Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua.
Salawat beriring salam penulis sanjungkan kepangkuan besar
Nabi Muhammad Saw, sebagai teladan kita menuju kebenaran.
Makalah ini penulis tulis dalam rangka penyelesaian mata kuliah
Hadist muammalah yang berjudul: AL MURABAHAH WAL
MUDHARABAH.
Dan dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Keberhasilan

dalam

penyelesaian

makalah

ini

tidak

terlepas dari bantuan semua pihak, oleh karena itu penulis


mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara semoga
Allah SWT membalas semua amal kebaikan kita.

Banda Aceh, 17 Desember


2013

Penulis
Kelompok IV

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................

DAFTAR ISI .............................................................

PEMBAHASAN
AL-MURABAHAH WAL MUDHARABAH
1. BAI AL-MURABAHAH
A. Pengertian Murabahah ...............................................
B. Landasan Hukum Murabahah......................................
C. Syarat - Syarat Murabahbahah ...................................
D. Gugurnya Akad Murabahah ........................................
E. Manfaad dan Resiko Murabahah .................................

3
4
6
7
7

2. AL-MUDHARABAH
A. Pengertian Mudharabah .............................................
B. Landasan Hukum Mudharabah ...................................
a. Al Quran ................................................................
b. Hadist ....................................................................
C. Jenis - Jenis Mudharabah ............................................
D. Rukun dan Syarat Mudharabah ..................................
E. Keuntungan ................................................................
F. Jamainan Pada Akad Mudharabah ..............................
G. Pembatalan Akad Mudharabah ...................................

8
9
9
10
12
12
14
14
14

KESIMPULAN ..........................................................

15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................

16

PEMBAHASAN
AL-MURABAHAH WAL MUDHARABAH

1. BAI AL-MURABAHAH
A. Pengertian Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhun yang artinya keuntungan.
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan

keuntungan

yang

disepakati.

Dalam

murabahah

penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan


menetukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. 1
Penyerahan barang dalam jual beli murabahah dilakukan pada
saat transaksi, sementara pembayarannya dilakukan secara
tunai, tangguhan dan cicilan.
Saat ini, murabahah mendominasi pola pembiayaan di
berbagai Bank Syariah di Indonesia maupun di dunia, karena
sistem jual beli murabahah mudah dan
digunakan.

Misalnya

seseorang

membeli

yang paling sering


barang

kemudian

menjual kembali dengan keuntungan tertentu berapa besar


keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah
tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya,
misalnya 10% atau 20%. Aqad murabahah ini merupakan salah
satu bentuk natural certainty contract, karena dalam murabahah
ditentukan beberapa required rate of profit-nya (keuntungan
yang ingin di peroleh). Tetapi sebagian orang mengecam,
mengkritik,

bahkan

mengatakan

bahwa

murabahah

sama

dengan jalan lain untuk mengambil riba. Namun disisi lain,

1 Muhammad SyafiI Antonio, 1999, BANK SYARIAH Wacana Ulama &


Cendikiawan, Jakarta: BI dan Tazkia Institute, Cet. 1, Hal. 121.

banyak juga orang-orang yang mendukung murabahah dengan


berbagai alasannya.

B. Landasan Hukum Murabahah


QS. al-Maidah ayat 1:



....

Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu [akad


(pejanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan
perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan
sesamanya]. .

QS. al-Baqarah ayat 280:

Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah


tangguh sampa ia berkelapangan
Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Ahmad.
Ketika ingin berhijrah ke Madinah, Abu Bakar r.a membeli 2 unta,
kemudian Rasulullah SAW mengetahuinya. Rasulullah SAW lalu
berniat ingin membeli salah satunya, namun kemudian Abu
Bakar r.a mengatakan, Aku berikan untukmu secara percuma.
Rasulullah SAW membalasnya, Tidak, aku akan membayarnya
seharga engkau membelinya.

Dari Suhaib Ar Rumi r.a bahwa Rasulullah bersabda, Tiga


hal yang didalamnya terdapat terdapat keberkatan: jual-beli
5

secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur


gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual. (H.R Ibnu Majah)
Adanya berkah pada tiga perkara itu, hanyalah karna
dalam jual beli dengan tempo pembayaran , misalnya terdapat
unsur saling berbaik hati, saling mempermudah urusan dan
pertolongan kepada orang yang berutang ( berbelanja ) dengan
penundaan pembayaran. Adanya berkah pada pemberian modal
usaha dagang kepada orang lain ( muqaradlah ), karna dengan
sistem demikian itu, orang dapat memanfaatkan sesamanya; dan
adanya berkah pada pencampuran gandum dengan syair
sebagai bahan pokok dalam rumah tangga ( karna mengandung
penghematan dan penganekaragaman pangan ), tetapi tidak
boleh untuk jual beli karna memberikan jalan tipu-menipu dalam
jual beli.

Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan


seseorang dan jual beli yang mabrur. (HR.Ahmad Al Bazar Ath
Thabrani)
Rifaah bin Rafi pernah mengalami semua perperangan
bersama Rasulullah dan beliau juga penah mengalami perang
jamal ( perang unta ) dan perang shifin bersama Ali bin Tholib.
Beliau meninggal dunia pada masa pemerintahan Muawiyah.
Katanya bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanyai : manakah
uasaha yang paling baik? Beliau menjawab : ialah jual beli yang
bersih, yaitu yang bersih dari sumpah palsu untuk melariskan
barang dagangannya dan bersih dari tipuan dalam Muamalah.
Hadits tersebut menjadi dalil yang menunjukkan adanya
penetapan sesuatu yang disenangi oleh tabiat manusia di antara
usaha pengusaha (orang ). Rasulullah hanya ditanyai usaha yang
terbaik, yaitu usaha yang paling halal dan paling banyak
6

berkahnya. Didahulukan sebuah usaha tangan dari jual beli yang


bersih itu menunjukkan bahwa usaha tangan itulah yang paling
utama.

Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali


perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram. (HR. Tirmizi dari Amr bin Auf)
Mengenai hukum perdamaian. Bahwa dalam perdamaian
itu disyaratkan saling rela ( sama setuju/senang ) berdasarkan
sabdanya boleh itu, yaitu tidak berlaku hukum perdamaian itu
tanpa ada persetujuan pihak lawan. Perdamaian itu boleh juga
antara orang muslim dengan orang kafir, lalu ditetapkan
ketentuan

perdamaian

antara

mereka.

Namun

perdamain

( sama-sama setuju) itu tidak berlaku pada perbuatan yang


menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi
dan Imam Ibnu Majah dan di-sahih-kan oleh Ibnu Hibban berikut,





















} ,





:


{

"Dari Abu Sa'id al-Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda, 'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan
dengan kerelaan kedua belah pihak'."

Oleh karna kesukaan ( kerelaaan ) itu adalah termasuk


perkara yang tersembunyi, tidak dapat diamati, maka wajiblah
ketergantungan hukum dengan cara-cara yang nampak yang
menujkkan suka sama suka, yaitu ucapa penerimaan dan
penyerahan. Jual beli itu harus dengan ucapan yang tegas
lafalnya agar sempurna dan mantap suka sama suka.
Dikecualikan jual beli barang yang sedikit, dari pernyataan jual
beli itu karna sudah berlaku tradisi orang-orang muslim tentang
hal itu tanpa pernyataan ijab kabul; ini menurut pendapat jumhur
ulama. Menurut Syafii harus ada pernyataan ijab kabul dari
kedua belah pihak ( penjual dan pembeli ) sebagaimana pada
jual beli lainnya.
Hadis Nabi saw., yang diriwayatkan oleh oleh Imam atTabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dalam al-Mustadrak yang
mengatakan bahwa hadis ini sahih. Hadis tersebut adalah
sebagai berikut,





















, :

,




}
:






{
"Ibnu
Abbas
meriwayatkan
bahwa
Nabi
saw.,
ketika
memerintahkan mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapa
orang dari mereka seraya mengatakan, 'Wahai Nabi Allah,
sesungguhnya Engkau telah memerintahkan mengusir kami
sementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang
belum jatuh tempo', maka Rasulullah saw. berkata, 'Berilah
keringanan dan tagihlah lebih cepat'.

C. Syarat - Syarat Murabahah


Syarat-syarat yang berlaku pada jual beli secara umum
juga

berhubungan

dengan

syarat-syarat

jual

beli

pada

Murabahah hanya saja terdapat sedikit perbedaan, yaitu:


a. Penjual memberitahu biaya modal kepada pembeli,
b. Kontrak pertama harus sesuai dengan rukun yang ditetapkan,
c. Kontrak harus bebas dari riba,
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian,
e. Pejual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Secara prinsip jika syarat a, d, dan e tidak terpenuhi maka
pembeli dapat memilih:
1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
2. Kembali kepada kesepakatan dan menyatakan ketidaksetujuan
atas barang yang dijual.
3. Membatalkan kontrak.2
Bila produk yang diinginkan tidak dimiliki penjual maka
jual-beli dapat dilakukan dengan cara pesanan dan biasa disebut
sebagai murabahah kepada pemesanan pembelian. Dengan
demikian

pembeli

dapat

memesan

kepada

penjual

untuk

membelikan atau mengadakan suatu barang yang dibutuhkan,


dengan akad yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2 Muhammad SyafiI Antonio, 1999, BANK SYARIAH Wacana Ulama &


Cendikiawan, Jakarta: BI dan Tazkia Institute, Cet. 1, Hal. 122

D. Gugurnya Akad Murabahah


Adapun penyebab gugurnya akad murabahah yaitu, jika:
a. Jika harga dasar pembelian tidak diketahui oleh si pembeli,
b. Besarnya keuntungan tidak diketahui oleh si pembeli,
c. Terdapat kecacatan pada objeknya yang menyebabkan ia tidak
sesuai dengan spesifikasi awal.
E. Manfaat dan Resiko Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis/tijarah, transaksi murabahah
memiliki

beberapa

manfaat

salah

satunya

yaitu

adanya

keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjualan


dengan harga jual terhadap pembeli dan system murabahah
yang juga sangat sederhana. Demikian juga resiko yang harus
diantisipasi, yaitu:
a. Default atau kelalaian.
b. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang
di pasar naik setelah penjual menjual barangnya.
c. Penolakan dari pembeli, barang yang dikirim bisa saja ditolak
oleh pembeli karena berbagai sebab salah satunya barang
tidak sesuai dengan pesanan.

10

2. AL-MUDHARABAH (QIRAD)
1.

Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama dalam

lapangan ekonomi, yang biasa pula disebut dharb yang berarti


memukul atau lebih tepatnya proses seseorang memukulkan
kakinya dalam perjalanan usaha. Sebagai mana firman Allah,

Artinya: Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di


muka bumi mencari sebagian karunia Allah.
(QS. Al-Muzammil: 20)

Secara teknis mudharabah adalah akad antara dua pihak


untuk bekerjasama dalam usaha perdagangan, dimana salah
satu pihak memberikan dana atau modal usaha kepada pihak
lain untuk dikelola dan keuntungan dari usaha itu akan dibagi
diantara mereka berdua sesuai dengan perjanjian atau pun
kontrak yang telah disepakati bersama. Sedangkan apabila
terjadi kerugian maka akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik
modal selama itu bukan akibat dari kelalaian sipengelola, dan
jika kerugian diakibatkan karena kecurangan atau pun kelalaian
sipengelola, maka sipengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.

11

2.

Landasan Hukum Mudharabah


a. Al-Quran

QS. al-Nisa ayat 29


Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu.
QS. al-Maidah ayat 1

Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu.


QS. al-Baqarah ayat 283

12

Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang


lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.
QS. al-Baqarah ayat 198

Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia


Tuhanmu.

13

QS. al-Jumuah ayat 10

Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di


muka bumi dan carilah karunia Allah SWT.
b. Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul


Muthallib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara
mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli hewan ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka
yang bersangkutan bertanggung-jawab atas dana tersebut.
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah dan
Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani).

Dari Shalih bin Suhaib r.a bahwa Rasulullah bersabda:


Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab At Tijarat).

14

Dari hadist ini dapat diketahui bahwa Mudharabah adalah


salah satu solusi islam untuk mencegah riba. Mudharabah adalah
kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama yang
di sebut shohibul mal menyediakan seluruh modal kepada pihak
kedua sebagai pengelola yang disebut mudharib dan keuntungan
di bagi berdasarkan kesepakatan antara keduanya.3
Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari Amr bin Auf:
Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:
Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain
(HR, Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Said alKhudri).
Di antara hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang dapat
menjadi dasar akad mudharabah ialah hadits Abdullah bin Umar
berikut,






( )

"Bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan
kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun kurma dan ladang daerah
Khaibar, agar mereka yang menggarapnya dengan biaya dari
3 Ilfi Nur Diana, M. Si, 2008, Hadis-Hadis Ekonomi, Yogyakarta: UIN Malang
Press, Cet. I,
hal: 147.

15

mereka sendiri, dengan perjanjian, Rasulullah shallallahu 'alaihi


wa sallam mendapatkan separuh dari hasil panennya." (HR.
Muttafaqun 'alaih).
Pada

hadits

ini

dengan

jelas

dinyatakan,

bahwa

perkebunan kurma dan ladang daerah Khaibar yang telah


menjadi milik umat Islam dipercayakan kepada warga Yahudi
setempat, agar dirawat dan ditanami, dengan perjanjian bagi
hasil 50 % banding 50 %. Akad semacam inilah yang disebut
dalam ilmu fiqih dengan istilah musaaqaah. Walaupun hadits di
atas, secara khusus berkenaan dengan akad musaaqaah, akan
tetapi secara tidak langsung menjadi dalil disyariatkannya akad
mudharabah. Yang demikian itu karena kedua akad ini serupa,
baik dalam hal wujud lahirnya, atau konsekuensi hukumnya.

C.Jenis - Jenis Mudharabah


Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqah (Mudharabah Bebas)
Yaitu bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib
yang

cakupannya

sangat

luas

dan

tidak

dibatasi

oleh

spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.


2. Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah Terbatas)
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted

mudharabah/specified

mudharabah

adalah

kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Mudharib dibatasi


dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Adanya

pembatasan

ini

seringakali

mencerminkan

kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki dunia


usaha.

16

Perbedaan antara keduanya terletak pada pembatasan


penggunaan modal sesuai dengan kehendak pemilik modal.
D. Rukun dan Syarat Mudharabah
a. Rukun
Rukun mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Pemilik modal (Shahibul Maal)
2. Pengelola usaha (Mudharib)
3. Usaha yang akan dijalankan (Amal)
4. Modal (Rasul Maal)
5. Nisbah keuntungan
6. Akad (Sighat)

b. Syarat

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus


cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Penawaran dan penerimaan harus
menunjukkan tujuan kontrak (akad).

secara

eksplisit

b) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.


c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi,
atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan
usaha dengan syarat sebagai berikut:
a) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

17

b) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai
pada waktu akad.
c) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib (pengelola modal), baik secara bertahap
maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
a) Harus diperuntukkan bagi kedua
disyaratkan hanya untuk satu pihak.

pihak

dan

tidak

boleh

b) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus


diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai
kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan
usaha
oleh
pengelola
(mudharib),
sebagai
perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana,
harus memperhatikan hal-hal berikut:
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif pengelola (mudharib),
tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai
hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syariah Islam
dalam
tindakannya
yang
berhubungan
dengan
mudharabah,dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.
18

E. Keuntungan
1. Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak.
2. Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui
pada waktu berkontrak, dan proporsi tersubut harus dari
keuntungan.
3. Kalau jangka waktu akad mudharabah relatif sama, tiga
tahun ke atas, maka nisbah keuntungan dapat disepakati
untuk ditinjau dari waktu ke waktu.
4. Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa
saja yang ditanggung pemodal dan biaya-biaya apa saja
yang di tanggung pengelola.
F.

Jaminan dalam Mudharabah


Yang dimaksud jaminan mudharabah adalah tuntutan
kepada mudharib untuk mengembalikan modal shahibul maal
dalam semua keadaan, baik untung, maupun rugi

G. Pembatalan Akad Mudharabah


Jika sebuah kontrak mudharabah dibatalkan karena tidak
memenuhi salah satu syarat, dan atas sisa tetap merupakan
amanah bagi pengelola. Tindakannya terhadap dana yang
batal itu bisa sah dan efektif. Jika upayanya membuahkan
keuntungan, sebagian ulama berpendapat bahwa semua
keuntungan harus menjadi milik penyedia dana, sedangkan
pengelola berhak atas upah pekerjaannya itu. Sebagian
ulama lain berpendapat, pengelola berhak menerima salah
satu dari dua kemungkinan.

19

KESIMPULAN
Dari keterangan makalah di atas, dapat di simpulkan
bahwa, Murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal
dengan

tambahan

keuntungan

yang

disepakati.

Dalam

murabahah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia


beli

dan

menetukan

suatu

tingkat

keuntungan

sebagai

tambahannya. Penyerahan barang dalam jual beli murabahah


dilakukan

pada

saat

transaksi,

sementara

pembayarannya

dilakukan secara tunai, tangguhan dan cicilan. Murabahah itu


diperbolehkan dalam islam sebagai di jelaskan dalam QS. alMaidah ayat 1 dan QS. Al-baqarah ayat 280.
Sedangkan mudarabhah merupakan akad antara dua pihak
untuk bekerjasama dalam usaha perdagangan, dimana salah
satu pihak memberikan dana atau modal usaha kepada pihak
lain untuk dikelola dan keuntungan dari usaha itu akan dibagi
diantara mereka berdua sesuai dengan perjanjian atau pun
kontrak yang telah disepakati bersama. Sedangkan apabila
terjadi kerugian maka akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik
modal selama itu bukan akibat dari kelalaian sipengelola, dan
jika kerugian diakibatkan karena kecurangan atau pun kelalaian
sipengelola, maka sipengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian

tersebut.

landasan hukumnya terdapat QS. al-Nisa ayat 29, QS. al-Baqarah


ayat 283, QS. al-Baqarah ayat 198, dan QS. al-Jumuah ayat 10.

20

Daftar Pustaka

Muhammad Syafii Antonio. 1999. BANK SYARIAH: WACANA


ULAMA DAN CENDIKIAWAN. Jakarta: Kerja Sama Bank Indonesia
dan Tazkia Institute.
DR. Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi. 2006. Fikih Ekonomi Umar Bin
Al-Khatab. Jakarta Timur: Khalifah.
Ilfi Nur Diana, M. Si. 2008. Hadis-Hadis Ekonomi. Yogyakarta:
UIN Malang Press (Anggota IKAPI).
K. H. Kahar Msyhur. 1992. Bulughul Maram. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

21

Makalah

Hadist Muamalah
AL-MUDARABAH WAL MURABAHAH

Di susun oleh
Tugas Kelompok : IV
Putri Rezeki

041200565

Hasrita

041200665

Geubri Nabilla 041200662


Nila Vonna Rahmi
Mia Santi

041200568

041200664

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH


DARUSSALAM - BANDA ACEH
T.A 2013

22

Anda mungkin juga menyukai