Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI TEKSTIL KIMIA I


Analisa Kerusakan Serat Wool secara Kualitatif

Nama

: Gina Puspitasari

NPM

: 13020039

Grup

: 2K2

Dosen

: Luciana, S.Teks, M.Pd..

Asisten

: Samuel M
Eka S.SiT.

Tgl. Praktikum

: 7 Mei 2015
21 Mei 2015

Tgl. Penyerahan laporan

: 28 Mei 2015

POLITEKNIK STTT B A N D U N G
2015

I.

MAKSUD DAN TUJUAN

I.1 Maksud
1.1.1. Melakukan pengujian penggelembungan pada serat wol dengan menggunakan
NaOH 0.1 N dan KOH amoniakal secara mikroskop.
1.1.2. Melakukan pengujian pewarnaan pada serat dengan menggunakan perak
amoniakal, C.I. Acid Red, Indigo Carmin dan Methylen Blue.
I.2 Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui penyebab kerusakan serat wol.
1.2.2. Untuk mengetahui jenis kerusakan serat wol dari kerusakan mekanik atau kimia.
II.

TEORI DASAR
Wol merupakan serat yang dihasilkan dari rambut biri-biri yang merupakan serat

yang halus, biasanya keriting dan tumbuh terus menerus dan dipotong tiap tahunnya.
Struktur kimia wol tersusun dari asam amino dan keratin, diantara rantai utama terdapat
ikatan silang berupa ikatan sistina/jembatan belerang (hal ini tidak dimiliki oleh sutera).
Komposisi serat wol :
Komposisi
Wol/serat
Air
Lilin
Keringat
Debu/kotoran

Merino
49 %
10 %
16 %
6%
19 %

Cross bed
61 %
12 %
11 %
8%
8%

Sifat Fisika Serat Wol


Dalam keadaan kering kekuatan wol 1,2 1,7 g/denier dengan mulur 30 40 %,
dan dalam keadaan basah kekuatan wol 0,8 1,4 g/denier dengan mulur 50 70 %. Dalam
air dingin elastisitas sempurna (penarikan 70 % masih kembali ke panjang semula). Sifat
lainnya adalah :

MR standar 16 % dan menyerap lembab sampai 33 % tanpa terasa basah.

Berat jenis tanpa medula 1,304.

Indeks bias sejajar sumbu serat 1,553 dan yang tegak lurus adalah1,542.

Dapat menggumpal.

Kekuatan berkurang dan dapat berwarna kuning akibat sinar matahari.

Merupakan isolator panas yang baik.

Sedangkan sifat-sifat kimia serat sutera sebagai berikut :

Menggelembung dalam air.

Dapat bereaksi dengan asam maupun basa karena bersifat amfoter.

Garam kalsium dan magnesium pada air dapat menyebabkan yellowing.

Dapat rusak oleh oksidator dan reduktor.

Sifat Kimia Serat Wol


Seperti protein-protein lain, wol bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan
asam ataupun basa. Adsorpsi asam atau basa akan memutuskan ikatan garam, tetapi dapat
kembali lagi. Wol tahan asam, kecuali asam pekat panas dapat memutuskan ikatan peptide.
Didalam larutan alkali, ikatan silang disulfida mudah sekali putus sehingga wol mudah
rusak oleh alkali. Di dalam larutan natrium hidroksida 5 % mendidih wol segera larut.
Wol peka terhadap zat-zat oksidator. Zat-zat oksidator kuat akan merusak serat,
karena putusnya ikatan lintang sistina. Dibanding dengan serat lain, wol paling tahan
terhadap serangan jamur dan bakteri.
Seperti serat protein lain, struktur dasar serat ini merupakan pengulangan unit CHRNH-CO-R bervariasi dari rantai samping. Analisa wol menunjukkan bahwa komposisinya
adalah 50% karbon, 22-25% oksigen, 16-17% nitrogen, 7% hidrogen, dan 3-4% belerang.
Kerusakan wol lebih kompleks daripada selulosa. seperti telah diketahui wol
mempunyai jembatan cystine, jembatan garam dan rantai polipeptida. wol dapat diserang
oleh alkali, oksidator, chlor, reduktor, hama dan jamur. Kerusakan dapat terjadi pada sifat
clastis, cystine, jembatan garam, dan rantai poli peptida.

a.

Kerusakan pada sifat elastis.


Alkali menyebabkan wol melarut, gas chlor merubah wol menjadi membran yang elastis
dan sangat mulur yang larut perlahan-lahan dalam air. Kehilangan sifat elastis membawa
konsentrasi :

Bahan menjadi lebih mudah diserang asam dan lebih mudah dicelup.

Sisik-sisik melekat satu sama lain dan mudah hilang karena gesekan sehingga
merugikan sifat pemakaian wol.

b.

Kerusakan pada cystine (jembatan disulfida).


Ada tiga macam reaksi, yaitu :
-

Oksidasi.
R-S-S-R R SO-S-R R SO2 SR R SO-SO R disulfoksida
R SO2 SOR R SO2SO2R disulfon.
Disulfoksida dapat bereaksi dengan Pb-asetat membentuk Pb.S yang coklat tua.
sedangkan tingkat terakhir dari dioksidasi (R SO2SO2R) tidak dapat bereaksi. Hal ini
terjadi pada oksidasi dengan H2O2.

Hydrolisa.
R-S-S-R R S H+
Hasil akhir (RSOH) larut dalam alkali sehingga kerusakan karena alkali bertambah
tinggi. H2S yang terjadi dapat bereaksi dengan Pb asetat membentuk PbS. Hal ini
dapat terjadi karena hidrolisa oleh uap air atau air mendidih, atau oleh alkali.
Kerusakan oleh sinar matahari merupakan campuran oksidasi dan hidrolisa.

Reduksi.
Na2SO3
R-S-S-R RSNa + R-S-SO3Na
Hal ini terjadi selama pengerjaan dengan Na-sulfit atau bisulfit.
Oksidasi mengurangi total belerangyang bereaksi seperti belerang bebas dan (dalam
beberapa hal) belerang yang bereaksi sebagai H2S. Oksidasi juga menaikkan kadar
sulfat, belerang yang larut dalam alkali dan total zat yang larut dalam alkali.

c.

Kerusakan pada jembatan garam.


Hidrolisa jembatan garam disebabkan oleh pengaruh uap air, asam, air mendidih dan agak
sedikit oleh pengerjaan dengan alkali. Cara penentuan kerusakan ini berdasarkan pada total

zat terlarut dalam alkali, dan kadar amino sebagai RNHR dan R-NH 2-OOC-R. Pengerjaan
dengan asam tidak menyebabkan pengrusakan struktur, tetapi menyebabkan pembentukan
garam, dan berkaitan dengan gugus NH2 sehingga menurunkan bilangan jodium. Oksidasi,
Reduksi pengaruh sinar, pengaruh uap, semua bertendensi menaikkan kelarutan dalam
alkali.
d.

Kerusakan pada rantai Peptida.


Pemutusan rantai peptide menjadi lebih pendek disebabkan oleh serangan uap air, asam air
mendidih dan lain-lain. Efek kimianya sama seperti yang dihasilkan oleh kerusakan pada
gugus amino dan jembatan garam. Penggunaan viskositas untuk mengetahui pemecahan
rantai molekul ternyata tidak membawa hasil.

e.

Kerusakan pada gugus amino.


Diazotasi dan pemecahan senyawa diazo menyebabkan penurunan kadar amino primer dan
karena itu mengurangi daya celup dengan zat warna asam. Bilangan jodium juga turun.
Oksidasi juga mengurangi kadar amino.

f.

Analisa-analisa yang dilakukan.


Untuk memberikan kerusakan wol dapat dilakukan analisa-analisa sebagai berikut :
-

Pengujian pada sifat elastis


1.

Alworden reaction (reaksi Alworden).

2.

Stalin penetration.

Pengujian kerusakan cystine.


1.

Total sulfur.

2.

Sulfur yang larut dalam alkali.

3.

Sulfur yang bereaksi sebagai S bebas.

4.

Sulfur yang bereaksi sebagai H2S (dengan Pb-asetat membentuk


PbS).

5.
-

Lood extension diagram S (% Relative Works).

Pengujian untuk kerusakan pada jembatan garam.


1.

Total nitrogen.

2.

Zat terlarut dalam alkali.

3.

Nilai jodium.

4.

Load extion diagram (% Relative Works).

Pengujian untuk pemutusan peptida.


1.

hasil yang tak normal pada pengujian 3b, 5 dan 9c.

2.

Hasil yang tak normal dari % R.W.

Pengujian reaksi rutrogen.


1.

nihydrin test.

Pengujian kerusakan karena sinar.

Pengujian kerusakan karena asam.

Pengujian kerusakan karena oksidasi.

Pengujian kerusakan wol secara umum.

1.

Pemeriksaan dengan mikroskop.

2.

Penggelembungan dalam air

3.

Total zat terlarut dalam alkali.

Pengujian secara fisika kimia.


1.

% Reduksi kerja diagram load extention pada penaikkan dalam


asam.

2.

Supercontraction.

3.

Permanent set.

Pengujian terhadap serat wol

Sebab terpenting yang mengakibatkan kerusakan kimia pada serat wol adalah
alkali, walaupun kerusakan kimia dapat juga diakibatkan karena asam, khlor atau
hipokhlorit, peroksida dan pengaruh cahaya.
Penyebab Kerusakan pada serat wol :
1. Alkali
Wol tidak tahan alkali kuat (NaOH dan KOH) maupun alkali lemah (Na 2CO3 dan
NH4OH dalam waktu lama)
Mekanisme terajdi kerusakan :
Adanya alkali menyebabkan sisik pada wol menjadi terbuka lalu menjadi garam amino
karboksilat. (sisik wol terbuka menjadi gelembung lalu pecah menjadi blister). Contoh :
Wol + NaOH 5% suhu mendidih.
2. Oksidator
Dapat menyerang jembatan sistin dengan mengoksidasi semua gugus disulfida
sehingga terhidrolisa membentuk asam sisteat (asam perasetat, Cl aktif dan Halogen)
H2O2

Oksidasi wol Gugus sulfida

Bentuk

H2SO4

3. Asam
Wol tahan terhadap asam (larutan asam 5% mendidih selam 2 jam karena belum
membentuk hidrolisa), tapi akan rusak dalam waktu lama dan dengan pH yang sangat
pekat.(terjadi hidrolisa pada kerati membentuk asam asam amino).
4. Air
Air dapat menghidrolisa jembatan sulfida terutama bila air berupa uap panas, dalam air
mendidih ditambah dengan tekanan maka wol akan rusak permanen
5. Reduktor
Reduktor (NaHSO4) dapat menyerang jembatan sistina dengan oksidasi terbentuk sistin
kembali.
R

R + NaHSO 3

Na

H +R

S
S

SO 3H atau
SO 3Na

Dalam bentuk umum :


redukt or

RSH +R'SH

R' + 2H

6.

OH

R + H2O

Serangga
Wol mudah/tidak tahan serangga karena sebagian besar wol terdiri dari keratin yang
dapat digunakan sebagai sumber makanan. Kerusakannya berupa lubang-lubang kecil,
kadang menempel pada setiap lipatan bahan. Untuk menghindari kerusakan, ikatan
disulfida diubah menjadi beslio eter.
R

reduksi

oksidasi
HBr

[CH2]n S

Beberapa cara pengujian kerusakan wol yang penting atau sederhana, yaitu sebagai
berikut :
Perak Nitrat amoniakal
Larutan perak nitrat amoniakal termasuk pereaksi yang berbahaya karena dapat
meledak. Serat akan berwarna cokelat muda sampai hitam didalam larutan pereaksi yang
dingin. Uji ini terutama sesuai untuk menunjukkan kerusakan karena cahaya atau cuaca.
C.I Acid Red 1
Serat yang tidak rusak tetap tidak terwarnai , kecuali beberapa serat yang sisiksisiknya terlepas. Sedangkan serat yang rusak dan wol yang dikhlorinasi akan berwarna
merah, degan ketuaan warna yang tergantung pada derajat kerusakannya.

Indigo Carmine

Larutan jenuh indigo carmine yang diasamkan dengan asam sulfat 1N 40 ml/L, akan
mewarnai wol yang rusak karena asam, alkali, hipoklorit asam atau peroksida, dengan
warna biru yang jelas. Pengamtan akan lebih jelas apabila diamati dibawah mikroskop
dengan penyinaran sudut lebar yang menggunakan medium gliserol pekat.
Methylene blue
Larutan jenuh Methylene Blue dingin diasamkan dengan larutan sulfat 3N 10
ml/L ambil diaduk. Wol rusak karena alkali, hipoklorit asam maupun alkali dan peroksida
akan terwarnai dengan warna biru.
Benzopurpurine 10B
Serat rusak yang lapisan sisiknya rusak atau hilang (terutama kerusakan alkali, air
mendidih atau uap) akan terwarnai dengan warna merah.

Penggelembungan dengan kalium hidroksida amoniakal


Wol yang rusak karena asam dengan cepat menggelembung dengan gelembung
yang sangat besar, dan gelembung-gelembung tersebut segera timbul disepanjang serat.
Seluruh reaksi tersebut berlangsung dalam 2-5 menit. Wol yang tidak rusak hanya
menggelembung dan setelah 5 menit akan tampak garis-garis memanjang dari lapisan
fibrilnya. Setelah 10 menit timbul beberapa gelembung didalam serat, dan dalam waktu 20
menit berkembang menjadi blister.
Berdasarkan keadaan dari kerusakan kimia, maka dapat dibedakan tiga jenis hasil
pengujian :

Serat tidak berubah, tetapi kelihatan seperti kaca dan sisik-sisiknya lebih jelas:
kerusakan serat disebabkan karena alkali atau panas.

Pada serat terdapat retakan-retakan memanjang : serat tidak rusak, kerusakan yang
terjadi bukan karena kimia atau karena oksidasi.

Pada serat terjadi penggelembungan yang besar, kemudian menimbulkan banyak


retakan-retakan dan terjadi blister, akhirnya terurai : kerusakan yang terjadi
disebabkan oleh asam.

Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N


Bagian serat wol yang rusak karena cuaca, menggelembung lebih besar dari pada
bagian yang tidak rusak. Kerusakan karena cuaca pada satu sisi serat wol akan
menimbulkan bentuk lengkungan tetentu.
Pada pengujian ini larutan alkali (NaOH 0,1 N, KOH 0,1 N, atau ammonia 0,1 N)
digunakan sebagai medium didalam pengamatan dengan mikroskop, sehingga tingkattingkat penggelembungan dan pengeritingan dapat diamati.

III.

ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat
-

Tabung reaksi
Pengaduk
Gelas piala
Mikroskop

3.2. Bahan
IV.

Serat wool
Larutan perak nitrat amoniakal
Larutan indigo Carmine
Larutan Metylen blue
Larutan acid red 1

CARA KERJA
4.1. Uji Pewarnaan
4.1.1. Uji Perak Nitrat Amoniakal
Contoh uji direndam dalam larutan perak nitrat amoniakal selama 5-10 menit
Kemudian amati warna yang terjadi
Evaluasi
Contoh uji yang rusak akan berwarna coklat sampai hitam (ketuaan warna

bergantung pada derajat kerusakan seratnya)

4.1.2. Uji Indigo Carmine

Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu

kamar.
Contoh uji dicuci dengan menggunakan air dingin.
Kemudian amati dibawah mikroskop.

Evaluasi
Serat yang rusak oleh asam, alkali, hipoklorit asam dan peroksida akan berwarna biru
tua (ketuaan warna tergantung pada derajat kerusakan seratnya).

4.1.3. Uji Metylen Blue

Contoh uji direndam dalam larutan Metilen biru selama 5-10 menit pada suhu

kamar.
Contoh uji dicuci dengan menggunakan air dingin.
Kemudian amati warna yang terjadi.

Evaluasi
Contoh uji yang rusak karena alkali, hipoklorit dan peroksida akan berwarna biru tua
(ketuaan warna tergantung dari derajat kerusakan seratnya).

4.1.4. Uji C.I Acid Red 1

Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu

kamar.
Contoh uji dicuci air dingin.
Kemudian amati dibawah mikroskop.

4.2 Uji Penggelembungan


4.2.1. Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Contoh uji dipotong-potong sepanjang 1-2 mm.
Letakkan pada kaca objek dengan medium air.
Tutup dengan kaca penutup dan panaskan dengan oven pada 45 - 60OC.
Tambahkan pereaksi dari sisi kaca penutup.
Amati di bawah mikroskop.

Evaluasi
Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung lebih besar dibandingkan dengan
wol baik.
4.2.2. Penggelembungan dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
Contoh uji yang rusak dan tidak rusak diletakkan di atas kaca objek.
Tutup dengan kaca penutup.
Tetesi dengan KOH amoniakal sebagai medium.
Panaskan pada oven dengan suhu 40OC selama 2 3 menit.
Amati di bawah mikroskop
Evaluasi
-

Wol yang rusak karena asam akan menggelembung dengan cepat dan sangat besar.
Gelembung timbul disepanjang serat kemudian membentuk blister.
Wool yang tidak rusak akan menggelembung dan setelah 5 menit akan tampak garis-

garis memanjang dari lapisan fibrilnya.


Setelah 10 menit timbul gelembung di dalam serat dan dalam 20 menit berkembang

menjadi blister.
Wool yang rusak karena alkali : reaksi berlangsung setelah 30 menit, apabila serat
tidak berubah, tetapi terlihat seperti kaca dan sisiknya jelas menunjukkan kerusakan
oleh alkali atau panas.

BAGAN ANALISA KERUSAKAN WOOL

V.

DATA PERCOBAAN
Terlampir pada lampiran

VI.

DISKUSI
Pada praktikum pengujian kerusakan serat wool secara kualitatif ditemukan bahwa pada

Uji Mikroskop
Wool yang rusak karena alkali mengalami penggelembungan pada pengujian
penggelembungan dengan NaOH dan KOH karena adanya alkali menyebabkan
sisik pada wol menjadi terbuka lalu menjadi garam amino karboksilat. (sisik wol
terbuka menjadi gelembung lalu pecah menjadi blister)
R-NH3- OOCR + NaOH R NH2NaOOCR (larut ) + H2O

Wool memiliki sifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam atau basa dan
pada adsorpsi dengan asam maupun basa akan memutuskan ikatan garam tetapi
dapat kembali lagi
Wol tahan terhadap asam (larutan asam 5% mendidih selam 2 jam karena belum
membentuk hidrolisa), tapi akan rusak dalam waktu lama dan dengan pH yang
sangat pekat.(terjadi hidrolisa pada kerati membentuk asam asam amino)
Pada pengujian dengan NaOH , wool yang rusak karena asam ,sisik putus-putus
dan terjadi penggelembungan

Pada uji penggelembungan dengan NaOH 0.1 N pada wol baik masih terdapat
terdapat sisik. Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung lebih besar
dibandingkan dengan wol yang lain, ini terbukti pada kerusaan wol karena panas,
terjadi penggelembungan yang besar dibandingkan yang lain.

Pada pengujian Penggelembungan dengan KOH amoniakal (Pereaksi Krais


Viertel) ,wol yang rusak karena asam akan menggelembung dengan cepat dan
sangat besar, gelembung timbul disepanjang serat kemudian membentuk blister.
Wol yang tidak rusak akan menggelembung dan setelah 5 menit akan tampak
garis-garis lembut memanjang dari lapisan fibrilnya, setelah 10 menit timbul
gelembung di dalam serat dan dalam 20 menit berkembang menjadi blister. Wol
yang rusak karena alkali reaksi berlangsung setelah 30 menit, apabila serat tidak
berubah, tetapi terlihat seperti kaca dan sisiknya jelas menunjukkan kerusakan

oleh alkali atau panas. Pada percobaan ini kerusakan karena asam terjadi blister
dan terjadi penggelembungan.
Uji Pewarnaan

uji pewarnaan dengan perak nitrat amoniakal ,kerusakan serat wol dilihat dari
warna contoh uji dari yang berwarna coklat sampai hitam. Pada percobaan ini
terlihat bahwa wol yang rusak karena alkali memiliki warna yang paling tua.

Pada percobaan ini uji pewarnaan dengan indigo carmine, kerusakan serat terlihat
pada serat yang terwarnai biru tua. Makin tua warna maka kerusakan semakin
besar, sepert serat yang rusak karena hipoklorit basa, H2O2 ,Hipoklorit
asam,alkali. Pada percobaan ini terlihat bahwa wol yang rusak karena hipoklorit
basa memiliki warna yang paling tua berarti derajat kerusakannya lebih besar
daripada yang lain.

Pada percobaan uji pewarnanan dengan menggunakan C.I. Acid Red, wol rusak
dan wol yang diklorinasi ditandai dengan warna merah. Semakin rusak wol maka
warnanya akan semakin tua, dan pada percobaan ini wol yang rusak karena asam
memiliki warna yang lebih tua dibandingkan yang lainnya.

Pada percobaan uji pewarnaan dengan metilen biru, contoh wol yang rusak karena
alkali,hipoklorit dan peroksida akan berwarna biru tua, makin rusak wol maka
warna akan semakin tua. Pada percobaan ini wol yang rusak karena kaporit
memiliki warna yang lebih tua dibandingkan yang lainnya.

VII.

KESIMPULAN

Pengujian penggelembungan dengan NaOH 0,1 N


Yang tidak mengalami penggelembungan

Wool yang rusak karena hipoklorit basa

Wool yang rusak karena hipoklorit asam

Wool yang rusak karena Kaporit

Pengujian penggelembungan dengan KOH Amoniakal


Yang mengalami penggelembungan langsung
-

Wool yang rusak karena panas

Wool yang rusak karena asam

Wol baik

Yang lainnya mengalami penggelembungan stelah beberapa menit

Pengujian pewarnaan dengan uji perak amoniakal


Tingkat kerusakan serat berdasarkan tingkat ketuaan warna dari yang paling tua
warnanya yaitu :

Wool rusak karena alkali

Wool rusak H2O2

Wool rusak kaporit

Wool rusak asam

Wool rusak hipoklorit basa

Wool rusak panas

Wool rusak hipoklorit asam

Wool baik

Pengujian pewarnaan dengan Indigo carmin


Tingkat kerusakan serat berdasarkan tingkat ketuaan warna dari yang paling tua
warnanya yaitu :
-

Wool rusak hipoklorit basa

Wool rusak H2O2

Wool rusak hipoklorit asam

Wool rusak alkali

Wool rusak kaporit

Wool rusak panas

Wool rusak asam

Wool baik

Pengujian pewarnaan dengan uji metilen blue


Tingkat kerusakan serat berdasarkan tingkat ketuaan warna dari yang paling tua
warnanya yaitu :

Wool rusak kaporit

Wool baik

Wool rusak hipoklorit asam

Wool rusak alkali

Wool rusak hipoklorit basa

Wool rusak H2O2

Wool rusak asam

Wool baik

Pengujian pewarnaan dengan uji CI Acid red


Tingkat kerusakan serat berdasarkan tingkat ketuaan warna dari yang paling tua
warnanya yaitu :
-

Wool rusak asam

Wool rusak hipoklorit asam

Wool rusak hipoklorit basa

Wool rusak alkali

Wool rusak H2O2

Wool rusak kaporit

Wool rusak panas

Wool baik

DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.
Rahayu, Hariyanti, dkk. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I. Analisa Kualitatif
dan Kuantitatif Kerusakan Serat Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung : 2005.
https://taufikramdhan401.wordpress.com/2014/10/ . Dilihat 27 Mei 2015 02:00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai