ASRI PURWANTI
7211414112
AKUNTANSI A 2014
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
observasi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Negeri Semarang
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Univeristas Negeri Semarang.
Asri Purwanti
7211414112
Nama
: Asri Purwanti
NIM
: 7211414112
Tanda Tangan
Tanggal
: 19 Mei 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karna atas limpahan kasih sayang dan
karuniaNya, laporan akhir hasil penelitian karya tulis ilmiah ini dapat selesai.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Natal Kristiono S.Pd., M.H. selaku dosen pembimbing.
Kepada kedua orang tua dan kakak saya yang selalu memberi dukungan, serta
sahabat terbaik saya.
Penulis menyadari bahwa naskah karya tulis ini jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
penelitian ini berguna bagi masyarakat serta memberi sumbangan berarti bagi
perkembangan
ilmu
kewarganegaraan.
Semoga
Allah
SWT
senantiasa
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME..................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii
ABSTRAK.....................................................................................................ix
BAB
I PENDAHULUAN.......................................................................1
Latar Belakang.............................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................5
Tujuan Penelitian.........................................................................6
Kontribusi Penelitian...................................................................6
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Tersangka Narkoba Berdasarkan Jenis, 2007-2012.........4
Tabel 3.1. Cutting Points dan Kriteria Ketergantungan................................12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengaruh Teknologi dengan Sindikat Pengedar Narkoba............30
Gambar 2. Kamuflase Narkoba dalam Barang..............................................31
Gambar 3. Skematis Perilaku Menyimpang..................................................32
Gambar 4. Pemanfaatan Teknologi dalam Supply Reduction.......................35
ABSTRAK
Asri Purwanti (7211414112)
Masyarakat yang semakin maju berusaha melakukan pembaharuan di segala
bidang termasuk teknologi dalam upaya mempermudah kehidupan. Kemajuan
teknologi membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia.
Masuknya budaya barat yang cenderung liberal ke Indonesia menjadi salah satu
dampak negatifnya. Budaya hidup mewah, dunia malam, dan narkoba semakin
menjadi hal yang tidak tabu lagi di kalangan masyarakat. Teknologi yang semakin
canggih juga mempermudah upaya sindikat dalam mengedarkan narkoba. Kurir,
imigran gelap, dan kamuflase narkoba dalam barang semakin banyak dijadikan
modus operandi. Oleh karena itu perlu adanya upaya bersama antara para
stakeholders dalam mencegah dan menangani penyalahgunaan narkoba.
Pemerintah juga harus memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam upaya
pendeteksian dan pemberantasan peredaran narkoba. Penelitian yang dilakukan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk
mendiskripsikan pola penyebaran penyalahgunaan narkoba di Kota Semarang
kaitannya dengan perkembangan teknologi. Subjek yang kami teliti adalah aparat
dari BNNP Jawa Tengah dan Kapolrestabes Semarang. Data terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer penulis dapat dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumenter. Data sekunder penulis dapat dari buku kajian yang
berkaitan dengan teknologi dan narkoba, skripsi terdahulu, jurnal, dan website
dari instansi terkait. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif
antara perkembangan teknologi dengan penyebaran narkoba. Setiap ada teknologi
baru yang muncul, maka dapat dimanfaatkan oleh sindikat untuk mengedarkan
atau sebagai tempat kamuflase dari narkoba tersebut. Pemerintah dapat
memanfaatkan teknologi dalam upaya demand reduction dan supply reduction.
Peredaran narkoba dapat diatasi apabila ada peran yang sinergis antara masyarakat
dan pemerintah. Masyarakat dalam hal ini juga mencakup peran keluarga dan
sekolah. Sehingga perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan dengan optimal
dengan mengurangi penggunaannya dalam pererdaran barang haram ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masyarakat
lambat
laun
berkembang
mengikuti
arus
globalisasi,
yang
menggunakannya.
modern
menuntut
adanya
Masyarakat harus
kesiapan
masyarakat
untuk
10
11
12
mencapai 1,84 persen, tahun 2011 naik 1,89 persen dan diproyeksi tahun 2019
prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai 2,02 persen6. Dengan angka
tersebut, Jawa Tengah menempati peringkat 16 untuk penyalahgunaan narkoba di
seluruh Indonesia. Jawa Tengah masih menjadi tempat transit dan pasar narkoba
terbesar, khususnya di Solo.
Pola pengedaran narkoba di Semarang melalui berbagai jalur. Jalur yang
sering digunakan adalah laut, yakni melalui pelabuhan dan pelabuhan tikus.
Melalui
perantara
kurir
yang
diorganisasikan
dengan
sangat
rapi.
JENIS
NARKOBA
1
Ganja
2
Heroin
3
Hashish
4
Kokain
5
Kodein
6
Morfin
7
Ekstasi
8
Shabu (Meth)
9
Daftar G
10
Benxodiazepine
11
Barbiturate
12
Ketamine
13
Miras
Jumlah
2007
2008
TERSANGKA
2009
2010
JUMLAH
2011
256
6
299
12
331
19
359
10
257
13
23
240
78
17
285
47
7
462
36
6
492
20
597
49
295
898
252
912
399
1.254
438
1.325
822
1.738
1.502
60
0
0
0
0
53
2.076
230
0
0
0
2.206
6.127
13
Rumusan Masalah
14
pengaruh
perkembangan
teknologi
terhadap
teknologi
penyebaran
agar
tidak
Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penulisan karya
Kontribusi Penelitian
Apabila tujuan sebagaimana dirumuskan di atas tercapai, maka diharapkan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Narkoba dan Napza
1. Pengertian Narkoba
Pada awalnya narkoba hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan
dan disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkoba
pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut
sebagai madat atau opium7. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman,
narkoba digunakan untuk hal-hal negatif. Di dunia kedokteran narkoba banyak
digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba, yang
dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Narkoba berasal dari bahasa Yunani, narke yang berarti terbius sehingga
tidak merasakan apa-apa. Secara umum yang dimaksud dengan narkoba
adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa atau
nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungnya akan zat
tersebut secara terus menerus8.
Definisi lain dari Biro Bea Cukai Amerika Serikat dalam bukunya
Narcotic Identification Manual(1973) mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan narkoba adalah candu, ganja, kokain, zat-zat yang bahan mentahnya
diambil dari benda-benda tersebut yakni morfin, heroin, kodein, hasnish,
kokain, dan termasuk juga narkoba sintetik yang menghasilkan zat-zat, obatobatan yang tergolong dalam Halusinogen, Depresan dan Stimulan9.
16
Istilah yang sebenarnya lebih tepat digunakan untuk kelompok zat yang
dapat mempengaruhi sistem kerja otak ini adalah Napza (Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif) karena istilah ini lebih mengacu pada istilah
yang digunakan dalam Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika. Jadi
narkotika atau lebih tepatnya Napza adalah obat, bahan dan zat yang bukan
termasuk jenis makanan. Oleh sebab itu jika kelompok zat ini dikonsumsi oleh
manusia baik dengan cara dihirup, dihisap, ditelan, atau disuntikkan maka ia
akan mempengaruhi susunan saraf pusat (otak) dan akan menyebabkan
ketergantungan. Akibatnya, sistem kerja otak dan fungsi vital organ tubuh lain
seperti jantung, pernafasan, peredaran darah dan lain-lain akan berubah
meningkat pada saat mengonsumsi dan akan menurun pada saat tidak
(menjadi tidak teratur)10.
2. Jenis-jenis Narkoba
Berdasarkan cara pembuatannya narkotika dibedakan kedalam tiga
golongan, yaitu narkotika alami, semisintesis, dan sintesis.
a. Narkotika Alami
Narkotika alami merupakan narkotika yang zat aditifnya diambil dari
tumbuh-tumbuhan, contohnya: Ganja merupakan tanaman perdu
dengan daun menyerupai singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu
halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5, 7, dan 9. Cara
penyalalahgunaan ganja ini adalah dengan dikeringkan dan dicampur
dengan tembakau rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar dan dihisap.
b. Narkotika Semisintesis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga
bisa dimanfaatkan untuk kepentingan dunia kedokteran. Contonya zat
atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain
sebagainya seperti heroin, morfin, kodein dan lain-lain.
9 RS. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana
untuk Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar
Maju , Bandung, 2003, hal 34.
10 Lydia Harlina Martono,.Op.Cit. Hal. 5
17
c. Narkotika Sintesis
Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintetis,
digunakan untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang
rasa sakit. Contohnya yaitu amfetamin. Narkotika sintetis dapat
menimbulkan dampak sebagai berikut :
1) Membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri (depresan)
2) Membuat pemakai bersemangat dalam beraktifitas (stimulan)
3) Membuat pemakai menjadi berhalusinasi sehingga mempengaruhi
perasaan serta pikirannya (halusinogen).
Penggolongan narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dibagi atas 3 golongan, yaitu11:
a. Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika Golongan III
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku12.
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
11 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
12 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1997
18
19
Penggunaan pada situasi tertentu seperti pada saat kesepian dan stres,
sehingga pemakaian narkoba ditujukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Pada tahap ini pengguna akan berusaha untuk mengkonsumsi
secara aktif. Pengguna Napza sudah termasuk ke dalam tahapan yang
lebih tinggi dari tahap sosial, merupakan satu tahap sebelum
ketergantungan.
d. Pola habituasi (kebiasaan)
Pemakaian akan sering dilakukan dan umumnya pada tahapan inilah
terjadinya proses ketergantungan.
e. Ketergantungan
Tahap akhir penyalahgunaan, seseorang merasa sudah tidak dapat
hidup tanpa Napza. Gejala khas yang dialami berupa timbulnya
toleransi gejala putus zat dan pengguna akan selalu berusaha untuk
memperoleh narkoba dengan berbagai cara seperti berbohong, menipu
dan mencuri. Pengguna tidak lagi mampu mengendalikan dirinya
sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya.
Tabel di bawah ini menunjukkan tingkat ketergantungan narkoba.
20
Experimen
Occasion
Casual
Moderate
Regular
Heavy
Habitual,
tal
1-2 kali
al
3-9 kali
1-20 kali
use
10-29 kali
Minimal
users
21-199
cronic
> 200
(Mizner,
(Mizner)
(Stanton)
(Mizner)
1 kali
kali
kali
per
(Stanto
(Stanton)
minggu
n)
1973)
(Johnso
n)
1-2 kali
3-59 kali
Satu atau
>30 kali
3 kali
(Josephson,
(Josephso
lebih dari 1
(Mizner)
seminggu
1973)
n, 1973)
bulan
dalam 3
(Johnson)
tahun
atau lebih
atau
pakai tiap
hari
selama 2
tahun
(Hochma
n $ Brill,
1973)
1-9 kali
10-59 kali
>60 kali
(Josephson,
(Josephso
(Joseph
1972)
< 1 kali
n, 1972)
10 kali
o)
3 kali
dlm 1
satu
per
bulan
tahun
minggu
(Johnson)
terakhir
atau >
(Hochma
1 bln
n& Brill,
pakai
1973)
min 1
(Robins)
kali/
bulan
(Johnson)
21
22
23
Perkembangan Teknologi
1. Pengertian Teknologi
Technology is neither good nor bad, nor even neutral. Technology is one
part of the complex of relationships that people form with each other and the
world around them; it simply cannot be understood outside of that concept.
(Samuel Collins)
Kata teknologi muncul dari penggabungan dua kata yang berasal dari
bahasa latin, yakni techne yang berarti seni, kemampuan, keahlian, atau cara,
perilaku dalam mencapai sesuatu, dan logos yang berarti suatu studi
mengenai hal yang bersangkutan atau sebuah pengucapan akan suatu hal.
Berdasarkan dua kata tersebut, teknologi bisa diartikan secara luas sebagai
diskursus mengenai pencapaian suatu hal. Kata techne telah dipakai oleh
Plato dan Aristoteles dalam pemikiran mereka. Dalam pembukaan buku
Nicomachean Ethics, Aristoteles (384-322 SM) menuliskan ever techne and
every praxis, and similarly every praxis and every pursuit, is believed to aim
at some good.. Pengertian techne yang luas ini membawa pemahaman
mengenai peranan pentingnya dalam kehidupan.
24
disiplin yang berkaitan dengan bentuk dari poiesis. Contohnya, obat adalah
techne yang bertujuan menyembuhkan orang sakit. Techne sebagai inheren
memiliki tujuan dan arti dari artefak yang dihasilkan melalui prosesnya. Dari
kecenderungan ini bisa diperhatikan bahwa bagi masyarakat Yunani ini,
techne mengindikasikan cara yang benar alam proses sesuatu dengan sudut
pandang yang objektif.
Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, membuat teknologi itu
sendiri sulit didefinisikan. Definisi teknologi yang terlalu sempit bisa dilihat
dari kencenderungan definisi kontemporer yang menganggap teknologi
adalah komputer, ponsel, robot, dan benda-benda canggih lainnya. Sementara
itu, definisi teknologi yang terlalu luas dapat dirujuk pada pemikiran dari B.
F. Skinner, beliau berargumentasi bahwa perilaku manusia ada yang dapat
dikategorikan sebagai teknologi ketika perilaku tersebut dibentuk sedemikian
rupa oleh pengaruh teknologi17.
2. Penyalahgunaan Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi membawa dampak positif dan negatif. Implikasi
dari pertumbuhan teknologi informasi membawa masyarakat kepada pola
perilaku yang semakin terbuka. Masyarakat tidak lagi hanya menerima akses
informasi dari media massa yang perlu menunggu waktu sehari atau satu jam.
Dengan kehadiran teknologi ini, informasi yang diinginkan bisa didapatkan
dalam hitungan menit atau detik, yakni melalui media internet.
Dibalik kemudahan dan kenyamanan penggunaan internet itu ternyata
tidak selamanya demikian karena dalam cyberspace juga terdapat sisi gelap
yang perlu kita perhatikan. Disana ada ancaman yang sangat merisaukan,
yakni sisi keamanannya. Pengamanan sistem informasi berbasis internet perlu
diperhatikan, karena jaringan internet yang bersifat publik dan global sangat
rentan dari berbagai bentuk kejahatan. Ancaman timbul manakala seseorang
mempunyai keinginan memperoleh akses ilegal ke dalam jaringan komputer,
merusak jaringan, mengubah suatu tampilan dengan tampilan lain yang
17 Buku Beyond Freedom and Dignity (1971).
25
26
28
Sekali
Communication
lagi
perkembangan
Technology
berperan
kemajuan
disini.
ICT
Information
Kemajuan
ICT sangat
29
BAB III
METODE PENULISAN
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah masalah pengaruh
perkembangan teknologi terhadap penyebaran narkoba di Kota Semarang. Oleh
karena itu pendekatan yang digunakan terhadap masalah ini tidak dapat terlepas
dari pendekatan yang berorientasi pada pola penyebaran narkoba yang berkaitan
dengan teknologi secara internasional (Transnastional Drugs Traffiking) dan
persepsi masyarakat Semarang terhadap adanya narkoba.
3.1.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif
Subjek Penelitian
Karakteristik subjek yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala
BNNP Jawa Tengah atau aparat yang khususnya bertugas di Kota Semarang, dan
Kepala Kapolrestabes Semarang atau yang mewakilinya. Jumlah subjek dalam
penelitian ini adalah satu orang.
3.3.
30
kedekatan
dan
pengalaman
subjek
terhadap
kasus
penyalahgunaan narkoba. Pedoman wawancara berisi pertanyaanpertanyaan mendasar yang dijadikan sebagai pedoman saat melakukan
wawancara dan dikembangkan saat itu. Pedoman wawancara yang telah
peneliti susun dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang lebih ahli
yaitu mahasiswa yang sudah mendapat mata kuliah metodologi penelitian.
Setelah mendapat koreksi dan masukan, peneliti membuat perbaikan
terhadap pedoman wawancara dan bersiap melakukan wawancara.
2. Sistematika Penelitian
Wawancara dilakukan dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi
untuk melakukan wawancara dengan instansi terkait. Subjek informan
yang berpartisipasi dalam penelitian ini menandatangani informed
consent. Wawancara dilakukan dengan mendalam dan didukung data yang
terkait. Peneliti mengajukan pertanyaan tertulis maupun observasi yang
lebih luas dari pertanyaan tersebut.
3.4.
yang dipublikasikan
secara luas,
media
publikasi
yang
31
koran, majalah, serta dari internet terutama untuk jurnal on-line yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data,
yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberkan
jawaban atas pertanyaan itu22. Teknik ini digunkan untuk mengetahui pola
penyebaran narkoba yang terjadi di Kota Semarang.
Menurut patton (dalam Poerwandari, 1998) pedoman wawancara
dapat digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek apa yang
harus dibahas, dan menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek
relevan tersebut sudah ditanyakan.
2. Observasi (Pengamatan)
Teknik observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau
tersamar. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan
menyatakan terus terang kepada sumber databahwa ia sedang melakukan
suatu penelitian23. Teknik ini digunakan untuk mengatahui pola kehidupan
masyarakat modern Semarang dalam menerapkan teknologi yang
mendorong percepatan penyalahgunaan narkoba.
3. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam hal ini adalah segala dokumen yang
berhubungan
dengan
kelembagaan
dan
administrasi,
data
kasus
32
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain.24
Metode analisis data dala penelitian ini mengikuti konsep yang diberika Miles
and Huberman. Miles and Huberman mengungkapkan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terusmenerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Komponen dalam
analisis data25
1. Tahap Reduksi
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian Data (Display)
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Menurut Miles and Huberman (1984) yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data maka memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut.
3. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga
setelah diteliti menjadi jelas.
3.6.
Etika Penelitian
1. Persetujuan dari Fakultas Ekonomi telah diterima sebelum dilakukan
penelitian ke BNNP Jawa Tengah dan Polres Semarang Barat.
33
dengan
menandatangani
informed
consent
dengan
34
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
perhatian
khusus
dalam
penanggulangannya.
Pesatnya
gelap
narkoba
menyebabkan
permasalahan
seperti
36
37
dideteksi.
Sindikat
di
kota
Semarang
khusunya
38
Lowong
an
Pekerja
an
Kerja
Gaji
Besar
Menika
h
T
E
K
N
O
L
O
G
I
Fotokopi
Resep Dokter
Kamuflase
dalam Barang
dipengaruhi
oleh
Heroin
Kokain
Shabu
Patung
Budha
Shower
Patung Fiber
Lapisan Tas
Buah
Kelapa
Penggulung
Kain
Buku Tebal
Alat
Gantole
Batu Nisan
Hak Sepatu
Papan
Selancar
Dompet
Dalam
Rambut
Mayat Bayi
Sajadah
3. Pengaruh
Kebudayaan
Barat
Penyalahgunaan Narkoba
40
(Pop)
dalam
Penyebaran
IT &
Kebudayaan
Barat
Budaya
Indonesi
a
Keluarga
Narkotik
a
Remaja
Masyarakat
SKH/Kampus
Perilaku Menyimpang
Gambar 3. Skematis Perilaku Menyimpang yang Berakibat pada
Penyalahgunaan Narkoba
Gambar di atas menunjukkan bahwa pengaruh teknologi sangat besar
kaitannya dalam mempengaruhi kebudayaan Indonesia. Teknologi sebagai
pendorong masuknya kebudayaan barat ke Indonesia yang secara tidak
langsung mengandung kebudayaan penggunaan narkoba. Penggunaan
41
Penanggulangan
Perkembangan
Teknologi
Agar
Tidak
42
43
Msyarakat
Bijak
Mengguna
kan
Pemerinta
h
Pemetaan
Jaringan
dengan
Teknologi
Pemetaan
Data
dengan
Teknologi
Intelijen
Taktis
Data
Pengguna
Signal
Intelijen
Data
Pelaku
Database
Tmpat
Hiburan
Open
Informatio
Kejadian
Terungkap
Controll
ed
Delivery
Mempelaja
ri Modus
Pelaku
Menrapkan
Modus
Penangkap
an Sama
44
ini dapat memanfaatkan teknologi dalam tiga hal utama yaitu, pemetaan jaringan,
pemetaan data, dan controlled delivery. Setiap kali pengedar mengganti
modusnya, pemerintah juga dapat mengikuti perkembangan modus itu dan segera
melacaknya, karena sudah ada intelijen dan data pendukung yang mempermudah
ruang gerak pemerintah.
45
BAB V
PENUTUP
.1 Kesimpulan
1. Peredaran gelap narkoba sebagai kejahatan transnasional yang melibatkan
hampir semua negara di dunia. Perkembangan teknologi menjadi salah
satu pendorong maraknya peredaran narkoba, sebagai contoh utamanya
adalah mudahnya imigran gelap masuk ke suatu negara dengan membawa
narkoba.
2. Perkembangan teknologi dan peredaran gelap narkoba memiliki arus
hubungan yang positif, artinya setiap ada tambahan teknologi baru pasti
akan memunculkan modus baru dalam penyebaran narkoba.
3. Pola penyebaran narkoba di Kota Semarang semakin beragam dengan
modus operandi yang canggih. Modus operandi yang sering diggunakan di
wilayah Semarang adalah modus imigran, kurir, memfotokopi resep
dokter, dan kamuflse dalam barang
4. Sebagian besar barang dan makanan yang digunakan oleh masyarakat
sehari-hari dapat menjadi objek kamuflase narkoba.
5. Kebudayaan barat (pop) yang masuk ke Indonesia bersamaan dengan
masuknya teknologi menjadi salah satu faktor pendorong kebiasaan
masyarakat untuk mulai menggunakan narkoba dan hidup dalam dunia
malam.
6. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu demand reduction dan supply reduction.
7. Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat memanfaatkan perkembangan
teknologi, setiap ada modus baru dari pengedar maka aparat bekerjasama
dengan masyarakat dapat menggunakan modus penangkapan yang lebih
canggih.
5.2. Saran
1.
2.
3.
4.
46
A. Buku
Adi, Kusno. 2009. Diversi Sebagai Upaya Alternative Penanggulangan Tindak
Pidana Narkotika Oleh Anak. Malang: Umm Press.
Ahmadi, Sofyan. 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Atmasasmita, Romli. 2000. Pengantar hukum pidana internasional. Bandung:
Eresco.
Hawari, Dadang. 1991. Penyalahgunaan Narkotika & Zat Adiktif. Perpustakaan
Universitas Indonesia
Hamzah, Andi. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Hastaning, Sakti Hastaning. 2000. Menyelami Permasalahan Remaja dan
Mencari Solusinya dalam Pemuda Peduli Narkoba. Jakarta: Komite
Nasional Pemuda Indonesia.
Martono, Lydia Hartono. 2006. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan
Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Moeleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sarwono, Jonathan. 2011. Mixed Methods. Elex Media Computindo.
Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk
Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba. Bandung:
Mandar Maju.
Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Sujatno, Adi. 2008. Pencerahan di Balik penjara Dari Sangkar Menuju Sanggar
untuk Menjadi Manusia Mandiri. Jakarta: Penerbit Teraju.
Supramono, Gatot. 2004. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Tyler, Cowen. 2002. Creative destruction : How Globalization is Changing the
Worlds Cultures. New Jersey: Princeton University Press.
Yulia, Rena. 2013. Viktimologi. Yogyakarta: Graha ilmu.
B. Perundang Undangan
47
D. Website
Cahya, Cun. 2015. Jawa Tengah Peringkat 16 Penyalahgunaan Narkoba.
http://berita.suaramerdeka.com. (diakses pada 01/05/15 pukul 9.45).
http://www.cnnindonesia.com (diakses pada 03/05/15 pukul 9.45).
http://www.beacukai.go.id (diakses pada 03/05/15 pukul 11.19).
Lismawati, Ita. 2013. Dunia Gelap Seorang Bandit Narkoba, Freddy Budiman.
http://m.news.viva.co.id. (diakses pada 02/05/15 pukul 14.42)
48
49
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Wawancara
DAFTAR WAWANCARA
Narasumber
Instansi
Waktu
: Akp. Achmad
: Kapolrestabes Semarang
: 4 Mei 2015
Daftar Pertanyaan
Umum:
1. Jenis narkoba apa yang banyak beredar di Kota Semarang?
2. Apakah Semarang juga termasuk salah satu jalur transit atau pemasaran
transnational drugstore?
3. Siapakah yang menjadi sasaran utama pengedaran narkoba?
Modus Pengedaran Narkoba:
1. Jalur apa yang sering digunakan untuk memasukkan narkoba ke
Semarang?
2. Sindikat pengedaran narkoba berupa apa saja yang sering dijadikan
perantara pengedaran narkoba?
3. Berapa kisaran usia para pengedar narkoba tersebut?
4. Adakah pengedar yang berjenis kelamin perempuan?
5. Bagaimana cara perekrutan kurir terutama yang berjenis kelamin
perempuan?
6. Modus apa yang digunakan oleh kurir perempuan?
7. Modus pada umumnya yang sedang marak digunakan di Kota Semarang?
8. Bagaimana menurut Anda dengan modus kamuflase narkoba dalam barang
yang marak akhir akhir ini?
9. Bagaimana tanggapan Anda mengenai modus terbaru, yaitu narkoba yang
dimasukkan dalam brownies dan dijual secara online?
Kaitan Narkoba dengan Perkembangan Teknologi:
1. Adakah kaitan antara perkembangan teknologi dengan peredaran narkoba?
2. Bagaimana hubungan antara teknologi dengan narkoba?
3. Bagaimana tanggapan Anda dengan keadaan saat ini, bahwa remaja sangat
akrab dengan teknologi yang kemungkinan besar membawa mereka ke
pergaulan bebas?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah kota Semarang dalam
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk memutus rantai peredaran
narkoba di Semarang?
Upaya yang harus dilakukan Stakeholders:
50
51
52
53