Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Dyah Trisnaning Hidayati

NIM

: 13080694077

Kelas

: S1 Akuntansi 2013 A

STUDI KASUS PERUSAHAAN DAGANG


PT Samudra Hindia merupakan sebuah perusahaan yang memperdagangkan peralatan
kantor yang berdomisili di Surabaya. Perusahaan sudah cukup lama berdiri dan memiliki
jaringan pemasaranyang luas. PT Samudra Hindia mempunyai beberapa pelanggan
tetap(customer) dan pemasok tetap(vendor). Sebagai perusahaan yang memperdagangkan
peralatan kantor, PT Samudra Hindia juga memliki lisensi merek peralatan kantor sebagai
distributor tunggal di Indonesia yaitu Chantel. Di Indonesia ada merek yang diedarkan
dengan nama yang sama Channtel dengan produknya jenis sepatu dan alat olahraga.

Pertanyaan :
1. Bagaimana status hukum perusahaan tersebut? jelaskan jawaban anda disertai dengan
dasar yang valid!
2. Bagaimana proses pendirian dari badan hukum yang dimaksud dalam kasus posisi
diatas hingga perusahaan tersebut dapat beroperasi? (untuk mempermudah, buat
diagram/skema pendirian)
3. Bagaimana tanggapan anda terkait persamaan yang ada pada kasus posisi diatas?
Jawaban

1. Berdasar Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, dinyatakan bahwa


Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata huruf-huruf, angka- angka,
susunan warna, ataupun kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Dan pada
kasus ini dianggap bahwa pemegang merek pertama adalah PT.Samudra Hindia atas
merek Chantel sehingga merek dengan nama "Channtel" tidak bisa didaftarkan atau
tidak akan mendapat hak eksklusif serta perlindungan haknya dari hukum karena akan
dapat menimbulkan kebingungan konsumen akan kedua merek tersebut walaupun
produk yang dihasilkan berbeda namun bisa jadi konsumen akan keliru dengan
menganggap bahwa produk alat olahraga dengan merek Channtal juga merupakan
bagian dari produk yang dihasilkan PT.Samudra Hindia. Dasar penolakan merek
Channtel adalah Pasal 5 UU Merek menentukan bahwa merek tidakdapat didaftar
apabila mengandung salah satu unsur antara lain:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan,atau ketertiban umumkesusilaan dan ketertibanumum;

b. tidak memiliki daya pembeda;


c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan denganbarang atau jasa yang dimohonkankan
pendaftaran.
Serta berdasarkan Pasal 6.
Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa permohonanpendaftaran merek harus ditolak oleh
DirektoratJenderal apabila merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya ataukeseluruhannya dengan merek
milik pihak lain yangsudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/ataujasa
yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya ataukeseluruhannya dengan merek
yang sudah terkenalpihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya ataukeseluruhannya dengan indikasi
geografis yang sudahdikenal.
Selanjutnya, Pasal 6 ayat (3) UU Merek menambahkanlagi bahwa pendaftaran merek
juga harus ditolak olehDirektorat Jenderak Merek (Kantor Merek) apabilamerek
tersebut:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal,foto dan nama badan hukum
yang dimiliki orang lain,kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama, singkatannama, bendera, lambang
atau simbol atau emblemdari negara atau lembaga nasional
maupuninternasional, kecuali atas persetujuan tertulis daripihak yang
berwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau capatau stempel resmi yang
digunakan negara ataulembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan daripihak
yang berwenang.
Namun apabila merek Channtel telah terdaftar atau telah diakui akibat kelalaian
atau ketidaktelitian dirjen HKI dalam mengkaji dan memeriksa merek,maka PT.
Samudra Hindia dapat
mengajukan gugatan pembatalan pendaftaran merek
Channtal berdasarkan pasal 68 ayat (1) Undang-undang nomor 15 tahun 2001
tentang Merek, selain itu PT. Samudra Hindia juga dapat melakukan penyelesaian
sengketa merek ini secara non litigasi berupa negosiasi, konsultasi, arbitrase, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli, sesuai dengan Pasal 84 Undang-Undang Merek.
Melakukan penyelesaian sengketa dengan melakukan pelaporan tindak pidana merek
yang dilakukan Kasim Halim sesuai dengan pasal 91 Undang-Undang Merek, yang
selanjutnya dapat dilakukan penyidikan oleh penyidik pegawai negeri sipil untuk
dilaporkan kepada kepolisian yangselanjutnya dapat dilakukan penuntutan oleh pihak
kejaksaan sesuai dengan pasal 89 Undang-undang Merek.
2. Skema pendirian badan hukum (PT)

PPP eee nr sg e t u j u a n
PSN ueP mr Wa bt Pu a t
rPaPN sjeeiua nmma g bae us Daa th a an n
PPKa neee mntA eg bkru aet mann tu u mk aa nn
aM(nSP NpIe eUno ndmPt ar e(if Srt a u r ra a t I j i n
TDgP aeDa nnl Pad mi( rTi aB ne dr ia t a
aHPNUn nouas kamk hou akm
DADP Taco famtr aai rs Ni l i e g a r a
WDaP ea ar njd i abH g Aa nM g a n )
PR ee rp u u s ba lh i ka a Inn ) d o n e s i a
PR aI j a k )
3. Kasus semacam ini tidak seharusnya terjadi sebab pasal 6 UU No.15/2001tentang
Merek telah merinci mengenai permohonanyang harus ditolak oleh ditjen HKI
sehingga kesamaan merek dapat dihindari untuk itu sangat diperlukan ketelitian

direktorat jendral HKI dalam mengkaji dan memberi hak merek. Maka dari itu
dibutuhkan informasi yang up to date mengenaidunia perdagangan khusunya
mengenai merek agartidak terjadi kesalahan. Selain itu bagi perusahaan yang hendak
mendaftarkan mereknya ada baiknya untuk meneliti apakah merek tersebut telah
terdaftar sebelumnya sehingga tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai