Anda di halaman 1dari 22

Case Report

Retensio Urin e.c Benign Prostate Hyperplasia

Disusun oleh :
Suskha P. Pratomo
1102011268

Pembimbing :
dr. Hadiyana Suryadi, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSUD dr. Slamet Garut


2015

IDENTITAS
Nama

: Tn. Nandang

Usia

: 62 tahun

Alamat

: Samarang

Agama

: Islam

Suku Bangsa : Sunda


Pekerjaan

: Tidak bekerja

Status

: Menikah

Masuk RS

: 4 9 2015

No. RM

: 782507

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Sulit buang air kecil

Anamnesis

Pasien mengeluh sulit BAK sejak 3 bulan SMRS . Kadang-kadang harus


mengejan saat BAK, tidak dapat menahan keinginan untuk BAK dan merasakan
pancaran urin lemah. Pasien juga tidak lampias dan pancaran air kencing terputusputus serta perlu waktu lama saat BAK. Riwayat BAK batu (-), pasir (-), merah
(-), pancaran BAK bercabang (-).
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat infeksi salur kemih berulang disangkal. Riwayat trauma pada
saluran kemih disangkal. Riwayat memiliki hipertensi

dan DM disangkal.

Riwayat operasi saluran kemih sebelumnya disangkal.


RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Penderita tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah

: 130/80mmHg

Nadi

: 75 x/menit

Respirasi

: 18 x/menit

Suhu

: 36,10C

Status Generalis
Kepala

:
Mata

: CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor, refleks pupil +/+

Hidung

: discharge (-/-) deviasi septum (-/-)

Telinga: bentuk normal, otorea (-/-)


Leher
Thorax

: Pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat


:

Inspeksi

: simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi

: fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri

Perkusi

: sonor pada kedua hemithorax

Auskultasi

Pulmo : VBS kanan = kiri normal, rhonki -/-, wheezing -/Cor

: Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: datar dan lembut

Palpasi

: NT (-), NL (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani di keempat kuadran

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Regio CVA (Costo Vertebrae Angle):


Inspeksi

: jejas (-), Hematom (-)

Palpasi

: ballottement (-/-), nyeri tekan (-/-) massa (-)

Perkusi

: nyeri ketok (-/-)

Regio suprapubis:
Inspeksi

: terlihat buli buli penuh, jejas (-)

Palpasi

: nyeri tekan (+), bulging (+), batas tegas

Perkusi

: dull, nyeri ketok (+)

Regio genitalia externa


Penis
Inspeksi

: Dalam batas Normal Ostium Urethra Externa dalam batas


normal

Palpasi

: Dalam batas Normal

Testis : teraba
Batas atas

: teraba

Ukuran

: dalam batas normal

Konsistensi

: kenyal/keras

Permukaan

: licin

Status Lokalis
Rectal Toucher

Inspeksi:
Anus
Warna gelap, Benjolan(-), Skin Tag(-), Darah(-)
Palpasi:
Tonus Sphincter Ani (TSA) baik, Ampulla Recti tidak kolaps,
Mucosa Recti tidak teraba benjolan, rugae teraba, handscoen: darah (-),
feces(-).
Prostat:
-

Pool atas tidak teraba

Latero-lateral membesar, kurang lebih 60 gram

Sulkus Medianus Tidak teraba

Konsistensi kenyal, permukaan rata tidak berbenjol - benjol

Fluktuasi (-), floating (-), Nyeri Tekan (-)

Resume
Tn. N, 62 tahun datang dengan keluhan sulit BAK sejak 3 bulan SMRS .
Kadang-kadang harus mengejan saat BAK, tidak dapat menahan keinginan untuk
BAK dan merasakan pancaran urin lemah. Penderita juga tidak lampias dan
pancaran air kencing terputus-putus serta perlu waktu lama saat BAK. Riwayat
BAK batu (-), pasir (-), merah (-), pancaran BAK bercabang (-).Riwayat infeksi
salur kemih berulang disangkal. Riwayat trauma pada saluran kemih disangkal.
Riwayat memiliki hipertensi dan DM disangkal. Riwayat operasi saluran kemih
sebelumnya disangkal. Pemeriksaan Fisik T: 130/80 N: 75 x/menit R: 18 x/menit
S: 36,1 C. Status lokalis pada rectal toucher teraba prostat membesar kurang
lebih 60 gram, konsistensi kenyal, permukaan rata tidak berbenjol-benjol, nyeri
tekan (-), floating (-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Lab darah lengkap
4 September 2015
Hemoglobin

: 13,6 g/dL

Hematokrit

: 42 %

Leukosit

: 6.600 /mm3

Trombosit

: 316.000 /mm3

Eritrosit

: 4.68 juta/ mm3

AST (SGPOT)

: 18 U/L

ALT (SGPT)

: 23 U/L

Ureum

: 30 mg/dl

Kreatinin

: 1.2 md/dl

Glukosa darah sewaktu

: 110 md/dl

Imaging

: Rontgen Thorax

Hasil :
Tidak tampak pembesaran jantung
Tidak tampak TB paru aktif
USG Prostat
DIAGNOSIS KERJA
Retensi Urine e.c Benign Prostate Hyperplasia
DIAGNOSIS BANDING
Retensi Urine e.c Striktur Urethra
Retensi Urine e.c Prostate Carcinoma
PENATALAKSANAAN
Pemasangan Folley Catheter
Rencana Operasi dengan Open Prostatectomy
Medikamentosa
Ranitidin 2x1amp
Ketorolac 2x1amp
PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

LAPORAN OPERASI ( 7-9-2015)


Operator

: dr. Hadiyana, Sp.B

Asisten 1

: dr. Noel

Perawat Instrumen

: Roni

Ahli Anastesi

: dr. Dhadi, Sp.An

Diagnosa pra bedah

: Retensio Urin e.c BPH

Diagnosa pasca bedah : Retensio urin e.c BPH


Indikasi operasi

: BPH

Jenis Operasi

: Open Prostatectomy

Kategori operasi

: Besar

Desinfeksi kulit dengan

: Povidon Iodine

Laporan Operasi Lengkap


DO: Ditemukan massa prostat kurang lebih 60 gram dengan konsistensi kenyal
TO:
1. Pasien dalam posisi supine dengan sedikit hiperekstensi pada bagian
panggul.
2. Dilakukan tindakan a dan antiseptic pada daerah operasi
3. Dilakukan insisi secara tajam pada daerah umbilical, kutis, subkutis
hingga fascia.
4. Otot dilakukan splitting kearah proksimal dan distal hingga terlihat
preperitonial fat disisihkan kearah proksimal
5. Dilakukan tagle pada distal dan proksimal buli
6. Dilakukan insisi secara tajam pada buli, tampak DO
7. Prostat dibebaskan dari prostat bed
8. Dilakukan penjahitan pada prostat bed pada arah jam 3, 6, dan 9
9. Dipasang kateter three way
10. Buli dijahit lapis demi lapis
11. Dipasang satu buah drain
12. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
13. Dilakukan perawatan perdarahan
14. Operasi selesai
Instruksi pasca bedah:
1. Observasi TNRS
2. Spooling 30 tpm
3. Infus futrolit 500 cc + RL 1000 cc per 24 jam

4. GV POD II
5. Diet bertahap bila BU +
6.

Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)

Inj ketorolac 2x1 amp (IV)

Inj Ranitidin 2x1 amp (IV)

FOLLOW UP DOKTER
Tanggal /jam
5 9 2015

Catatan
Instruksi
S/ Sulit BAK sejak kurang lebih 3 Rencana operasi tgl 7-9bulan SMRS. Bisa BAK dengan 2012
bantuan kateter.

Ketorolac 2x1 amp

O/ KU: CM, T: 130/80, R: 18x/m,

Ranitidin 2x1 amp

N:78x/m, S: Afebris

Pasang DC

A/ Retensio urin e.c BPH


7-9- 2015

Post open prostatectomy a.i Retensio Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)


urin e.c BPH

Inj ketorolac 2x1 amp


(IV)
Inj Ranitidin 2x1 amp(IV)
Spooling
Diet bertahap bila BU+

8 9 - 2015

S/ Nyeri daerah operasi. Mual (-). Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)


Muntah (-)

Inj ketorolac 2x1 amp

O/ KU: CM, T: 140/80, R: 19x/m, (IV)


N:76x/m, S: Afebris
Drain minimal
NT + BU A/ Post open prostatectomy a.i
retensio urin e.c BPH POD I

Inj Ranitidin 2x1 amp(IV)

9 9 - 2015

S/

Nyeri

daerah

operasi,

pinggang kanan, Mual (-),

nyeri Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)

Muntah Inj ketorolac 2x1 amp

(-)

(IV)

O/ KU: CM, T: 140/80, R: 20x/m, Inj Ranitidin 2x1 amp(IV)


N:79x/m, S: Afebris
BU+
A/ Post open prostatectomy a.i
retensio urin e.c BPH POD II
10 9 - 2015

S/ Demam sejak tadi malam, nyeri PCT 3 x 500 mg tab


daerah operasi, batuk, rembes dari Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)
selang kateter

Inj ketorolac 2x1 amp

O/ KU: CM, T: 150/110, R: 20x/m, (IV)


N:80x/m, S: Febris

Inj Ranitidin 2x1 amp(IV)

Drain minimal
A/ Post open prostatectomy a.i
retensio urin e.c BPH POD III
11 9 - 2015

S/ Nyeri daerah operasi

Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)

O/ KU: CM, T: 140/90, R: 17x/m, Inj ketorolac 2x1 amp


N:76x/m, S: Afebris

(IV)

Drain minimal

Inj Ranitidin 2x1 amp(IV)

A/ Post open prostatectomy a.i


retensio urin e.c BPH POD IV

12 9 - 2015

S/

Nyeri

daerah

operasi

berkurang

sudah BLPL
Aff drain

O/ KU: CM, T: 140/90, R: 18x/m, Inj ceftriaxone 2x1 gr (IV)


N:78x/m, S: Afebris

Inj ketorolac 2x1 amp

Drain minimal

(IV)

A/ Post open prostatectomy a.i Inj Ranitidin 2x1 amp(IV)


retensio urin e.c BPH POD V

PEMBAHASAN
Anatomi Prostat
Prostat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena
merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat
berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung
kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25 inci atau
kira kira 3 cm, mengelilingi uretra pria.

Dalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat bersambung


dengan leher bladder atau kandung kemih. Di dalam prostat didapati uretra.
Sedangkan batas bawah prostat yakni ujung prostat bermuara ke eksternal spinkter
bladder yang terbentang diantara lapisan peritoneal. Pada bagian depannya
terdapat simfisis pubis yang dipisahkan oleh lapisan ekstraperitoneal. Lapisan
tersebut dinamakan cave of Retzius atau ruangan retropubik. Bagian belakangnya
dekat dengan rectum, dipisahkan oleh fascia Denonvilliers.
Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul
ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :
1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti
bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian
belakang.
Histologi Prostat
Prostat merupakan suatu kumpulan kelanjar yang terdiri dari 30 - 50
kelenjar tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau kuboid yang
bercabang. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, menembus
prostat. Secara histologi, prostat memiliki 3 zona yang berbeda yaitu:
1. Zona sentral
2. Zona perifer
3. Zona transisional

Benign Prostate Hyperplasia


Definisi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah
pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat
jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya
dialami laki-laki berusia di atas 50 tahun.

Etiologi
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria
berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika
berusia 8085 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%. Beberapa teori
telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan faktor perubahan
usia, di antaranya:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron). Testosteron dengan bantuan enzim 5-a
reduktase dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar
prostat.

2. Teori Reawakening. Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk


merangsang pertumbuhan epitel.
3. Teori stem cell hypotesis. Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying.
Sel aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara
mutlak pada androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan
berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
4. Teori growth factors. Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di
bawah pengaruh androgen. Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth
factor (EGF) dan atau fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya
penurunan

ekspresi

transforming

growth

factor-b

(TGF-b),

akan

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan


menghasilkan pembesaran prostat.
Patologi
Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra sekitar
verumontanum. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler,
nodul asinar atau nodul campuran fibroadenomatosa. Hiperplasia glandular terjadi
berupa nodul asinar atau campuran dengan hiperplasia stroma. Kelenjar-kelenjar
biasanya besar dan terdiri atas tall columnar cells. Inti sel-sel kelenjar tidak
menunjukkan proses keganasan.
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin di
antara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan
neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil.
Patofisiologi
BPH adalah perbesaran kronis dari prostat pada usia lanjut yang berkorelasi
dengan pertambahan umur. Perubahan yang terjadi berjalan lambat dan perbesaran
ini bersifat lunak dan tidak memberikan gangguan yang berarti. Tetapi, dalam

banyak hal dengan berbagai faktor pembesaran ini menekan uretra sedemikian
rupa sehingga dapat terjadi sumbatan partial ataupun komplit.
Gejala dan Tanda

Gejala
Gejala

Klinis
pembesaran

prostat

jinak

dibedakan

menjadi dua kelompok. Pertama,


gejala
sering

iritatif,

terdiri

dari

buang

air

kecil

(frequency),

tergesa-

gesa untuk buang air kecil


(urgency),
air

buang

kecil

malam hari lebih dari satu kali (nocturia), dan sulit menahan buang air kecil (urge
incontinence). Kedua, gejala obstruksi, terdiri dari pancaran melemah, akhir
buang air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying), menunggu lama pada
permulaan buang air kecil (hesitancy), harus mengedan saat buang air kecil
(straining), buang air kecil terputus-putus (intermittency), dan waktu buang air
kecil memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi inkontinen karena
overflow.
Tanda Klinis
Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada
pemeriksaan colok dubur/digital rectal examination (DRE). Pada BPH, prostat
teraba membesar dengan konsistensi kenyal.

Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dari anamnesa yang meliputi keluhan dari gejala dan
tanda obstruksi dan iritasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk
merasakan/meraba kelenjar prostat. Dengan pemeriksaan ini bisa diketahui adanya
pembesaran prostat, benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan
(menunjukkan adanya infeksi).
Selain itu biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi
ginjal dan untuk penyaringan kanker prostat (mengukur kadar antigen spesifik
prostat atau PSA). Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat sekitar 30-50%.

Jika terjadi peningkatan kadar PSA, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk menentukan apakah penderita juga menderita kanker prostat.
Penatalaksanaan

Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan.

Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan.

Terapi Medikamentosa

Terapi Bedah Konvensional


Open simple prostatectomy. Indikasi untuk melakukan tindakan ini

adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas 100g, atau bila disertai
divertikulum atau batu buli-buli.

Terapi Invasif Minimal


1. Transurethral resection of the prostate (TUR-P). Menghilangkan bagian
adenomatosa

dari

prostat

yang

menimbulkan

obstruksi

dengan

menggunakan resektoskop dan elektrokauter.


2. Transurethral incision of the prostate (TUIP). Dilakukan terhadap
penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran prostat
kecil.

Terapi laser
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP)
yang dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual
laser ablation of the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy.

Terapi alat
1. Microwave hyperthermia. Memanaskan jaringan adenoma melalui alat
yang dimasukkan melalui uretra atau rektum sampai suhu 42-45C
sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
2. Trans urethral needle ablation (TUNA). Alat yang dimasukkan melalui
uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang

dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas, sehingga terjadi


koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.
3. High intensity focused ultrasound (HIFU). Melalui probe yang
ditempatkan di rektum yang memancarkan energi ultrasound dengan
intensitas tinggi dan terfokus.
4. Intraurethral stent. Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di
fosa prostatika untuk mempertahankan lumen uretra tetap terbuka.
5. Transurethral baloon dilatation. Dilakukan dengan memasukkan kateter
yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan leher kandung kemih.
Prognosa
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap
individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak
segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi
kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh
nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga
menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
Pencegahan
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi
pembesaran kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan
utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan
sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat
kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan dalam proses pengubahan hormon
testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH)5. Hasilnya, kelenjar
prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di
antaranya adalah:
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah
pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat.

2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak
terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan
pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran
rangsangan ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas
sperma.
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini
Pada kasus ini didapatkan pasien berusia 62 tahun
Berdasarkan teori, BPH merupakan tumor jinak yang paling sering dialami oleh
laki-laki. Prevalensinya terjadi 50% terjadi pada laki-laki berusia 51-60 tahun dan
meningkat lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun. Pada usia 55
tahun, 25% laki-laki mengeluhkan gejala obstruktif berkemih.
Dari anamnesis didapatkan gejala obstruktif dan iritatif
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa BPH memiliki gejala
obstruktif dan iritatif. Gejala obstruktif yaitu: resistensi, penurunan tekanan aliran
dan volume urin, sensasi pengosongan buli yang tidak komplit, dan mengejan saat
berkemih. Gejala iritatif yaitu: urgensi, frekuensi, dan nokturia.
Dari hasil pemeriksaan fisik, pada pasien ini ditemukan bahwa hasil RT
teraba prostat membesar dengan ukuran kurang lebih 60 gram, kenyal, permukaan
rata, nyeri tekan (-).
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan tanda dari BPH yaitu terjadinya
perbesaran prostat dengan permukaan rata dan kenyal. Apabila terdapat indurasi
harus diwaspadai kemungkinan adanya karsinoma prostat, sehingga dibutuhkan
evaluasi lanjut seperti PSA, transrectal ultrasound, dan biopsy.

Berdasarkan

identitas,

anamnesis,

dan

pemeriksaan

fisik,

dapat

disimpulkan bahwa pasien ini mengalami retensi urin e.c benign prostate
hyperplasia.

2. Apakah prosedur penanganan pasien pada kasus ini sudah benar?

Terapi yang disarankan untuk pasien ini adalah medikasi dan operasi. Terapi
medikasi, di antaranya adalah, seharusnya :
1. Adrenergic alpha blocker, untuk mengurangi resistensi otot polos prostat.
2. 5 alpha reductase inhibitor, untuk mengurangi volume prostat.
Pada pasien di atas diberikan obat obatan simptomatik seperti ketorolac untuk
kurangi nyeri.
Terapi operasi, di antaranya adalah :
1. Prostatektomi terbuka, dianjurkan untuk prostat yang sangat besar, lebih
dari 100 gram
2. Reseksi prostat transurethral (TURP), operasi ini lebih disenangi karena
tidak diperlukan insisi pada kulit perut dan memerlukan masa pemulihan
yang singkat. Komplikasi selama operasi adalah pendarahan, perforasi,
dan sindrom TURP yang ditandai dengan pasien yang mulai gelisah,
tekanan darah meningkat, dan bradikardi.
3. Insisi prostat transurethral (TIUP), dianjurkan untuk prostat berukuran
kurang 30 gram, tidak dijumpai pembesaran lobus medius dan tidak
ditemukan adanya kecurigaan keganasan.
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

DAFTAR PUSAKA

1. Arthur C. Guyton, dkk. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.


Jakarta : EGC.
2. Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.

3. Sjamsuhidayat R & Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
Jakarta : EGC.
4. Sabiston. 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
5. Medical Mini Notes. 2015. Surgery.

Anda mungkin juga menyukai