Screening
Screening
DISUSUN OLEH:
NAMA/NIM
3. Ria Nurfikasari
KELOMPOK
: III (Tiga)
KELAS
: VI B
DOSEN PEMBIMBING
2. Dapat menentukan dan mengetahui nilai TAAD (True Arithmatic Diameter), Dp (Mean Surface Diameter), dan Dv (Mean
Volume Diameter).
3. Evaluasi hasil analisis ayakan (pengaruh amplitudo (getaran) pengayakan terhadap massa oversize hasil ayakan, TAAD, Dp,
dan Dv)
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Screening
Screening atau penyaringan adalah suatu proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel suatu
material. Screening sering dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Dengan
screening, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (btir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar). Ukuran butiran
tertentu yang masih bisa melintasi ayakan dinyatakan sebagai butiran batas.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu :
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah mesh digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap
inci linear (Parrot,1970). Tabel 1.1 Menggambarkan nomor standar ayakan dan masing-masing lubang ayakan dinyatakan dalam
milimeter dan mikrometer.
Tabel 1.1. Lubang dari Ayakan Standar (sumber: USP XXI-NF XVI)
Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengayakan adalah jenis ayakannya. Berdasarkan gerak pengayak, alat ayakan
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu stationary screen dan dynamic screen. Beberapa alat ayakan dynamic screen, yaitu:
1. Vibrating Screen, permukaannya horizontal dan miring digerakkan pada frekuensi tinggi (1000-7000 Hz). Satuan kapasitas
tinggi, dengan efisiensi pemisahan yang baik, yang digunakan untuk range yang luas dari ukuran partikel. Gambar 1.i.
menunjukkan jenis ayakan model vibrating screen.
4. Mencegah masuknya undersize ke permukaan. Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar,
dapat optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk
material yang halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 in.
1.2.4 Kapasitas Screen
Kapasitas screen secara umum tergantung pada (Kelly, 1982):
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bahan
3. Sifat dari umpan seperti: berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan
1.2.5 Standar Ukuran Ayakan (screen)
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang
terdapat dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar
material yang diayak.
Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut prosentase opening. Pelolosan material dalam
ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
Keterangan:
Fraksi massa partikel yang tertahan =
Fraksi massa partikel yang lolos=
beratpartikelyangtertahan
berattotalcampuran
fraksi
massa
dan
diameter
No
1
2
3
4
Cara I
Oversize 48 mesh
Through 48 on 65
Through 65 on 100
Undersize 100 in
Cara II
+48
-48+65
-65+100
-100
Cara III
+48
48/65
65/100
100/0
diameter total
jumlah partikel total
Mesh
Davg
Fraksi Massa Jumlah Partikel
D1
X1
N1
D2
X2
N2
....
....
....
....
....
....
....
....
....
Dst
Diameter total = N1.D1 + N2.D2+ N3.D3+..+= (Ni . Di )
Jumlah partikel total = N1 + N2 + N3 +......................= (Ni)
Dalam prakteknya, menghitung jumlah partikel sangatlah sulit, lebih menentukan massa dari masing-masing
ukuran. Oleh karena itu, dicari hubungan antara jumlah partikel dengan massa pada masing-masing ukuran tersebut.
Pendekatan yang diambil sebagai berikut :
Ditinjau untuk partikel berukuran Di:
[massa total partikel] = [jumlah partikel] x [massa sebuah partikel]
Dengan,
[massa sebuah partikel =
M . Xi
. c . Di 3
=N 1 + N 2 + N 3+
M . Xi
M . Xi
M . Xi
+
+
+
3
3
. c . D 1 . c . D2 . c . D 33
M
Xi
.c
Di3
Sehingga:
TAAD=
Di
M
Xi
3
.c Di
Keterangan:
M = massa partikel (gram)
D2
Sehingga:
Xi
Di
Dp=
Xi
3
Di
Keterangan:
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)
Dengan,
[volum partikel total] = [vol D1 x N1] + [vol D2 x N2] + ....
c . Di3 . Ni]
c . Dv .
Dv= 3
c . Di3 . Ni]
Xi
Xi
c
c . Di 3
Keterangan:
Xi = fraksi massa partikel
Di = Diameter partikel (in)
c = konstanta partikel
beberapa mL air kemudian zat padat yang akan diukur berat jenisnya ditimbang terlebih dahulu agar massa zat tersebut diketahui dan
setelah diketahui massanya dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi dengan air tadi, sehingga volume zat padat tadi dapat
diketahui melalui gelas ukur. Berat jenis zat padat dapat diketahui dengan rumus.
=
m
V
Keterangan:
= massa jenis zat (g/ml)
BAB II
METODOLOGI
d. Memasukkan batubara yang telah ditimbang dan diperkecil ke dalam alat screening.
e. Menutup dan merapatkan alat.
f. Mengatur kecepatan amplitudo untuk screening.
g. Menunggu proses screening selama 10 menit.
h. Mengeluarkan dan menimbang jumlah batu bara yang lolos ataupun tertinggal di setiap nomer ayakan.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Vibrating (amplitudo)
no ayakan
(mesh)
20
30
40
50
400.9
311.3
232.0
226.7
25.3
27.0
42.1
43.9
10
8.4
8.8
20.9
24.7
12
7.7
9.9
17.1
20.8
14
8.3
19.8
24.6
27.7
16
6.6
4.8
22.9
20.5
18
35.4
27.3
45.7
43.4
Wadah dasar
Tabel 2. Data Variasi Waktu pada Vibrating 50 mesh dengan massa 500gr
Waktu
No Ayakan (mesh)
(menit)
10
12
14
16
18
4
8
12
16
226.7
216.9
212.3
210.2
43.9
48.6
49.5
49.7
24.7
25.9
26.7
26.6
20.8
20.2
19.9
19.2
27.7
26.8
26.0
24.6
20.5
25.2
25.1
26.1
wadah
dasar
43.4
44.2
45.6
46.9
Renta
ng
Ukura
n
(Mesh
)
(D -)
(inch)
+8
-7+8
0.111
0.0937
-8+10
-8+9
0.0937
0.0787
-10+12
0.0787
0.0661
-12+14
0.0661
0.0555
-14+16
0.0555
0.0469
-16+18
0.0469
0.0394
-18
-9+10
10+12
12+14
14+16
16+20
0.0394
0.0331
N
o.
1
(D+)
(inch)
DAVG
Massa(gr
am)
Xi
Xi/Di
Xi/Di3
Dp
(inch)
0.102
4
0.086
2
0.072
4
0.060
8
0.051
2
0.043
2
0.036
3
0.452
4
220.5
47.1
32.5
39.2
24.3
22.9
113.5
500
0.441
0
0.094
2
0.065
0
0.078
4
0.048
6
0.045
8
0.227
0
1.000
0
4.308
7
1.092
8
0.897
8
1.289
5
0.949
2
1.061
4
6.262
1
15.86
15
411.3
2
147.0
7
171.2
8
348.8
2
362.1
0
570.0
6
4765.
43
6776.
08
0.048
4
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum screening ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara menetukan ukuran partikel, melakukan analisa data
ukuran partikel menggunakan screen shaker, dan mengevaluasi hasil analisis ayakan. Pada praktikum kali ini cara menentukan
ukuran partikel adalah dengan menggunakan alat screen shaker yaitu merupakan ayakan bertingkat yang digetarkan dengan nomor
ayakan dari atas berturut-turut dari nomor 8,10,12,14,16,18 dan wadah dasar. Dimana partikel yang akan ditentukan ukurannya
adalah batu bara lignite. Proses pengayakan dilakukan selama 4 menit dengan variasi nilai amplitudo 20, 30,40, dan 50.
Dari hasil percobaan dengan pengayakan selama 4 menit, diperoleh fraksi massa oversize pada masing-masing ayakan sebesar
0.4410 untuk no mesh 8, 0.0942 untuk no mesh ayakan 10, 0.0650 untuk ayakan no 12 mesh, 0.0784 untuk ayakan no 14 mesh,
0.0486 umtuk ayakan no 16 mesh, 0.0458 untuk ayakan no 18 mesh dan 0.2270 untuk no ayakan 20 mesh. Sehingga jika ditotal
fraksi massa total sebesar 1 dan dapat dikeahui tidak ada massa yang terjatuh atau hilang. Hasil analisis diperoleh jika semakin besar
no mesh ayakan maka partikel yang tertahan diatasnya (oversize) semakin sedikit. Jumlah partikel oversize pada no mesh kecil (no.8)
semakin sedikit seiring dengan penambahan waktu pengayakan.
Analisis ukuran partikel yang dilakukan adalah TAAD, Dp, Dv, dan total surface diameter. Dari hasil analisis nilai yang
TAAD, Dp, Dv, dan total surface diameter terbesar diperoleh TAAD pada vibrating ayakan 50 sebesar 1.48E-7 in. nilai Dp sebesar
0.0435 in dan nilai Dv sebesar 0.04661 in, serta total surface diameter sebesar 6776.08.
Dp (Mean Surface Diameter), TAAD (True Arithmatic Diameter), dan Dv (Mean Volume Diameter). Dari praktikum ini, nilai
TAAD, Dv dan Dp pada amplitudo 50 lebih besar dibanding amplitudo 40 (dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 hasil perhitungan) ini
menunjukkan bahwa partikel pada amplitudo 40 ukurannya lebih kecil dibanding partikel amplitudo 50. Hal ini disebabkan proses
pengecilan ukuran tidak menggunakan crusher namun secara manual.
Pada praktikum ini, hasil ayakan pada amplitudo 40 massa yang lolos sebesar 45,7 gram sedangkan pada amplitudo 50 massa
yang lolos lebih kecil sebesar 43,4 gram dengan waktu tetap yaitu 4 menit. Seharusnya, massa yang lolos pada amplitudo 50 lebih
besar karena getaran yang semakin besar menyebabkan partikel yang lolos akan semakin banyak. Namun, pada praktikum ini hasil
ayakan pada amplitudo 40 lebih besar, hal ini dikarenakan ukuran sampel batubara yang digunakan tidak sama antara proses ayakan
pada amplitudo 40 dan 50. Dimana, partikel sampel batubara pada amplitudo 40 lebih kecil partikelnya dibanding partikel pada
amplitudo 50 tapi dengan variasi waktu hasil ayakan pada amplitude 50 lebih banyak dengan waktu 16 menit, hal ini menunjukkan
semakin lama waktu getaran maka semakin banyak hasil ayakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
2.
3.
4.
Amplitudo getaran yang terbaik adalah pada amplitudo 50 yaitu 46,9 gram
Nilai Dp amplitudo 50 yaitu 0,0435 in
Nilai TAAD amplitudo 500 yaitu 1.48E-7 in
Nilai Dv amplitudo 50 yaitu 0.04661
5. Adanya perbedaan distribusi partikel dan nilai Dp, Dv dan TAAD pada variasi amplitudo disebabkan oleh kurang seragamnya ukuran
partikel pada proses screening.DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009.Berat Jenis. Dalam : http://fredi-36a1.blogspot.com/2009/11/berat-jenis.html. diakses pada: 03 April 2013. 21.15
WITA.
Arifin, Z., ST, M.Eng. 2009. Modul Ajar Perlakuan Mekanik Th. 2012-2013. Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda
Mahlifati
R.
A,
Hafiidh,
H.S.N,
dan
Purbandari,
P.
2012.
Hubungan
Ukuran
Partikel
dan
Pengayakan.
Dalam:http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.co
m/2012/05/23/hubungan-ukuran-partikel-dan-pengayakan/. Diakses pada: Senin, 1 April 2013 21:04.
McCabe,Warren L,dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat. Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.
Parrot, L.E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish: Burgess Publishing Company.
Prabowo, H., 2009. Tugas Perlakuan Mekanik Neraca Bahan Pada Pengayakan. Padang : Akademi Teknologi Industri Padang.
LAMPIRAN
Contoh Perhitungan
Menghitung Diameter rata-rata pada ukuran 8 mesh dan 10 mesh (data diameter 8,10,12,14,16,18 dan 20 mesh dilihat pada tabel
1)
Diameter ratarata( Di 1)=
0,0937+0,0787
2
Menggunakan cara yang sama untuk diameter (10 dan 12 mesh), (12 dan 14 mesh), (14 dan 16 mesh), (16 dan 18 mesh) dan (18
dan 20 mesh)
Dp=
Di
Xi
D3
i
18,68025/
9873.2991/ 3
Dp=0,0435
Dp=
Xi
Xi
c
c . Di 3
1
1 9873,2991
Dv= 3
Dv=
Dv=0,04661
Arrhenius :
Diketahui :
TAAD=
Di
M
Xi
.c
Di3
(berat jenis) dari batu bara belum diketahui, maka cara menentukannya adalah dengan pendekatan pada prinsip
Ditanya :
dan TAAD?
Jawab :
=
massa
3g
=
=1,11 g /ml
volum 2,7 ml
TAAD=
0,45235
500
9873,2991
1,11 1
0,45235
7
=1,017 10
4447432,027
Kurva kesetimbangan
1
0.95
0.9
0.85
0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95