PENDAHULUAN
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional. Komponen
emosional itu sendiri berbeda beda pada masing masing orang serta pada orang
yang sama berbeda pula dari waktu ke waktu. Nyeri itu sendiri menurut The
International Association for Study of Pain (IASP) didefinisikan sebagai bentuk
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan
atau suatu keadaan yang menunjukan kerusakan jaringan. [1] Nyeri adalah salah
satu alasan paling umum bagi pasien untuk mencari bantuan medis dan
merupakan salah satu keluhan yang paling umum di Amerika Serikat. 9 dari 10
orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih, menderita nyeri minima sekali sebulan
dan 42% diantaranya merasakannya setiap hari. Akibatnya dokter dan praktisi lain
membutuhkan pendidikan untuk membantu dalam mengembangkan kemampuan
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan mengelola pasien dengan nyeri.[2]
Nyeri itu sendiri dapat dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
didefinisikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan
pengalaman emosional menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata,
sedangkan pada nyeri kronis didapatkan perasaan yang sama tanpa disertai dengan
kerusakan jaringan. Nyeri disamping menimbulkan penderitaan, juga berfungsi
sebagai proteksi, defensif dan penunjang diagnostik.[3] Nyeri akut apabila tidak
ditangani dapat menjadi nyeri kronis, sehingga pemahaman mengenai mekanisme
dan fisiologi nyeri sangatlah penting untuk menanggulangi nyeri yang diderita
oleh pasien. [1,2]
Penatalaksanaan nyeri itu sendiri baik nyeri akut maupun kronis tidaklah sama
satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan terhadap
penggunaan opiod serta faktor faktor psikososial lainnya. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk kontrol cepat terhadap nyeri adalah dengan
menggunakan Patient-Controlled Analgesia (PCA).[2] Teknologi PCA telah
digunakan sejak tahun 1970an. Pompa PCA memungkin pasien untuk memiliki
satu set dosis yang tersedia sesuai kebutuhan dalam menangani nyeri sesegera
mungkin.[4]
Hasil dari suatu studi meta-analisis menunjukan bahwa PCA memberikan hasil
yang lebih baik dalam penanganan nyeri dibandingkan dengan metode
konvensional. Intensitas nyeri pasien dengan menggunakan skala VAS (Visual
Analog Scale) lebih rendah pada pasien yang mendapat terapi PCA.[5]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
kadar
MEAC.
MEAC
(Minimum
Effective
Analgesic
Selain dari pada itu kurangnya pengehtahuan dokter akan alergi obat,
jalur pemberian, dan bahaya konsentrasi obat dan penilaian terhadap
nyeri pada pasien
akan
alergi
akan
morphine,
obat
sekunder
seperti
-agonist
Agonist-antagonist
Partial
Morfin
Butorphanol
agonist
Buprenorphin
Fentanil
Nalbuphine
Hydromorfin
Pentazocine
Dezocine
Meperidine
Sufentanil
Alfentanil
Remifentanil
-agonist merupakan andalan dalam penatalaksanaan nyeri akut
karena memberikan ikatan penuh pada -reseptor dan tidak ada
batas maksimal analgesia (titrasi opioid lebih lanjut akan
memberikan efek pengurangan rasa nyeri yang lebih baik). Namun,
terdapat "batas maksimal klinis" yang menimbulkan efek samping
seperti sedasi, depresi pernapasan, dan sering membatasi
penambahan dosis sebelum mencapai analgesia yang adekuat.
agonis sama-sama efektif pada dosis equianalgesic (misalnya, 10
mg morfin = 2 mg hidromorfon = 100 mg meperidin). Semua
agonis mengurangi aktivitas mendorong dan koordinasi usus,
yang berkontribusi terhadap munculnya ileus pasca operasi. [2,6]
Opioid agonis-antagonis mengaktivasi reseptor dan antagonis
terhadap reseptor . Meskipun mereka dipasarkan dengan memiliki
efek batas maksimal terhadap depresi pernafasan, sehingga
memberikan margin keselamatan yang lebih besar, efek ini muncul
hanya pada dosis sangat besar jika dibandingkan secara relatif
terhadap agonis . Yang terpenting, agonis-antagonis memiliki
batas maksimal efek analgetik, sehingga golongan ini kurang
memberikan sifat analgesia jika dibandingkan dengangolongan
agonis .[2,6]
(M6G
Morfin
tereliminasi
terutama
oleh
salah satu alternatif yang sangat baik untuk pasien dengan morfin
intoleran dan cocok untuk pasien dengan gagal ginjal karena
eliminasinya tidak bergantung pada ekskresi ginja.[2,6]
Meperidin merupakan opioid agonis kedua yang paling sering
diresepkan untuk PCA-IV, akan tetapi penggunaannya secara rutin
sebagai PCA-IV sangat tidak dianjurkan karena memiliki metabolit
yang bersifat neurotoksik serta diekskresikan di ginjal. Sehingga
meperidine dikontraindikasikan untuk PCA IV pada pasien
dengan disfungsi ginjal, gangguan kejang dan yang sedang
mendapat pengobatan monoamine oksidase inhibitor karena
berpotensi untuk menyebabkan sindrom hiperpireksia maligna yang
mematikan. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan meperidin
adalah 10 mg/kg meperidine per hari sebagai dosis yang aman
untuk PCA IV dan tidak digunakan lebih dari 3 hari. Meperidine
memiliki potensi 1/10 morfin dan demand dose 10 mg setara
dengan 1 mg morfin.[2,6]
2.5
PCA Epidural
Patient Controlled Epidural Analgesia (PCEA) merupakan sebuah metode
yang efektif dalam mengontrol nyeri dengan pemberian obat analgesik
kuat dan anestesi lokal melalui sebuah kateter yang dimasukan ke ruang
epidural yang dihubungkan dengan sebuah pompa yang akan mengirimkan
dosis kecil obat tersebut langsung menuju saraf spinal. Dikarenakan dosis
obat yang rendah untuk terbebas dari rasa nyeri, efek samping seperti
mual, sedasi, dan depresi nafas dapat diminimalkan. Penggunaan metode
ini biasanya pada prosedur obstetrik dan nyeri pasca operasi tubuh bagian
bawah. Dan juga digunakan untuk penatalaksanaan nyeri pada pasien
kanker stadium lanjut atau nyeri kronik non-kanker.
Administrasi obat secara epidural didistribusikan melalui tiga jalur utama,
antara lain melalui proses difusi melalui dura menuju cairan likuor
serebrospinalis, kemudian menuju ke medulla spinalis atau akar saraf.
10
11
12
13
Kateter
harus
difiksasi
untuk
meminimalisir
Dikarenakan
resiko
infeksi
nosokomial
perlu
Lokasi kateter
cedera
Thorak
T6-T8
T7-T10
T9-L1
L1-L4
bawah
14
15
16
17
18
baik atau mempunyai kesulitan dalam belajar. Dan juga pasien dengan
pengetahuan yang kurang tentang PCA. Beberapa kondisi pasien harus
diberikan perhatian lebih dalam monitoring penggunaan PCA seperti
mempunyai riwayat penyakit obstruktif saluran nafas, gangguan cairan
elektrolit, ketergantungan opioid dan mempunyai riwayat timbulnya
efek samping dari pemakaian opioid sebelumnya. Pasien pediatri (<5
tahun) atau anak anak yang memiliki fungsi kognitif yang tidak baik,
diperhitungkan untuk tidak \ yang berubah posisi, disfungsi dan
diskoneksi dari mesin.[10]
2.6.3
pengoperasian
alat
PCA
sendiri
oleh
pasien.
19
dilakukan.
Penilaian
nyeri
dilakukan
dengan
20
21
irama
hypercapnia.
apakah
Sehingg
pasien
praktisi
memerlukan
kesehatan
terapi
dapat
oksigen
supplemental.[10]
Penilaian status respirasi harus dibarengi juga dengan penilaian
sedasi dan penilaian nyeri. Penilaian status respirasi dari pasien
sangatlah penting. Masalah masalah yang timbul pada pernafasan
diharapkan dapat segera ditemukan dan segera ditangani. Sehingga
kualitas dari kesembuhan pasien dapat lebih ditingkatkan.[10]
BAB III
KESIMPULAN
23
untuk mencari bantuan medis. Nyeri dapat dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri
kronis. Pemahaman mengenai mekanisme dan fisiologi nyeri sangatlah penting
untuk menanggulangi nyeri yang diderita oleh pasien. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk kontrol cepat terhadap nyeri adalah dengan menggunakan
Patient-Controlled Analgesia (PCA). PCA secara umum diasumsikan sebagai
pemberian opiod secara on-demand, intermiten, IV dibawah kendali pasien
(dengan atau tanpa bantuan infus kontinyu). Metode administrasi PCA yang
paling umum digunakana adalah demand dose dan infus kontinyu dengan demand
dose.
PCA itu sendiri memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan serta dalam
penggunaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu mulai dari proses
pemilihan pasien hingga proses administrasi obat. PCA itu sendiri jalur
pemberiannya bisa melalui intravena yang dikenal dengan PCA-IV atau melalui
epidural yang dikenal dengan istilah PCEA. Dalam penerapannya PCA itu sendiri
memiliki beberapa indikasi dan kontraindikasi serta ada hal hal yang perlu
diperhatikan dan dimonitoring.
DAFTAR PUSTAKA
24
25