Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh RTPKPK
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh RTPKPK
A.
LATAR BELAKANG
Permukiman kumuh, baik kumuh perkotaan maupun kumuh kumuh merupakan permasalahan
krusial bagi fungsi kota atau wilayah karena menjadi hambatan bagi efektivitas perekonomian dan
aktivitas habitatnya. Pada dasarnya upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh telah
berlangsung sejak lama, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Beberapa upya peningkatan
kualitas lingkungan melalui peningkatan infrastruktur permukiman adalah Program Kampung
Improvement Program (KIP), KIP Komprehensif, Program Penanganan Lingkungan Permukiman
Kumuh (P2LPK), Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), Program Peningkatan
Kualitas Lingkungan (PKL), Program Penanganan Kawasan Kumuh melalui Urban Renuawal.
Pemberdayaan yang melibatkan masyarakat mulai dari tahap identifikasi hingga implementasi
dimaksudkan memberikan peluang untuk mandiri dan bermitra dengan pelaku pembangunan lainnya.
Pergeseran pendekatan untuk masyarakat kepada membangun bersama masyarakat secara
perlahan mulai diterapkan dalam berbagai program penanganan permukiman kumuh yang ada.
Keterlibatan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam program-program diatas adalah
upaya untuk menyelesaikan permasalahan secara terintegrasi. Strategi dan skenario pengembangan
kawasan kumuh perlu diarahkan sesuai dengan strategi pengembangan kota/wilayah. Dibidang
prasarana dan sarana perumahan dan permukiman ditekankan pada kawasan kumuh perkotaan dan
kawasan permukiman kumuh dan atau kawasan permukiman baru (wilayah pengembangan).
Permukiman kumuh ini pada umumnya memiliki kompleksitas permasalahan yang sangat berat
baik dari aspek fisik maupun aspek non fisik, sehingga telah menimbulkan suatu image bahwa
kawasan permukiman kumuh identik dengan sebuah kawasan permukiman kumuh dan kotor. Hal ini
dapat dilihat dari permasalahan yang dihadapi di kawasan tersebut yiatu sebagai berikut :
1. Permasalahan fisik : rendahnya aksesibilitas terhadap kepemilikan lahan dan hunian. 40% dari
kumuh menempati lahan illegal atau mengadakan penimbunan dengan sengaja pada daerah
perairan tertentu di pesisir atau daerah badan sungai. Rendahnya kualitas lingkungan terlihat dari
kekumuhan bangunan dan lingkungan. Kekumuhan lingkungan fisik kawasan permukiman kumuh
dapat dihubungkan dengan jenis pekerjaan. Kawasan yang buruk menyebabkan kualitas
lingkungan tidak menunjukkan lingkungan yang sehat dan kering. Sifat air yang mengalir
menyebabkan pada penghuni memanfaatkannya sebagai saran pembuangan air kotor dan
sampah.
2. Permasalahan Non Fisik : Kawasan hunian kumuh seringkali diidentikkan dengan kemiskinan dan
kekumuhan. Status tinggal kumuh sifatnya mobile atau mereka selalu berpindah dari satu tempat
ke tempat lain dengan tanpa memiliki identitas yang formal. Sebagian besar dari penghuni
kawasan permukiman kumuh adalah pendatang. Komunitas kumuh home industri membutuhkan
tempat pembuangan limbah yang dapat dijangkau dengan mudah. Sebagai konsekuensi tempat
pembukaan sampah menjadi relatif dekat dengan hunian dan menimbulkan pencemaran sampah
dan bau. Beberapa peraturan penataan ruang yang sudah disusun terkait dengan permukiman
yang layak huni dan sehat belum sepenuhnya diterapkan sehingga kebiasaan dan budaya
masyarakat kumuh lambat untuk berubah menjadi lebih peduli terhadap lingkungannya.
Jika di lihat dari permasalahan tersebut diatas, kawasan permukiman kumuh kumuh perlu segera
mendapat perhatian utama untuk segera ditangani, namun pada umumnya terbentur oleh rendahnya
B.
LANDASAN HUKUM
Beberapa dasar hukum yang menjadi acuan dalam kegiatan ini adalah :
C.
1. MAKSUD
Maksud dari kegiatan penyusunan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Kumuh Kumuh
adalah :
a. Masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam penanganan Permukiman Kumuh Kumuh.
b. Masukan teknis bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk rincian
penyelenggaraan, pengelolaan dan pemeliharaan dalam upaya penataan dan peningkatan
kualitas lingkungan permukiman kumuh kumuh dan pemberdayaan komunitas perumahan
terutama dalam penanganan kawasan kumuh.
c. Masukan teknis bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengarahkan
peran serta seluruh pelaku pembangunan (pemerintah, swasta, masyarakat lokal, investor) dalam
mewujudkan lingkungan yang dikehendaki.
2. TUJUAN
Tujuan disusunya
Rencana Tindak Penanganan Permukiman Kumuh Kumuh adalah
memberikan arahan dalam rangka pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh kumuh
serta sebagai acuan dalam pelaksanaan program pembangunan/ pengembangan kawasan
Permukiman (fisik dan non fisik) di daerah perencanaan.
3. SASARAN
Sasaran kegiatan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Kumuh Kumuh adalah:
a. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan dann wilayah sekitarnya.
b. Tersusunnya rencana program pembangunan dalam penanganan permukiman kumuh kumuh.
c. Tersedianya arahan/ acuan untuk pelaksanaan program pembangunan/ pengembangan
permukiman kumuh kumuh di Perkotaan.
d. Tersusunnya rencana teknis dalam bentuk rincian kegiatan, sumber dana, pengelolaan/
pengendalian penanganan permukiman kumuh kumuh.
3
g. Terwujudnya Rencana Program Menengah Pembangunan (RPJM) dan atau Rencana Program
Investasi Jangka Menengah Pembangunan (RPIJM) Infrastruktur ke-Cipta Karya-an pada
kawasan permukiman kumuh.
h. Tersusunnya Detail Engineering Desain (DED) untuk tahun pertama pada lokasi/kawasan
prioritas.
D.
dan
kendala
pengembangan
kawasan
kumuh
Mengkaji kebijakan-kebijakan dalam hal penanganan kawasan permukiman kumuh kumuh baik di
tingkat Kabupaten/kota maupun Provinsi.
d. Menganalisis penanganan
komprehensif.
kawasan
permukiman
kumuh
kumuh
di
Perkotaan
secara
e. Melakukan penjaringan aspirasi masyarakat setempat melalui forum rembug warga masyarakat
setempat atau FGD (Forum Group Discussion).
f.
Menyusun serta merumuskan konsep rencana penanganan kawasan permukiman kumuh kumuh
berdasarkan hasil FGD maupun analisis.
g. Menyusun serta mendesain lokasi prioritas penanganan baik dalam bentuk site plan maupun
gambar perencanaannya serta masterplannya.
h. Menyusun perencanaan teknis (DED) lokasi prioritas pertama yang akan di tangani pada tahun
pertama atas dasar kesepakatan bersama antara tim teknis, masyarakat dan Pemda setempat.
i.
Menyiapkan serta menyusun dokumen lelang (RKS, Gambar Kerja, RAB) lokasi prioritas I yang
akan di tangani pada tahun pertama.
j.
E.
SUBTANSI MATERI
Ruang lingkup substansi pada pekerjaan ini, secara materi masih mengacu kepada konsepkonsep peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman, serta peningkatan prasarana
dan sarana dasar perumahan dan permukiman, yaitu :
atau
dapat
d. Memperkuat peran dan fungsi kelembagaan pada tingkatan komunitas yang dapat
menjembatani kepentingan warga dengan sumber daya kunci luar. Bentuknya dapat berupa
pelatihan, pemberian modal awal yang bersifat guliran sehingga bankable.
3. Proses ketiga adalah mengupayakan agar komunitas ini mendapat cukup informasi. Melalui
informasi aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara alamiah. Proses ini dilakukan
dengan upaya pendampingan, dengan indikasi keberhasilan :
a. Mulai mempertanyakan posisi tawar diri dan kelompoknya dalam setiap kesempatan yang
dibukakan (tawaran terlibat dalam program pembangunan, tawaran untuk mendapatkan
intervensi dari luar dll)
b. Mempertanyakan dasar hukum serta status intervensi dari luar (ingin berperan bukan sekedar
berperan serta).
c. Menggeser kontribusi kelompok menjadi modal kelompok dengan menempatkan intervensi
dari luar sebagai modal tambahan yang diperlukan dan akan dimanfaatkan sesuai dengan
persepsi dan aspirasi.
4. Proses keempat dan merupakan bagian akhir dari proses pemberdayaan ini adalah upaya untuk
menumbuhkan partisipasi aktif dan berkelanjutan, yang ditempuh antara lain melalui:
Dimensi parsial
yang menjadi
dasar dari
pembentukan
kinerja TRIDAYA
(sosial, ekonomi
dan fisik
lingkungan)
Pengembangan
Fisik / Lingk.
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan
Ekonomi
Integrasi antar
dimensi melalui
kerangka
kelembagaan :
communitybasedinstitutional
development
Pengembangan
Sosial
Kerangka TRIDAYA
Gambar
Kerangka Tridaya
Saluran: (0,3 m 0,5 m), di dalam merancang saluran air hujan dan air limbah kotor rumah
tangga hendaknya memperhatikan daya tampung saluran untuk menempatkan ukuran saluran.
g. Mandi, cuci dan kakus (MCK) umum, lokasi MCK hendaknya dipilih lokasi mudah dijangkau,
terdapat sumber air, 3 s/d 4 unit MCK setiap kampung.
h. Fasilitas Ruang Terbuka (Open Space) sebagai ruang publik dan ruang sosial, dimana sebagai
wadah untuk aktifitas sehari-hari masyarakat setempat, juga memiliki makna sosial maupun
kultural. Kondisi inilah yang dibahas secara lebih detail, berkaitan dengan keberadaan ruang luar
sebagai salah satu fasilitas yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat kumuh.