PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian sebagai bagian dari sistem agribisinis
memiliki
sub
sektor
hortikultura
yang
berpotensi
untuk
adalah
buah-buahan.
Kontribusi
komoditas
buah-
penganekaragaman
pangan.
Industri
pengolahan
buah
dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan minat konsumsi buahbuahan pada masyarakat Indonesia.
Salah satu industri pengolahan buah yang cukup berkembang
dan menjadi unggulan di kabupaten Wonosobo adalah industri kecil
olahan carica. UD. Yuasafood Berkah Makmur menjadi salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan yang
melibatkan proses produksi dan quality control. Buah carica yang
menjadi bahan baku utama merupakan salah satu komoditas buahbuahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh
subur di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo (Hidayat 2000). Buah
tersebut memiliki citarasa unik, bau harum yang khas, daging buah
yang
kenyal,
dan
memiliki
banyak
kandungan
gizi.
Namun,
buah
carica
(pepaya
gunung).
Secara
tidak
langsung
meningkatkan
daya
simpan
produk
dan
juga
dapat
sistematika
(taksonomi)
tumbuhan,
carica
- Vasconcellea pubescens
- Vasconcellea pubescens A.DC.
Tanaman carica memiliki kekhasan khusus yaitu hanya dapat
berbuah dengan baik pada daerah dengan ketinggian antara 1700
2000 m dpl dan curah hujan yang tinggi pula, yaitu 2000 3000
mm per tahun. Tanaman ini memerlukan suhu yang dingin yaitu 10
20 C. Dataran Tinggi Dieng sendiri berada pada ketinggian 1800
2000 m dpl dengan suhu rata-rata 15 20 C. Pada daerah yang
lebih tinggi dan lebih dingin, buah carica yang dihasilkan juga akan
lebih besar dan lebih tebal daging buahnya (Dinas Pertanian
Kabupaten Wonosobo, 2008)
Menurut Hidayat (2000) pada umumnya semakin tinggi
tanaman carica, ukuran batang akan semakin kecil, daun lebih
sedikit, dan buah juga mempunyai ukuran yang lebih kecil serta
jumlahnya sedikit. Berikut cirri-ciri morfologi tanaman carica, yaitu:
1. Buah
Buah carica memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan
buah papaya. Buah yang matang berbentuk bulat telur dengan
berat rata-rata 100-150 gram, panjang 6-10 cm, dan diameter 3-5
cm dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung sehingga
menyerupai bentuk belimbing. Kulit buah carica yang belum
hormon
penelitian baru-baru
buah carica
dapat
ini
pertumbuhan
menunjukan
menghambat
manusia.
kandungan
Bahkan
arginin
pertumbuhan
pada
sel-sel
kanker payudara.
Kandungan papain dalam buah carica juga memiliki sifat
antiseptik dan membantu mencegah perkembangbiakan bakteri
yang merugikan di dalam usus. Membantu menormalkan pH usus
sehingga keadaan flora usus pun menjadi normal. Kandungan
vitamin C dalam buah carica lebih tinggi dari kandungan vitamin C
kandungan
papin
dan
vitamin
C,
buah
carica
memiliki
perut
lemah
terhadap
buah-buahan
karena
B. Manisan Carica
10
Manisan merupakan produk olahan dari buah atau sayuran yang menggunakan
gula pasir sebagai bahan pemanis. Penambahan gula dalam konsentrasi tinggi selain
berfungsi sebagai pemanis, juga berfungsi sebagai pengawet yang dapat mencegah
pertumbuhan mikroba. Kandungan air dalam bahan yang akan diawetkan ditarik dari
sel sayuran atau buah sehingga mikroba menjadi tidak cocok lagi untuk tumbuh dan
berkembang (Satuhu, 1994).
Dalam pembuatan manisan, sirup gula dapat mengurangi oksidasi dengan
melapisi bagian luar kulit buah sehingga akan mencegah hubungan buah dengan
oksigen luar. Larutan juga memberikan rasaa manis dan dapat digunakan sebagai
pengawet makanan pada konsentrasi kurang dari 65% karena dapat mencegah
pertumbuhan bakteri, khanir, dan kapang sebab gula akan menyebabkan dehidrasi sel
mikroba, sehingga akan mengalami plasmolisis dan mikroba menghambat
perkembangbiakannya (Nurjanah, 2007).
Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk
buah-buahan
yang
paling
tua,
dan
dalam
pembuatannya
11
Meskipun
jenis
manisan
buah
yang
umum
12
seperti kulit. Perlakuan buah-buahan dengan sirup berkadar gula yang menaik akan
dapat diperoleh hasil yang dikehendaki. Sesudah peresapan buah dengan gula, buah
dicuci dan dikeringkan. Manisan buah dapat dikemas dan dipasarkan dalam kondisi
seperti ini, atau dapat juga buah dilapisi dengan suatu lapisan gula yang tipis. Dalam
hal ini buah dicelupkan ke dalam sirup dan dikeringkan kembali. Manisan buah yang
berlapis gula disebut buah berlapis gula (Desrosier, 2008).
Menurut Khairani (2007) beberapa bahan tambahan yang digunakan dalam
pengolahan buah-buahan adalah sebagai berikut:
1. Pemanis
Berfungsi sebagai pemanis atau penambah cita rasa terhadap produk olahan,
disamping itu juga sebagai pengikat komponen flavor. Pemanis yang umum
digunakan adalah sukrosa (gula pasir) karena manisnya yang bersifat murni dan tidak
menimbulkan cita rasa kedua yang timbul cita rasa pertama.
2. Asam sitrat
Dalam pengolahan digunakan dalam jumlah sedikit, berfungsi sebagai
penguat rasa, memberikan rasa asam, mengimbangi rasa manis dan pengawet.
Asam sitrat (citric acid) merupakan senyawa intermedier dari asam organik
yang berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat ini maudah larut dalam air,
spriritus, dan ethanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan
meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam
sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nenas, jeruk, lemon, markisa.
Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada
13
berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain. Asam sitrat
berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses
kristalisasi dalam madu, gula-gula (termasuk fondant), dan juga untuk mencegah
pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan kaleng dan ikan.
3. Pewarna
Fungsi pewarna adalah untuk mempertajam warna dari hasil olahan,
menyamakan warna dari produk aslinya, dan untuk menarik perhatian konsumen.
Dalam industri pengolahan umumnya yang digunakan adalah pewarna sintetik
(buatan). Jenis pewarna yang digunakan adalah yang khusus untuk makanan/
minuman. Beberapa jenis pewarna yang diizinkan untuk digunakan adalah pewarna
hijau (Foodgreen S, Cl Foodgreen 4, Cl No. 44090), pewarna kuning (sunset yellow
FCP).
4. Pengawet
Pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
merusak, sehingga hasil olahan dapat bertahan lebih lama disimpan pada suhu ruang.
Penambahan pengawet ini lebih ekonomis jika dibandingkan melalui proses
pendinginan. Beberapa bahan pengawet yang biasa digunakan adalah natrium
benzoat, sodium benzoat, asam sorbat dan bisulfit.
5. Penstabil
14
C. Proses Produksi
Proses pengolahan manisan buah carica cukup mudah dengan menggunakan
prinsip penggulaan. Tahapantahapan proses pembuatannya cukup mudah yaitu:
sortasi, trimming, pengecilan ukuran, perendaman Ca(OH)2, dan penambahan bahan
tambahan, perendaman larutan gula (secara bertahap), dan pengemasan. Menurut
(Afrianti dan Kusmiadi, 2008) adalah sebagai berikut:
1. Sortasi
Sortasi adalah memilih hasil panen yang telah dilakukan untuk membedakan
hasil panen yang baik dan hasil panen yang jelek. Penentuan mutu buah didasarkan
pada kesehatan, kesegaran, kebersihan ukuran, bobot warna, bentuk, kemasakan,
kebebasan dari benda asing dan penyakit, serta kerusakan oleh serangga dan luka
mekanik yang diakibatkan karena kesalahan dalam pengangkutan. Atau luka yang
disebabkan pada saat pemanenan. Kualitas dari keseragaman bahan makanan yang
akan dikalengkan, dapat ditentukan dari tahap pemilihan (sortasi dan grading) bahan
15
yang terlalu muda atau tua, bahan yang rusak, bahan yang terkena serangan hama
atau serangga. Bahan harus dipisah-pisahkan menurut ukuran dan kemasakannya.
Bahan yang sangat masak dapat dibuat produk jeli, jam, sari buah atau jus. Bahan
yang terlalu besar ukurannya dan bervariasi dapat diseragamkan dengan cara
pemotongan atau memperkecil ukurannya agar lebih seragam, hal ini dapat
mengefisiensikan proses sterilisasi dan lebih meningkatkan daya tarik konsumen.
2. Pengupasan
Pengupasan adalah menghilangkan bagian dari bahan yang tidak dimakan
seperti kulit. Pengupasan perlu dilakukan dengan tepat (efisien) agar tidak banyak
bahan yang dapat dimakan menjadi terbuang atau bagian yang dapat menyebabkan
kerusakan. Ada beberapa cara pengupasan yaitu pengupasan dengan tangan,
pengupasan dengan mesin, dan pengupasan dengan bantuan perlakuan pendahuluan.
3. Pencucian
Pencucian, akan mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan sejenis malam
(lilin) yang melapisi kulit pada beberapa jenis hasil pertanian seperti buah-buahan,
untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada bahan yang dapat menunjukkan
adanya populasi mikroorganisme, untuk menghilangkan adanya sisa-sisa insektisida.
Air yang digunakan untuk mencuci harus bersih, sebaiknya digunakan air yang
mengalir sehingga airnya selalu baru dan bersih. Pencucian dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan cara basah atau kering, penyemprotan angin, perendaman
bak perendam atau disemprot.
16
17
blanching maka suhu harus dalam kondisi konstan, karena suhu yang tinggi dan
waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan
pangan yang diblanching. Jumlah bahan yang akan diblanching mempengaruhi
kualitas bahan, makin banyak jumlah bahan yang diblanching maka waktu yang
diperlukan akan relatif lebih lama untuk mencapai suhu blanchingnya.
7. Penambahan gula
Pada produk manisan buah, jumlah gula yang digunakan tergantung pada jenis
dan varietas buah ataupun selera individu sendiri. Gula yang ditambahkan dapat
berupa bentuk kering atau pun sirup dengan konsentrasi tertentu.
Apabila gula ditambahkaan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang
tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak
tersedia untuk pertumbuhan mikroorganismedan aktivitas air (aw) dari bahan pangan
berkurang. Produk-produk pangan berkadar gula tinggi cenderung rusak oleh khamir
dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah rusak oleh panas
(seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal lain.
Proses perendaman dalam larutan gula ada dua cara, yaitu cara lambat dan
cepat. Pada cara lambat, perlakuan perendaman dalam larutan gula memerlukan
waktu lama. Konsentrasi gula awalnya 30% dan buah direndam selama 24 jam
konsentrasi gula ditingkatkan menjadi 40% dan buah direndam lagi selama 24 jam.
Demikian seterusnya hingga konsentrasi gula mencapai 70%. Pada konsentrasi gula
18
tinggi buah direndam selama 3 minggu dan kemudian buah di keringkan. Pada
perendaman dalam larutan gula dengan cara cepat, pelaksanaanya dapat disingkat
menjadi beberapa jam saja dengan mempertahankan larutan gula pada suhu 1401500F (60-650C). Kenaikan konsentrasi gula dilakukan setiap 3-4 jam sekali sampai
mencapai konsentrasi kira-kira 68%. Konsentrasi yang cukup tinggi (70%) sudah
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula
dipergunakan dengan salah satu teknik pengawetan lainnya misalnya dikombinasikan
dengan keasaman yang rendah, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu rendah,
pengeringan, pembekuan dan penambahan bahan kimia seperti SO2, asam benzoat
dan lain-lain. Bahan pangan yang mempunyai kadar gula yang tinggi berarti
mempunyai aw rendah.
8. Pengemasan
Setelah proses pembuatan selesai, manisan dimasukkan kedalam wadah.
Manisan dapat tahan lama dalam jangka waktu yang relatif lama apabila dikemas
dengan baik. Kemasan yang umum digunakan untuk wadah manisan adalah gelas jar
dan tertutup rapat, plastik PE, PP dan Polistiren.
Pengisian manisan ke dalam wadah tergantung dari jenis manisan yang dibuat
untuk manisan basah dapat menggunakan toples, gelas jar dan gelas plastik. Untuk
manisan kering dapat menggunakan toples, dan kantong plastik.
Pengemasan
bertujuan
untuk
melindungi
produk
dan
memudahkan
19
sumber kontaminasi akan hilang, agar ruang pendingin dimanfaatkan secara efisien,
agar perlakuan dingin dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dingin dari produksinya.
9. Pasteurisasi
Pasteurisasi yaitu perlakukan pemanasan ringan. Tujuannya adalah untuk
mematikan mikroorganisme patogen dan mengurangi populasi mikroorganisme
hingga batas-batas yang memungkinkan sedikit memperpanjang umur simpan pangan
tersebut.
D. Sanitasi
Pengertian higiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara
dan
melindungi
kebersihan
individu
subyeknya.
beratkan
kegiatan
dan
tindakan
yang
perlu
untuk
diproduksi,
selama
dalam
proses
pengolahan,
minuman
tersebut
siap
20
untuk
dikonsumsikan
kepada
keamanan
dan
kemurnian
makanan,
mencegah
semua
bahan
makanan
yang
tersedia
langsung
21
makanan
yang
berbeda-beda
dan
dapat
membusuk,
22
pembersihan,
penyajian.
Dalam
penjamah
makanan
pengolahan
proses
pengangkutan
pengolahan
sangatlah
besar
makanan,
sampai
peran
peranannya.
dari
Penjamah
Staphylococcus
tenggorokan,
aureus
kuman
ditularkan
Clostridium
melalui
perfringens,
hidung
dan
Streptococcus,
pengolahan
yang
baik
adalah
tidak
terjadinya
23
24
III.
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan ini akan dilaksanakan di UD. Yuasafood
Berkah Makmur, Wonosobo selama kurang lebih 25 hari kerja atau
150 jam kerja selama pertengahan bulan Januari 2014 hingga
Februari 2014.
B. Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi yang akan dikaji dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
ini adalah:
1. Kondisi umum perusahaan
a. Sejarah dan lokasi perusahaan
b. Tujuan pendirian perusahaan
2. Manajemen perusahaan
a. Struktur dan sistem organisasi
b. ketenagakerjaan
3. Proses pengolahan
a. Bahan dasar dan bahan tambahan
b. Proses pengolahan buah carica menjadi manisan carica
c. Alat dan mesin produksi
4. Proses
pasca
produksi
meliputi
pengemasan
dan
penyimpanan
5. Proses distribusi dan pemasaran
6. Sanitasi dan pengolahan limbah
25
manisan
carica
di
UD.
Yuasafood
Berkah
Makmur,
Wonosobo.
2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang
dikaji
untuk
memperoleh
data
yang
sesuai
dengan
kondisi
sebenarnya.
3. Jenis dan teknik pengambilan data
a. Data primer
- Praktek langsung di UD. Yuasafood Berkah Makmur,
-
Wonosobo.
Wawancara dengan staff, karyawan, dan petugas observasi
terhadap kegiatan dan hasil pengolahan manisan carica di
26
Minggu
Kegiatan
27
II
III
IV
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi dan Lokasi Perusahaan
1. Sejarah dan Lokasi Perusahaan
UD. Yuasafood Berkah Makmur adalah salah satu industri pengolahan buah
carica yang ada di kota Wonosobo. Latar belakang didirikannya industri pengolahan
carica karena tanaman carica hanya dapat tumbuh di daerah Dataran tinggi Dieng,
serta buahnya tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga dengan mengolah
buahnya menjadi manisan carica dapat dikonsumsi secara praktis serta menambah
nilai ekonomi buah tersebut.
UD. Yuasafood Berkah Makmur merupakan badan usaha kecil menengah
yang resmi dan berbadan hukum. Perusahaan ini dirintis oleh Bapak Trisila Juwantara
pada tahun 2001 yang bergerak di bidang pengolahan buah carica menjadi produk
koktail, jus, sirup, selai, dan manisan dengan berbagai kemasan yang menarik seperti
gelas jar, tube plastik, pouch, dll. Dalam merintis usaha tersebut, beliau berbekal ilmu
yang dimiliki dari Sekolah Tenik Menengah Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Temanggung dan pengalaman bekerja pada perusahaan awal tempatnya bekerja,
akhirnya ia memutuskan untuk membuka usaha sendiri.
Tujuan awal didirikan usaha ini untuk pekerjaan diri sendiri yang bersifat
profit oriented, akan tetapi dengan berjalannya waktu dapat membantu masyarakat
sekitar yang memiliki kesulitan sama. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 21 Juni
2001. UD. Yuasafood Berkah Makmur membuka pabrik pertamanya di Desa
Sibunderan, Jl. Dieng Km. 3,5 Krasak, Mojotengah, Wonosobo, Jawa Tengah.
28
Produk olahan buah carica Yuasafood Berkah Makmur memiliki nama dagang
Indo Buavica. Awalnya produk yang dihasilkan adalah manisan basah carica kemasan
kaleng tetapi karena biaya produksi yang dikeluarkan terlalu besar serta konsumen
juga mengeluhkan kesusahan untuk mengkonsumsinya, kemudian dilakukan inovasi
baru dengan kemasan berbahan gelas jar serta plastik dengan berbagai macam bentuk
yaitu cup, mangkok, pouch dan gelas air mineral. Selain mengganti bahan
pengemasannya juga dilakukan inovasi pada produk yang dihasilkan antara lain selai
carica, serta sari buah carica.
Seiring berkembangnya usaha manisan buah carica tersebut, UD. Yuasafood
Berkah Makmur melebarkan produksi tidak hanya berbahan dasar carica, juga
membuat usaha manisan salak. Selain itu, juga ditambah dengan produksi kripik yang
terbuat dari berbagai jenis jamur.
Pengolahan manisan carica telah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) pembuatan manisan serta Standar Nasional Indonesia (SNI) koktail buah
dalam kaleng (SNI 01-3834-2004). Manisan carica tersebut telah memiliki sertifikasi
halal Majelis Ulama Indonesia (MUI), sertifikasi HACCP, dan sertifikasi Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga (P. IRT).
Awal mula berdirinya UD. Yuasa Berkah Makmur pada tahun 2001, bapak
Trisila Juwantara merintis usaha pengolahan buah carica dengan dibantu 3 orang
karyawan menghasilkan produk olahan koktail carica yang lezat dan unik dengan
kemasan kaleng. Mesin yang digunakan saat itu adalah mesin pengalengan yang
29
30
31
2. Memproduksi carica in sirup yang aman, sehat, dan mudah dikonsumsi oleh semua
masyarakat.
3. Menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat sekitarnya.
2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
UD. Yuasafood Berkah Makmur secara visual berada di Desa Sibunderan di
Jl. Dieng km 3,5 Krasak, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah. Lokasi industri tersebut merupakan tempat tinggal pemilik perusahaan,
bapak Trisila dengan memanfaatkan lahan di samping tempat tinggal. Lokasi industri
carica tersebut jauh dari keramaian sehingga lebih nyaman dalam melakukan proses
produksi, akan tetapi lokasi industri tersebut dekat dengan pemukiman penduduk
sehingga harus lebih memperhatikan sanitasi dan pengolahan limbah agar tidak
mengganggu masyarakat sekitar. Lokasi perusahaan yang berada dekat pemukiman
penduduk tersebut juga menyebabkan industri sulit untuk memperluas lokasinya.
Tata letak dari industri carica tersebut disesuaikan dengan alur produksinya.
Dimulai dari tempat pengumpulan bahan baku sampai ke proses pengemasan produk
jadi sesuai dengan tata letak ruangan yang telah diatur agar memudahkan karyawan
dalam melakukan pekerjaannya. Fasilitas yang diberikan dari masing-masing ruangan
juga dilengkapi agar proses produksi berjalan lebih efektif.
Lokasi perusahan ini termasuk strategis karena memiliki keuntungan dari segi
tata letak, seperti bertempat dekat dengan pusat bahan baku utama buah carica yang
berasal dari Dataran Tinggi Dieng. Selain itu Yuasafood juga dekat dengan pemasaran
produk, yaitu toko makanan, outlet, hingga tempat wisata pemandian air panas alami
32
Kalianget. Serta lokasi tersebut dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan untuk
transportasi.
3. Struktur dan Sistem Organisasi Perusahaan
UD. Yuasafood Berkah Makmur didirikan dalam bentuk usaha
mandiri
yang
mempunyai
struktur
organisasi
yang
masih
33
secara
keseluruhan
terhadap
segala
sesuatu
yang
jangka
panjang.
Pemimpin
perusahaan
juga
adalah
jawab
orang
membantu
yang
mempunyai
pimpinan
tugas
perusahaan
dan
dalam
kepada
pimpinan.
terhadap
pimpinan
Sekretaris
bertanggung
perusahaan
atas
jawab
kemajuan
34
c. Bendahara
Bendahara bertugas mengelola keuangan pada perusahaan.
Mencatat dan mengawasi keluar masuknya uang di perusahaan
yang dipergunakan untuk kepentingan perusahaan, baik untuk
keperluan produksi maupun untuk gaji karyawan. Serta membuat
pembukuan untuk kemudian dilaporkan pada pimpinan perusahaan.
Selain itu juga melakukan perencanaan pengeluaran mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Bendahara
bertanggung jawab langsung kepada pimpinan perusahaan.
d. Kepala bagian produksi
Kepala bagian produksi merupakan orang yang bertugas
mengkoordinasi semua kegiatan produksi dan mengawasi jalannya
produksi mulai dari pemilihan bahan baku sampai produk akhir.
e. Kepala Bagian Gudang
Kepala bagian gudang bertanggung jawab atas jumlah stok
bahan yang ada di dalam gudang dan memantau stok produk.
f. Kepala Bagian Quality Control
Kepala bagian quality control bertugas mengatur, mengawasi,
dan mengecek setiap berlangsungnya proses produksi mulai dari
pemilihan bahan baku sampai produk akhir. Kepala bagian quality
35
control bertanggung jawab atas mutu produk mulai dari bahan baku
sampai produk siap dipasarkan.
g. Kepala Bagian Pengadaan dan Umum
Kepala bagian pengadaan dan umum bertugas membantu
semua bagian mulai dari pengadaan bahan baku, bahan tambahan,
peralatan proses produksi, sampai produk akhir.
h. Kepala Bagian Sales dan Marketing
Kepala bagian sales dan marketing bertanggung jawab
terhadap pemasaran produk meliputi pembuatan program-program
guna
memperluas
jangkauan
pemasaran,
omset
penjualan,
36
Tidak
ada
kriteria
khusus
dalam
penerimaan
pengembangan
karyawan
bertujuan
untuk
tersebut,
sehingga
pemimpin
perusahaan
dapat
pengembangan
karyawan
dilakukan
dengan
cara
membicarakan
tentang
keluhan
atau
yang
dihadapi,
37
d. Jam istirahat
38
Jam istirahat karyawan setiap hari pada pukul 12.30 - 13.00 WIB, untuk hari
Jumat khusus laki-laki istirahat dimulai lebih awal yaitu pada jam 11.30 - 13.00 WIB
karena menunaikan ibadah sholat Jumat.
e. Sistem penggajian dan kesejahteraan karyawan
UD. Yuasafood Berkah makmur memberikan gaji kepada karyawan dua kali
sebulan yaitu pada tanggal 1 dan 15. Pemeberian gaji untuk karyawan tergantung dari
kehadiran karyawan serta jam kepulangannya. Jika karyawan pulang lebih dari waktu
yang ditentukan maka akan dihitung lembur, sedangkan pada bagian produksi gaji
secara borongan tergantung banyaknya manisan yang dihasilkan setiap harinya.
Kesejahteraan karyawan juga terpenuhi dengan adanya tunjangan hari raya, mushola,
cuti bagi karyawan yang sakit maupun yang sedang hamil dan melahirkan.
B. Proses Pengolahan
1. Bahan Baku dan Bahan Tambahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan manisan carica terdiri dari buah
carica dieng dan gula sebagai bahan baku, dan digunakan bahan tambahan juga
seperti air, garam, asam sitrat, siklamat, dan natrium benzoat.
a. Buah carica
Buah carica pada UD. Yuasafood Berkah Makmur diperoleh dari beberapa
supplier dari petani dan pedagang carica yang berasal dari Dieng. Buah carica bukan
merupakan jenis buah musiman, sehingga buahnya bisa diperoleh setiap hari.
Yuasafood setiap hari mendapat pasokan buah carica sebesar 1 ton. Sistem yang
digunakan petani dalam mengirimkan buah carica yaitu sistem mingguan. Petani
39
sudah dibuatkan jadwal per minggu hari apa dia dapat memasukkan buah carica ke
Yuasafood. Tujuan dilakukan penjadwalan agar tidak terjadi penumpukkan barang
yang masuk. jika musim panen raya tiba yang terjadi pada musim penghujan petani
dan pedagang bisa mengirim carica tiga kali dalam seminggu. Satu kali pengiriman
petani dan pedagang membawa buah carica 200-700 kg buah carica, bahkan ada pula
petani besar yang memasukkan buah carica sebanyak 1 ton per minggu. Tingkat
kematangan buah carica yang diberikan oleh petani setiap hari dapat dilihat pada
Gambar 2.
Spesifikasi
Dataran tinggi Dieng
40
Ciri fisik
Buah
carica
matang
pohon,
kulit
berwarna
hijau
Aroma
Lainnya
41
lebih awet. Mikroba perusak yang dihambat terutama jenis bakteri karena bakteri
membutuhkan tempat hidup dengan Aw tinggi. Gula rafinasi yang digunakan pada
UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 3.
42
juga digunakan untuk membersihkan lantai sekitar. Air dialirkan satu jam sekali pada
bagian lantai pengolahan maupun produksi agar terhindar dari debu maupun kotoran.
Berikut standar air PDAM yang telah ditetapkan oleh UD. Yuasafood Berkah
Makmur tersaji pada Tabel 2.
Tabel. 2 Standar Air PDAM
NO
1.
Standar
Memenuhi syarat standar air minum
Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, bebas logam berat,
2.
bebas mikroba e. colly dan colliform
Diambil dari saluran air PDAM atau sumber mata air untuk PDAM
3.
Sumber: Divisi Quality Control UD. Yuasafood Berkah Makmur (2014)
d. Garam
Setelah buah carica di iris sesuai ukuran yang diinginkan, dan sebelum buah
carica mengalami proses blanching, pada buah carica direndam dengan air garam
selama 3 menit. Perendaman air garam akan membantu memepertahankan dan
mendorong kemantapan jaringan sel bahan yang dihasilkan, sehingga akan
memudahkan proses pengolahan dalam pembuatan produk pangan.
Buah dan sayur dapat mengalami perubahan tekstur menjadi lunak akibat
pelunakan selulosa dan perubahan pektin menjadi bentuk yang mudah larut. Sehingga
diperlukan perendaman menggunakan air garam untuk mencegahnya. Selain itu,
garam juga dapat mencegah dari proses pencoklatan enzimatis.
Berikut standar garam yang digunakan untuk perndaman buah carica yang ditetapkan
oleh UD. Yuasafood Berkah Makmur seperti yang tersaji pada Tabel 3.
43
Standar
Berwarna putih
2.
3.
4.
Berlabel
5. Halal
Sumber: Divisi Quality Control UD. Yuasafood Berkah Makmur (2014)
e. Asam sitrat
Asam sitrat digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan sirup. Asam
sitrat yang digunakan berwarna putih, serbuk kering, dan berbentuk Kristal. Asam
sitrat pada proses pembuatan sirup buah pada manisan carica bertindak sebagai
penegas rasa dan juga dapat menyelubungi after taste yang kurang disukai. Sifat asam
dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Penambahan asam sitrat pada proses pembuatan sirup buah ditunjukan dapat
memperoleh nilai pH 3,5 4,0. Nilai pH yang rendah dapat membantu menghambat
pertumbuhan mikroba pada manisan.
Asam sitrat juga bertindak sebagai sekuestran (zat pengikat logam).
Sekuestran dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat
mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam tersebut dalam bahan, sehingga senyawa
ini dapat membantu menstabilkan warna, cita rasa dan tekstur. Logam-logam yang
diikat antara lain, Mg, Fe, Co, Cu, Zn dan Mn.
44
f. Natrium benzoat
Natrium benzoat atau asam benzoat (C6H5COONa) ditambahkan pada saat
pembuatan sirup buah. Na benzoat bertindak sebagai pengawet bahan makanan dan
untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Na benzoat berwarna putih,
granula tanpa bau atau hampir bau, bubuk kristal atau serpihan. Memiliki fungsi
sebagai anti mikroba yang optimum pada pH 2,5-4,0. Penggunaan maksimal Na
benzoat sebagai bahan penambah pangan yaitu sekitar 0,05%- 0,10%.
g. Pewarna sintesis
Penggunaan pewarna pada pembuatan manisan dilakukan untuk member
kesan menarik sehingga dapat disukai konsuumen, menyeragamkan warna buah,
menstabilkan warna buah, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan
mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. Penambahan bahan pewarna
dilakukan pada saat proses blanching dengan cara perebusan dalam air mendidih
Pewarna yang digunakan merupakan pewarna yang aman untuk makanan,
dengan standar yang ditetapkan oleh UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada
Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Standar pewarna makanan
No.
1.
Standar
Sunset yellow
2.
Bentuk serbuk
3.
Kondisi kering
4.
45
5.
6.
Belum kadaluarsa
7. Halal
Sumber: Divisi Quality Control UD. Yuasafood Berkah Makmur (2014).
2. Mesin dan Alat Pengolahan
Walau masih digolongkan sebagai usaha kecil, namun UD. Yuasafood Berkah
Makmur memiliki mesin dan alat pengolahan yang tidak sedikit. Mesin dan peralatan
yang digunakan untuk pengolahan pada perusahaan ini antara lain pisau, timbangan,
keranjang sealer, refraktometer, pH meter, sendok, ember, tangki pemasak, bak
pendingin, dan masih banyak lainnya. Berikut beberapa keterangan mengenai mesin
dan peralatan yang digunakan:
1. Pisau
Pisau yang digunakan untuk pengolahan merupakan pisau yang terbuat dari
stainless steel. Pisau merupakan peralatan utama yang digunakan pada saat
pengupasan buah, pemotongan buah, pengecilan ukuran buah, dan sortasi daging
buah yang cacat. Pisau yang berukuran besar dan lebih panjang biasanya digunakan
untuk membelah buah carica yang telah dikupas menjadi dua bagian, sedangkan pisau
yang lebih kecil digunakan untuk membersihkan kulit dan kotoran carica, serta untuk
pengecilan ukuran carica. Pisau yang digunakan di UD. Yuasafood Berkah Makmur
tersaji pada gambar 4.
46
Gambar 4. Pisau
2. Keranjang plastik
Keranjang plastik yang dimiliki Yuasafood terdiri dari beberapa ukuran.
Keranjang plastik berukuran kecil biasanya digunakan untuk mengangkat carica yang
telah direndam untuk ditiriskan dan dilakukan proses selanjutnya. Keranjang
berukuran sedang digunakan untuk meletakkan carica di ruang sortasi, dan digunakan
wadah manisan carica selama proses produksi. Sedangkan keranjang plastik yang
berukuran besar digunakan untuk meletakkan carica kemasan sementara, sebelum
disimpan di gudang penyimpanan. Keranjang yang digunakan di UD. Yuasafood
Berkah Makmur tersaji pada Gambar 5.
47
3. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan baku dan menimbang
manisan yang akan dikemas. Ada dua jenis timbangan yang digunakan, yaitu
timbangan analitik dan timbangan digital. Timbangan yang digunakan di UD.
Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 7 & 8.
48
4. Juicer
Mesin ini digunakan untuk menghancurkan biji carica bersama lendirnya yang
kemudian diambil sarinya yang selanjutnya digunakan sebagai larutan pengisi
manisan maupun sebagai jus dan sirup carica. Juicer yang digunakan di UD.
Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 9.
49
50
untuk mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor ke suatu proses. Boiler yang
terdapat di UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 11.
pada
industri
pengolahan
carica
digunakan
untuk
mengukur
51
52
9. Cup sealer
Cup sealer merupakan alat yang digunakan untuk menutup kemasan carica.
Dalam penggunaannya, sealer diatur suhu penutupannya sesuai dengan spesifikasi.
Cup sealer yang digunakan UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 14.
53
11. Termometer
Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengecek suhu secara
berkala. Termometer ini biasanya digunakan saat exhausting
dan pasteurisasi.
Termometer yang digunakan UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar
16.
54
penutupan
kemasan.
Dalam
penggunaannya,
plastik
ini
dipotong
55
penyimpanan ini selama tujuh hari, jika buah tidak matang maka akan dikembalikan
kepada supplier.
Buah carica yang disimpan pada suhu ruang bertujuan untuk mengetahui
penurunan kualitas secara bertahap sejalan dengan berlangsungnya proses transpirasi,
respirasi, dan perubahan biokimiawi dan fisiologis. Buah carica yang disimpan juga
akan mengalami pelayuan karena terjadinya penurunan kadar air, yang disebabkan
oleh proses respirasi dan transpirasi secara terus-menerus. Aktivitas respirasi dan
transpirasi ini menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi yang ada pada buah,
sehingga dalam jangka waktu tertentu akibat penggunaan dan perombakan zat nutrisi
tersebut, buah mengalami kemunduran mutu dan kerusakan fisiologis. Ruang
penyimpanan buah carica di UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 19.
ukuran,
dan
warna.
Tujuan
56
dilakukannya
sortasi
adalah
untuk
57
58
D. Pemotongan carica
Setelah perendaman dan getah terangkat, dilakukan proses pembelahan buah
carica menjadi dua bagian, dengan cara dipotong bagian tengahnya secara horizontal.
Proses pembelahan juga mempermudah dalam proses pemisahan antara biji dan
daging buahnya. Proses pemotongan buah carica dan hasilnya di UD. Yuasafood
Berkah Makmur tersaji pada Gambar 24 & 25.
59
dimasak dengan ditambahkan gula dan asam sebagai larutan pengisi manisan. Selain
itu, ekstrak dari biji buah carica tersebut dapat digunakan sebagai produk sirup.
Proses pemisahan biji dan hasilnya di UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada
Gambar 26-28.
60
61
62
perendaman buah tidak sampai kaku maka akan mempengaruhi tekstur buah pada
proses exhausting, buah akan terlalu lunak.
Buah yang sudah direndam selanjutnya dicuci untuk menghilangkan larutan
garam, pada saat pencucian juga dilakukan pemilihan terhadap buah yang rusak
ataupun buah yang masih ada sisa kulit agar hasil manisan yang dikemas tidak terasa
pahit. Proses perendaman dengan air garam dan pencucian buah carica di UD.
Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 32 & 33.
63
dengan berat buah carica 130 gram, 150 gram dan 270 gram. Gelas yang telah diisi
dengan buah (dan sirup) kemudian dilakukan proses exhausting hingga suhu larutan
mencapai suhu 60oC, 20 menit yang dilanjutkan dengan penutupan gelas secara
manual. Tujuan exhausting adalah untuk menghilangkan sebagian besar udara dan
gas-gas lain dari dalam bahan dan kaleng sesaat sebelum dilakukan penutupan gelas
jar. Exhausting penting dilakukan untuk memberikan kondisi vakum yang baik dalam
head space pada kaleng setelah penutupan. Proses pengisian sirup dan proses
seaming di UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 34 & 35.
64
tersebut selama dalam penanganan dan penyimpanan. Proses pemanasan dapat dibagi
menjadi tiga yaitu: pasteurisasi, pemanasan 100oC dan pemanasan diatas 100oC
(Winarno, 1993).
Pasteurisasi merupakan proses termal dengan suhu sedang (mild heat
treatment) yang diberikan pada produk pangan, biasanya di bawah suhu 100 oC.
Tujuan pasteurisasi adalah membunuh mikroba vegetatif tertentu, terutama patogen
dan inaktivasi enzim. Proses pasteurisasi untuk kemasan gelas jar, dilakukan dengan
menggunakan dandang besar dan prinsip pasteurisasi ini adalah pengukusan.
Perlakuan pasteurisasi tersebut berbeda dengan kemasan manisan lainnya karena
apabila kemasan kaca di masukkan pada panci yang berisi air tanpa adanya pembatas
airnya dikhawatirkan akan terjadi benturan-benturan yang menyebabkan kerusakan
pada kemasan. Pasteurisasi ini digunakan suhu 85-87oC selama 45 menit. Perhitungan
waktu selama 45 menit ini dilakukan setelah suhu dandang mencapai 85 oC kemudian
produk dimasukan dan selama 45 menit dilakukan pengecekan suhu, apabila suhu
melebihi 87oC maka api harus dikecilkan, dan apabila suhu terlalu rendah maka api
harus dinaikan sehingga suhu menjadi stabil 85-87oC.Proses pasteurisasi tidak
mematikan semua mikroba vegetatif dan hampir semua bakteri pembentuk spora,
akan tetapi dengan adanya pengaturan pH, penambahan pengawet, dan pengaturan
aktivitas air pada manisan carica sehingga akan meminimumkan pertumbuhan
mikroba pada produk. Pasteurisasi merupakan proses pemanasan sedang sehingga
hanya sedikit perubahan pada karakteristik produk pangan seperti perubahan nutrisi
65
dan sensori, namun kelemahan pasteurisasi adalah umur simpan produk yang terbatas
atau pendek.
J. Pendinginan
Proses pendinginan setelah dilakukannya pasteurisasi bertujuan untuk
mempermudah serta mempercepat proses pengangkutan dan pelabelan. Pendinginan
untuk kemasan gelas jardengan menyiram mula-mula dengan air hangat secara
perlahan untuk menurunkan risiko kejut panas (thermal shock) terhadap kemasan
seperti pecah dan retak akibat perubahan suhu yang cepat, sehingga unutk kemasan
ini tidak dilakukan perendaman dengan menggunakan air dingin. Pendinginan
tersebut juga bertujuan untuk menurunkan suhu manisan dan menghilangkan lengket
karena tumpahan larutan gula yang menempel di luar kemasan. Proses pendinginan di
UD. Yuasafood Berkah Makmur tersaji pada Gambar 36.
66
67
68
69
70
71
C. Produk Akhir
1. Spesifikasi Produk Akhir
Produk akhir yang dihasilkan dari UD. Yuasafood Berkah Makmur salah
satunya adalah manisan carica. Produk umumnya dikemas secara higienis dalam
botol kaca yang tertutup rapat. Pertimbangan dalam pemakaian botol kaca adalah
daya tahan produk dapat lebih lama sekitar 1 tahun dalam penyimpanan normal, inert
(tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa, dan tahan
lingkungan), selama pemakaian bentuknya tetap, tidak berbau dan tidak berpengaruh
terhadap isi atau kualitas produk, serta kemasan botol yang transparan mempermudah
kontrol kualitas produk. Namun, kemasan botol memiliki beberapa kelemahan, yaitu
mudah pecah, bobot besar sehingga biaya transportasi tinggi, perlu bahan pengemas
kedua (kardus). Oleh karena itu dibuat kemasan alternatif yang lebih murah, lebih
ringan, praktis, dan tidak mudah pecah yaitu menggunakan cup plastik, namun
kemasan cup plastik juga memiliki kelemahan, yaitu masa simpan hanya dapat
72
mencapai
bulan
sehingga
diperlukan
bahan
tambahan
pangan
untuk
memperpanjang masa simpan menjadi 1 tahun dan produk juga dapat berubah jika
terlalu sering terkena sinar matahari langsung. Setiap botol memiliki netto sebesar
350 gram. Sedangkan setiap cup plastik memiliki netto sebanyak 250 gram.
2. Penanganan Produk Akhir
Proses pembuatan manisan carica berakhir pada proses pendinginan. Dari bak
pendinginan, penanganan yang dilakukan adalah penirisan, perapian, pelabelan,
pengepakan, dan penyimpanan produk. Manisan yang dihasilkan dikemas dalam
berbagai ukuran yaitu glass jar 360 gram, cup plastik mangkok 250 gram, cup aqua
220 gram, dan 250 gram pada kemasan pouch. Setelah diberi label manisan
masukkan dalam kardus sesuai ukuran dan jumlahnya, lalu disimpan di gudang
penyimpanan untuk siap dipasarkan.
D. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk
mengendalikan kontaminasi yang mungkin terjadi pada pangan sehingga dihasilkan
produk yang aman untuk dikonsumsi karena hanya produk hasil industri yang
bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Pengendalian mutu tersebut
berlandaskan pada pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Makin modern tingkat
industri makin kompleks dan makin canggih pula ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperlukan untuk menangani mutunya. Pengendalian mutu dilaksanakan di
73
industri seluruhnya mengarah kepada pencapaian produk akhir yang sesuai dengan
standar mutu produk yang berlaku dan produk yang seragam.
Pada dasarnya pengendalian mutu yang dilakukan di industri dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu pengendalian mutu bahan baku dan bahan
tambahan, pengendalian mutu proses, dan pengendalian mutu produk akhir.
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku dan Bahan Tambahan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian mutu bahan baku dan bahan tambahan
untuk menyeleksi bahan baku sehingga terpilih bahan dengan kualitas terbaik yang
digunakan untuk produksi. Pengendalian mutu bahan baku dan bahan tambahan
dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan tambahan yang
baru datang. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan manisan carica di UD.
Yuasafood Berkah Makmur adalah buah carica, gula dan air.
UD. Yuasafood Berkah Makmur mendapatkan buah carica dari pedagang dan
petani buah carica, pada saat perusahaan tersebut belum begitu maju seperti saat
sekarang ini, bahan baku diperoleh dengan cara pihak perusahaan mendatangi para
petani Dieng, namun seiring berjalannya waktu dan mengalami kemajuan maka para
petani Dieng sebanyak 20 orang secara rutin. Petani buah carica memiliki
penjadwalan waktu memasok buah carica tersebut, tujuannya agar tidak terjadi
penumpukan bahan baku dan akan membusuk begitu saja jika tidak diolah. Buah
carica yang disuplai oleh pihak petani Dieng apabila kondisinya belum matang atau
masih berwarna hijau maka bahan baku tersebut masih diterima oleh pihak
74
perusahaan akan tetapi apabila tujuh hari setelah pihak petani Dieng menyuplai carica
tersebut masih belum matang maka seluruh buah carica yang belum matang tersebut
akan dikembalikan kembali ke pihak petani. Selain itu jika pada saat akan dilakukan
proses pengupasan dan ditemukan buah carica yang busuk maka buah tersebut akan
dikumpulkan dan ditimbang dan setelah itu akan dikembalikan ke pihak supplier. Air
yang digunakan dalam proses pembuatan manisan ini berasal dari PDAM Wonosobo
sehingga pengawasan mutu telah dilakukan oleh Perusahaan Air Minum tersebut.
Syarat air minum antara lain tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mengandung logam atau bahan kimia berbahaya, bersih, jernih, derajat kesadahan
nol, serta tidak mengandung mikroba berbahaya. UD. Yuasafood Berkah Makmur
memiliki standar penerimaan bahan baku, dalam hal ini mengenai penerimaan
terhadap buah carica dari supplier yaitu para pedagang dan petani tanaman carica.
UD. Yuasafood Berkah Makmur mendapatkan gula dari agen yang khusus
menyediakan gula untuk keperluan industri. Kendali mutu dilakukan dengan
pengecekan sesuai standar gula yang dimilki oleh UD. Yuasafood Berkah Makmur,
antara lain gula kristal putih (rafinasi), warna gula putih, bentuk dan ukuran kristal
halus sampai agak kasar, kenampakan bersih dan halal.
Bahan pembantu yang digunakan adalah pengatur keasaman (asam sitrat),
natrium benzoat (pengawet) dan garam dapur. Kendali mutu untuk masing-masing
bahan dilakukan oleh supplier yang berada di daerah Semarang dan Wonosobo sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
75
76
Sortasi merupakan tahap pemilihan buah carica yang siap diolah. Buah carica
dipilih berdasarkan tingkat kematangannya, karena terkadang ada buah yang sudah
terlalu masak bahkan ada buah yang sudah busuk, sehingga perlu dilakukan
pemilihan tersebut agar dihasilkan manisan carica yang bermutu baik. Buah yang
baik mutunya untuk di olah menjadi manisan memiliki tekstur agak lunak dan
kulitnya berwarna hijau kekuningan sampai kuning.
Pengupasan dilakukan untuk memisahkan daging buah carica dengan
kulitnya. Pengupasan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau stainless
steel. Penggunaan pisau berbahan stainless steel tersebut agar tidak mengakibatkan
adanya reaksi dengan daging buah yang banyak mengandung getah. Pisau yang
dipergunakan juga harus tajam agar hasil kupasan lebih rata dan bagus. Pengendalian
mutu pada proses pengupasan ini dilakukan secara visual yaitu dengan melihat hasil
buah yang dikupas, bila masih terdapat kulit yang tertinggal maka akan menurunkan
mutu manisan carica yang dihasilkan.
Proses pencucian dilakukan dengan cara merendam buah carica pada bak
penampung yang berisi air bersih. Pencucian tersebut berfungsi untuk menghilangkan
getah pada buah carica, pada tahap ini kenampakan buah carica bersih dari getah.
Pembelahan yaitu membelah daging buah carica menjadi dua bagian yang
sama besar. Pengendalian mutu pada tahapan ini dilakukan secara visual yaitu dengan
melihat ukuran buah karena pembelahan buah ini ukurannya berbeda-beda tergantung
dari ukuran buah yang dibelah, apabila kemasan yang digunakan gelas jardan pouch
maka buah dibelah secara vertikal dan pada kemasan ini buah dipilih yang memiliki
77
ukuran besar, sedangkan untuk kemasan cup mangkok dan gelas air mineral platik
makan buah dibelah secara horizontal.
Pemisahan biji dilakukan untuk memisahkan daging buah dan biji, karena
keduanya akan memiliki perlakuan yang berbeda. Biji buah carica yang dilapisi oleh
selaput putih akan dijadikan sirup. Pemisahan biji tersebut dilakukan dengan
menggunakan sendok. Pemisahan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak daging buahnya dan pada tahap ini daging buah harus benar-benar bersih
dari bijinya.
Daging buah yang dipisahkan dengan bijinya kemudian dicuci kembali untuk
menghilangkan getah yang masih tersisa setelah dilakukan pencucian pertama
(perendaman dalam bak penampung). Daging buah harus bersih karena apabila masih
terdapat getah pada daging buah maka akan mempengaruhi produk akhirnya yaitu
berasa pahit dan gatal. Daging buah yang telah bersih kemudian diiris atau dikecilkan
ukurannya. Ukuran irisan daging buah tersebut 5 cm dan lebar 3 cm. pengirisan ini
dilakukan menggunakan pisau stainless steel untuk menghindari adanya reaksi
dengan daging buah. Pengirisan buah ini disesuaikan dengan lekuk yang terdapat
pada daging buahnya. Pengendalian mutu pada tahap pengirisan dilakukan secara
visual yaitu dengan membuang bagian-bagian buah yang tidak di pergunakan seperti
ujung bagian atas dan bawah daging buah yang akan mempengaruhi hasil irisan
daging buah serta menghilangkan kulit-kulit yang masih terdapat pada bagian luar
daging buah.
Perendaman daging buah dalam larutan garam dilakukan selama 3-5 menit.
Pengendalian mutu dilakukan secara visual yaitu dengan memegang daging buah
78
tersebut dan sedikit menekannya, apabila tekstur buahnya sudah keras maka larutan
garam dibuang. Daging buah yang sudah direndam kemudian dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan garam yang menempel pada daging buah tersebut.
Pencucian ini dilakukan dengan sedikit demi sedikit agar daging buah tersebut benarbenar bersih dan tidak ada garam yang menempel.
Kemasan atau wadah memiliki peran penting untuk membantu pengawetan
bahan makanan. Wadah dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan dan
melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya dari bahaya pencemaran dan
gangguan fisik. Tahap pewadahan daging buah ke dalam kemasan, dimana kemasan
tersebut telah dicuci terlebih dahulu. Wadah atau kemasan botol berbahan kaca
(gelas). Kaca merupakan bahan pengemas yang paling inert (tidak mudah berekasi
dengan produk), dapat digunakan kembali, tahan gas dan tahan uap air. Pengendalian
mutu yang dilakukan pada tahapan ini yaitu dengan melihat kemasan tersebut
mengalami kerusakan atau tidak, tidak terdapat kotoran dalam kemasan tersbut
sehingga daging buah tetap aman di konsumsi. Selain itu kebersihan kenampakan
daging buah juga harus diperhatikan agar tidak terdapat produk yang terbuang karena
adanya noda pada daging buah. Jumlah atau banyaknya daging buah berbeda-beda
pada setiap kemasan. Apabila kemasan-kemasan tersebut telah diisi daging buah,
kemudian ditambahkan sirup. Pengisian larutan pengisi bertujuan untuk menambah
rasa dan flavor, mempercepat transfer panas dan mencegah korosi karena akumulasi
O2. Pengendalian mutu yang dilakukan pemeriksaan pH, dan derajat brix dari larutan
79
pengisi tersebut agar menghasilkan manisan buah carica yang tahan lama dan
memiliki cita rasa yang khas.
Kemasan yang telah diisi buah carica dan larutan pengisi kemudian dilakukan
exhausting. Proses exhausting dilakukan hingga suhu larutan mencapai suhu 60oC,
20 menit yang dilanjutkan dengan penutupan gelas secara manual. Tujuan exhausting
adalah untuk menghilangkan sebagian besar udara dan gas-gas lain dari dalam bahan
dan kaleng sesaat sebelum dilakukan penutupan gelas jar sehingga tekanan di dalam
gelas lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Exhausting juga memiliki tujuan lain
yaitu mencegah korosi dan perubahan oksidatif produk. Exhausting penting dilakukan
untuk memberikan kondisi vakum yang baik pada head space pada kaleng setelah
penutupan. Pengaturan head space bertujuan untuk menghindari swelling
(pengembungan) dan leaking (kebocoran akibat kurangnya larutan pengisi).
Pengendalian mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan memperhatikan
suhu dan lama waktu yang digunakan, karena apabila waktu yang digunakan terlalu
lama maka akan menyebabkan tekstur buah menjadi terlalu lunak dan akan
menurunkan mutu produk.
Setelah proses exhausting selesai dilanjutkan dengan proses seaming/closing.
Pengendalian mutu pada proses seaming adalah dengan memperhatikan kerapatan
penutupan karena apabila tidak tertutup dengan rapat maka akan menyebabkan
adanya udara dan gas-gas lain yang masuk ke dalam kemasan maka akan
menyebabkan penurunan mutu karena dengan adanya udara dalam kemasan maka
produk akan cepat mengalami kerusakan.
80
81
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
82
sambal, jam dan jeli, manisan, agar, dan makanan lain 1 g/kg sedangkan penambah
pengatur keasaman asam sitrat untuk makanan pelengkap serealia 25 g/kg, makanan
bayi kalengan 15 g/kg, coklat dan coklat bubuk 5 g/kg, dan makanan-makanan lain
seperti pasta tomat, jam atau jeli, minuman ringan, udang, daging, kepiting dan
sarden kalengan, margarin, keju, saos, sayur dan buah kaleng pemakaiannya
secukupnya.
Pengendalian mutu yang dilakukan pada tahap ini yaitu pengukuran pH dan
kadar gula. pH sirup tersebut sekitar antara 3,5-4,5 dan kadar gula untuk kemasan
gelas jar 20-22obrix. Semakin tinggi kadar gulanya maka tingkat kemanisannya juga
semakin tinggi, tingkat kemanisan manisan carica ini disesuaikan dengan permintaan
konsumen. Sebelum ditambahkan ke dalam kemasan yang sudah diisi daging buah,
sirup tersebut harus disaring terlebih dahulu agar tidak terdapat bahaya fisik yang
tidak diinginkan.
3. Pengendalian Mutu Produk Akhir
Pemerintah telah menetapkan standar kualitas untuk produk manisan.
Produsen hendaknya bersedia untuk memenuhi kriteria mutu yang telah ditetapkan
oleh pemerintah tersebut.Kriteria mutu yang harus diperhatikan dari manisan ;untuk
rasa : enak, renyah, manis, dan segar rasa khas buah, bau : Bebas bau, dan
penampakan manisan tergantung jenis buahnya.
Pengendalian mutu pada produk akhir ini dilakukan secara visual yaitu dengan
cara melakukan uji sampel manisan yang kemudian diamati perubahan pada sampel
tersebut. Sebelum manisan di distribusikan maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
sampel dengan menyimpan satu kemasan manisan selama tujuh hari di dalam oven
83
inkubasi. Setelah tujuh hari maka diamati secara visual mengenai ada tidaknya
perubahan pada manisan tersebut dan apabila terdapat kecembungan pada tutup
kemasan maka manisan yang sesuai dengan tanggal produksi manisan yang di uji,
tidak akan di distribusikan.
Secara visual produk manisan carica berwarna kuning terang sesuai dengan
warna buahnya, daging buah renyah, rasa manis, aromanya khas buah carica, larutan
sirupnya encer, dan tidak terdapat noda hitam pada daging buah.Pengendalian mutu
produk akhir juga dilakukan dengan cara menguji sensoris manisan carica yang
dihasilkan setiap hari agar didapatkan hasil yang maksimal pada rasa, aroma, warna
dan tekstur yang paling diinginkan konsumen. Kemasannya yang transparan
membantu dalam pengamatan warna dan produk yang ada di dalam kemasan selama
penyimpanan berlangsung. Selain dilakukan uji sensoris, sirup carica juga di uji
kimiawi untuk pH dan tingkat kemanisannya.
Pengendalian mutu juga dilakukan pada proses penyimpanan produk akhir
yang mengutamakan FIFO, yaitu first in first out, agar produk yang diproduksi lebih
dulu tidak menumpuk terlalu lama dan mengalami kemunduran kualitas serta mutu di
pasaran.
E. Sanitasi dan Pengolahan Limbah
Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, hingga
saat ini sanitasi memiliki fasilitas jauh dari kebutuan penduduk yang meningkat
jumlahnya. Akibatnya, munculah berbagai penyakit yang disebabkan kurangnya
84
85
kegiatan produksi
untuk
mengelola
lingkungan
dengan
cara
memperbaiki,
terhindar
dari
penyakit
atau
kecelakaan
karena
mencegah
terlanggarnya
lingkungan
pencemaran
nilai
kerja
estetika
yang
pada
hasil
konsumen
bersih,
aman
olahan,
serta
dan
mencegah
mengusahakan
nyaman.
Sanitasi
86
Mengurangi
kerusakan
hasil
produksi
pengolahan
dan
sanitasi
dinding.
Lantai
pabrik
pada
ruang
produksi
mudah
dibersihkan,
tahan
terhadap
bahan
kimia,
87
Sedangkan
bahaninternit
konstruksi
berwarna
langit
terang,
tahan
langit
lama,
terbuat
tidak
dari
mudah
sapu
panjang
maupun
menggunakan
angin
compressor.
Syarat dinding yang baik untuk ruang produksi adalah dinding
yang mudah dibersihkan serta kedap terhadap air.Untuk itu dinding
pada ruang produksi dilakukan pelapisan dengan menggunakan cat
minyak pada dinding hingga ketinggan 3 m. Digunakannya cat
minyak karena sifatnya yang kedap terhadap air serta lebih mudah
dalam membersihkannya karena permukaannya yang licin daripada
88
dilakukan
setiap
hari
menggunakan
kain
dan
busa
disemprot
dengan
menggunakan
angin
89
pembilas
sepatu
karyawan
yang
dilengkapi
dengan
tangan
pekerja
sangat
menentukan
sanitasi
90
munculnya
kontaminan,
karyawan
diwajibkan
tidak
diperkenankan
memakai
perhiasan
atau
91
manisan
carica
tidak
boleh
merugikanatau
92
karyawan
yang
dilengkapi
dengan
desinfektan
yang
93
a. Limbah cair
Limbah cair terdiri dari air sisa pencucian, sisa sabun, sisa kaporit, sisa kapur,
dan lainnya. Limbah tersebut dialirkan melalui selokan ke dalam kolam
penampungan dan pengendapan kemudian diencerkan dengan penambahan air dari
sungai. Setelah melalui bak pengendapan, air dialirkan kembali ke sungai dalam
kondisi sudah netral (hasil penelitian dan analisa oleh laboratorium perindustrian
provinsi Jawa Tengah).
b. Limbah padat
Limbah yang dihasilkan adalah berupa kulit carica, biji carica, dan kotoran
lainnya. Penanganan limbah padat ini adalah dengan memasukkan kotoran ke dalam
kantong plastik (karung) dan dimasukkan ke dalam bak penampungan sementara.
Selanjutnya setiap dua kali sehari bak penampungan dibersihkan dan sampah yang
tertampung dipindahkan ke tempat pembuangan akhir.
c. Limbah gas
Limbah gas berupa gas sisa pembakaran dan uap air yang dialirkan melalui
cerobong uap, dan jendela ventilasi yang sudah diberi blower dan screen.
F. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik.
Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk
melaksanakan sebuah strategi dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan
kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman. Menggunakan instrumen ini
94
dapat menolong para perencana untuk memperkirakan apa yang bisa dicapai, dan halhal apa saja yang perlu diperhatikan untuk mencapai perkiraan tersebut (Start, 2011).
Analisis SWOT dilakukan dengan tujuan untuk melihat kekuataan dan
kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi UD. Yuasafood
Berkah Makmur Wonosobo, baik dalam proses perkembangan pabrik secara umum
maupun proses pengolahan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman.
Analisis SWOT mencakup empat hal yaitu: 1) Strengths (kekuatan) atau
keunggulan yang dimiliki perusahaan; 2) Weakness (kelemahan) yang dimiliki oleh
perusahaan itu sendiri; 3) Opportunities (peluang) atau kesempatan yang berasal dari
luar atau masyarakat terhadap perusahaan; 4) Threats (ancaman) yang berasal dari
luar perusahaan.
1. Strengths (Kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki oleh UD. Yuasafood Berkah Makmur adalah :
a. Industri ini pada musim penghujan melakukan pengupasan dalam jumlah
yang banyak, sehingga manisan carica yang dihasilkanpun dipastikan dapat
memenuhi permintaan konsumen dari berbagai daerah. Peramalan jumlah
bahan baku yang tepat ini merupakan kekuatan bagi industri ini karena tidak
akan terjadi kekurangan atau kelebihan produksi manisan buah carica yang
signifikan.
95
b. Setiap hari sudah ada jadwal yang jelas untuk kapan mulai dan berakhirnya
proses produksi manisan buah carica. Pekerja-pekerja di industri benar-benar
mengawasi keseluruhan jalannya proses produksi bahkan sampai lembur
sehingga proses produksi manisan buah carica sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan.
c. Bahan baku buah carica mudah diperoleh apabila musim hujan karena
produksi buah tersebut melimpah. Bahan baku ini diperoleh dari pemasok
yaitu petani dari dataran tingggi Dieng, dan apabila terjadi kelebihan
jumlahbuah carica hijau yang dipasok, buah tersebut akan disimpan hingga
akhirnya buah tersebut menjadi kekuningan. Selain itu, apabila dalam satu
hari pembuatan manisan buah carica terlalu banyak, maka hasil dari produksi
dapat digunakan untuk cadangan sewaktu-waktu kekurangan bahan baku dan
manisan tersebut akan disimpan dalam gudang dan langsung bisa
didistribusikan apabila permintaan konsumen melonjak.
d. Produk manisan buah carica di UD.Yuasafood Berkah Makmur dipercaya
memiliki mutu yang baik, rasanya enak, dan telah memiliki sertifikat HACCP.
Bahan baku yang digunakan bermutu baik sehingga akan diperoleh hasil
manisan buah carica yang bermutu baik.
e. Produk yang dipasarkan khususnya manisan dikemas dalam berbagai macam
kemasan, sehingga konsumen dapat memilih sesuai kebutuhan atau tingkat
ekonomi.
96
f. Industri ini mempunyai jaringan pemasaran yang luas dengan adanya agen,
distributor, dan grosir di beberapa daerah di Indonesia.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimiliki oleh UD. Yuasafood Berkah Makmur sesuai pendapat
penulis adalah:
a.
b.
Bahan baku yang dipasok oleh petani penyalur bahan baku tersebut
terkadang telah berwarna kekuningan sehingga sering terjadi penumpukan
bahan baku yang seharusnya diolah namun tenaga pengupas yang cenderung
sedikit, hal ini akan menyebabkan buah carica yang dipasok dengan kondisi
warna yang kekuningan cepat mengalami kebusukan.
c.
d.
Limbah buah carica seperti biji dan kulit buah yang dibuang
ditampung dalam bak penampungan sampah dibuang dalam kurun waktu dua
kali sehari ke tempat pembuangan sampah akhir, sehingga hal ini
menimbulkan bau yang tidak sedap.
97
e.
f.
3. Opportunities (Peluang)
Peluang yang terdapat pada UD. Yuasafood Berkah Makmur adalah :
a. Adanya penjadwalan dalam produksi maka proses produksi dapat berjalan
dengan lancar. Peluang untuk mengembangkan produksi itu ada.
b. Terjadi perluasan pasar dan pemasaran manisan buah carica yang dulu hanya
sekitar Wonosobo namun sekarang sudah mencapai luar kota bahkan luar
Jawa.
c. Banyak beberapa turis asing dan Dinas Pemerintah yang berkunjung ke UD.
Yuasafood Berkah Makmur sehingga tidak menutup kemungkinan ada
perluasan promosi dan kemungkinan untuk melakukan kerjasama. Perluasan
pangsa pasar internasional dalam rangka mengenalkan buah khas Dieng dan
meningkatkan keuntungan perusahaan.
d. Adanya pangsa pasar yang sudah dikuasai oleh UD.Yuasafood Berkah
Makmur membuat distribusi produk manisan buah carica tidak mengalami
kesulitan.
98
e. Sejauh ini industri ini sudah memiliki banyak pelanggan tetap dan pangsa
pasar khusus sehingga memiliki peluang atau kesempatan untuk terus
mempertahankan usahanya, sehingga kedepannya industri manisan buah
carica ini dapat lebih maju dan terus berkembang.
f. Industri manisan UD.Yuasafood Berkah Makmur selalu memasarkan
produknya dengan kemasan rapi sehingga ada peluang bagi UD.Yuasafood
Berkah Makmur untuk memasarkan produknya ke supermarket karena daya
simpan yang cukup tinggi tidak menimbulkan kekhawatiran bagi konsumen.
4. Threats (Ancaman)
Ancaman yang dihadapi oleh UD. Yuasafood Berkah Makmur adalah :
a. Banyaknya hasil produk yang belum dikeluarkan dari gudang mengakibatkan
beberapa produk rusak sehingga tidak dapat dipasarkan.
b. Permintaan
konsumen
meningkat,
namun
kapasitas
produksi
tidak
mencukupi.
c. Jarak distribusi ke luar kota dari tempat produksi dengan pasaran cukup jauh,
maka UD.Yuasafood Berkah Makmur harus menghadapi tantangan distribusi
yang cukup rumit dan memerlukan persiapan serta cara khusus.
d. Banyaknya industri di sekitar UD.Yuasafood Berkah Makmur yang juga
memproduksi manisan buah carica. Hal ini menyebabkan persaingan di
sekitar industri ini sendiri.
Tabel 4. Analsis Swot :
99
Opportunities
Threats
1. Memiliki
banyak 1. Adanya
permintaan
pelanggan tetap dan
konsumen
yang
pangsa pasar khusus
berubah-ubah
2. Adanya
penjadwalan
menyebabkan jadwal
produksi
produksi tidak pasti
3. Distribusi produk yang 2. Adanya
perubahan
luas sampai ke luar pulau
harga carica ketika
jawa
bahan baku sedikit
akan
menyebabkan
produksi terganggu.
3. Munculnya
industri
manisan carica lain
disekitar
CV.
Yuasafood
Berkah
Makmur
akan
menimbulkan
persaingan
Strength
Strategi S O
Strategi S T
1. Peramalan
jumlah 1. Peningkatan
kapasitas 1. Menjaga kepercayaan
bahan baku yang tepat
produksi
dengan
konsumen
dengan
2. Pekerja-pekerja
di
penjadwalan yang pasti
menjaga
kualitas
industri benar-benar 2. Perluasan
daerah
produk
mengawasi
pemasaran
2. Promosi produk yang
keseluruhan jalannya 3. Mempertahankan kualitas
lebih gencar
proses produksi
produk manisan carica 3. Penjadwalan
bahan
3. Adanya
cadangan
yang dihasilkan
baku yang jelas agar
bahan baku
tidak
terjadi
4. Produk carica yang
kekurangan
bahan
dihasilkan oleh CV.
baku
Yuasa Food memiliki
kualitas yang baik
5. Produk manisan carica
telah
memiliki
sertifikat HACCP
100
Weakness
Strategi W O
Strategi W T
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan di
UD. Yuasafood Berkah Makmur dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. UD. Yuasafood Berkah Makmur memiliki struktur organisasi
perusahaan yang cukup jelas. Namun, manajemen organisasi
belum tertata baik dimana masih terjadi tumpang tindih
tanggung jawab untuk masing-masing bagian.
2. Proses pengolahan manisan carica terdapat beberapa tahapan,
yaitu pembuatan manisan carica dan pembuatan sirup buah.
101
pertama
buah
carica,
pemotongan
carica,
exhausting,
seaming,
pasteurisasi,
pendinginan,
ditetapkan.
menggunakan
atribut
Selain
itu,
keselamatan
karyawan
yang
sudah
lengkap,
tetapi
atribut
102
5. Pengendalian mutu manisan buah carica yaitu pengendalian mutu bahan baku
meliputi : sortasi, standar penerimaan bahan baku, pengendalian mutu produk
selama proses produksi meliputi: lama perendaman dalam larutan garam,
pemantauan suhu exhausting, pemantauan suhu pasteurisasi, pengendalian pH
dan kadar gula sirup sebagai larutan pengisi, pengendalian mutu produk akhir
meliputi: spesifikasi produk akhir dan penanganan produk akhir.
6. Masalah yang terjadi pada proses pengalengan sering terjadinya manisan yang
berubah warna, tekstur, swelling and leaking. Hal ini dipengaruhi dalam proses
pengendalian mutu proses pengolahan manisan carica. Alternatif yang dilakukan
adalah dengan memperhatikan proses pengendalian mutu baik dari bahan dasar,
pengendalain mutu pada saat proses produksi dan pengendalian mutu produk
akhir.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
103
diperhatikan
karena
104
DAFTAR PUSTAKA
Adnany, Z. 2013. Carica / Pepaya Gunung Khas Dataran Tinggi Dieng Wonosobo.
Departemen Pertanian, Wonosobo.
Afifah, R. 2010. Quality Qontrol Proses Pembuatan Manisan Carica. Tugas akhir.
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Desrosier, N. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan.UI-Press, Jakarta.
Dinas Pertanian Subdin Hortikultura Kabupaten Wonosobo. 2008. Deskripsi Usulan
Flora Carica (Carica candamarcensis) Kabupaten Wonosobo. Wonosobo,
Distan Kabupaten Wonosobo.
Endang, S.
2009. Manisan Carica. http://endangsw33t.wordpress.com/2009/
04/15/manisan-carica/ . on-line diakses pada 19 Desember 2013.
Hasanah, U.N. 2010. Proses Produksi Manisan Carica. Tugas akhir. Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hidayat, N. 2010. Pengembangan Produk & Teknologi Proses Manisan Buah.
http://ptp2007.wordpress.com. On-line diakses pada 19 Desember 2013.
Hidayat S. 2000. Potensi dan Prospek Pepaya Gunung (Carica pubescens Lanne & K.
Koch) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Di dalam Seminar
Sehari Mencari Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman
Hortikultura Menjadi Ketahanan Pangan. Prosiding seminar. Bogor, 5
November 2000. Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI
Bogor. hlm 89-95.
Khairani, C. 2007. Pengolahan Buah-buahan. Di dalam Petunjuk Teknis Teknologi
Pendukung Pengembangan Agribisnis di Desa P4M1 Nomor:
01/Juknis/CK-AD/P4MI/2007. Departemen Pertanian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian BPTP Sulawesi Tengah.
Santosa, E. 2012. Khasiat Carica Dieng. http://www.pesonadieng.com/2012 /
04/khasiat-carica-dieng.html . on-line diakses pada 19 Desember 2013.
105
LAMPIRAN
1. Lampiran Surat Keterangan Selesai Melaksanakan PKL
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
7. Lampiran hingga
Diagramsuhu
Alir Proses
Pembuatan
Pengisi
Exhausting,
larutan
pengisi Sirup
60oC,
20 yang
menittidak hancur
Biji carica
Disaring
Pasteurisasi, 45 menit
Ekstrak dimasak hingga setengah mendidih t 30 menit
Pendinginan
Packaging
Disaring
Disaring
116
Sirup Carica
Ampas
117
118
119
120