Osmoregulasi Laporan Praktikum Fiswan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

OSMOREGULASI

Oleh
Afifi Rahmadetiassani (083112620150008)

LABORATORIUM ZOOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL, JAKARTA
2010

OSMOREGULASI
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan batas daerah

salinitas organisme percobaan.


II.

TINJAUAN PUSTAKA
Salinitas adalah jumlah total material dalam gram yang terdapat dalam 1 kg air

laut. Dimana seluruh karbonat telah dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida
diganti oleh klorin dan seluruh material organik telah dioksidasi sempurna. Peristiwa
pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan dikenal dengan sebutan osmoregulasi
(http://www.seafoodaddict.com/?p=906).
Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan energi,
yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati insang dan pada
beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif terhadap
garam-garam (Stickney, 1979 dalam Bestian 1996). Sedangkan menurut Kinne (1964)
dalam Bestian (1996),kemampuan osmoregulasi bervariasi bergantung suhu, musim,
umur,

kondisi

fisiologis,jenis

kelamin

dan

perbedaan

genotip

(http://pettuah.blogspot.com/2010/03/osmoregulasi-2.html).
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi
kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal(Raharjo,1970)
dalam Bestian,1996). Menurut Affandi dan Usman (2002), ikan mempunyai tekanan
osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah
kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya
dapat

berlangsung

dengan

normal

(http://pettuah.blogspot.com/2010/03/osmoregulasi-2.html). Osmoregulasi dilakukan


dengan

berbagai

cara

melalui

ginjal,

kulit,

dan

membran

mulut

(blog.unila.ac.id/.../ekskresi-osmoregulasi-oleh-indra-gumay-yudha.pdf).

Menurut Affandi dan Usman (2002), organisme air dibagi menjadi dua kategori
sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan osmotik air
media,yaitu (http://pettuah.blogspot.com/2010/03/osmoregulasi-2.html) :
1. Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik labil dan
mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan
dengan tekanan osmotik air media hidupnya.
2. Osmoregulator, adalah organisme air yang secara osmotik stabil (mantap),
selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik
yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air
media hidupnya.
Berhubungan dengan tekanan osmosis cairan tubuh dan lingkungan dimana
hewan hidup dikenal hewan yang isoosmosis, hiperosmosis dan hipoosmosis.
Isoosmosis berarti tekanan osmosis cairan tubuhnya sama dengan tekanan osmosis
lingkungan. Hiperosmosis berarti hewan yang mempunyai tekanan osmosis cairan
tubuh lebih tinggi dari tekanan osmosis lingkungan, sedangkan hewan hipoosmosis
tekanan osmosis cairan tubuhnya lebih rendah daripada tekanan osmosis lingkungan
(Noorti,2009). Dua larutan yang dipisahkan oleh suatu membran semipermeabel
dikatakan dalam keadaan isoosmotik, jika keduanya mempunyai osmolaritas yang
sama. Tidak ada pergerakan netto air melalui osmosis antara larutan yang isoosmotik.
Ketika dua larutan berbeda dalam hal osmolaritas, larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih besar disebut sebagai hiperosmotik dan larutan yang lebih encer
disebut sebagai hipoosmotik. Air mengalir melalui osmosis dari larutan yang
hipoosmotik ke larutan yang hiperosmotik.
Berdasarkan adaptasinya terhadap salinitas dikenal hewan-hewan stenohaline
dimana tidak dapat hidup pada variasi salinitas yang besar dan euryhaline dimana
toleran terhadap variasi salinitas yang besar (Noorti,2009).
Pada ikan air tawar, air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan
melalui insang. Ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu,
terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung


seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam tidak melarut dan
lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap oleh ikan
menggunakan energi metaboliknya. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang
bersangkutan akan mengalami masalah. Ikan mempertahankan keseimbangannya
dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat
insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada
insang. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam
tubuhnya tidak mudah bocor kedalam air http://www.seafoodaddict.com/?p=906).
Pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit dan
kemudian ikan akan mendapatkan garam-garam dari air laut yang masuk lewat
mulutnya. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+ dan Cl-,
serta air masuk ke dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian insang ikan
akan mengeluarkan kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar
(http://www.seafoodaddict.com/?p=906).
Pada saat ikan sakit, luka, atau stres proses osmosis akan terganggu sehingga air
akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari
tubuh. Akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam
tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung bisa sampai menyebabkan ginjal
menjadi rusak sehingga ikan mati. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa air
kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air
diharapkan dapat membantu menjaga ketidakseimbangan ini, sehingga ikan tetap
bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka atau
penyakit. Tentunya dosis untuk ikan harus diantur sedemikian rupa sehingga kadar
garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar
garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air
akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan
terdehidrasi dan akhirnya mati (http://www.seafoodaddict.com/?p=906).

III.

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


A. Alat dan bahan

1.

Timbangan, gelas ukur, pengaduk, beker gelas, pipet

2.

Akuadestilata, NaCl

3.

Ikan Labistes
B. Cara Kerja:

1.

Dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi 0 %; 0,05 %; 0,1 %; 0,5 %; 1 %; 1,5

%; dan 3 % masing-masing 200 mL.


2.
Cairan di atas dibagi untuk masing-masing konsentrasi ke dalam beker gelas
3.
4.

dengan volume yang sama.


Ikan labistes dimasukkan ke dalam cairan di atas
Diamati dan dicatat pada knsentrasi berapa hewan mati dalm 24 jam

II.

HASIL PERCOBAAN
Tabel Data Osmoregulasi
Praktikum Fisiologi Hewan
Laboratorium Zoologi Fakultas Biologi Universitas Nasional

Jam Awal : 10.15 WIB (02/12/2010)


Jam Akhir : 09.00 WIB (03/12/2010)
Waktu

Jumlah ikan mati pada konsentrasi ke...

10.15
10.45
11.15

0%
-

0,05 %
-

0,1 %
-

0,5 %
-

1%
-

1,5 %
5

3%
10
-

11.50
16.45

9
10

09.00

10

10

10

10

10

10

III. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, ikan lebih cepat mati pada konsentrasi paling
tinggi yaitu 3 %. Pada saat pangamatan, ikan menjadi hiperaktif dan tampak tingkah
laku stres terhadap lingkungan perlakuan. Berdasarkan data, semakin tinggi
konsentrasi NaCl, semakin cepat ikan mati, karena cairan dalam tubuh ikan yang
diasumsikan konsentrasinya lebih kecil dari pada lingkungan berpindah dengan cara
osmosis, sehingga ikan akan mengalami dehidrasi, kemudian akan mati.
Pada tubuh ikan mempunyai membran semi-permiabel yang berfungsi untuk
mengatur keluar masuknya air dalam tubuh ke lingkungan. Kondisi pada ikan
labistes, cairan lingkungan bersifat hipertonik terhadap cairan dalam tubuh ikan,
sehingga terjadi perpindahan konsentrasi larutan dari dalam tubuh ikan ke
lingkungannya. Peristiwa ini terjadi secara seluler. Pada ikan dengan konsentrasi 0 %
mati pada jam ke 24. Hal ini disebabkan ikan yang digunakan memiliki daya tahan
tubuh yang lemah, tidak sehat seperti stress. Pada waktu pengambilan ikan di
akuarium, teknik pengambilannya tidak benar sehingga membuat ikan stress atau
stress ikan tersebut karena wadah yang terlalu kecil dengan jumlah yang banyak
sehingga terjadi perebutan 02 sehingga daur oksigennya tidak baik dan menyebabkan
ikan tersebut mati. Dalam praktikum ini, menggunakan air keran sehingga ini juga
mempengaruhi kondisi ikan tersebut.
IV.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Ikan Labistes lebih cepat mati secara berurutan dari konsentrasi paling tinggi

ke rendah karena cairan dalam tubuhnya mengalami osmosis terhadap lingkunganya


dan terjadinya osmoregulasi. Tipe adaptasinya berupa stenohaline.

B. Saran

Perlunya mengetahui kondisi ikan dan homogenitas ikan untuk memvalidkan


data.
DAFTAR PUSTAKA
blog.unila.ac.id/.../ekskresi-osmoregulasi-oleh-indra-gumay-yudha.pdf
http://pettuah.blogspot.com/2010/03/osmoregulasi-2.html. Diakses pada tanggal 8
Desember 2010.
http://www.seafoodaddict.com/?p=906. Diakses pada tanggal 8 Desember 2010.
Noortiningsih, Nyoman Ayu Ratmini, Ida Wiryanti. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Hewan. Laboratorium Zoologi Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
2009.

Anda mungkin juga menyukai