Eritromisin Etil Fi 409
Eritromisin Etil Fi 409
PRAKTIKUM KE
JUDUL MATERI PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
KELAS / GROUP
KETUA
ANGGOTA KELOMPOK
:I
: Suspensi Rekonstitusi Eritromisin Etilsuksinat
: 19 Maret 2014
: C I/ III
: Averina Hillary
(2012210047)
:1. Astrid
(2012210043)
2. Augustini
(2012210046)
3. Azizah Oktaviany (2012210053)
4. Bellinda Stella
(2012210058)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
I.
Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan suspensI kering.
2. Mengamati pengaruh metode pembuatan granul atau serbuk kering dan
konsentrasi bahan pembasah/pensuspensi terhadap karakteristik fisik
suspensi.
II.
Teori singkat
Suspensi kering atau suspensi rekonstitusi adalah sejumlah sediaan
resmi dan diperdagangkan yang terdiri dari campuran kering atau serbuk
granula, dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya
sebelum pemberian. Sebagaimana telah diketahui sediaan resmi ini
mencantumkan Untuk Suspensi Oral pada judul resminya untuk
membedakannya dari suspensi yang sudah disiapkan.
Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat sebagai campuran kering untuk
suspensi oral adalah obat-obat antibiotik. Produk kering yang dibuat secara
komersial guna mengandung obat-obat antibiotik, dengan bahan tambahan
untuk pewarna, pemanis, aroma, penstabil dan pensuspensi, atau zat pengawet
yang mungkin didinginkan untuk meningkatkan stabilitas dari serbuk kering
atau campuran granul atau dasar suspensi cair. Apabila akan dioplos dan
diberikan kepada pasien maka apoteker atau ahli farmasi akan membuka
serbuk yang ada pada dasar wadah secara perlahan-lahan dengan benda keras
lalu menambahkan sejumlah air murni sesuai dengan yang ditunjukkan pada
label dan dikocok dengan kencang sampai seluruh suspensi kering tersuspensi
sempurna.
Penting bagi seorang ahli farmasi untuk menambahkan secara tepat
jumlah air yang telah ditetapkan dalam campuran kering sehingga dihasilkan
konsentrasi yang tepat per unit dosis. Penggunaan air murni lebih baik untuk
menghindari penambahan kontaminasi yang dapat merusak dan memberi efek
kebalikan dari efek stabilitas sediaan yang dihasilkan. Ahli farmasi harus
memberitahukan pasien mengenai sifat-sifat ini dan mengharuskannya untuk
mengocok isinya baik-baik sesaat sebelum pemakaian dan obat disimpan
secara tepat (biasanya didinginkan).
Suspensi kering dibuat dengan cara granulasi. Granulasi adalah suatu
metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir.
Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :
1. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur
2. Memiliki sifat alir yang baik
3. Tidak terlalu kering
4. Hancur baik dalam air
5. Menunjukan kekompakan mekanis yang memuaskan
Untuk suspensi kering yang dibuat dengan cara granulasi memiliki
keuntungan sebagai berikut :
1. Mencegah agregasi campuran serbuk.
=tan
H
r
...............................................................................(2)
Rumus Bangun :
Pemerian
Khasiat
Wadah
Zat Tambahan
1. CMC Na
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed hal. 134)
ONa
O
O
ONa
OH
OH
O
O
OH
OH
O
H
OH
n/2
Rumus bangun :
Pemerian
: serbuk atau granul, warna putih sampai krem, tidak
berasa.
Kelarutan
Bobot jenis
: 0,52
: 6,5-8,5
Kegunaan
OTT
Stabilitas
2. Sorbitol
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 679, Farmakope
Indonesia IV hal.756)
HO
OH HO
HO
Rumus bangun :
HO
OH
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
Konsentrasi
OTT
Stabilitas
N
CH
O
CH 2
Rumus bangun:
Pemerian
:Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk
higroskopis.
Kelarutan
:Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam
etanol 95%, methanol dan asam asetat.
Kegunaan
:Bahan pengikat
Konsentrasi :0,5 5 %
OTT
:Bercampur dengan garam anorganik, bahan alam dan
bahan kimia lain.
Stabilitas
:Stabil dalam lingkaran kecil pemansan antara 110 130C.
Konsentrasi
: 0,015% - 0,2%
Kegunaan
: pengawet antimikroba
OTT
5. Etanol
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 17, Farmakope
Indonesia IV hal.63)
HO
Rumus bangun :
Pemerian
:Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan
:Bercampur dengan air dan praktus tidak campur
dengan semua pelarut organik
Stabilitas
:Mudah menguap di udara terbuka
OTT
:Dengan yang mengandung Alumunium dan
berinteraksi dengan beberapa obat tertentu
Kegunaan
:Antimikroba, Pengawet, Desinfektan, Solven
Wadah
:Dalam wadah tertutup rapat
6. Strawberry essence
(Handbook of Pharmaceutical Excipents 6th hal.421)\
Rumus Molekul : C16H19N3O4S
BM
: 349,40
BJ
: 1,49 g/cm3
pH
: 5,3
Pemerian
: Cairan jernih berwarna merah
Kelarutan
: Larut dalam air dan alcohol 90%
Kegunaan
: Pewarna dan pewangi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering, terhindar
dari cahaya matahari
7. Eritrosin
( Martindale edisi 36 hal 427 )
NaO
I
O
ONa
Rumus bangun
Rumus molekul
BM
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Kegunaan
Penyimpanan
:
: C20H614Na2O5
: 897,9
: Serbuk halus berwarna merah
: Larut dalam air
: Tidak stabil terhadap udara
: Bahan Pewarna
: Wadah kedap udara, tidak tembus cahaya.
8. Aerosil
(Martindale 28 p.958, Handbook of pharmaceutical Excipients 6 th
p.185)
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
pH
Titik leleh
Konsentrasi
Stabilitas
Si
:
: serbuk, ringan, putih, tidak berbau, tidak berasa
: praktis tidak larut dalam air, pelarut organic
: 3.8-4.2
: 1600oC
: glidant 0,1-0,5%
: bersifat higroskopis tetapu mengadsorbsi besar
air tanpa mencairkan. Ketika digunakan dalam
sistem berair pada pH 0 0,75, efektif dalam
meningkatkan viskositas dari suatu sistem.
Inkompatibilitas
: tidak tercampur dengan dietilstylbestrol
Wadah & Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik
IV.
: 1. Lumpang
2. Alu
3. Botol vial besar
4. Batang pegaduk
5. Spatula
6. Pengayak no.14
7. Pengayak no.16
8. Viskometer Stormer
9. Baskom
10. Aerosil
FORMULA
Bahan
(Formula I)
Granulasi
(%)
(Formula II)
Non-Granulasi
(%)
Eritromisin etilsuksinat
CMC
Sorbitol
PVP
Na Benzoat
0,05
0,05
Strawberry essence
0,2
0,2
Eritrosin
0.05
0.05
Etanol
q.s
Aerosil
0,1
0,1
Aquadest
ad 100
ad 100
VI.
= 1 400=4 g
3. Sorbitol
= 5 400=20 g
4. Nipagin
= 0,05 400=0,2 g
5. PVP
= 1 400=4 g
6. Strawberry essence
= 0,2 400=0,8 g
7. Eritrosin
= 0,05 400=0,2 g
8. Etanol
= 5 mL
9. Aquadest
16 tetes
= 0,1 40,62=0,04 g
Formula II (Non-Granulasi)
1. Eritromisin Etilsuksinat= 4 400=16 g
2. CMC Na
= 1 400=4 g
3. Sorbitol
= 5 400=20 g
4. Nipagin
= 0,05 400=0,2 g
5. Strawberry essence
= 0,2 400=0,8 g
6. Eritrosin
= 0,05 400=0,2 g
7. Aquadest
16 tetes
= 0,1 35,84=0,036 g
I
(g)
16,03
II
(g)
16,05
CMC Na
Sorbitol
Nipagin
Eritromisin
Strawberry essence
PVP
Etanol
Aerosil
4,03
20,06
0,22
0,13
0,8
4,02
5
0,04
4,02
20,01
0,21
0,08
0,8
0,04
Distribusi data
Formula I
Bobot teoritis
= 400 g 349,8 g
= 50,2 g
Bobot teoritis
= 400 g 358,8 g
= 41,2 g
VII.
60 ml
35,84 g
347,96
= 6,18 g
Bobot Untuk Rekonstitusi
= faktor koreksi air 60
mlBobot yg diserahkan
Faktor koreksi air
= 347,96 ml- 60 ml 6,18 gram
347,96 ml
= 5,11 g
Air Untuk Rekonstitusi
= faktor koreksi air 60 ml
= 347,96 ml 60 ml
= 287,96 ml
PEMBUATAN
Formula I (Granulasi)
1.
Alat dan bahan disiapkan.
2.
Bahan-bahan ditimbang. Botol dikalibrasi 60 ml.
3.
Digerus masing-masing bahan.
4.
Eritromisin etilsuksinat dimasukkan ke dalam lumpang digerus sampai
halus
5.
Eritromisin etilsuksinat ditambahkan CMC Na, Nipagin, eritrosin, dan
strawberry essence, kemudian digerus sampai homogen
6.
Campuran homogen dimasukkan ke dalam baskon dan ditambahkan
PVP sambil diaduk hingga rata. Diteteskan dengan etanol, dan
dibentuk massa yang kompak.
7.
Massa yang telah terbentuk diayak dengan pengayak No.14, kemudian
dikeringkan di oven (suhu 70C) , kemudian diayak lagi dengan
ayakan No.16.
8.
Granul ditimbang sebanyak 6,93 gram dimasukkan ke dalam wadah,
dan
9.
Sisa granul digunakan untuk evaluasi.
Formula II (Non-Granulasi)
1.
Alat dan bahan disiapkan.
2.
Bahan-bahan ditimbang. Botol dikalibrasi 60 mL.
3.
Eritromisin etilsuksinat dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian
ditambahkan Sorbitol di gerus sampai halus homogen.
4.
Campuran tersebut ditambahkan CMC, Na benzoat, eritrosin, dan
strawberry essence, kemudian digerus sampai homogen.
5.
Campuran homogen ditimbang sebanyak 6,18 gram, dimasukkan ke
dalam wadah, dan
6.
Sisa campuran homogen digunakan untuk evaluasi.
Formula I
Merah muda
Tidak berbau
Pahit
Formula II
Merah muda
Tidak berbau
Pahit
2. Sifat Alir :
a. Cara Langsung :
Timbang 25 g granul, tempatkan pada corong dalam keadaan
ditutup. Buka tutup, biarkan granul mengalir, hitung waktu
yang dibutuhkan untuk mengalir dengan stopwatch (g/det).
Syarat : Pustaka : Aulton (612)
Kec. Mengalir (g/s)
> 10
4-10
1,6-4
<1,6
Aliran
Very Free Flowing
Free Flowing
Cohesive
Very Cohesive
r (cm)
()
Kec.alir
(g/dtk)
25 g
7,20
Secara Langsung
Kecepatan alir
Kesimpulan
Secara Tidak Langsung
Kesimpulan
2,00
3,93
8,00
Secara Langsung
Kecepatan alir
Kesimpulan
Secara Tidak Langsung
Kesimpulan
3,47
= 3,47 g/detik
= Cohesive
= 28,68
= Baik
Formula II (Non-Granulasi)
Bobot
t (detik)
h (cm)
25 g
28,68
2,30
r (cm)
()
3,98
30,02
Kec.alir
(g/dtk)
3,125
= 3,125 g/detik
= Cohesive
= 30,02
= Cukup
4,51
4,30
4,70
Secara Langsung
Kecepatan alir
Kesimpulan
Secara Tidak Langsung
Kesimpulan
h (cm)
r (cm)
()
2,15
2,00
2,1
3,87
3,94
3,70
29,05
26,91
29,58
Kec.alir
(g/dtk)
5,54
5,81
5,32
Formula II (Non-Granulasi)
Bobo t (detik)
h (cm)
t
25 g
7,00
2,60
25 g
8,00
2,30
25 g
8,00
2,20
r (cm)
()
Kec.alir (g/dtk)
4,40
2,30
2,20
30,58
29,90
27,23
3,57
3,13
3,13
Secara Langsung
Kecepatan alir
Kesimpulan
Secara Tidak Langsung
Kesimpulan
Bobot yang
tertinggal (g)
6,7628
12,6416
3,8982
23,3026
% Bobot
yang
tertinggal
29,0217
54,2497
16,7286
-
% Bobot yang
tertinggal x Ratarata diameter mesh
24,6685
23,0561
3,0112
50,7358
100
Data Formula II
Mesh
20
40
80
100
120
Total
D av =
Rata-rata
diameter
mesh (mm)
0,850
0,425
0,180
0,150
0,125
Bobot yang
tertinggal (g)
% Bobot
yang
tertinggal
0,1118
1,0006
19,4038
0,0042
20,5204
0,5448
4,8761
94,5586
0,0205
100
% Bobot
yang
tertinggal x
Rata-rata
diameter
mesh
0,4631
2,072
17,0206
0,003075
19,5588
100
4. Waktu Rekonstitusi
Metode :
Sejumlah serbuk/granul dimasukkan ke dalam botol vial besar,
tambahkan air sebanyak jumlah air untuk rekonstitusi. Dikocok hingga
serbuk/granul terdispersi merata. Hitung waktu yang dibutuhkan
dengan stopwatch.
Waktu
Bobot (g)
Formula I
(s)
Formula II
(s)
5,75
5,11
1m 18 dtk
-
13
12
30
60
11,5
28
51
5
2
1
(Skala x Faktor)
(cps)
57,5
56
51
= 57,5
p
Waktu
(sekon)
Putaran
RPM
50
60
55,28
38,60
100
100
108,5384
155,4404
K v
Kv
cPs
g menit )
124,8192
148,9637
= 136,8915
(cps)
Sb.X
40
50
60
50
40
51,56
33,26
21,35
26,11
44,03
Sb.Y
116,3693
180,3922
281,0305
229,7970
136,2707
100
100
100
100
100
47,0542
37,9427
29,2263
29,7853
40,1822
(cps)
21,4737
21,3956
18,0423
17,2711
18,5442
6. Uji Sedimentasi
Metode :
1) Masukan 25 ml masing-masing formula sediaan ke dalam tabung
sedimentasi.
2) Amati selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 1 hari, 2 hari,
dan 3 hari.
3) Hitung derajat sedimentasi dengan rumus
F=
Vu
Vo
Keterangan :
F = derajat sedimentasi
Vu = Volume sedimentasi
Vo = Volume awal
Formula
Pengamatan
15 menit
30 menit
Vo
I
25
II
25
Vu
25
25
F
Vo
1
25
1
25
Vu
25
25
F
Vo
1
25
1
25
40 menit
60 menit
1 hari
2 hari
3 hari
Vu
25
25
F
Vo
1
25
1
25
Vu
25
25
F
Vo
1
25
1
25
Vu
25
25
F
Vo
1
25
1
25
Vu
24
25
F
Vo
0,96
25
1
25
Vu
24
25
0,96
PEMBAHASAN
1. Uji organoleptik dilakukan secara visual untuk mengetahui kestabilan
fisik suatu suspensi kering dilihat dari warna, rasa, dan bau dari sediaan.
Kedua formula memiliki warna yang berbeda yaitu formula I berwarna
pink muda (Eritrosin sebagai coloring agent), sedangkan formula II
berwarna pink tua. Hal ini disebabkan penambahan etanol pada metode
granulasi (formula I) sehingga warna merah dari Eritrosin menjadi
memudar. Hal ini menunjukkan perbedaan metode pembuatan
mempengaruhi warna sediaan. Untuk rasa, kedua formula memiliki rasa
yang sama yaitu pahit. Perbedaan metode pembuatan tidak
mempengaruhi rasa sediaan. Untuk bau, kedua formula memiliki bau
yang sama yaitu tidak berbau. Penambahan essence strawberry tidak
cukup banyak untuk menutupi bau dari zat aktif.
2. Pada uji sifar alir, sebelum penambahan aerosil, sifat alir dari formula I
(granulasi) yaitu cohesive (kec. alir = 3,47 g/detik ) dan baik ( =
28,68). Untuk membuat sifat alir menjadi lebih baik maka ditambahkan
aerosil sebanyak 0,1 % dari bobot keseluruhan. Setelah ditambahkan
aerosil, sifat alir menjadi Free Flowing (kec.alir = 5,32 ; 5,52; 5,81
g/detik) dan baik ( =26,91; 29,05; 29,58). Tujuan penambahan aerosil
adalah sebagai glidant sehingga dapat mempermudah serbuk untuk
mengalir.
3. Sedangkan, pada Formula II (non granulasi), sebelum penambahan
aerosil, sifat alirnya cohesive (kec. alir = 3,125 g/detik) dan cukup ( =
30,02). Untuk membuat sifat alir menjadi lebih baik maka ditambahkan
aerosil sebanyak 0,1 % dari bobot keseluruhan. Setelah ditambahkan
aerosil, sifat alir menjadi cohesive (kec.alir = 3,13 ;3,57 g/detik) dan
baik ( =27,23 ; 29,90 30,58).
4. Dalam uji evaluasi sifat alir sediaan suspensi rekonstitusi dengan
metode tidak langsung, yang memiliki sifat alir lebih baik yaitu
Formula I (granulasi). Karena bentuk partikel granulasi bentuk lebih
sferis dan semakin pendek tinggi kerucut(h) serta semakin lebar jari-jari
bidang datar kerucut(r) sehingga sudut baring yang dihasilkan lebih
kecil, oleh karena itu sifat alirnya menjadi lebih baik.
5. Sifat alir dari Formula I (granulasi) dengan metode langsung memiliki
kecepatan alir yang lebih besar dari Formula II (non granulasi), karena
waktu yang diperlukan untuk mengalirnya granul lebih cepat dari
serbuk. Maka, waktu yang lebih cepat akan menghasilkan kecepatan alir
yang lebih besar dengan bobot yang sama (Kecepatan alir sediaan
serbuk/granul dihitung dengan cara membagi bobot dengan waktu yang
diperlukan oleh serbuk/granul).
6. Pada uji ukuran partikel, baik non granulasi maupun granulasi perlu
dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecepatan dispersi dan
pengendapannya. Pada Formula I, ukuran rata-rata partikel granul
adalah 0,5074 mm , sedangkan pada formula II, ukuran rata-rata
partikel serbuk adalah
0,1956 mm
X.
KEMASAN
Terlampir
Formula II
(Non-Granulasi)
Free Flowing
27,23 ; 29,90 30,58
Baik
0,1956 mm
Waktu rekonstitusi
Viskositas dan
13
17,2711-21,4737 cPs
118
29,2263-47,0542 cPs
Rheologi
Volume Sedimentasi
Thiksotropi pseudoplastis
15 menit, F : 1
Thiksotropi pseudoplastis
15 menit, F : 1
30 menit, F : 1
30 menit, F : 1
45 menit, F : 1
45 menit, F : 1
60 menit, F : 1
60 menit, F : 1
Hari ke 1, F : 1
Hari ke 1, F : 1
Hari ke 2, F : 0,96
Hari ke 2, F : 1
Hari ke 3, F : 0,96
Hari ke 3, F : 1
XI.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L. Lieberman, H. A dan Kanig. 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Indudtri, edisi ketiga, alih bahasa : Siti Suyatmi, penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
Ansel,CH. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi 4, Universitas
Indonesia, Jakarta : 2005.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Farmakope Indonesia edisi
IV. 1995.
Wade A, Welle Pj. Handbook of Pharmaceutical Excipents, 6 th edition,
London : The Pharmaceutical press:1982.
Martindale, The Extra Pharmacopoeia, 28th edition. London : The
Pharmaceutical press:1982.
Kathy Litvak, et al. Drug Information Analysis 88, AHFS.
Aulton M.: Pharmaceutical Dosage Form tablet , 2 nd. 1990.
Voight R.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V.
Diterjemahkan oleh Soewandi, SIV. Cetakan ke-2. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.