Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik dan Kualitas Sperma Manusia

Berlangsungnya spermatogenesis pada mammalian ditandai oleh pembentukan sperma pada saat
pubertas yang berasal dari stem cell (spermatogonia) lapisan basal dari tubulus seminiferus di
dalam testis. Sperma merupakan sel yangmempunyai karakteristik sangat khusus, dengan
struktur umum terdiri atas 2 bagian utama (Gambar 1), yaitu bagian kepala yang terlibat dalam
interaksi sperma-sel telur dan bagian ekor (flagellum). Kepala sperma berisi inti yang
mengandung DNA genom haploid, kantung akrosom yang mengandung enzim-enzim hidrolitik,
dan sedikit sitoplasma sel. Flagellum terdiri atas bagian midpiece berisi mitokondria yang
terutama berfungsi dalam pembentukan energi, dan bagian principal piece yang berfungsi dalam
pergerakan (motilitas) sperma.

Gambar 1. Sperma Manusia dalam Potongan Longitudinal. 6

Sperma tidak dapat mensintesis protein, karena sel ini tidak mempunyai organel yang penting
dalam sintesis protein (ribosom). Selain itu sperma juga tidak mempunyai organel sel untuk
sintesis lipid (retikulum endoplasma, badan Golgi) ataupun untuk pemecahan lemak (lisosom
dan peroksisom). Setelah diproduksi di dalam testis, sperma akan disimpan di dalam saluran
epididimis, kemudian ketika ejakulasi sperma melewati saluran vas deferens, dan urethra. Ketika
melewati saluran-saluran tersebut, sperma bercampur dengan senyawa hasil sekresi kelenjarkelenjar assesorius, seperti kelenjar prostat, vesika seminalis, kelenjar littre atau periurethra, dan
kelenjar bulbourethra atau Cowper. Sekret kelenjar-kelenjar tersebut kemudian dinamakan
seminal plasma atau plasma semen.3,5 Kualitas sperma serta plasma semen yang dikeluarkan saat
ejakulasi sangat menentukan keberhasilan fertilisasi. Beberapa parameter dalam mengukur
kualitas sperma dansemen yang normal (baik) dapat dilihat pada Tabel 1.7
Peran Ion pada Motilitas Sperma:
Ketika Sperma Berada di Saluran Epididimis. Ketika masih berada dalam tubulus seminiferus
testis, sperma belum mempunyai kemampuan bergerak (immotil), tetapi memperlihatkan adanya
gerakan fibrator yang sangat terbatas. Selain itu sperma tersebut tidak mempunyai kapasitas
untuk membuahi sel telur. Sperma matang secara bertahap memperoleh kemampuan gerak
progresifnya ketika melewati saluran epididimis, mulai dari bagian awal (kaput), kemudian
bagian tengah (korpus) dan akhirnya di bagian akhir (kauda). Bersamaan dengan hal tersebut,
lingkungan mikro dalam saluran epididmis mengalami perubahanperubahan sebagai berikut:
-

Peningkatan densitas sperma karena adanya resorpsi air oleh epitel saluran epididimis
Penurunan konsentrasi ion sodium (Na+) dan peningkatan ion kalium (K+) pada cairan

epididimal.
Keasaman (pH) cairan epididimal, dari yang bersifat asam di bagian kaput epididimis

menjadi bersifat basa di bagian kauda.


Peningkatan osmolaritas cairan epididimal dari bagian kaput ke bagian kauda.
Peningkatan konsentrasi senyawa glycerylphosphorylcholine (GPC), lipid total,

fosfolipid, asam siallat, dan protein total.


Peningkatan konsentrasi karnitin di cairan epididimal.

Pada bagian kauda epididimis, sperma yang sudah memperoleh kemampuan gerak progresif dan
kemampuan memfertilisasi telur disimpan dan beristirahat (quiescence state) sampai saat
diejakulasikan ke saluran reproduksi wanita. Dari beberapa penelitian in vitro dengan

menggunakan sperma hamster dari bagian kauda epididimis diketahui bahwa kemampuan
motilitas progresif sperma diperoleh ketika sperma tersebut dilarutkan dalam medium fisiologis
yang mengandung ion kalsium (Ca). Ketika sperma dilarutkan dalam larutan alaminya seperti
cairan epididimal atau dalam medium yang tidak mengandung Ca, mereka tidak bergerak
(immotil). Ion kalsium (Ca) diperlukan untuk menginisiasi motilitas sperma. Selain itu dari
penelitian in vitro pada sperma kauda epididimal tikus diketahui bahwa larutan NaCl, KCl juga
berperan dalam motilitas sperma.5,8
Ketika Sperma berada di Saluran Reproduksi Wanita
Beberapa saat setelah sperma diejakulasikan di saluran reproduksi wanita, sperma mengalami
proses yang disebut kapasitasi. Kapasitasi sperma merupakan fenomena kompleks yang dialami
sperma ketika berada di saluran reproduksi wanita yang menyebabkan sperma mempunyai
kemampuan menempel pada sel telur dan berfusi ke dalamnya. Selama proses ini terjadi
perubahan sifat biokimia dan biofisik pada sperma dan terutama pada membrane plasmanya.
Kapasitasi sperma berhubungan erat dengan adanya perubahan pada fluiditas membran,
konsentrasi ionion intraseluler, dan metabolismenya. Proses kapasitasi menyebabkan sperma
menjadi responsif terhadap inductor untuk terjadinya reaksi akrosom. Perubahan yang dapat
diamati dalam proses kapasitasi sperma adalah adanya perubahan pola dalam motilitasnya
sehingga sperma menjadi hiperaktif. Hiperaktivitas sperma dicirikan oleh gerakan flagellum
yang tegas dan tidak linear, hilangnya kolesterol dari membran plasma, destabilisasi membran,
peningkatan pH intraseluler dan peningkatan konsentrasi ion Ca2+, kemudian diikuti oleh
aktivasi system second messenger. Selain ion Ca2+, konsentrasi ion Na+, Cl- , K+ dan
bikarbonat juga berperan dalam memodulasi proses kapasitasi sperma.4,9

Tabel 1. Nilai Normal Semen Manusia Sebagai Parameter Mengukur


Kualitas Sperma Dan Plasma Semennya Parameter kualitas Nilai
normal semen manusia

Motilitas Sperma
Flagellum yang diistilahkan secara umum sebagai ekor sperma, merupakan bagian sperma yang
berperan dalam perolehan kemampuan motilitas sperma dan kemampuan penetrasi sperma ke
dalam sel telur saat fertilisasi. Motilitas sperma terjadi oleh adanya struktur sitoskeletal di bagian
internal flagellum yang disebut aksonem. Pada bagian midpiece, aksonem dikelilingi oleh outer
dense fiber (ODF) dan mitokondria, sedangkan di bagian principal piece lapisan fibrous (fibrous
sheath) mengelilingi aksonem. Aksonem disusun oleh kira-kira 250 protein, antara lain protein
motor, protein pengikat Ca, enzim-enzim kinase atau fosfatase, dan lain-lain. Struktur utama
aksonem terdiri atas 9 + 2 pasangan mikrotubul yang dilengkapi oleh lengan dinein. Dinein
merupakan molekul enzim ATPase yang akan menguraikan ATP menjadi energi untuk

pergerakan sperma. Inisiasi motilitas flagellum sperma dipicu oleh peru-bahan komposisi dan
konsentrasi ion-ion yang terjadi dalam flagellum ketika sperma berada di saluran reproduksi
wanita, dan oleh adanya substrat tertentu pada saluran tersebut yang berasal dari sel telur.
Perubahan lingkungan mikro yang dialami oleh sperma tersebut di dalam saluran reproduksi
wanita menyebabkan aktivasi protein yang terlibat dalam metabolism energi maupun proteinprotein motor untuk pergerakan sperma. Berbagai jenis perubahan ionik di sekitar sperma
menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi membran, aliran ion Ca2+ dan Na+ ke dalam sperma
(Ca2+ influx dan Na+ influx), aliran ke luar ion K+ (K+ efllux), peningkatan pH intraseluler, dan
aktivasi enzim-enzim yang terlibat dalam kaskade sinyal pemicu motilitas (Gambar 2).

Gambar 2 Signaling pathway pada transmembran sperma yang mengaktifasi motilitasnya.


Cholestrol (HDL) efflux menyebabkan perubahan fluiditas membran pada saat terjadinya proses
kapasitasi sperma. Sperm-activating peptide (SAP) mengikat dan mengaktivasi enzim
transmembran guanil siklase (mGC) melalui atau tanpa melalui reseptor (R). Nitric oxide (NO)
mengaktivasi enzim guanil siklase yang terlarut (sGC). Aktivasi enzim guanil siklase
menyebabkan peningkatan konsentrasi cyclic Guanin Monophosphate (cGMP) yang selanjutnya
mengaktifasi

kanal

kalium

(K+),

sehingga

menyebabkan

potensial

membrannya

terhiperpolarisasi. Hiperpolarisasi membran(Em!) menstimulasi beberapa kanal, ion exchanger


dan juga enzim transmembran adenil siklase (mAC). Selain itu enzim adenil siklase yang terlarut
dapat diaktivasi oleh ion bikarbonat (HCO3 -). Aktivasi enzim ini menyebabka peningkatan
konsentrasi cyclic Adenosin Monophosphate (cAMP), yang selanjutnya dapat memfosforilasi

enzim protein kinase A (PKA) dan juga protein tirosin kinase (PTK). Fosforilasi enzim-enzim
tersebut selanjutnya memfosforilasi protein-protein dalam flagellum untuk memodulasi
pergerakan sperma. Peningkatan konsentrasi Ca2+ intraseluler dapat memodulasi gerakan
flagellum asimetri yang menyebabkan perubahan arah gerak dari sperma dan akhirnya
menyebabkan gerakan kemotaksis sperma menuju sel telur.10 Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa berbagai jenis kanal ion terdapat pada sperma (Gambar 5).4

Gambar 5. Berbagai Jenis Kanal Ion dan Lokalisasinya pada Bagian Sperma.
Beberapa kanal ion Ca2+ telah berhasil dideteksi terdapat pada sperma, seperti voltage-gated
Ca2+ (Cav), CatSpers.13,14 Dari hasil penelitian diketahui bahwa sperma dari mencit knock-out
Cav isoform 2 dan 3 memperlihatkan adanya peningkatan dalam linearitas aktivitas
pergerakkannya, tetapi mencit tersebut tetap fertil. Sedangkan mencit jantan hasil penelitian
knock-out CatSper1 diketahui infertile yang disebabkan oleh ketidakmampuan sperma
mengalami hiperaktivasi. Telah diketahui bahwa ion Ca2+ sangat diperlukan dalam menginisiasi

dan memelihara motilitas dalam proses hiperaktivitas melalui interaksinya secara langsung
dengan komponen-komponen yang membentuk aksonem. Protein kanal lain yang juga terdapat
pada sperma dan diduga berperan dalam motilitas adalah cyclic nucleotidegated channel (CNG)
dan transient receptor potensial channel (TRP). Inhibitor dari kanal TRP diketahui dapat
menghambat motilitas sperma manusia.17,18 Untuk keluar masuk ion K+, di sperma telah
diidentifikasi kanal voltagegated K channel, Ca2+-activated K channel dan inwardly rectifying
K channel (Kir); sedangkan untuk ion Na+ sperma mempunyai kanal Na+/HCO3- cotransporter
dan juga epithelial Na+ channels (ENaCs).
Penelitian akhir-akhir ini juga menemukan adanya jenis kanal ion lain pada sperma, yaitu
voltage dependent selective anion channel (VDAC). Kanal ion VDAC banyak ditemukan di
membran luar mitokondria dan berperan dalam mengatur keluar masuk ion-ion, metabolit
termasuk ATP dari dan keluar mitokondria. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sampson et al
dengan menggunakan metode knockout mouse pada gen yang menyandi subtipe 3 dari VDAC
(VDAC3) diketahui bahwa protein ini berperan dalam motilitas sperma. Mencit jantan mutan
homozigot dari penelitiantersebut infertil. Mencit tersebut mempunyai sperma dengan jumlah
normal tetapi motilitas spermanya mengalami penurunan yang signifikan. Mencit jantan yang
normal (wild type) mempunyai persentase sperma motil 70 % sedangkan pada mutan yang
homozigot hanya mempunyai 17 % sperma motil. Peran kanal VDAC3 dalam motilitas sperma
juga telah disugestikan dari penelitian analisis mutasi pada gen yang mengkode protein VDAC3
dari pasien infertil asthenozoospermia yang memiliki sperma dengan motilitas rendah. Penelitian
tersebut melaporkan bahwa dari 30 sampel sperma bermotilitas rendah dari pasien ditemukan 8
pasien mengalami berbagai jenis mutasi pada gen VDAC3, seperti delesi, substitusi, dan insersi.
Dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan pemberian in vitro antibody
poliklonal VDAC2 yang sudah dimurnikan pada sperma sapi diketahui bahwa anti-VDAC2
antibodi poliklonal tersebut dapat menurunkan sampai 10% motilitas sperma dibandingkan
dengan kontrol, tetapi penurunan motilitas sperma sapi tersebut tidak signifikan secara statistik.
Penelitian lanjutan dengan menggunakan antibodi poliklonal VDAC3 pada sperma
normozoospermia pria fertil melaporkan bahwa antibodi tersebut dapat menurunkan motilitas
sperma secara bermakna. Kemampuan molekul kanal ion dalam mengatur proses-proses
fisiologis sperma untuk mendukung fertilisasi membuat molekul ini menjadi target untuk
pengembangan bahan kontrasepsi pria post-testikuler di masa datang.

Pengaruh pH asam terhadap motilitas sperma


Sperma adalah satu satunya sel tubuh anusia yang menjalankan fungsinya diluar tubuh seorang
pria. Seminal plasma/semen, yg membentuk lingkungan mikro sperma memiliki peran penting
agar fungsi sel sperma tetap berjalan walaupun berada diluar tubuh. Semen adalah campuran dari
sekret testis,epididimis dan kelenjar genitalia assesoria. Cairan semen mengandung HCO 3-/ CO2,
ion ion anorganik, , asam asam organic, gula, lemak, steroid, asam amino, poliamino, basa
nitrogen, dan protein. Sehingga, semen memiliki kapasitas sebagai larutan penyangga yg sangat
tinggi, lebih tinggi dari sebagian besar cairan tubuh lainnya. Karena, pH dari cairan semen
memiliki peran penting tidak hanya dalam menjaga viabilitas dan kualitas, dari sperma, namun
juga memastikan terjadinya fertilisasi. Efek pH terhadap motilitas sperma telah diteliti pada
beberapa hewan seperti unggas, ikan, dan kerang dimana didapatkan seimpulan yang hampir
serupa yaitu peningkatan motilitas sel sperma pada kondisi lingkungan basa. Selain itu penelitian
terhadap pH semen manusia seringkali terfokus pada kasus kasus klinis. Pada suatu penelitian
dilaporkan bahwa pasien dengan oligospermia dan/atau asthenospermia memiliki pH semen
lebih rendah dari 7,2.
Pompa Na+/K+ ATPase berperan penring dalam mempertahankan motilitas sel sperma dengan
mempertahankan gradient Na+ transmembran. Sehingga gangguan atau hambatan pada pompa ini
akan menurunkan motilitas sperma. 4isoform (polipeptida yg menyusun pompa Na +/K+ ATPase)
merupakan polipeptida yang seringkali memainkan peran ganda sebagai Pompa Na +/H+
exchanger (NHE) yg meregulasi pH intraseluler spermatozoa, dimana perubahan pH semen
diduga juga akan mempengaruhi kerja pompa Na+/K+ ATPase yg akhirnya akan mempengaruhi
fungsi sel sperma seperti motilitas, inisiasi reaksi akrosom dan lain lain. Selain itu aktivitas
pompa Na+/K+ ATPase juga dibutuhkan untuk menjaga konsentrasi Ca + intraseluler, dimana
sebagian besar fungsi sel sperma mulai dari gerakan flagella, kecepatan renang spermatozoa,
kapasitasi sperma dan reaksi akrosom dipengaruhi oleh influx Ca +, dan gerakan spermatozoa
bergantung pada konsentrasi Ca+ bebas didalam sel.
Pada sebuah penelitan yg meneliti pengaruh pH terhadap motilitas sperma ditemukan bahwa
kondisi optimal bagi motilitas sperma adalah pH 7,2 dan 8,2 kemudian saat pH diturunkan
menjadi 6,2 dan 5,2 motilitas sel sperma menurun secara signifikan. Pada penelitian tersebut juga

ditemukan bahwa pH juga mempengaruhi tingkat metabolisme sel sperma sehingga mengganggu
vitalitas sel sperma. Sebagian besar sel sperma hidup lebih lama pada lingkungan basa dan netral
(pH 7,2 dan 8,2) dan cenderung berusia lebih pendek serta mengalami kerusakan membrane sel
pada lingkungan asam (pH 6,2 dan 5,2). Penjelasan mengenai peristiwa tersebut diduga berkaitan
dengan aktivitas pompa Na+/K+ ATPase yang ditemukan pada sebagian besar membran sel
mamalia dan tentu saja pada membrane sel sperma dimana pompa tersebut ditemukan paling
banya pada bagian medial dan posterior sel sperma. Dalam penelitian yang sama peneliti juga
menemukan aktivitas pompa Na+/K+ ATPase menurun pada pH 5,2 dan 6,2. Penurunan aktivitas
tersebut disebabkan pompa tersebut dapat berfungsi ganda sebagai Na +/H+ exchanger (NHE)
yang berperan dalam regulasi pH dalam sel sperma, sehingga pada saat terjadi peningkatan kadar
H+ intraseluler akibat Ph lingkungan yang asam, maka pompa Na+/H+ bekerja lebih aktif untuk
mengeluarkan kelebihan ion H+ sehingga akhirnya menghambat pompa Na+/K+ ATPase yang
berujung pada gangguan motilitas dan vitalitas sel sperma. Pompa Na +/K+ ATPase juga
berpartisipasi dalam mengatur konsentrasi Ca+ intraseluler dimana influks Ca+ berperan dalam
hipermotilitas sel sperma (penting dalam fertilisasi ovum), metabolism, reaksi akrosom dan
kapasitasi sperma. Lingkungan asam (pH5,2 dan 6,2) mengakibatkan penurunan aktivitas Na +/K+
ATPase dan berbanding lurus dengan influks Ca+ intraseluler.
Sel sperma dalam cauda epididdmis lebih cenderung immotile hal ini disebabkan karena sel
sperma larut dalam cairan yang asam karena mengandung asam laktat. Hal ini diduga agar sel
sperma tetap dalam kondisi inaktif sehingga tidak kehabisan energi. Saat sel sperma
diejakulasikan bersama dengan cairan semen yang merupakan campuran secret kelenjar
genitalia, yang memiliki pH basa akan menyebabkan pH intrasel mengalami alkalinisasi melalui
beberapa mekanisme yaitu efluks H+ menggunakan pompa Na+/H+ exchange dan influks HCO3dengan pompa NaCl/HCO3- exchange. Alkalinisasi intraseluler ini akan menyebabkan aktivasi
pompa Na+/K+ ATPase dan memicu motilitas sel sperma serta influks Ca+ ke dalam sel sperma.

Anda mungkin juga menyukai