Anda di halaman 1dari 3

DAYA GUNA LARUTAN BAKING SODA SEBAGAI OBAT KUMUR DALAM MENINGKATKAN

SEKRESI SALIVA WANITA MENOPAUSE


DAN PASCA TERAPI RADIASI SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP MIKROFLORA RONGGA MULUT
Sri Tjahajawati, drg. MKes.; Warta Dewi, drg.MKes. , Bagian Oral Biologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran

Deskripsi. Sekresi saliva dalam rongga mulut sangat penting bagi kesehatan gigi dan mulut.
Sekresi
saliva yang menurun akan menyebabkan mulut terasa kering, sukar bicara, mengunyah dan menelan.
Sekresi saliva yang menurun dapat disebabkan oleh penyakit pada kelenjar saliva, rasa takut dan tekanan
batin (stress), perubahan hormonal, perubahan tekanan oleh protesa, penyinaran radioterapeutik leher
kepala, penggunaan obat-obatan, gangguan sistem saraf dan kesehatan umum yang menurun (Amerongen,
1992).
Penurunan sekresi saliva dapat diatasi dengan bahan perangsang produksi saliva dan bahan pengganti
saliva. Bahan perangsang saliva hanya akan membantu jika masih ada kelenjar saliva yang masih aktif.
Bahan yang biasa digunakan adalah permen karet atau permen isap asam, mouth lubricant dengan pH 2.0,
lemon mucilage dengan pH 2.8, pilocarpin hydrochloride, asam nikotinat dan salivix berbentuk tablet isap
(lozenge) yang berisi asam malat, gomalat, kalsium laktat, natrium fosfat, lycasin dan sorbitol. Bahanbahan tersebut memiliki efek samping berupa penurunan pH saliva yang tidak diharapkan pada pasien
dengan sekresi saliva yang menurun (Kidd & Bechal, 1992).
Kegunaan dan tujuan Khusus
Dalam upaya perangsangan sekresi saliva, kelenjar saliva terutama kelenjar parotis paling kuat
distimulasi secara mekanis, misalnya pada gerakan berkumur yang menyebabkan bekerjanya otot-otot
pengunyahan (Amerongen, 1992). Pasien dalam kemoterapi atau perawatan radiasi dianjurkan berkumur
dengan larutan baking soda sebelum dan setelah makan untuk mengatasi gejala mulut kering (Rizzo dkk.,
2003). Menurut Peterson (1998), jika diperlukan, larutan kumur dapat dibuat sendiri di rumah sebagai
pengobatan alternatif. Larutan kumur dapat dibuat dengan mencampurkan sendok teh baking soda dan 8
oz. (250 ml) air. Berkumur dengan larutan baking soda akan menambah kelembaban dan lubrikasi mulut
(Symond, 1998). Perubahan keadaan rongga mulut akan menimbulkan perubahan mikroflora.
Beberapa
tahun belakangan ini, baking soda atau sodium bicarbonate telah digunakan sebagai bahan antibakteri
dalam pasta gigi dan bahan kumur. Keuntungan penggunaan baking soda adalah harganya murah,
abrasivitas rendah, larut dalam air, memiliki kapasitas bufer dan pada konsentrasi tinggi dapat bersifat
antibakteri (McCombs, 2001).
Bidang Penerapan
Penelitian telah dilakukan dengan baking soda sebagai bahan kumur yang digunakan pada wanita
menopause dan pasien pasca terapi radiasi serta dilihat pengaruhnya terhadap mikroflora di dalam rongga
mulut. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu laboratoris. Sampel diambil secara random pada
wanita menopause dan pasca terapi radiasi serta mahasiswa dengan kondisi rongga mulut normal. Data
yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan uji data berpasangan t student dan uji z.
Bahan pemeriksaan untuk penelitian ini diambil dari wanita menopause dan pasca terapi radiasi di RSHS
Bandung serta pemeriksaan bakteriologis dilakukan di laboratorium Bakteriologi FKG Unpad Jl. Raya
Bandung Sumedang (Jatinangor).
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bahan ekonomis. murah. praktis dan mudah didapat
sebagai bahan pengobatan dalam meningkatkan sekresi saliva.

Hasil pengujian perbedaan volume saliva sebelum dan setelah berkumur dengan larutan baking soda
pada wanita yang sudah mengalami menopause dapat dilihat pada Tabel 1

Variabel
Volume saliva (ml)
(Sebelum)
Volume saliva (ml)
(Setelah Baking soda)
Tabel.1

Rata-rata sd

Rata-rata selisih
(

B)

t hitung

t tabel

Keterangan

-2,817

-2,02

Ada perbedaan

1,79 0,902
-0,873
2,66 2,056

Hasil Uji-t Berpasangan Perbedaan Volume Saliva Sebelum dan Setelah Berkumur Larutan
Baking soda Pada Wanita Menopause

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata dan simpangan baku volume saliva sebelum berkumur larutan
baking soda, yaitu 1,79 dan 0,902 dan rata-rata dan simpangan baku kecepatan aliran saliva setelah
berkumur larutan baking soda, yaitu 2,66 dan 2,056. Nilai t-hitung -2,817 lebih kecil dari t-tabel -2,02,
maka H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan volume saliva (ml) sebelum dan setelah berkumur dengan
larutan baking soda. Dengan demikian setelah berkumur dengan larutan baking soda memberikan efek
meningkatkan volume saliva (ml) pada wanita menopause sebesar 0,873 ml.
Populasi bakteri saliva pada umumnya, tergantung pada pH rongga mulut (Burnet & Scherp, 1964).
Semakin meningkat pH saliva, populasi bakteri saliva akan berkurang (Sartono dkk., 1988). Disamping
dapat menetralisir asam yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri, baking soda juga berguna sebagai bahan
antibakteri yang dapat menurunkan jumlah populasi bakteri saliva (Featherstone dkk., 2003).
Hasil Pemeriksaan Jumlah Populasi Bakteri
Saliva
Awal
Setelah berkumur akuades

xs
161,87 60,96
98,73 34,44

Setelah berkumur baking soda


64,53 30,83
Tabel 2 Hasil Rata-rata Jumlah Populasi Bakteri Saliva

Gambar 1 Populasi Bakteri Saliva Pada Pengenceran 10-6 Awal, Setelah berkumur akuades, dan Setelah
Berkumur Larutan Baking Soda
Keterangan : A. BP saliva awal;
B. BP saliva setelah berkumur akuades;
C. BP saliva setelah berkumur larutan baking soda

Penelitian pasca terapi radiasi dilakukan pada 7 orang naracoba yang memenuhi kriteria sampel dengan
mengukur sekresi saliva, yaitu volume, kecepatan aliran, pH dan viskositas saliva sebelum dan setelah
berkumur dengan larutan kontrol dan larutan baking soda. Dari masing-masing sampel diperoleh data
tentang sekresi saliva sebelum dan setelah berkumur pada hari 1 dan setelah 1 minggu dengan larutan
kontrol dan larutan baking soda, kemudian dilakukan perhitungan secara statistik.
Sebelum
Setelah
Selisih
1,99
1,714
0,276
Hari 1
1,99
2,529
0,539
Minggu 1
Tabel 3 Rata-rata Volume Saliva Sebelum dan Setelah Berkumur
pada pasien pasca terapi radiasi

Analisis Statitik
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
dengan Larutan Baking Soda

Berdasarkan tabel 3 diperoleh nilai rata-rata volume saliva sebelum berkumur dengan larutan baking soda
pada hari 1 yaitu 1,99 ml dan setelah berkumur dengan larutan baking soda pada hari 1 yaitu 1,714 ml.
Hasil tersebut memperlihatkan adanya penurunan kecepatan aliran sebesar 0,276 ml.
Uji t berpasangan digunakan untuk menguji perbedaan volume saliva tersebut signifikan atau tidak.
Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung = 0,969, nilai ttabel = 2,45 dan nilai probabilitas (Sig.(2-tailed)) =
0,37 dan pada taraf signifikan 5%. Hal ini menunjukkan nilai probabilitas (Sig.(2-tailed)) = 0,37 > 0,05
berarti dengan derajat kepercayaan 95% ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara volume saliva sebelum dan setelah hari 1 berkumur dengan larutan baking soda.
Nilai rata-rata volume saliva sebelum berkumur dengan larutan baking soda pada hari 1 yaitu 1,99
ml dan setelah 1 minggu berkumur dengan larutan baking soda yaitu 2,529 ml. Hasil tersebut
memperlihatkan adanya kenaikan kecepatan aliran sebesar 0,539 ml.
Nilai thitung = 0,727, nilai ttabel = 2,45 dan nilai probabilitas (Sig.(2-tailed)) = 0,495 dan pada taraf
signifikan 5%. Hal ini menunjukkan nilai probabilitas (Sig.(2-tailed)) = 0,495 > 0,05 berarti dengan derajat
kepercayaan 95% ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume saliva
sebelum dan setelah 1 minggu berkumur dengan larutan baking soda.
Tidak adanya perbedaan volume yang sebanding dengan kecepatan aliran saliva sebelum dan setelah
berkumur dengan larutan baking soda tidak sesuai dengan pernyataan Heydorn (1991) bahwa baking soda
melepas natrium karbonat, karbondioksida dan air ketika bereaksi dengan asam sehingga bila dikumurkan
dalam mulut dapat meningkatkan kadar air. Rensburg (1995) juga menyatakan bahwa bikarbonat dapat
meningkatkan kecepatan aliran saliva dengan kemampuannya bereaksi terhadap asam. Rasa larutan baking
soda yang sedikit asam akan merangsang saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior dan inferior
pada batang otak. Nukleus ini akan tereksitasi oleh rangsangan taktil dan pengecapan dari lidah dan daerahdaerah rongga mulut dan faring lainnya sehingga sekresi saliva meningkat (Heydorn, dkk., 1991; Guyton
dan Hall, 1997), baik volume maupun kecepatan aliran salivanya.
pH saliva yang meningkat setelah berkumur dengan larutan baking soda pada hari kesatu
menunjukkan bahwa baking soda bersifat alkalis (Heydorn, dkk., 1991). Viskositas yang menurun setelah
berkumur larutan baking soda pada hari kesatu sesuai dengan pernyataan Turner (1978) bahwa larutan
baking soda dapat digunakan untuk mengurangi viskositas mukus, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pembilas pada hidung dan tenggorokan.
Kesimpulan
Sekresi saliva yang meliputi volume, kecepatan aliran, pH dan viskositas meningkat karena adanya
rangsang mekanis yang diberikan, dalam penelitian ini rangsangan mekanis berupa berkumur dengan
larutan baking soda. Kecepatan aliran saliva yang meningkat menunjukkan adanya peningkatan volume
dan pH serta penurunan viskositas karena kelenjar parotis yang bersifat serus lebih mudah dirangsang
dibandingkan kelenjar saliva lain yang bersifat mukus .

Anda mungkin juga menyukai