Disusun oleh :
Suskha P. Pratomo
1102011268
Pembimbing :
dr. Hadiyana Suryadi, Sp.B
IDENTITAS
Nama
: Tn. Nandang
Usia
: 62 tahun
Alamat
: Samarang
Agama
: Islam
: Tidak bekerja
Status
: Menikah
Masuk RS
: 4 9 2015
No. RM
: 782507
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis
dan DM disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 130/80mmHg
Nadi
: 75 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: 36,10C
Status Generalis
Kepala
:
Mata
Hidung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Regio suprapubis:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Testis : teraba
Batas atas
: teraba
Ukuran
Konsistensi
: kenyal/keras
Permukaan
: licin
Status Lokalis
Rectal Toucher
Inspeksi:
Anus
Warna gelap, Benjolan(-), Skin Tag(-), Darah(-)
Palpasi:
Tonus Sphincter Ani (TSA) baik, Ampulla Recti tidak kolaps,
Mucosa Recti tidak teraba benjolan, rugae teraba, handscoen: darah (-),
feces(-).
Prostat:
-
Resume
Tn. N, 62 tahun datang dengan keluhan sulit BAK sejak 3 bulan SMRS .
Kadang-kadang harus mengejan saat BAK, tidak dapat menahan keinginan untuk
BAK dan merasakan pancaran urin lemah. Penderita juga tidak lampias dan
pancaran air kencing terputus-putus serta perlu waktu lama saat BAK. Riwayat
BAK batu (-), pasir (-), merah (-), pancaran BAK bercabang (-).Riwayat infeksi
salur kemih berulang disangkal. Riwayat trauma pada saluran kemih disangkal.
Riwayat memiliki hipertensi dan DM disangkal. Riwayat operasi saluran kemih
sebelumnya disangkal. Pemeriksaan Fisik T: 130/80 N: 75 x/menit R: 18 x/menit
S: 36,1 C. Status lokalis pada rectal toucher teraba prostat membesar kurang
lebih 60 gram, konsistensi kenyal, permukaan rata tidak berbenjol-benjol, nyeri
tekan (-), floating (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Lab darah lengkap
4 September 2015
Hemoglobin
: 13,6 g/dL
Hematokrit
: 42 %
Leukosit
: 6.600 /mm3
Trombosit
: 316.000 /mm3
Eritrosit
AST (SGPOT)
: 18 U/L
ALT (SGPT)
: 23 U/L
Ureum
: 30 mg/dl
Kreatinin
: 1.2 md/dl
: 110 md/dl
Imaging
: Rontgen Thorax
Hasil :
Tidak tampak pembesaran jantung
Tidak tampak TB paru aktif
USG Prostat
DIAGNOSIS KERJA
Retensi Urine e.c Benign Prostate Hyperplasia
DIAGNOSIS BANDING
Retensi Urine e.c Striktur Urethra
Retensi Urine e.c Prostate Carcinoma
PENATALAKSANAAN
Pemasangan Folley Catheter
Rencana Operasi dengan Open Prostatectomy
Medikamentosa
Ranitidin 2x1amp
Ketorolac 2x1amp
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
Asisten 1
: dr. Noel
Perawat Instrumen
: Roni
Ahli Anastesi
: BPH
Jenis Operasi
: Open Prostatectomy
Kategori operasi
: Besar
: Povidon Iodine
4. GV POD II
5. Diet bertahap bila BU +
6.
FOLLOW UP DOKTER
Tanggal /jam
5 9 2015
Catatan
Instruksi
S/ Sulit BAK sejak kurang lebih 3 Rencana operasi tgl 7-9bulan SMRS. Bisa BAK dengan 2012
bantuan kateter.
N:78x/m, S: Afebris
Pasang DC
8 9 - 2015
9 9 - 2015
S/
Nyeri
daerah
operasi,
(-)
(IV)
Drain minimal
A/ Post open prostatectomy a.i
retensio urin e.c BPH POD III
11 9 - 2015
(IV)
Drain minimal
12 9 - 2015
S/
Nyeri
daerah
operasi
berkurang
sudah BLPL
Aff drain
Drain minimal
(IV)
PEMBAHASAN
Anatomi Prostat
Prostat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena
merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat
berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung
kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25 inci atau
kira kira 3 cm, mengelilingi uretra pria.
Etiologi
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria
berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika
berusia 8085 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%. Beberapa teori
telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan faktor perubahan
usia, di antaranya:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron). Testosteron dengan bantuan enzim 5-a
reduktase dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar
prostat.
ekspresi
transforming
growth
factor-b
(TGF-b),
akan
banyak hal dengan berbagai faktor pembesaran ini menekan uretra sedemikian
rupa sehingga dapat terjadi sumbatan partial ataupun komplit.
Gejala dan Tanda
Gejala
Gejala
Klinis
pembesaran
prostat
jinak
dibedakan
iritatif,
terdiri
dari
buang
air
kecil
(frequency),
tergesa-
buang
kecil
malam hari lebih dari satu kali (nocturia), dan sulit menahan buang air kecil (urge
incontinence). Kedua, gejala obstruksi, terdiri dari pancaran melemah, akhir
buang air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying), menunggu lama pada
permulaan buang air kecil (hesitancy), harus mengedan saat buang air kecil
(straining), buang air kecil terputus-putus (intermittency), dan waktu buang air
kecil memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi inkontinen karena
overflow.
Tanda Klinis
Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada
pemeriksaan colok dubur/digital rectal examination (DRE). Pada BPH, prostat
teraba membesar dengan konsistensi kenyal.
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dari anamnesa yang meliputi keluhan dari gejala dan
tanda obstruksi dan iritasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk
merasakan/meraba kelenjar prostat. Dengan pemeriksaan ini bisa diketahui adanya
pembesaran prostat, benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan
(menunjukkan adanya infeksi).
Selain itu biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi
ginjal dan untuk penyaringan kanker prostat (mengukur kadar antigen spesifik
prostat atau PSA). Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat sekitar 30-50%.
Jika terjadi peningkatan kadar PSA, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk menentukan apakah penderita juga menderita kanker prostat.
Penatalaksanaan
Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan.
Terapi Medikamentosa
adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas 100g, atau bila disertai
divertikulum atau batu buli-buli.
dari
prostat
yang
menimbulkan
obstruksi
dengan
Terapi laser
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP)
yang dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual
laser ablation of the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy.
Terapi alat
1. Microwave hyperthermia. Memanaskan jaringan adenoma melalui alat
yang dimasukkan melalui uretra atau rektum sampai suhu 42-45C
sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
2. Trans urethral needle ablation (TUNA). Alat yang dimasukkan melalui
uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak
terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan
pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran
rangsangan ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas
sperma.
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini
Pada kasus ini didapatkan pasien berusia 62 tahun
Berdasarkan teori, BPH merupakan tumor jinak yang paling sering dialami oleh
laki-laki. Prevalensinya terjadi 50% terjadi pada laki-laki berusia 51-60 tahun dan
meningkat lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun. Pada usia 55
tahun, 25% laki-laki mengeluhkan gejala obstruktif berkemih.
Dari anamnesis didapatkan gejala obstruktif dan iritatif
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa BPH memiliki gejala
obstruktif dan iritatif. Gejala obstruktif yaitu: resistensi, penurunan tekanan aliran
dan volume urin, sensasi pengosongan buli yang tidak komplit, dan mengejan saat
berkemih. Gejala iritatif yaitu: urgensi, frekuensi, dan nokturia.
Dari hasil pemeriksaan fisik, pada pasien ini ditemukan bahwa hasil RT
teraba prostat membesar dengan ukuran kurang lebih 60 gram, kenyal, permukaan
rata, nyeri tekan (-).
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan tanda dari BPH yaitu terjadinya
perbesaran prostat dengan permukaan rata dan kenyal. Apabila terdapat indurasi
harus diwaspadai kemungkinan adanya karsinoma prostat, sehingga dibutuhkan
evaluasi lanjut seperti PSA, transrectal ultrasound, dan biopsy.
Berdasarkan
identitas,
anamnesis,
dan
pemeriksaan
fisik,
dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami retensi urin e.c benign prostate
hyperplasia.
Terapi yang disarankan untuk pasien ini adalah medikasi dan operasi. Terapi
medikasi, di antaranya adalah, seharusnya :
1. Adrenergic alpha blocker, untuk mengurangi resistensi otot polos prostat.
2. 5 alpha reductase inhibitor, untuk mengurangi volume prostat.
Pada pasien di atas diberikan obat obatan simptomatik seperti ketorolac untuk
kurangi nyeri.
Terapi operasi, di antaranya adalah :
1. Prostatektomi terbuka, dianjurkan untuk prostat yang sangat besar, lebih
dari 100 gram
2. Reseksi prostat transurethral (TURP), operasi ini lebih disenangi karena
tidak diperlukan insisi pada kulit perut dan memerlukan masa pemulihan
yang singkat. Komplikasi selama operasi adalah pendarahan, perforasi,
dan sindrom TURP yang ditandai dengan pasien yang mulai gelisah,
tekanan darah meningkat, dan bradikardi.
3. Insisi prostat transurethral (TIUP), dianjurkan untuk prostat berukuran
kurang 30 gram, tidak dijumpai pembesaran lobus medius dan tidak
ditemukan adanya kecurigaan keganasan.
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
DAFTAR PUSAKA
3. Sjamsuhidayat R & Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
Jakarta : EGC.
4. Sabiston. 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
5. Medical Mini Notes. 2015. Surgery.