Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH LIMFADENITIS

BAB II
KONSEP TEORI
I. Konsep Medis
A. Pengertian
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Limfadenitis adalah nodus limfa yang terletak sepanjang perjalanan pembuluh limfa.
Nodus yang sering terlibat adalah yang terdapat diselangkangan, aksila dan leher.
Limfadenitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih kelenjar getah bening, yang
biasanya menjadi bengkak dan lunak.
B. Klasifikasi
1. Limfadenitis Nonspesifik Akut
Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang
mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terrjadi infeksi bakteri atau
virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang memperlihatkan banyak
gambaran mitotik. Apabila keadaan ini disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan
di dalam sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat
germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila infeksi terkendali, kelenjar
getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi pembentukan jaringan parut apabila
dekstruktif.
2. Limfadenitis Nonspesifik Kronik
Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia folikel, hiperplasia
limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia folikel berkaitan dengan infeksi atau
proses proses peradangan yang mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi
berkumpul di dalam pusat germinativum besar yang bulat atau oblong (folikel sekunder).
Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan perubahan reaktif di dalam regio sel T kelenjar
getah bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan transformasi menjadi imunoblas yang
mungkin menyebabkan lenyapnya folikel germinativum.
C. Etiologi
Limfadenitis hampir selalu dihasilkan dari sebuah infeksi, yang kemungkinan disebabkan
oleh bakteri, virus, protozoa, ricketsia, atau jamur. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar
menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa
infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal,

tuberkulosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya
pada salah satu daerah pada tubuh.
D. Patofisiologi
Suatu cairan disebut getah bening bersirkulasi melalui pembuluh limfatik dan mmebawa
limfosit (sel darah putih) mengelilingi tubuh. limfosit ini merupakan sel-sel dari system imun
yang membantu tubuh melawan penyakit. Terdapat 2 tipe utama limfosit yaitu limfosit T dan
limfosit B, karena cairan limfe tidak mengandung sel darah merah maka ia berwarna putih.
Pembuluh limfatik melalui kelenjar getah bening, kelenjar getah bening berisi sejumlah
besar limfosit dan bertindak sebagai penyaring menangkap organisme yang menyebabkan infeksi
seperti bakteri dan virus. Kelenjar getah bening cenderung bergerombol dalam suatu kelompok
sebagai contoh tardapat sekelompok besar di ketiak, dileher dan lipat.pangkal paha.
Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi atau bengkak, kelenjar getah bening terdekat sering
membesar dan nyeri. hal berikut ini terjadi sebagai contoh jika seseorang dengan sakit leher
mengalami pembengkakan kelenjar di leher. cairan limfatik dari tenggorokan mengalir ke
dalam kelenjar getah bening di leher, dimana organisme penyebab infeksi dapat dihancurkan dan
dicegah penyebarannya ke bagian tubuh lainnya.
E. Manifestasi Klinis
Kelenjar getah bening yang terinfeksi membesar dan biasanya lunak dan sangat
menyakitkan. Kadangkala, kulit disepanjang kelenjar yang terinfeksi tampak merah dan terasa
hangat. Orang tersebut bisa mengalami demam. Kadangkala, kantung atau nanah (abses)
terbentuk. Kelenjar tubuh yang membesar yang tidak menyebabkan nyeri, atau kemerahan bisa
mengindikasikan gangguan serius lainnya, seperti limfoma, tuberkulosis atau hodgkin limfoma.
F. Pemeriksaan Diagnosis
Sistem limfatik dapat diperiksa dengan sinar-X setelah penyuntikan media kontras
langsung ke pembuluh limfa ditangan dan kaki. Teknik ini, limfangiografi merupakan cara
mendeteksi keterlibatan nodus akibat metastase karsinoma, limfoma atau infeksi di tempattempat yang tidak terjangkau oleh petugas kesehatan, kecuali dengan pembedahan terbuka.
Prosedur ini akan melokalisir pembuluh limfa pada masing-masing kaki (atau tangan)
ketika media kontras Evans blue disuntikan secara intradermal di antara jari pertama dan kedua.
Kemudian satu segmen limfatik berwarna biru diidentifikasi, diisolasi, dikanulasi dengan jarum
nomor 25-30 dan dilakukan infus lambat dengan bahan kontras yang mengandung yodium dan
minyak. Dua puluh empat jam menjelang penyuntikan berakhir serangkaian foto sinar-X diambil,
dan dilanjutkan secara berkala apabila perlu. Nodus limfa yang teridentifikasi dapat
mempertahankan bahan kontras sampai 1 tahun setelah penyuntikan, dan setiap perubahan
ukuran akibat radiasi atau kemoterapi dapat diukur dan digunakan sebagai kriteria untuk
menentukan efek terapi.

Limfoskintigrafi merupakan alternatif limfangiografi yang terpercaya. Koloiid berlabel


radioaktif disuntikkan secara subkutan pada rongga interdigital kedua. Ekstremitas kemudian
digerak-gerakkan untuk memperlancar aliran media dalam sistem limfatik. Kemudian diambil
pencitraan secara berseri dengan jangka waktu yang telah diatur. Tidak ada efek samping yang
dilaporkan.
G. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri, biasanya diberikan
antibiotik per-oral (melalui mulut) atauintravena (melalui pembuluh darah). Untuk membantu
mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa dikompres hangat. Biasanya jika
infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa sakit akan hilang. Kadangkadang kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak lagi terasa lunak pada perabaan.
b. Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah terjadinya berbagai infeksi.
I. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Gejala pada Limfadenitis secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfadenitis. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfadenitis. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan
sejenis
virus
atau
mungkin
tuberculosis
limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfadenitis antara lain :
1. Data subjektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38C
b. Sering keringat malam.
c. Cepat merasa lelah
d. Badan Lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau
pangkal paha.
b. Wajah pucat
3. Kebutuhan dasar
a. Aktivitas/istirahat

Gejala :
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan
b. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu
dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
Gejala :

Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga


Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi
radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda :

Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif


d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus
limfa retroperitoneal)
Tanda :
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)

e.

Makanan/cairan
Gejala :
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat
badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

Tanda :
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi
venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal)
f. Neurosensori
Gejala :
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada
brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.

Tanda :
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal.

diskus

pada

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri
dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala :
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda :
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif

Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman


penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
i. Keamanan
Gejala :
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi virus
herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus EpsteinBarr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena,
lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
j. Seksualitas
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien
Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
B.
a.
1.
2.
3.
4.

Diagnosa Teori
Diagnosa keperawatan
Nyeri b.d agen cedera biologi
Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan
nafas.

Anda mungkin juga menyukai