Anda di halaman 1dari 14

HASIL LAPORAN STUDY TOUR PUSAT

PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA


( P3GI)

NAMA KELOMPOK :

Rizadewi Nurul A S
Rofika Illiyani ( 26
Romi Zaki
( 27
Soleha Rahma J ( 28

( 25 )
)
)
)

SMA NEGERI 2 SIDOARJO


TAHUN PELAJARAN 2012 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya Tim dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul HASIL LAPORAN STUDY TOUR
PUSAT PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA ( P3GI ) dengan lancar tanpa
halangan apa pun.
Makalah dengan judul HASIL LAPORAN STUDY TOUR PUSAT PENELITIAN
PERKEBUNAN GULA INDONESIA ( P3GI ) ini berisi laporan mengenai kunjungan ke Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia ( P3GI ) yang berada di Pasuruan, Jawa Timur pada
tanggal 17 Desember 2012 lalu. Diharapkan makalah ini dapat mengenal kepada pembaca lebih
jauh mengenai Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia ( P3GI ), serta menambah
pengetahuan pembaca mengenai gula yang sangat dikenal dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia ( P3GI ) atas informasi dan pengajaran yang
diberikan. Tak lupa Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Pak Amirul selaku Ketua
Penyelenggara serta Bu Beti, Bu Ariyanti, dan Pak Pri selaku Pembina sehingga sangat
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Tim Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangatlah dibutuhkan agar Tim dapat menyusun makalah yang
lebih baik lagi ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat begi pembaca sekalian.

Sidoarjo, 19 Desember 2012

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...
Daftar Isi
Bab 1
Pendahuluan .....................................................................................................................
Bab 2
Isi Laporan.........................................................................................................................
Bab 3
Kesimpulan........................................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada hari Senin, 17 Desember 2012 kami bersama seluruh teman-teman kelas XI SMA
Negeri 2 Sidoarjo mengunjungi Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) yang berada
di Pasuruan, Jawa Timur dalam rangka study tour tahunan. Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) merupakan suatu lembaga riset pergulaan di Indonesia yang memiliki sejarah
panjang dengan usia lebih dari 125 tahun, yang dahulu bernama Het Proefstation voor de Java
Suiker Industrie. Pada waktu didirikan pada tanggal 9 Juli 1887, institusi yang didirikan dengan
nama Het Proefstation Oost Java ini berperan dalam mendukung industri gula di wilayah Hindia
Belanda agar mampu memberikan pelayanan kepada stakeholders, penyandang dana dan para
pengguna teknologi gula. Ada dua hal yang melatarbelakangi berdirinya P3GI pada saat itu
yakni:
1. Menanggulangi serangan penyakit Sereh yang menghebat melanda hampir seluruh
tanaman tebu di dunia.
2. Mengimbangi dan memenangkan persaingan/ancaman gula bit khususnya dari Eropa
Dari dua permasalahan tersebut ternyata P3GI mampu mengendalikan dengan dirakitnya varietas
unggul tahan penyakit Sereh yakni varietas POJ 2878. Sejak berdirinya P3GI hasil varietas
rakitan P3GI diberi initial POJ = Proefstation Oost Java, dan sejak tahun 1957 diberi initial PS =
Pasuruan.

Proefstation menjadi kiblat industri gula tebu dunia dengan prestasi spektakuler yang
diraih pada tahun 1921 melalui penemuan varietas POJ 2878 yang dapat menyelamatkan industri
gula dunia dari serangan penyakit sereh dan pada tahun 1930 melalui penemuan varietas POJ
3016 karena mampu menghasilkan 18 ton gula per hektar. P3GI.
Secara kronologis garis besar perjalanan sejarah P3GI adalah sebagai berikut:

Tahun 1885 Het Preofstation Midden Java untuk pertama kali didirikan di Semarang.
Tahun 1886 menyusul Proefstation voor Suikerrient in West Java didirikan di Kagok.

Tahun 1887 Proefstation Oost Java didirikan di Pasuruan, dikenal dengan nama POJ

Tahun 1893 Proefstation di Semarang ditutup.

Tahun 1990 Proefstation di Kagok dipindahkan ke Pekalongan dan akhrinya ke


Semarang.

Tahun 1905 Proefstation di Semarang dan POJ Pasuruan secara Organisatoris menjadi
satu dan pada tahun 1925 secara fisik organisatoris menjadi satu di Pasuruan.

1942-1945 POJ dikuasai oleh Pemerintah Jepang.

Tahun 1945 Komite Nasional Indonesia mengambil alih POJ dari Pemerintah Jepang.

Tahun 1947 pekerjaan rehabilitasi POJ dilakukan oleh Pemerintah Belanda.

Dengan SK Mentan No. 229/Um/57 tanggal 10 Desember 1957 yang diperbaharui


dengan SK Mentan No. 49/Um/57 tanggal 17 April 1958 POJ diambil alih Pemerintah
Indonesia, dengan nama Balai Penyelidikan Perusahaan Perusahaan Gula (BP3G).

Status Balai tersebut oleh Dewan Pembina sekarang dikembalikan seperti sebelum
perang, yaitu suatu Balai Penyelidikan Perusahaan Perkebunan Gula yang diurus dan
dibiyayai oleh perindustrian gula sendiri.

Tahun 1963 BP3G pengurusannya diserahkan kepada Badan Pimpinan Umum


Perusahaan Perkebunan Gula Negara (BPU-PPN Gula) Jakarta.

Dengan SK Mentan No. 344/Kpts/Um/12/1968 Menteri Pertanian membentuk Dewan


Pembina BP3G yang diserahi tugas mengurus BP3G.

Tahun 1977-1978 diadakan diadakan rehabilitasi gedung BP3G yang penggunaannya


diresmikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia Prof. Ir. Soedarsono Hadisapoetro
pada tanggal 23 September 1978.

Dengan SK Mentan No. 136/Kpts/OP/3/1978 diadakan perubahan susunan keanggotaan


Dewan Pembina BP3G.

Tahun 1986 dengan Akte Notaris telah dibentuk Asosiasi BP3G.

Tanggal 11 Mei 1987 rapat Dewan Pembina mengubah nama BP3G menjadi P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).

Tanggal 9 Juli 1987 P3GI merayakan hari jadinya ke 100 tahun, dan bertepatan dengan
Peringatan Hari Jadi tersebut dilaksanakan Konferensi Gula Internasional ISSCT
(International Sugar Society Conference Technology) yang dilaksanakan di Indonesia.

Dalam kiprahnya P3GI merupakan lembaga yang mengabdi pada industri gula, secara consern
berpedoman pada Tri Dharma-nya yakni: Penelitian, Pelayanan, dan Pengembangan:

Melaksanakan penelitian untuk meningkatkan produksi gula maupun pemanis lainnya.


Menyampaikan hasil-hasil penelitian kepada klient (pengguna jasa) P3GI.

Memberikan bantuan teknis dan teknologi pada klientnya.

P3GI menjadi satu-satunya lembaga penelitian di Indonesia yang khusus meneliti tentang
gula dan pemanis, mulai dari sektor on-farm, off-farm hingga konsep kebijakan dan tata niaga.
Oleh karena itu, kinerja industri gula Indonesia tidak terlepas dari peran P3GI.
P3GI mempunyai tugas untuk menghasilkan berbagai inovasi teknologi dan produk bagi
kemajuan masyarakat gula, khususnya petani tebu dan Pabrik Gula (PG). Salah satu penyebaran
teknologi dan produk P3GI agar bisa diterapkan secara luas oleh para pengguna, dilakukan
melalui website. Pembuatan website P3GI diharapkan menjadi langkah awal untuk mendorong
interaksi yang lebih intensif antara penghasil dan pengguna teknologi, sehingga pada gilirannya
bisa mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas gula, serta kesejahteraan petani
tebu.
Perkembangan riset pergulaan nasional tidak bisa lepas dari peran P3GI sebagai centre of
knowledge pergulaan di tanah air. Dalam sejarah panjangnya, sejak masa Hindia-Belanda sampai
dengan era Sistem Tebu Sewa, peran P3GI cukup besar dalam membangun industri gula
nasional. Kala itu, di mata kalangan industri gula, P3GI dipandang sebagai lembaga yang
berwibawa. Kini P3GI terus berkarya demi kemajuan dan kejayaan industri gula Indonesia.

BAB 2
ISI LAPORAN

Hari / Tanggal
: Senin / 17 Desember 2012
Tempat
: Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Alamat
: Jalan Pahlawan No. 25 Pasuruan, Jawa Timur 67126
Waktu Kunjungan
: 09.00 11.15 WIB
Kunjungan kami ke Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) diawali dengan
mengunjungi tempat pembibitan tebu sebagai bahan baku gula, jenis tebu yang digunakan
bermacam-macam. Di P3GI terdapat beberapa varietas unggul yang sudah diteliti dan
dikembangbiakkan seperti PS 851, PS 862, PS 863, PS 864, PS 865, PS 881, PS 882, PS 921,
PSBM 901, PSCO 902, PSJT 941, Kidang Kencana, Kentung, dan Bululawang. Sedangkan
varietas yang ditunjukkan kepada kami adalah PS 881 dengan karakteristik sebagai berikut :

Nama peneliti
Pemilik Varietas
SK Pelepasan
Nomor
Tanggal
Tentang
Asal persilangan

: Hermono Budhisantosa, Eka Sugiyarta dan Mirzawan PDN


: Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
:
:
:
:

1368/kpts/SR.120/10/2008
8 Oktober 2008
Pelepasan Tebu Klon PSBM 88-113
Persilangan dari BQ 33 polycross

Sifat-sifat morfologis :
1. Batang
-

Bentuk ruas

: tersusun lurus, berbentuk konis sampai silindris

- Warna batang

: hijau kecoklatan

: tebal mempengaruhi warn ruas

Lapisan lilin

- Teras dan lubang

: kecil

- Alur mata

: tidak ada

2. Daun
-

Helai daun

- Warna daun

: hijau
: segitiga daun warna hijau kecoklatan

- Warna pelepah daun : hijau agak kecoklatan


-

Ukuran lebar daun

- Telinga daun

: lebar dengan helaian tegak


: ada, tinggi, kedudukan serong

Bulu bid. punggung : ada jarang, kedudukan rebah

Daun tua

: mudah lepas

3. Mata
-

Letak mata

: pada pangkal pelepah daun

Bentuk mata

: bulat, melebar pada tengah mata

Sayap mata

: berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata

Rambut jambul

: tidak ada

Pusat tumbuh

: di atas tengah-tengah mata

Ukuran

: sedang sampai besar

Sifat-sifat agronomis :
1. Pertumbuhan
- Perkecambahan

: sedang

- Kerapatan batang

: sedang

- Diameter batang

: sedang

- Pembungaan

: sedang

- Kemasakan

: awal

- Kadar sabut

: 13,47 %

2. Potensi hasil
Hasil tebu (ku/ha)

: 949 + 241

Rendemen (%)

: 10,22 + 1,64

Hablur gula (ku/ha)

: 95,80 + 26,30

3. Ketahanan Hama dan Penyakit


Penggerek batang

: toleran

Penggerek pucuk

: toleran

Blendok

: tahan

Leaf scorch

: tahan

Luka api

: toleran

Mosaik

: tahan

4. Kesesuaian lokasi
Cocok

untuk tipologi lahan tegalan

beriklim C2 (Oldeman)

dengan

jenis tanah

Inceptisol, Vertisol dan Ultisol


Varietas PS 881 sebelumnya dengan nama seri PSBM 88-113, merupakan
keturunan hasil persilangan polycross BQ 33 pada tahun 1988. Setelah diseleksi sejak
dini di wilayah Bungamayang, dan diuji adaptasi di wilayah Jawa Timur ternyata cocok
dikembangkan pada lahan dengan spesifik lokasi Inceptisol, Vertisol dan Ultisol dengan
tipe iklim C2 (Oldeman).
Potensi rendemen yang tinggi dengan kategori kemasakan awal giling, dengan pertumbuhan
cepat dengan kadar sabut sekitar 13-14%. Secara nyata kemasakan varietas PS 881
lebih cepat dari pada PS 851, dan sedikit lebih awal dari PS 862. Sebagai varietas
masak awal,yang penting bahwa selama tanaman telah berumur 8 bulan atau lebih,
maka pada bulan Mei-Juni harus sudah ditebang. Sifat pembungaan adalah sedang, oleh karena
itu jadwal tebang terhadap varietas ini harus lebih pasti.
Jenis tebu sebagai bahan baku tidak harus terpaku pada satu jenis tertentu. Jika suatu jenis tebu
berkurang, maka bisa menggunakan jenis tebu yang lain asal masih dalam satu varietas. Panen
untuk jenis tebu untuk pembuatan gula sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan adalah satu
tahun dengan daun tebu dikelupas 3-4 kali dalam setahun.
Selain dikembangbiakkan secara manual, yaitu dengan stek batang, tebu juga dapat
dikembangbiakkan dengan kultur jaringan. Bahan media yang digunakan untuk kultur jaringan
tebu antara lain tebu, kompos ( P ), tanah, dan pasir dengan perbandingan 1:3:1 atau tanah dan
pasir dengan perbandingan 3:1, serta polybag.Organ tanaman tebu yang biasa dikultur adalah
mata batang yang terdapat pada ruas-ruas tebu. Setelah pencampuran media tanam, mata batang
ditancapkan dengan mata menghadap ke atas setelah sebelumnya dibuat lubang sesuai dengan
diameter mata batang agar tidak tergores dan cacat. Proses pengkulturan jaringan tebu
membutuhkan total waktu 26 bulan, mulai masa pendederan 1,5 2 bulan, pengaklamasi, hingga
siap dipindahkan ke lahan, daun sebaiknya dipotong 2/3 bagian untuk mengurangi penguapan.
Sedangkan tebu yang dapat dijadikan bibit berusia 6-7 bulan dengan daun tidak boleh dikelupas.

P3GI sudah memiliki AMDAL dan terdaftar di pemerintah. Proses pengolahan limbah tebu
memerlukan lahan khusus sebagai tempat pengolahannya dengan metode tertentu. Limbah tebu
bisa dimanfaatkan misalnya ampasnya sebagai bahan bakar, blotong sebagai bahan pembuatan
pupuk, serta tetes tebu sebagai bahan pembuatan vetsin dan etanol ( alkohol ).
Setelah mengunjungi tempat pembibitan tebu, kunjungan dilanjutkan ke pabrik gula yang tidak
jauh dari tempat pembibitan. Di sana kami melihat mesin-mesin yang digunakan untuk proses
pembuatan gula yang meliputi :

Mesin elektrolisa yang terdiri dari


1. Mesin pengerja pendahulu (Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator Mark IV dan
Cane knife ( mesin pemotong ).
2. Alat gilingan terdiri dari 5 buah gilingan dan 3 rol penggiling.
Mesin pemurnian nira yang terdiri dari :
1. Tabung Defekator
2. Alat Pengendap
3. Rotary Vacuum Filter

Mesin penguap yang terdiri dari :


1. Beberapa evaporator
2. Kondespot
3. Michaelispot
4. Pompa vakum
Mesin kristalisasi terdiri dari :
1. Pan vakum
2. Palung pendingin (kultrog)
Mesin putaran gula (centrifugal) yang terdiri dari :
1. Broadbent
2. Batch Sangerhausen
3. Wester Stated CCS
4. BMA 850 K
Mesin pengering
Mesin tersebut harus ada karena merupakan mesin yang paling sederhana serta tidak dapat
diganti dengan tenaga hewan atau manusia. Ukuran tebu yang ideal untuk diproses adalah tebu
yang memiliki panjang 2 meter dengan diameter 5 10 cm. Kapasitas mesin pemotong gula
adalah 3 ton / hari dengan kecepatan maksimum kerja mesin 140 kw 19 PS / 2200 rpm dan 11,8

kw 16 PS / 2200 rpm dengan stroke volume 997 cm 3/cc selama 24 jam. Daya listrik yang
dibutuhkan 30.000 watt dengan bahan bakar solar. Sedangkan kapasitas mesin penggiling gula
adalah 10 ton ? harindengan putaran mesin 3000 rpm.
Cara kerja pengukur kadar air dengan menggunakan mesin penguap atau evaporasi dengan kadar
air yang baik adalah 0,1 %, apabila terlalu rendah atau banyak dapat mempengaruhi kualitas gula
yang dihasilkan nantinya. Pengukuran dilakukan per pengiriman tiap 15 hari sekali agar kualitas
gula tetap terjaga.
Selanjutnya cairan gula yang sudah diuapkan sehingga lebih kental masuk ke mesin kristalisasi
untuk dipanaskan kembali hingga menjadi kristal dengan ukuran 0,8 1 cm. Apabila terlalu kecil
maka gula cepat larut, sedangkan jika terlalu besar maka energi yang dibutuhkan terlalu besar
sehingga tidak sanggup dilakukan mesin. Setelah itu gula yang masih berwarna kehitaman
dimasukkan ke dalam mesin sentrifugal untuk memisahkan gula dangan sirupnya. Selanjutnya
gula dimasukkan ke dalam mesin pengering untuk dikeringkan.
Warna putih maupun kecokelatan pada gula tidak dipengaruhi oleh bahan kimia, melainkan oleh
bahan baku, proses, serta ketinggian suhu. Agar gula yang dihasilkan menjadi putih dapat
ditambahkan gas SO2 dan susu kapur. Kandungan sari tebu yang bagus untuk proses pembutan
gula sekitar 10 13 %, sedangkan proses pengkristalisasiannya tidak membutuhkan tambahan
zat kimia.
Di dalam gula tidak ada zat pengawet, pemberian tanggal kadaluwarsa ditujukan sebagai batas
aman penggunaan gula dalam jangka waktu tertentu. Gula yang sudah kadaluwarsa akan
berwarna kecoklatan serta berair. Semakin kering gula, maka semakin lama batas
kadaluwarsanya.
Kualitas sari tebu di P3GI maupun di tempat lain seperti pabrik gula Krembung, Tulangan, dan
Candi tergantung dari tempat tebu yang digunakan dikembangbiakkan. Sari tebu memiliki
kandungan karbohidrat yang berbeda-beda tergantung jenis tebunya, tetapi hal tersebut tidak
mempengaruh kemanisannya karena tingkat kemanisan gula dipengaruhi oleh jumlah kandungan
glukosa dan sukrosa.
Limbah tebu bisa dimanfaatkan misalnya ampasnya sebagai bahan bakar, blotong sebagai bahan
pembuatan pupuk, serta tetes tebu sebagai bahan pembuatan vetsin dan etanol ( alkohol ).Sari
tebu yang baik dan memenuhi standar P3GI adalah yang memiliki kandungan 10 13 %, jernih
tanpa kotoran, dan kandungan glukosa serta sukrosanya yang cukup. Secara fisik, perbedaan
antara glukosa dan sukrosa adalah kristal sukrosa berukuran besar sehingga kasar, sedangkan
kristal glukosa lebih kecil dan lembut.
Bahan baku untuk gula batu sama dengan gula local pada umumnya. Yaitu gula local yang
dilarutkan kembali, kemudian dijenuhkan dan diubah menjadi kristal yang ukurannya jauh lebih
besar. Seperti yang sudah dijelaskan, kandungan karbohidrat tidak berpengaruh pada kemanisan
gula. Gula khusus untuk konsumsi penderita diabetes memiliki kandungan glukosa dan sukrosa
yang lebih rendah sehingga lebih aman dikonsumsi.

Jika tebu habis, maka akan dicari alternatif penggantinya seperti nira. Gula penyulingan atau
rafinasi merupakan gula cokelat yang dimurnikan kembali yang digunakan khusus untuk
makanan dan minuman seperti permen dan soft drink. Jika gula rafinasi digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, maka mengakibatkan kelebihan jumlah produksi gula yang beredar di
pasaran sehingga menyebabkan harga gula turun dan dapat mengganggu kelangsungan produksi
gula untuk selanjutnya.

BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapatkan setelah mengunjungi P3GI adalah proses pembuatan gula
tidaklah mudah karena walaupun bahannya tebu yang mudah dijumpai, tetapi proses pembuatan
serta mesin yang digunakan cukup banyak. Belum lagi kualitas gula yang berbeda-beda yang
ditentukan oleh jenis atau varietas tebu yang digunakan sebagai bahan baku, proses, hingga
ketinggian suhu yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.sugarresearch.org/index.php/profil
http://www.jawatimuran.wordpress.com
http://www.varietastebupasuruan.blogpsot.com
http://www.deluk12.wordpress.com/makalah-proses-pembuatan-gula
http://www.panoramio.com
http://www.flickr.com

Anda mungkin juga menyukai