang
terbentuk secara aktif di luar urutan jaras hantaran normal, seringkali
menimbulkan gangguan irama ektopik dan bila terbentuk secara pasif
sering menimbulkan escape rhytm (irama pengganti).
-
2) Gangguan konduksi
Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran
(konduksi) aliran rangsang yang disebut blokade. Hambatan tersebut
mengakibatkan tidak adanya aliran rangsang yang sampai ke bagian
miokard yang seharusnya menerima rangsang untuk dimulainya kontraksi.
Blokade ini dapat terjadi pada tiap bagian sistem hantaran rangsang mulai
dari nodus SA atrium, nodus AV, jaras HIS, dan cabang-cabang jaras kanan
kiri sampai pada percabangan purkinye dalam miokard.
3) Gangguan pembentukan dan konduksi rangsangan
akan
H. DIAGNOSIS
Diagnosis SVT berdasarkan pada gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pada bayi : sukar minum, muntah, iritabelm mudah mengantuk, mudah
pingsan, keringat berlebihan. Bila gagal jantung, maka dapat menjadi
pucat, batuk, distress respirasi dan sianosis (Schlechte, et al., 2008).
b. Pada balita dan anak usia sekolah : palpitasi, nyeri dada, pusing, kesulitan
bernapas, pingsan (Schlechte, et al., 2008).
c. Pada anak usia dewasa : palpitasi, nyeri dada, pusing, kesulitan bernapas,
pucat, keringat berlebihan, mudah lelah, toleransi latihan fisik menurun,
kecemasan meningkat dan pingsan (Schlechte, et al., 2008).
d. Denyut jantung: pada bayi 220 280 kali/menit, pada anak-anak yang
berusia lebih dari 1 tahun 180 240 kali/menit (Manole & Saladino, 2007)
e. Dapat terjadi gagal jantung (bila dalam 24 jam tidak membaik)
f. EKG:
(1) AVNRT : gelombang P yang menghilang atau timbul segera setelah
kompleks QRS sebagai pseudo r dalam V1 atau pseudo s dalam lead
inferior (Delacrtaz, 2006)
(2) AVRT orthodromik : gelombang P yang mengikuti setiap kompleks
QRS yang sempit karena adanya konduksi retrograde (Kantoch, 2005;
Doniger & Sharieff, 2006).
(3) AVRT antidromik : kompleks QRS melebar
(4) Atrial tachycardia : Rasio gelombang P : QRS berkisar 2:1 sampai
dengan 4:1
I. PENATALAKSANAAN
Secara garis besar penatalaksanaan SVT dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu penatalaksanaan segera dan penatalaksanaan jangka panjang.
1) Penatalaksanaan segera
a. Direct Current Synchronized Cardioversion
Setiap kegagalan sirkulasi yang jelas dan dan dapat termonitor
dengan baik, dianjurkan penggunaan direct current synchronized
cardioversion dengan kekuatan listrik sebesar 0,25 watt-detik/pon yang
pada umumnya cukup efektif. DC shock yang diberikan perlu sinkron
dengan puncak gelombang QRS, karena rangsangan pada puncak
gelombang T dapat memicu terjadinya fibrilasi ventrikel. Tidak
berlangsung
sangat
singkat
dengan
konsekuensi
pada
10
digitalisasi
untuk
mencegah
takikardi
berulang
ventrikular takikardi
tidak
11
digunakan,
dan
digitalis
tidak
efektif,
infus
intravena
12
di
antaranya
sebagai
kombinasi
dengan
propanolol.
13
14
antiaritmia jangka panjang segera setelah bayi dilahirkan, yaitu sekitar 5265% pada bayi non hidrops fetalis dan sekitar 80% pada bayi dengan
hidrops fetalis.
15
Obat-Obatan
Flecainide, propafenone
16
Kelas 2 : blockers
Atenolol,
propanolol,
nodolol
Amiodarone, sotalol
blocker
Kelas 4 : calcium channel blocker
Verapamil, diltiazem
esmolol,
b. Ablasi Kateter
Prosedur elektrofisiologi hampir selalu diikuti oleh tindakan
kuratif
berupa
ablasi
kateter. Ablasi
kateter
pertama
sekali
(ARF)
timbul
selama
suhu jaringan
17
Untuk
SVT
yang
teratur,
banyak
penelitian
yang
sangat
memudahkan
penggunaannya
pada
pasien
yang
18
BAB III
KESIMPULAN
Takikardi supraventrikular merupakan kegawatdaruratan kardiovaskular
yang sering ditemukan pada bayi dan anak. Penyebab SVT adalah idiopatik,
sindrom Wolf Parkinson White (WPW) dan beberapa penyakit jantung bawaan
(anomali Ebsteins, single ventricle, L-TGA).
Gejala klinis lain SVT dapat berupa gelisah, irritabel, diaforesis, tidak mau
menetek atau minum susu. Kadang-kadang orangtua membawa bayinya karena
bernafas cepat dan tampak pucat. Dapat pula terjadi muntah-muntah. Laju nadi
sangat cepat sekitar 200-300 per menit, tidak jarang disertai gagal jantung atau
kegagalan sirkulasi yang nyata, palpitasi, lightheadness, mudah lelah, hoyong,
nyeri dada, nafas pendek dan bahkan penurunan kesadaran. Pasien juga mengeluh
lemah, nyeri kepala dan rasa tidak enak di tenggorokan. Risiko terjadinya gagal
jantung sangat rendah pada anak dan remaja dengan SVT tapi risikonya
meningkat pada neonatus dengan SVT, neonatus dengan WPW dan pada anak
dengan penyakit jantung.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21
Wong, K. K., Potts, J. E., Etheridge, S. P. & Sanatani, S., 2006. Medications used
to manage supraventricular tachycardia in the infant: A North American
Survey. Pediatric Cardiology, Volume 27, pp. 199-203.
REFERAT
SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDIA PADA ANAK
Disusun Oleh :
Rahmah Fitri Utami
G1A212042
22
Pembimbing :
dr. Ariadne Tiara H., Sp.A., Msi. Med
23
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDIA PADA ANAK
Maret 2014
Disusun oleh :
Rahmah Fitri Utami
Purwokerto,
G1A212042
Maret 2014
Pembimbing,
24